Вы находитесь на странице: 1из 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman merupakan hal

yang di inginkan oleh semua pekerja. Lingkungan fisik tempat kerja dan lingkungan
organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi sosial,mental dan phisik
dalam kehidupan pekerja. Kesehatan suatu lingkungan tempat kerja dapat memberikan
pengaruh yang positif terhadap kesehatan pekerja, seperti peningkatan moral pekerja,
penurunan absensi dan peningkatan produktifitas. Sebaliknya tempat kerja yang kurang sehat
atau tidak sehat (sering terpapar zat yang bahaya mempengaruhi kesehatan) dapat
meningkatkan angka kesakitan dan kecelakaan, rendahnya kualitas kesehatan pekerja,
meningkatnya biaya kesehatan dan banyak lagi dampak negatif lainnya.
Pada umumnya kesehatan tenaga pekerja sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi dan
pembangunan nasional. Hal ini dapat dilihat pada negara-negara yang sudah maju. Secara umum
bahwa kesehatan dan lingkungan dapat mempengaruhi pembangunan ekonomi. Dimana industrilisasi
banyak memberikan dampak positif terhadap kesehatan, seperti meningkatnya penghasilan pekerja,
kondisi tempat tinggal yang lebih baik dan meningkatkan pelayanan, tetapi kegiatan industrilisasi juga
memberikan dampak yang tidak baik juga terhadap kesehatan di tempat kerja dan masyarakat pada
umumnya.
Dengan makin meningkatnya perkembangan industri dan perubahan secara global dibidang
pembangunan secara umum di dunia, Indonesia juga melakukan perubahan-perubahan dalam
pembangunan baik dalam bidang tehnologi maupun industri. Dengan adanya perubahan tersebut maka
konsekuensinya terjadi perubahan pola penyakit / kasus-kasus penyakit karena hubungan dengan
pekerjaan. Seperti faktor mekanik (proses kerja, peralatan) , faktor fisik (panas , Bising, radiasi) dan
faktor kimia. Masalah gizi pekerja juga merupakan hal yang sangat penting yang perlu diperhatikan,
stress, penyakit Jantung, tekanan darah tinggi dan lain-lainnya. Perubahan ini banyak tidak disadari
oleh pengelola tempat kerja atau diremehkan. Atau walaupun mengetahui pendekatan pemecahan
masalahnya hanya dari segi kuratif dan rehabilitatif saja tanpa memperhatikan akan pentingnya
promosi dan pencegahan.

Masalah Stres kerja di dalam kehidupan organisasi perusahaan menjadi gejala yang
penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan. Akibat
adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan kecemasan yang kronis,
peningkatan ketegangan pada emosi, proses beriikir dan kondisi fisik individu. Selain itu,
sebagai hasil dari adanya stres kerja karyawan mengalami beberapa gejala stres yang dapat
mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja mereka, seperti : mudah marah dan agresi,

tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak
mampu terlibat, dan kesulitan alam masalah tidur.
Banyak juga orang yang kurang menyadari gejala timbulnya stres tersebut dalam
kehidupannya padahal apabila kita mengetahui lebih dini mengenai gejala stres tersebut kita
dapat mencegahnya. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan maksud agar terjaminnya
keamanan dan kenyamanaan dalam bekerja. Apabila seseorang sedang yang mengalami stres
dan melakukan pekerjaan itu, maka akan mengganggu keamanan dan kenyamanaan dalam
bekerja.
Untuk menjaga keamanan dan kenyamanaan kerja tersebut psikologi seseorang juga
harus stabil agar terjadi hubungan yang harmonis antara faktor kejiwaan serta kondisi yang
terjadi. Jadi kita harus memperhatikan secara lebih baik lingkungan yang dapat
mempengaruhi psikologi (kejiwaan) seseorang sehingga stres dapat diminimalisir.
Namun tidak dapat disangkal bahwa stres dalam bekerja pasti akan terjadi pada setiap
individu karyawan. Mereka mengalami stres karena dipengaruhi dari pekerjaan itu sendiri
maupun lingkungan tempat dimana karyawan tersebut bekerja. Seseorang yang mengalami
stres dalam bekerja tidak akan mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Peran
perusahaan disini muncul untuk memperhatikan setiap kondisi kejiwaan (stres) yang dialami
oleh karyawannya. Dalam hal ini perusahaan harus menanganinya dengan baik bagi
karyawan tersebut serta tidak mengurangi kinerja karyawannya.
1.2.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas dalam penulisan makalah ini antara lain:
1. Bagaimana pengelolaan Kesehatan, Keamanan, dan Stress?
2. Bagaimana hubungan Kesehatan, Keamanan dan Stress pada Industrial?
3. Bagaimana pemecahan masalah pada kasus Keselamatan Kerja?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun beberapa tujuan yang ingin kami sampaikan dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk lebih mengerti pengelolaan Kesehatan, Keamanan, dan Stress
2. Untuk hubungan Kesehatan, Keamanan dan Stress pada Industrial

3. Untuk mengetahui pemecahan masalah pada kasus Keselamatan Kerja

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGELOLAAN KESEHATAN, KEAMANAN DAN STRESS
2.1.1. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja (occupational health) atau sering disebut dengan istilah
Kesehatan Industri (Industrial hygiene) yaitu berkaitan dengan usaha-usaha, penyakitpenyakit dalam pekerjaan, dengan usaha-usaha. Penyakit dalam pekerjaan suatu
upaya untuk menjaga kesehatan pekerjaan dan menjaga pencemaran di sekitar tempat
kerja nya. Kesehatan mengacu pada kebebasan dari penyakit fisik maupun emosional
(an employees freedom from physical or emotional illness). Masalah-masalah dalam
bidang-bidang ini bisa secara serius memengaruhi produktivitas dan kualitas
kehidupan kerja karyawan.
Menurut UU Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan kerja bagian
ke-6 Pasal 23 dikemukakan bahwa :
1. Kesehatan diselenggarakan untuk mewujudkan produktifitas kerja yang
optimal.
2. Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit
akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja.
3. Setipa tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.
4. Ketentuan mengenai kesehatan kerja sebagaimana di maksud dalam ayat (2)
dan ayat (3) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
- Ayat 2 Upaya kesehatan kerja pada hakikatnya merupakan
penyerasian kepasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja.
Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pekerjaa sesuai dengan
jaminan sosial tenaga dan mencakup upaya peningkatan kesehatan,
-

pencegah penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan.


Ayat 3 Tempat kerja adalah tempat terbuka tertutup, bergerak atau
tidak bergerak, yang dipergunakan akan untuk memproduksi barang
atau jasa oleh satu atau beberapa orang pekerja.

A. Fungsi dari Kesehatan kerja


1. Identifikasi dan Melakukan Penilaian terhadap resiko dari bahaya kesehatan di tempat
kerja
2. Memberikan saran terhadap perencanaan dan pengorganisasian dan praktek kerja
termasuk desain tempat kerja
3. Memberikan saran, informasi, pelatihan dan edukasi tentang kesehatan kerja dan APD
4. Memantau kesehatan para pekerja
5. Terlibat dalam proses rehabilitasi pekerja yang mengalami sakit/kecelakaan kerja
6. Mengelola P3K dan tindakan darurat
B. Masalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan
resultante dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga
komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang
optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat ketidak serasian
dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan
akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. Adapun
masalah yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yaitu:
a. Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum
memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40%
masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35%
kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak
memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang
optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada
sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang
mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan tugasnya
mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut masalah PAHK dan
kecelakaan kerja.
b. Beban Kerja

Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis


beroperasi 8 - 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada
laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola
kerja yang berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat
terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut
memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja
yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja
tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan stres.
c. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi
kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident),
Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational
Disease & Work Related Diseases).
2.1.2. Keamanan Kerja
Keamanan kerja adalah melindungi fasilitas pengusaha dan peralatan yang ada
dari akses-akses yang tidak sah serta untuk melindungi para karyawan ketika sedang
bekerja atau melaksanakan penugasan pekerjaan. Tentunya, mencegah adanya orangorang yang tidak berhasil dalam mengakses sistem Internal perusahaan. Keamanan
bisa mencakup memberikan program bantuan emergenci bagi para karyawan yang
menghadapi masalah kesehatan. Dengan semakin banyaknya kejahatan di tempat
kerja, kemananan dari tempat kerja, menjadi perhatian besar untuk para pengusaha
dan para karyawan.
Keamanan kerja adalah unsur-unsur penunjang yang mendukung terciptanya
suasana kerja yang aman, baik berupa materil maupun nonmateril.
-

Memahami Prosedur yang Berkaitan dengan Keamanan


Prosedur yang berkaitan dengan keamanan (SOP, Standards Operation
Procedure) wajib dilakukan. Prosedur itu antara lain adalah penggunaan peralatan
kesalamatan kerja. Fungsi utama dari peralatan keselamatan kerja adalah melindungi
dari bahaya kecelakaan kerja dan mencegah akibat lebih lanjut dari kecelakaan kerja.
Pedoman dari ILO (International Labour Organization) menerangkan bahawa
kesehatan kerja sangat penting untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Pedoman itu antara lain:
1. Melindungi pekerja dari setiap kecelakaan kerja yang mungkin timbul dari
pekerjaan dan lingkungan kerja.

2. Membantu pekerja menyesuaikan diri dengan pekerjaannya


3. Memelihara atau memperbaiki keadaan fisik, mental, maupun sosial para
pekerja. Alat keselamatan kerja yang biasanya dipakai oleh tenaga kerja adalah
helm, masker, kacamata, atau alat perlindungan telinga tergantung pada
profesinya.
-

Alat-alat pelindung badan


Pada waktu melaksanakan pekerjaan, badan kita harus benar-benar terlindung
dari kemungkinan terjadinya kecelakaan. Untuk melindungi diri dari resiko yang
ditimbulkan akibat kecelakaan, maka badan kita perlu menggunakan ala-alat
pelindung ketika melaksanakan suatu pekerjaan.
Berikut ini akan diuraikan beberapa alat pelindung yang biasa dipakai dalam
melakukan pekerjaan listrik dan elektronika.
a. Pakaian kerja
Pemilihan dan pemakaian pakaian kerja dilakukan berdasarkan ketentuan
berikut:
1. Pemakaian pakaian mempertimbangkan bahaya yang mungkin dialami
2. Pakaian longgar, sobek, dasi, dan arloji tidak boleh dipakai di dekat
bagian mesin
3. Jika kegiatan produksi berhubungan dengn bahaya peledakan/ kebakaran
maka harus memakai pakaian yang terbuat dari seluloid.
4. Baju lengan pendek lebih baik daripada baju lengan panjang.
5. Benda tajam atau runcing tidak boleh dibawa dalam kantong.
6. Tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan debu, tidak boleh
memakai pakaian berkantong atau mempunyai lipatan.

2.1.3. Stress Kerja


A. Pengertian Stres dan Stres Kerja
Stres mempunyai arti yang berbeda-beda bagi masing-masing individu atau
menurut beberapa ahli diantaranya: Menurut John Suprihanto, Prakoso Hadi
(2003:62), bahwa stres adalah konsekuensi setiap tindakan dan situasi lingkungan
yang menimbulkan tuntunan psikologis dan fisik yang berlebih pada seseorang.
Menurut Charles D, Spielberger (dalam Ilandoyo, 2001:63) menyebutkan
bahwa stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya
obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah
berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang
tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.
Luthans (dalam Yulianti, 2000:10) mendefinisikan stres sebagai suatu
tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan

proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan Hngkungan, situasi atau


peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang,
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena tuntutan
lingkungan dan tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda.
Dari uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa stres adalah suatu
kondisi yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau
sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang
hasilnya dipandang tidak pasti dan penting
.
B. Jenis-Jenis Stres
Jenis stres dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan
konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu
dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas,
kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
2. Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif,
dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan
juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran
(absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan,
dan kematian.
C. Gejala-Gejala Stres
Terry Beehr dan John Newman (dalam Rice, 1999) mengkaji ulang beberapa kasus
stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stres pada individu, yaitu:
1. Gejala psikologis
Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil
penelitian mengenai stres pekerjaan :
a. Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung
b. Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)
c. Sensitif dan hyperreactivity
d. Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi
e. Komunikasi yang tidak efektif
f. Perasaan terkucil dan terasing
g. Kebosanan dan ketidakpuasan kerja
h. Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan
konsentrasi
i. Kehilangan spontanitas dan kreativitas
j. Menurunnya rasa percaya diri
2.

Gejala fisiologis
Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah:

a. Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan


mengalami penyakit kardiovaskular
b. Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan
noradrenalin)
c. Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung)
d. Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan
e. Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan
f.
g.
h.
i.
j.

yang kronis (chronic fatigue syndrome)


Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada
Gangguan pada kulit
Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot
Gangguan tidur
Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan
terkena kanker

3.

Gejala perilaku
Gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja adalah:
a. Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan
b. Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas
c. Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan
d. Perilaku sabotase dalam pekerjaan
e. Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan,
mengarah ke obesitas
f. Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri
dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi
dengan tanda-tanda depresi
g. Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti menyetir
dengan tidak hati-hati dan berjudi
h. Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalita
i. Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman
j. Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri

- Adapun gejala-gejala stres di tempat kerja yang sering terjadi, yaitu meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kepuasan kerja rendah


Kinerja yang menurun
Semangat dan energi menjadi hilang
Komunikasi tidak lancar
Pengambilan keputusan jelek
Kreatifitas dan inovasi kurang
Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.

Semua yang disebutkan di atas perlu dilihat dalam hubungannya dengan kualitas
kerja dan interaksi normal individu sebelumnya.

D. Penyebab Stres
Setiap orang mempunyai reaksi dan cara yang berbeda dalam menghadapi suatu
situasi yang sama. Berikut ini akan dijelaskan beberapa penyebab umum stres:
a. Penyebab fisik
1. Kebisingan
Kebisingan yang terus-menerus dapat menjadi sumber stres bagi banyak orang.
Namun perlu diketahui bahwa terlalu tenang juga dapat menyebabkan hal yang
sama.
2. Kelelahan
Masalah kelelahan ini dapat menyebabkan stres karena kemampuan untuk
bekerja menurun. Kemampuan bekerja menurun menyebabkan prestasi
menurun dan tanpa disadari menimbulkan stres.
3. Penggeseran kerja
Mengubah pola kerja yang terus-menerus dapat menimbulkan stress. Hal ini
disebabkan karena seorang karyawan sudah terbiasa dengan pola kerja yang
lama dan sudah terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan lama.
4. Jet-lag
Jet-lag adalah jenis kelelahan khusus yang disebabkan oleh perubahan waktu
sehingga mempengaruhi irama tubuh seseorang.
5. Suhu dan kelembaban.
Bekerja dalam ruangan yang suhunya terlalu tinggi dapat mempengaruhi tingkat
prestasi karyawan. Suhu yang tinggi harus dapat ditoleransi dengan kelembaban
yang rendah.
b. Beban kerja
Beban kerja yang terlalu banyak dapat menyebabkan ketegangan dalam diri
seseorang sehingga menimbulkan stres. Hal ini bisa disebabkan oleh tingkat
keahlian yang dituntut terlalu tinggi, kecepatan kerja mungkin terlalu tinggi,
volume kerja mungkin terlalu banyak dan sebagainya.
c. Sifat pekerjaan
- Situasi baru dan asing. Menghadapi situasi baru dan asing dalam pekerjaan atau
organisasi, seseorang akan merasa sangat tertekan sehingga dapat menimbulkan
-

stres.
Ancaman pribadi. Suatu tingkat kontrol (pengawasan) yang terlalu ketat dari atasan

menyebabkan seseorang merasa terancam kebebasannya.


Percepatan. Stres bisa terjadi apabila ketidakmampuan seseorang untuk memacu

pekerjaan.
Ambiguitas. Kurangnya kejelasan terhadap apa yang harus dikerjakan (dwi arti),
akan menimbulkan kebingungan dan keraguan bagi seseorang untuk melaksanakan
suatu pekerjaan.

Umpan balik. Standar kerja yang tidak jelas dapat membuat karyawan tidak puas
karena mereka tidak pernah tahu prestasi mereka. Disamping itu, standar kerja
tidak jelas juga dapat dipergunakan untuk menekan karyawan.

d. Kebebasan
Kebebasan yang diberikan kepada karyawan belum tentu merupakan hal yang
menyenangkan. Ada sebagian karyawan justru dengan adanya kebebasan membuat
mereka merasa ketidakpastian dan ketidakmampuan dalam bertindak. Hal ini dapat
merupakan sumber stres bagi seseorang.
e. Kesulitan
Kesulitan-kesulitan yang dialami dirumah, seperti ketidakcocokan suami-istri,
masalah keuangan, perceraian dapat mempengaruhi prestasi seseorang dan
merupakan sumber stres bagi seseorang.
E. Dampak Stres
Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan maupun
perusahaan. Pada diri karyawan, konsekuensi tersebut dapat berupa menurunnya
gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustrasi dan sebagainya (Rice, 1999).
Konsekuensi pada karyawan ini tidak hanya berhubungan dengan aktivitas kerja saja,
tetapi dapat meluas ke aktivitas lain di luar pekerjaan. Seperti tidak dapat tidur dengan
tenang, selera makan berkurang, kurang mampu berkonsentrasi, dan sebagainya.
Sedangkan Arnold (1986) menyebutkan bahwa ada empat konsekuensi yang
dapat terjadi akibat stres kerja yang dialami oleh individu, yaitu terganggunya
kesehatan fisik, kesehatan psikologis, performance, serta mempengaruhi individu
dalam pengambilan keputusan.
Penelitian yang dilakukan Halim (1986) di Jakarta dengan menggunakan 76
sampel manager dan mandor di perusahaan swasta menunjukkan bahwa efek stres
yang mereka rasakan ada dua. Dua hal tersebut adalah:
1. Efek pada fisiologis mereka, seperti: jantung berdegup kencang, denyut jantung
meningkat, bibir kering, berkeringat, mual.
2. Efek pada psikologis mereka, dimana mereka merasa tegang, cemas, tidak bisa
berkonsentrasi, ingin pergi ke kamar mandi, ingin meninggalkan situasi stres.
Bagi perusahaan, konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak langsung adalah
meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas, dan secara

psikologis dapat menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan teralienasi,


hingga turnover (Greenberg & Baron, 1993; Quick & Quick, 1984; Robbins, 1993).
F. Strategi manajemen stres kerja
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa
memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar
mengatasinya, yakni betajar menanggulanginya secara adaplif dan efektif. Hampir
sama pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang
harus dicoba. Sebagian para pengidap stres di tempat kerja akibat persaingan, sering
melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini bukanlah cara
efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan sebab dari stres,
justru akan menambah masalah lebih jauh. Sebelum masuk ke cara-cara yang lebih
spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus diperhitungkan beberapa pedoman
umum untuk memacu perubahan dan penaggulangan.
Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar seseorang mampu
merancang solusi terhadap masalah yang muncul terutama yang berkait dengan
penyebab stres dalam hubungannya di tempat kerja. Dalam hubungannya dengan
tempat kerja, stres dapat timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari ketidakmampuan
bekerja dengan baik dalam peranan tertentu karena kesalahpahaman atasan atau
bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak adanya ketrampilan (khususnya ketrampilan
manajemen) hingga sekedar tidak menyukai seseorang dengan siapa harus bekerja
secara dekat (Margiati, 1999:76).
Dari sudut pandang organisasi, manajemen mungkin tidak khawatir jika
karyawannya mengalami stres yang ringan. Karena pada tingkat stres tertentu akan
memberikan akibat positif, hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas
lebih baik. Tetapi pada tingkat stres yang tinggi atau ringan yang berkepanjangan akan
membuat menurunnya kinerja karyawan.
Stres ringan mungkin akan memberikan keuntungan bagi organisasi, tetapi
dari sudut pandang individu hal tersebut bukan merupakan hal yang diinginkan. Maka
manajemen mungkin akan berpikir untuk memberikan tugas yang menyertakan stres
ringan bagi karyawan untuk memberikan dorongan bagi karyawan, namun sebaliknya
itu akan dirasakan sebagai tekanan oleh karyawan. Maka diperlukan pendekatan yang
tepat dalam mengelola stres, ada dua pendekatan yaitu pendekatan individu dan
pendekatan organisasi.

Dalam pendekatan individual seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk


mengurangi level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu:
pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi dan dukungan sosial. Dengan
pengelolaan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas
dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik
dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu menghadapi
tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi stres yang dihadapi pekerja
perlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai strategi terakhir untuk
mengurangi stres adalah dengan mengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan
dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
Dari pendekatan organisasional dapat dilihat bahwa beberapa penyebab stres
adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang semuanya
dikendalikan oleh manajemen, sehingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena
itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengatasi stres
karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain
pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional dan
program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan menyebabkan karyawan
memperoleh pekerjaan sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk
tujuan yang mereka inginkan serta adanya hbungan interpersonal yang sehat serta
perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.
G. Cara Mencegah dan Teknik Pengurangan Stres
Dalam mengatasi stres terdapat banyak teknik yang dapat dipergunakan untuk
pengurangan stress yang terjadi. Empat pendekatan yang paling sering digunakan
adalah relaksasi otot, biofeedback, meditasi dan restrukturisasi kognitif yang
semuanya membantu para karyawan mengatasi stress yang berkaitan dengan
pekerjaan.
1. Relaksasi Otot
Sebutan persamaan yang umum dari berbagai teknik relaksasi otot adalah
pernafasan yang lambat dan dalam suatu usaha yang sadar untuk memulihkan
ketegangan otot. Diantara berbagai teknik yang tersedia, relaksasi progresif
kontinjensi adalah yang paling sering digunakan. Tehnik ini terdiri atas
menenangkan dan mengendurkan otot secara berulang-ulang yang diawali dari
kaki dan terus meningkat ke muka. Relaksasi dicapai dengan berkonsentrasi pada
kehangatan dan ketenangan yang berkaitan dengan otot yang dirileksasikan.

2. Bio feedback
Dalam bio feedback, perubahan kecil yang muncul dalam tubuh atau otak di
deteksi, di perkuat dan di tunjukkan kepada orang tersebut. Peran potensial dari
biofeedback sebagai teknik manajemen stress individu dapat di lihat dari fungsi
tubuh hingga tekanan tertentu yang di kendalikan secara sukarela atau sadar.
Potensi biofeedback adalah kemampuannya untuk membantu relaksasi

dan

mempertahankan fungsi tubuh pada keadaan nonstress.


Salah satu keunggulan tehnik biofeedback di bandingkan dengan tehnik
nonbiofeedback adalah bahwa tehnik ini memberikan data yang tepat mengenai
fungsi tubuh. Pelatihan biofeedback telah bermanfaat dalam mengurangi
kegelisahan, menurunkan keasaman lambung, mengendalikan tekanan dan
migren, dan secara umum mengurangi manifestasi fisiologis negative dari stress.
3. Meditasi
Meditasi mengaktifkan suatu respons relaksasi dengan mengarahkan ulang
pemikiran seseorang jauh dari dirinya sendiri. Respon relaksasi adalah kebalikan
fisiologis dan psikologis dari respons stress berperang atau lari. Herbert benson
menganalisis banyak program meditasi dan mendapatkan suatu respons relaksasi
empat langkah. Keempat langkah tersebut adalah :
1.
Menemukan suatu lingkungan yang tenang.
2.
Menggunakan suatu perangkat mental seperti suatu kata
tang penuh dengan kesan yang menyenangkan untuk mengubah fikiran dari
pikiran yang berorientasi secara eksternal.
3.
Mengabaikan pemikiran yang mengganggu dengan
4.

bersandar pada suatu sikap yang pasif.


Mengasumsikan suatu posisi yang nyaman

Maharishi Mahes Yogi mendefinisikan meditasi transcendental sebagai


mengalihkan perhatian ke tingkat pemikiran yang lebih dalam hingga masuk ke
tingkat pemikiran yang paling dalam dan mencapai sumber dari pemikiran. Tidak
semua orang yang bermeditasi mengalami hasil yang positif, akan tetapi sejumlah
besar orang melaporkan meditasi sebagai hal yang efektif dalam mengelola stress.
4. Restrukturisasi kognitif
Alasan yang mendasari beberapa pendekatan individual dalam manajemen
stress di kenal sebagai restrukturisasi kognitif, adalah respons seseorang terhadap
stressor menggunakan sarana proses kognitif, atau pemikiran. Asumsi dasar dari

teknik ini adalah bahwa pikiran orang dalam bentuk ekspektasi, keyakinan dan
asumsi merupakan label yang mereka terapkan pada situasi, dan label ini
menimbulkan respons emosional terhadap situasi.
Teknik kognitif dari manajemen stress berfokus pada mengubah label atau
kognisi sehingga orang tersebut menilai situasi secara berbeda. Semua teknik
kognitif memiliki tujuan yang serupa yaitu untuk membantu orang memperoleh
lebuh banyak kendali atas reaksi mereka terhadap stressor dengan memodifikasi
rasionalisasi mereka.
-

Selain teknik pengurangan stres di atas ada beberapa kiat lagi yang dapat digunakan.
Agar stres tidak berkelanjutan, adapun beberapa kiat yang di kemukakan oleh Alex:
1. Sediakan waktu rileks
Menurut penelitian, stres yang berhubungan dengan pekerjaan dimulai sejak pagi,
sebelum Anda berangkat kerja. Daripada memikirkan beban pekerjaan (tapi tidak
ada solusinya), lebih baik digunakan waktu Anda yang terbatas tersebut untuk
melakukan relaksasi seperti meditasi dan yoga. Teknik pernapasan adalah teknik
relaksasi yang paling mudah untuk dilakukan. Caranya dengan menarik nafas
dalam-dalam, lalu hembuskan sampai tak ada lagi udara yang tersisa di paru-paru.
Lakukan minimal 3x sampai membayangkan beban Anda berkurang.
2.

Bersikap lebih asertif


Kebanyakan masalah pekerjaan berpangkal dari kurangnya kesempatan untuk
membuat perubahan atau keputusan. Karenanya, bicarakan dengan atasan tentang
tugas Anda dan tanggungjawab tambahan yang ingin Anda pegang. Dengan
demikian, Anda bisa menentukan pekerjaan yang bisa Anda lakukan dengan cara
kerja seperti yang diinginkan perusahaan.

3.

Bekerja lebih efisien


Selalu kekuragan waktu untuk menyelesaikan tugas bisa jadi buka disebabkan
tugas yang berlebihan, melainkan menyangkut waktu dan cara mengerjakannya.
Alex memberikan contoh seorang wartawan yang produktif di waktu malam akan
merasa tertekan jika memaksakan diri menulis di waktu siang hari. Untuk
mengatasinya, sebaiknya pekerjaan dibagi. Siang hari membuat outline dan
mencari bahan, malam hari menyelesaikan tulisan. Untuk bekerja secara lebih
efisien. Anda juga harus trampil menentukan prioritas. Adanya urutan prioritas
dapat membantu Anda mengatur strategi.

4.

Tingkatkan energi dengan tidur


Ketika lelah, Anda lebih mudah merasa stres karena hal-hal yang sepele,
demikian tulis Camile Anthony dalam The Art of Napping at Work (1999).
Kesalahan juga akan membuat perhatian Anda menurun sehingga mudah
melakukan kesalahan. Dalam keadaan demikian, Alex menganjurkan agar tidur.
Tidur 15 menit di tengah waktu kerja akan sama manfaatnya dengan tidur malam 3
jam. Anda bisa memanfaatkan mushola kantor (tentu saja di luar waktu shalat) atau
mobil Anda untuk tidur. Jangan lupa pasang alarm agar tidak tidur terlalu lama.
Jika keduanya tidak tersedia, meja kerja Anda bisa jadi pilihan terakhir. Yang
penting, tingkatkan energi segera jika sudah merasa terlalu lelah. Tidur selama 30
menit atau kurang, menurut Anthony akan meningkatkan mood dan rasa humor
sehingga memperbaiki hubungan Anda dengan rekan kerja. Anthony menganjurkan
agar membatasi tidur selama 30 menit saja agar tidak sampai tertidur nyenyak,
yang akan membuat Anda lebih lelah ketika bangun.

5.

Atur lingkungan kerja


Jika tidak memungkinkan mengubah lingkungan kerja secara besar-besaran, ada
baiknya Anda memulainya dari meja Anda. Dalam feng shui, seni tata ruang dari
Tiongkok, tempat kerja yang teratur menunjukkan pikiran yang teratur. Jaga
lingkungan kerja, terutama maja, dari tumpukan kertas atau file. Simpan kertaskertas Anda dalam map dan dalam kotak file atau laci file. Anda juga bisa
mencegah stres dengan mengubah letak kursi sehingga bisa mengetahui siapa yang
akan masuk ke ruangan Anda. Jika memungkinkan pindahkan meja sehingga Anda
dapat bekerja dengan cahaya alami dari luar (matahari).

6.

Kembangkan pola hidup sehat


Pola hidup sehat merupakan kunci untuk bebas stres. Pilihlah makanan dan
minuman yang bisa menurunkan stres yaitu makanan yang banyak mengandung
vitamin B kompleks seperti kacang-kacangan dan padi-padian. Kurangi makanan
berlemak dan perbanyak makan buah dan sayur.
Berolah raga secara teratur. Olah raga yang cukup tidak saja menyehatkan
badan tapi juga memperbesar kapasitas badan tapi juga memperbesar kapasitas
paru-paru sehingga mampu menampung oksigen yang lebih besar. Dengan kadar
oksigen tinggal di dalam darah yang kemudian akan diedarkan ke seluruh tubuh
Anda akan berpikir lebih jenuh.

7. Tingkatkan ketrampilan

Tidak ada kata terlambat untuk mempelajari ketrampilan baru. Jika Anda merasa
kurang mampu berkomunikasi, Anda bisa mempelajarinya melalui buku-buku
atau latihan kepemimpinan yang sering diadakan di kota-kota. Jika Anda
mempunyai minat terhadap komputer, kembangkan minat Anda. Peningkatan
ketrampilan akan membuat Anda menjadi karyawan yang lebih berharga.
8. Lupakan pekerjaan saat libur
Berlibur atau santai bukan berarti membuang waktu. Selain mmeberikan energi
tambahan yang akan membuat Anda lebih kreatif, berlibur bersama akan
mempererat hubungan Anda dengan keluarga.
9. Pekerjaan bukan segalanya
Bekerja memang penting. Dengan sekaligus mendapat lahan untuk aktualisasi
diri. Tapi di luar pekerjaan, masih banyak kegiatan lain yang dapat menimbulkan
perasaan berguna bagi Anda. Dengan mengikuti kegiatan di luar pekerjaan, stres
Anda di tempat pekerjaan akan berkurang. Anda dapat menyakinkan diri bahwa
walaupun Anda tidak bisa memperbaiki keadaan di tempat kerja, Anda bisa
mengendalikan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan Anda. Perasaan mampu
mengendalikan kehidupan Anda sendiri adalah harta tak ternilai.
2.1.4. Langkah-langkah Penerapan Sistem Manajemen K3:
A. Membangun Komitmen dan Membuat Kebijakan
Komitmen dan kebijakan tersebut harus ditinjau ulang secara berkala. Pemimpin
perusahaan pada saat jenjang harus menunjukkan komitmen terhadap K3 sehingga
implementasi dan pengembangan SMK3 dapat terjamin. Demikian pula, setiap tenaga
kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja harus berperan serta dalam menjaga
dan mengendalikan pelaksanaan K3.
B. Membuat Perencanaan
Perusahaan harus membuat perencanaan efektif guna mewujudkan keberhasilan
penerapan dan kegiatan sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan terukur.
Perencanaan memuat tujuan, sasaran dan indikator kinerja. Tujuan, sasaran, dan
indikator

kinerja ini dirumuskan dengan mempertimbangkan identifikasi sumber

bahaya, penilaian serta hasil pelaksanaan tinjaun aawal terhadap K3.


Perencanaan hendaknya dibuat dengan tujuan untuk membuat sistem manajemen yang
mendukung:
1. Kepatuhan atas, sekurang-kurangnya, peraturan perundangan nasional.
2. Unsur-unsur sistem manajemen K3 organisasi

3. Perbaikan berkelanjutan atas kinerja K3


C. Menerapkan Kebijakan K3
Agar dapat mengimplementasikan kebijakan K3 secara efektif, perusahaan harus
menetapkan persyaratan kompetensi K3, dan membuat dan memelihara tatanan untuk
menjamin bahwa semua orang yang terlibat memiliki kompetensi untuk menjalankan
aspek-aspek keselamatan dan kesehatan dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban
mereka.
Kompetensi K3 mencakup:
a.
b.
c.
d.

Pendidikan
Pengalaman kerja
Pelatihan kerja
Atau kombinasi dari itu semua.
Perusahaan dapat mengintegrasikan sistem manajemen K3 yang dimilikinya

ke dalam sistem manajemen perusahaan lainnya.tetapi jika dalam pengintegrasian


terjadi pertentangan dengan tujuan dan prioritas perusahaan, maka tujuan dan prioritas
manajemen K3 harus diutamakan, kemudian penyatuan sistem manajemen K3
dilakukan secara selaras dan seimbang.
Penerapan

dan pengembangan

sistem manajemen K3

yang efektif di

tentukan oleh kompetensi kerja dan pelatihan dari setipa pekerja di perusahaan.
Pelatihan K3 merupakan faktor kunci dalam program pencegahan. Dalam mendukung
penerapan sistem manajemen, komunikasi memiliki peran sangat penting, terutama
komunikasi dua arah yang efektif dan laporan yang rutin. Dalam konteks komunikasi,
perusahaan harus menetapkan dan memelihara pengaturan dan prosedur untuk :
a. Menerima, mendokumentasikan, dan menanggapi secara tepat segala bentuk
komunikasi yang terkait dengan K3.
b. Menjamin berlansungnya komunikasi internal mengenai informasi K3 diantara
berbagai fungsi dan jenjan organisasi yang relevan.
c. Menjamin bahwa kepedulian, gagasan dan masukan dari para pekerja dan
wakil mereka tentang persoalan K3.
D. Melakukan Pengukuran dan Evaluasi
Perusahaan harus memiliki sistem untuk mengukur, memantau dan
mengevaluasi kinerja SMK3dan hasilnya harus dianalisis guna menentukan

keberhasilan atau untuk melakukan identifikasi tindakan perbaikan. Perusahaan juga


harus menetapkan dan memlihara prossedur inspeksi.
Inspeksi keselamatan (safety inspection) dirancang untuk memeriksa bidang
spesifik dari organisasi untuk menemukan dan menetapkan tiap kerusakan dalam
sistem, peralatan, pabrik atau mesin, atau kesalahan operasional yang bisa menjadi
sumber kecelakaan.
- AUDIT SISTEM MANAJEMEN KINERJA
Audit sistem manajemen kinerja harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui
efektifitas penerapan sistem manajemen K3. Pihak-pihak yang bertanggung jawab
dalam melaksanakan audit sistem manajemen K3:
1. Konsultan dan keselamatan atau spesialis SDM
2. Para manajer
3. Pekerja/Karyawan
E. Melakukan Tinjauan dan Peningkatan
Pimpinan unit kerja yang ditinjau harus melaksanakan tinjauan ulang sistem
menajemen K3 secara berkala untuk menjamin kesesusaian dan efektifitas
-

berkesinambungan dalam kecapaian kebijakan K3.


Tinjauan ulang dalam sistem manajemen K3 meliputi:
a. Evaluasi terhadap penerapan kebijakan K3
b. Tujuan, sasaran dan kinerja K3
c. Hasil temuan audit sistem manajemen K3
d. Evaluasi efektifitas penerapan sistem manajemen K3 dan kebutuhan untuk

mengubah sistem manajemen K3 sesuai dengan:


1.
Perubahan peraturan perundangan
2. Tuntutan dari pihak terkait dan pasar
3.
Perubahan produk dan kegiatan perusahaan
4.
Perubahan struktur organisasi perusahaan
5.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
6.
Pengalaman yang didapat dari insiden K3
7.
Pelaporan
8.
Umpan balik khususnya dari pekerja
Tinjauan manajemen harus mempertimbangkan:
a. Hasil investigasi atas cidera, kesehatan buruh, penyakit dan insiden, hasil
pemantauan dan pengukuran kinerja, hasil kegiatan audit.
b. Masukan tambahan dari dalam dan luar organisasi.

2.2.
2.3.

HUBUNGAN INDUSTRIAL
KASUS KESELAMATAN KERJA

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan
dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja.
Pelaksanaan K3 diawali dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi
hal demikian. Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya
perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja. Setelah
kita memahami apa yang dimaksud dengan kesehatan dan keselamatan kerja, maka kita
dapat menyimpulkan bahwa, Peranan K3 terhadap upaya kesehatan masyarakat adalah:
1. Agar dalam menangani korban kecelakaan kerja lebih cepat.
2. Untuk mencegah kecelakaan dan sakit pada pekerja di tempat mereka bekerja.
3. Menunjukan cara yang lebih baik untuk selamat menghilangkan kondisi kelalaian.
4. Memperbaiki kesadaran terhadap setiap masyarakat dalam kesehan keselamatan
kerja.
5. Mengurangi kerugian bagi pekerja dan pengusaha.
Stres merupakan suatu kondisi yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada
peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh
individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stres kerja terdapat dua
hal yaitu stres yang memberikan respon bersifat sehat, positif, dan konstruktif (bersifat
membangun). Kedua stres yang memberikan respon bersifat tidak sehat, negatif, dan
destruktif (bersifat merusak).
Stres kerja yang berlebihan akan menyebabkan karyawan tersebut frustasi dan dapat
menurunkan prestasinya, sehingga perlu dimotovasi agar karyawan di perusahaan
berprestasi dalam bekerja. Stres kerja banyak sekali gejalanya antara lain gejala
psikologis, gejala fisiologis dan gejala perilaku dan stres kerja juga akan menimbulkan
dampak terhadap kinerja karyawan yaitu menurunnya gairah kerja, kecemasan yang
tinggi, frustrasi dan sebagainya.
Oleh karena itu, perlu adanya strategi manajemen stres kerja dan pencegahanya yaitu
Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu: pengelolaan waktu, latihan
fisik, latihan relaksasi dan dukungan sosial. Serta pencegahannya yaitu ada empat
pendekatan yang paling sering digunakan adalah relaksasi otot, biofeedback, meditasi
dan restrukturisasi kognitif yang semuanya membantu para karyawan mengatasi stress
yang berkaitan dengan pekerjaan.

DAFTAR PUSTAKA

http://artikelbaden.blogspot.co.id/2012/12/strategi-manajemen-stress-kerja.html. Diakses
pada tanggal 22 Nop. 15, pada pukul 10.14.
http://ririnluck.blogspot.co.id/2014/03/makalah-kesehatan-keselamatan-dan.html. Diakses
pada tanggal 22 Nop. 15, pada pukul 10.14.
http://anditenriawaruu.blogspot.co.id/. Diakses pada tanggal 22 Nop. 15, pada pukul 10.14.
http://erick-son2.blogspot.co.id/. Diakses pada tanggal 22 Nop. 15, pada pukul 10.14.

Вам также может понравиться