Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Escherichia coli
PENDAHULUAN
Kebutuhan konsumsi protein masyarakat yang berasal dari ternak unggas
yaitu produk telur dan daging mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan
bertambahnya jumlah penduduk Indonesia. Pelaksanaan usaha pengembangan
ternak unggas, peternak banyak dihadapkan pada berbagai kendala. Satu diantara
berbagai kendala itu adalah faktor penyakit. Penyakit infeksi bakteri yang
ditemukan pada unggas salah satunya yaitu kolibasillosis. Kolibasillosis
disebabkan oleh bakteri Escherichia coli. Pada unggas penyakit ini dapat
menyebabkan infeksi saluran reproduksi, airsacculitis, omphalitis, perikarditis,
dan perihepatitis fibrinosa (Rudyanto, 2004). Infeksi ini dapat menimbulkan
kematian, pertumbuhan terlambat, dan penurunan produksi telur sehingga
menyebabkan kerugian ekonomi bagi peternak.
Pemakaian antibiotika yang tidak tepat untuk pengobatan infeksi bakteri
memunculkan berbagai masalah setelah puluhan tahun pemakaiannya yaitu
menimbulkan bakteri yang resisten terhadap antibiotika (Muwarni, 2003).
Keamanan bahan makanan sehubungan dengan residu antibiotika merupakan
PEMBAHASAN
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut,
atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak
berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan
pada minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat
rekreasi yang paling tua.
Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus
kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomerkonstitusional
dari dimetil eter. Etanol sering disingkat menjadi EtOH. "Et" merupakan
singkatan dari gugus etil (C2H5).
Fermentasi gula menjadi etanol merupakan salah satu reaksi
organik paling awal yang pernah dilakukan manusia. Efek dari konsumsi etanol
yang memabukkan juga telah diketahui sejak dulu. Pada zaman modern, etanol
yang ditujukan untuk kegunaan industri dihasilkan dari produk sampingan
pengilangcanan minyak bumi.
Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia
yang ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada
parfum, perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah
pelarut yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia
lainnya. Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar.
Selain keguanaannya sebagai bahan bakar dan pelarut etanol juga memiliki sifat
antibakteri sehingga etanol dapat digunakannya sebagai obat luka ataupun dapat
dijadikan sebagai pengawet karena etanol dapat menghambat aktivitas bakteri.
Untuk mendapatkan etanol sebagai antibakteri tidaklah sulit, etanol dapat dengan
mudah didapatkan melalui proses ekstraksi. Ekstraksi tersebut bisa diperoleh dari
ekstrak mengkudu, ekstrak daun gambir, ekstrak bunga Rosella, ekstrak daun
beluntas (Pluchea indica less) dan masih banyak lagi.
Penggunaan etanol sebagai antibakteri merupakan suatu kebutuhan,
khususnya dalam membunuh bakteri Escherichia coli. Bakteri Escherichia coli
adalah jenis bakteri yang biasanya ditemukan dalam sistem pencernaan hewan.
Satu jenis bakteri E-Coli tertentu dapat menyebabkan penyakit sistem pencernaan
yang serius, yang umum ditandai dengan diare dan kadang disertai mual. Dampak
lain dari bakteri E coli adalah menghasilkan racun yang dapat merusak ginjal,
serta melemahkan dinding usus kecil pada anak-anak. Alasan lain untuk menyebut
berbahaya pada bakteri E coli adalah karena tidak ada obat yang efektif untuk ini.
Pemakaian antibiotika yang tidak tepat untuk pengobatan infeksi bakteri
memunculkan berbagai masalah setelah puluhan tahun pemakaiannya yaitu
menimbulkan bakteri yang resisten terhadap antibiotika.
Masyarakat Indonesia sejak dahulu telah mengenal tanaman beluntas
(Pluchea indica less). Tanaman ini sering digunakan sebagai tanaman pagar di
halaman rumah penduduk. Pada masyarakat daun beluntas secara tradisional
berkhasiat sebagai penurun demam (antipiretik), meningkatkan nafsu makan
(stomakik), peluruh keringat (diaforetik), dan penyegar (Dalimartha, 1999).
Berkhasiatnya daun beluntas diperoleh dari beberapa kandungan kimia seperti
alkaloid, minyak atsiri, dan flavonoid (Hariana, 2006). Untuk mendapatkan
ekstrak etano, Daun beluntas yang dipetik saat berbunga didapat di daerah sekitar,
aquades steril, Escherichia coli ATCC 25922, media Eosin Metylen Blue Agar
(EMBA) sebagai media isolasi dan identifikasi. Daun beluntas dicuci bersih lalu
diangin-anginkan selama 1-2 hari pada tempat yang tidak terkena sinar matahari
secara langsung (Harborne, 1987). Kemudian diblender sehingga menjadi serbuk
sebanyak 300 gram dan direndam selama tiga hari dalam pelarut etanol 96%.
Penyarian dilakukan sebanyak 3 kali pada filtrat. Ekstrak yang didapatkan
diuapkan dalam penguap putar (Rotary Vacuum Evaporator) pada suhu 30 oC
40 oC (Harborne, 1987). Ekstrak etanol daun beluntas diencerkan dengan aquades
steril sehingga diperoleh konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,13%, 1,56%,
0,76%, 0,39%, 0,19%. Kemudian ditambahkan suspensi bakteri menurut standar
yang telah ditentukan, masing-masing sebanyak 1 mililiter pada seluruh tabung.
Setelah itu seluruh tabung diinkubasi 37oC selama 24 jam. Penentuan Minimum
Bactericidal Concentration (MBC) dapat dilakukan setelah menginokulasikan
larutan dari kedua tabung Minimum Inhibitory Concentration (MIC) terjernih
pada media Eosin Methylen Blue Agar (EMBA), kemudian diinkubasi 37 oC
selama 24 jam. (Lennette, et al.,1974).
Hasil penelitian para ilmuan mengenai daya antibakteri ekstrak etanol
daun beluntas (Pluchea indicaless) terhadap Escherichia coli dilakukan dengan
metode dilusi yaitu penentuan hasil Minimum Bactericidal Concentration (MBC).
Minimum Bactericidal Concentration (MBC) ekstrak etanol daun beluntas dapat
ditentukan setelah menginokulasikan larutan ekstrak etanol daun beluntas.
Berdasarkan hasil penelitian tentang daya antibakteri ekstrak etanol daun beluntas
KESIMPULAN
Daun beluntas merupakan tanaman yang tidak sulit untuk dijumpai di
Indonesia. Daun beluntas dapat dijadikan sebagai antibakteri dimana di dalam
daun beluntas terdapat kandungan bahan kimia yaitu alkaloid, minyak atsiri, dan
flavonoid. Penggunaan daun beluntas sebagai antibakteri dapat dilakukan melalui
pembuatan ekstrak etanol. Etanol merupakan senyawa kimia yang memiliki
berbagai macam kegunaan dan sifat salah satu sifatnya yaitu memiliki daya
antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli. Aktifitas antibakteri ekstrak etanol
daun beluntas didapatkan dari kandungan benzil alcohol atau fenol yang
merupakan suatu turunan alcohol. Fenol memiliki kemampuan untuk
mendenaturasikan protein dan merusak membran sel. Fenol berikatan dengan
protein melalui ikatan hidrogen sehingga mengakibatkan struktur protein menjadi
rusak. Sebagian besar struktur dinding sel dan membran sitoplasma bakteri
mengandung protein dan lemak, dari denutrasi tersebut maka bakteri tidak akan
mampu untuk bertahan termasuk bakteri Escherichia coli.