Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Koordinator Komisi B DPRD Medan Iwan Ritonga bersama Ketua Komisi B Irsal Fikri dan Anggota M
Yusuf saat melakukan sidak ke RS Martha Friska, terkait adanya dugaan mal praktik.
(tobasatu.com/nida)
Dalam kesempatan itu, pasien Muhammad Fattar (36), warga Jalan Jati III,
Kelurahan Teladan Timur, Kecamatan Medan Kota, ikut hadir dalam sidak
Anggota DPRD Medan tersebut. Dalam sidak ke RS Martha Friska Medan,
Anggota DPRD Medan diterima dr Olivia M.Kes selaku Direktur
Penanggungjawab Medik.
Dijelaskan Lambok, malam itu dia mengalami sesak nafas. Dia mengaku ada
5 kali meminta oksigen kepada perawat, tapi tidak direspon. Alasannya
hidung saya diperban. Sementara tenggorokan saya rasanya tersumbat
makanya saya minta dikasi oksigen,tambah Lambok.
Muhammaf Fattar pasien yang mengaku menjadi korban mal praktik (tobasatu.com/nida)
Sabtu (20/9) malam, Lambok mengaku saat buang air besar, dia menemukan
potongan sarung tangan ikut keluar bersama tinjanya. Saat dia mengadu ke
perawat, perawat menyatakan itu urusan dokter. Lambok pun akhirnya
mengadukan hal tersebut ke Koordinator Komisi B Iwan Ritonga, yang juga
Wakil Ketua DPRD Medan.
Kalau dia dihidung mungkin saja tertelan pasien, karena darah itu kan licin.
Mungkin sewaktu pasien tertidur tak sadar tamponnya terhisap dan masuk
ke saluran pernafasan,kata dr Olivia.
Jawaban dr Olivia ini tidak memuaskan wakil rakyat. Mereka menyatakan
akan segera memanggil pihak manajemen RS Martha Friska, untuk
melakukan rapat dengar pendapat di DPRD Medan.
Kita akan segera panggil manajemen RS Martha Friska, karena diduga telah
melakukan maal praktik. Apapun penjelasan mereka, sarung tangan
tertinggal di perut pasien itu sangat berbahaya, siapa tahu masih ada yang
lain yang tertinggal seperti kain kassa atau lainnya,ujar Iwan Ritonga.
Ketua Komisi B Irsal Fikri menyatakan pihaknya selain meminta penjelasan
RS Martha Friska terkait standar operasional prosedur (SOP) perawatan
pasien juga akan mempertanyakan pertanggungjawaban dokter.(ts-02)
menandatangani surat persetujuan untuk dilakukan operasi, karena menurut Fadly, urat syaraf di
bagian betis Ilham ada yang putus.
Saya juga heran kenapa operasi hanya ditangani oleh asisten dokternya bukan dokter ahli.
Pihak rumah sakit labuang baji melalu asisten dokter Fadli, asisten dokter Nasser memaksa saya
mengambil keputusan untuk dilakukan operasi karena anggapannya ada urat yang putus,
sehingga saya sepakat saja, jelasnya di RS Wahidin, Senin (3/6/2013).
Seminggu setelah operasi, Ilham kembali ke rumah. Akan tetapi Ilham masih menyempatkan diri
melakukan kontrol ke RS sekaligus melakukan penggantian perban.
Sayangnya 14 hari pasca operasi dilakukan, jari kaki kiri Ilham mulai menghitam seperti arang
dan tak dapat di gerakkan kembali. Selain itu, mulai mengeluarkan bau busuk dan nanah.
Karena kondisi Ilham semakin parah, akhirnya Ilham dibawa ke RS Wahidin seminggu lalu.
Akan tetapi, ternyata kaki kirinya sudah tidak dapat diselamatkan, harus diamputasi. Ilham kini
menjalani perawatan di Lontara 1 Lantai 2 Kamar 5.
"Ini merupakan mal praktek yang dilakukan pihak dokter fadli, mana ada asisten dokter bisa
memerintahkan dilakukannya operasi. Karena itu pihak Labuang Baji harus bertanggungjawab,"
kata Achmad.
Dikonfirmasi, pihak RS Labuang baji terkesan slaing lempar tanggung jawab. Saat pihak humas
ditemui Koran Sindo di Rumah Sakit di Jalan Ratulangi tersebut, pihak humas hanya mengantar
sampai depan Wadir Bidang Medik dan perawatan Dr Ummu Atiah. Tapi yang bersangkutan juga
hanya mengkonfirmasi lewat telepon.
Nanti saya arahkan kedokternya, dia yang lebih tahu. Saya juga sudah konfirmasi dan beliau
sudah bersedia untuk menjawab semua pertanyaan dari SINDO, katanya.
Menanggapi ini Wakil Ketua Komisi E DPRD Sulsel Andi Bustaman mengaku akan segera
melakukan hearing dengan mengundang pihak RS Labuang Baji dan pihak korban.
Kita akan mendengarkan penjelasan keduanya kenapa kejadian seperti ini bisa terjadi, katanya.
(rsa)
source: http://daerah.sindonews.com/read/745844/25/kaki-hilang-ilham-diduga-korbanmalapraktik-rs-labuang-baji-1370276942