Вы находитесь на странице: 1из 10

Penurunan Emisi (Gas Buang) Karbon Monoksida dan Hidro Karbon Pada

Kendaraan Motor Bensin Dengan Menggunakan Katalis Tembaga


Okto Firmantri
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Semarang
Email: octofirmantri@gmail.com

Abstrak
Kendaraan bermotor bensin termasuk ke dalam salah satu penyebab terjadinya akan
pencemaran udara. Karena gas buang atau emisi yang dihasilkan dari pembakaran
kendaraan motor bensin itu berupa gas karbon monoksida berbagai senyawa
hidrokarbon, berbagai oksida nitrogen (NOx), sulfur (SOx), dan partikulat debu
termasuk timbel (PB)Gas karbon monoksida dihasilkan dari proses pembakaran
yang tidak sempurna akibat dari pencampuran bahan bakar dan udara yang terlalu
kaya. Boleh dikatakan bahwa terbentuknya CO sangat tergantung dari
perbandingan campuran bahan bakar yang masuk dalam ruang bakar. Menurut teori
bila terdapat oksigen yang melebihi perbandingan campuran ideal (teori) campuran
menjadi terlalu kurus maka tidak akan terbentuk CO. Tetapi kenyataannya CO juga
terjadi dan dihasilkan pada saat kondisi campuran terlalu kurus. Pengurangan
jumlah gas buang karbon monoksida dan hidro karbon dari kendaraan motor bensin
dapat menggunakan catalytic converter dengan menggunakan katalis tembaga
(Cu).
Kata kunci: Kendaraan motor bensin, CO dan HC, Catalytic Converter, Cu.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kendaraan motor bensin memang menjadi suatu kebutuhan bagi
kehidupan manusia itu sendiri. Sekarang ini kebutuhan akan kendaraan motor
bensin sangatlah besar, sehingga mempengaruhi tingkat pencemaran yang
terjadi di udara. Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi
fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan
kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, serta mengganggu estetika dan
kenyamanan, atau merusak properti. Sifat alami udara mengakibatkan dampak
pencemaran udara dapat bersifat langsung, lokal, regional, maupun global.
Kendaraan bermotor termasuk ke dalam salah satu penyebab terjadinya
akan pencemaran udara itu sendiri. Karena gas buang atau emisi yang
dihasilkan dari pembakaran kendaraan motor bensin itu berupa gas karbon
monoksida berbagai senyawa hidrokarbon, berbagai oksida nitrogen (NOx),
sulfur (SOx), dan partikulat debu termasuk timbel (PB).Sisa bahan bakar
tertentu seperti hidrokarbon dan timbel organik, dilepaskan ke udara karena
adanya penguapan dari sistem bahan bakar. Setelah berada di udara,
beberapa senyawa yang terkandung dalam gas buang kendaraan motor
bensin dapat berubah karena terjadinya suatu reaksi, misalnya dengan sinar
matahari dan uap air, atau juga antara senyawa-senyawa tersebut satu sama
lain. Gas karbon monoksida (CO) hasil pembakaran bersifat racun bagi
darah manusia pada saat pernafasan, sebagai akibat berkurangnya oksigen
pada jaringan dalam darah. Jika jumlah CO sudah mencapai batas tertentu
dalam tubuh maka akan sangat berbahaya bagi manusia (Arifin, dkk.2009).
Gas karbon monoksida dihasilkan dari proses pembakaran yang
tidak sempurna akibat dari pencampuran bahan bakar dan udara yang terlalu
kaya. Boleh dikatakan bahwa terbentuknya CO sangat tergantung dari
perbandingan campuran bahan bakar yang masuk dalam ruang bakar. Menurut
teori bila terdapat oksigen yang melebihi perbandingan campuran ideal (teori)
campuran menjadi terlalu kurus maka tidak akan terbentuk CO. Tetapi
kenyataannya CO juga terjadi dan dihasilkan pada saat kondisi campuran
terlalu kurus. Proses terjadinya CO :
2C + O2 2CO
2CO + O2 2CO2
Akan tetapi reaksi ini sangat lambat dan tidak dapat merubah seluruh sisa CO
menjadi CO2. (Swisscontact, 2000).
Penggunaan kendaraan motor bensin di dalam kehidupan manusia
tidak bisa dikurangi, seiring dengan meningkatnya aktivitas manusia. Hal
yang perlu diperhatikan adalah meningkat pula pencemaran udara yang
tidak diimbangi dengan upaya pelestarian lingkungan. Dalam hal ini,
pencemaran udara karena gas buang karbon monoksida dan hidro karbon dari

kendaraan motor bensin menjadi prioritas penulis untuk mengurangi jumlah


gas buang karbon monoksida dan hidro karbon dari kendaraan motor bensin
menggunakan catalytic converter dengan menggunakan katalis tembaga (Cu).
Catalytic converter pada dasarnya merupakan sebuah reaktor
unggun tetap (Fixed Bed Reaktor) yang beroperasi dinamis dan mengolah
zat-zat yang mengandung emisi gas buang berbahaya menjadi zat-zat yang
tidak berbahaya. catalytic converter merupakan sebuah converter
(pengubah) yang menggunakan media yang bersifat katalis, dimana media
tersebut diharapkan dapat membantu atau mempercepat terjadinya proses
perubahan suatu zat (reaksi kimia) sehingga gas seperti CO dapat teroksidasi
menjadi CO2( Springer-Verlag. New York Inc, 1970).
Media katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia
pada sushu tertantu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi
itu sendiri. Media yang biasa digunakan sebagai katalis adalah logam yang
mahal dan jarang seperti Palladium, Platinum dan Stainless Steel (Heisler, l995
).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang terjadi, maka permasalahan yang akan
diuraikan adalah:
1. Bagaimana cara kerja dari catalytic converter dengan katalis tembaga pada
kendaraan motor bensin?
2. Bagaimana pengaruh katalis tembaga (Cu) pada catalytic converter
terhadap gas buang (emisi) karbon monoksida (CO) dan hidro karbon (HC)
kendaraan motor bensin?

C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis ialah:
1. Mengetahui cara kerja dari alat catalytic converter pada kendaraan motor
bensin.
2. Mengetahui seberapa berpengaruhnya katalis tembaga (Cu) pada catalytic
converter terhadap gas buang (emisi) karbon monoksida (CO) dan hidro
karbon (HC) kendaraan motor bensin.
3. Mengetahui jumlah penurunan gas buang karbon monoksida (CO) dan hidro
karbon (HC) pada kendaraan motor bensin.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Benda Uji
Proses terjadinya CO :
2C + O2 2CO
2CO + O2 2CO2
Benda uji yang dipakai pada penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Kelompok kontrol
Yang dipakai sebagai benda uji kelompok kontrol pada penelitian ini adalah
knalpot (exhaust system) sepeda motor Honda Karisma standar pabrik (K1),
knalpot dengan pipa baja straight through (K2), dan knalpot dengan pipa
tembaga straight through tanpa katalis (K3).

Gambar 1. Model knalpot standar pabrik (K1)

Gambar 2. Model knalpot kelompok kontrol 2, 3, dan kelompok uji yang


diisi katalis
2. Kelompok uji
Yang menjadi kelompok uji pada penelitian ini adalah knalpot sepeda
motor Honda Karisma yang sudah dimodifikasi muffler-nya dan diberi aktif
metal katalis dari logam tembaga yang dibubut pada muffler-nya,
selanjutnya disebut sebagai catalytic muffler. Selanjutnya katalis tersebut
dimasukkan ke dalam ruang antar bafel, dari knalpot yang sudah

dimodifikasi dengan variasi berat : 240 gram, 220 gram, 200 gram, 180
gram, 160 gram, 140 gram dan 120 gram.

Gambar 3. Skema peralatan


B. Unjuk Kerja Mesin Motor Bensin
Dasar pengukuran yang digunakan untuk mengevaluasi performance
suatu engine meliputi:
. 2. . .
[hp]
60,75
= . [kg. m]

( ) =

. .
.

Efisiensi thermal (th) =

)=

. .
. . .

[kg.cm2]

Spesific Fuel Consumption (Sfc) [kg/hp-jam]


,
.

x 100%

Konsentrasi polutan gas buang, dalam hal ini polutan CO dan HC.
C. Hasil Dan Pembahasan
Penambahan katalis tembaga menghasilkan unjuk kerja mesin yang
meningkat, serta dapat menurunkan konsentrasi polutan CO dan HC.

Gambar 4. Grafik polutan CO terhadap putaran mesin

Gambar 5. Grafik Hubungan putaran mesin terhadap polutan HC

Adanya CO pada gas buang diakibatkan oleh karena pembakaran yang


terjadi di dalam ruang bakar tidak sempurna, yang disebabkan oleh kurangnya
jumlah udara dalam campuran yang masuk kedalam ruang bakar atau bisa juga
kurangnya waktu yang tersedia untuk menyelesaikan waktu pembakaran.
Konsentrasi polutan CO tinggi ketika idling dan mencapai minimum ketika
akselerasi dan pada kecepatan konstan. Penutupan throtle yang mana akan
mereduksi suplai oksigen (O2) ke ruang bakar adalah faktor utama timbulnya
CO, sehingga perlambatan dari kecepatan tinggi akan menghasilkan CO
tertinggi pada gas buang kendaraan bermotor. CO juga sangat ditentukan oleh
kualitas campuran, homogenitas dan perbandingan udara dan bahan bakar.
Kurangnya O2 dalam campuran akan mengakibatkan karbon bereaksi tidak
sempurna, sehingga terbentuk CO. CO juga cenderung bereaksi pada
temperatur pembakaran yang tinggi. Meskipun campuran miskin jika
temperatur pembakaran terlalu tinggi, maka O2 yang telah terbentuk dalam
karbon dioksida (CO2) bisa berdisosiasi membentuk CO dan O2. Dari gambar
4 dapat diketahui bahwa penambahan logam tembaga sebagai catalytic
converter pada saluran gas buang berpengaruh terhadap konsentrasi polutan
CO yang dihasilkan oleh mesin standar. Pada semua putaran mesin terjadi
penurunan kadar konsentrasi polutan CO ratarata sebesar 47,53 % bila
dibandingkan pada pengujian dengan menggunakan saluran gas buang standar
(K3). Penambahan berat serabut tembaga pada saluran gas buang akan
menurunkan konsentrasi polutan CO, hal ini bisa dipahami bahwa dengan
adanya katalis tembaga didalam saluran gas buang, maka, katalis akan menjadi
naik temperaturnya. Dengan naiknya temperatur katalis maka kecepatan reaksi
untuk terbentuknya CO2 semakin cepat, sehingga sebagian gas CO akan
bereaksi dengan O2 untuk membentuk gas CO2. Dengan terbentuknya CO2,
maka konsentrasi polutan CO dalam gas buang akan menurun. Akan tetapi
pemberian katalis ada batas optimumnya, dimana jika katalis yang diisikan
terlalu padat, maka gas buang tidak bisa berkontak dengan katalis, sehingga
temperatur katalis juga menurun,yang mengakibatkan kecepatan reaksi
oksidasi untuk terbentuknya O2 akan berkurang. Dari gambar 4 dan 5 dapat
dilihat bahwa penambahan katalis yang paling efektif adalah pada berat serabut
tembaga 200 gr. Sedangkan dari gambar 4 dapat dilihat perbandingan
pemberian logam katalis terbaik (200 gr) dengan saluran gas buang standar
(kontrol 3) terjadi penurunan konsentrasi polutan CO rata-rata untuk semua
putaran sebesar 47,53%.
HC yang tidak terbakar adalah akibat langsung dari ketidaksempurnaan
pembakaran, yang erat kaitannya dengan engine desain dan variabel operasi.
Selama proses kompresi dan pembakaran kenaikan tekanan pada ruang bakar
akan memaksa sejumlah gas untuk masuk ke celah-celah kecil dalam ruang
bakar. Gas-gas ini akan keluar pada langkah ekspansi dan langkah buang
merupakan salah satu sumber hidrokarbon pada gas buang kendaraan. Sumber
lainnya adalah lapisan oli pelumas yang menempel pada dinding piston atau
silinder head. Lapisan oli ini bisa menyerap dan melepaskan kembali

komponen hidrokarbon dalam campuran (sebelum dan sesudah pembakaran)


sehingga memungkinkan sejumlah bahan bakar lolos ketika terjadinya
pembakaran. Dari gambar 5 dapat diketahui bahwa penggunaan logam
tembaga sebagai pereduksi konsentrasi polutan HC dapat menurunkan kadar
konsentrasi polutan hidrokarbon yang signifikan. Penurunan konsentrasi
polutan HC terdapat pada semua putaran, dan penurunan terbaik terdapat pada
penambahan berat tembaga 200 gr. Jika dibandingkan dengan standar (kontrol
3) terdapat penurunan rata-rata sebesar 33,35 %.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Penambahan catalytic converter tembaga dapat meningkatkan unjuk kerja
bagi motor bensin 4 tak bersilinder tunggal. Hal ini dapat dilihat dengan
bertambahnya daya, torsi, Bmep, dan efisiensi termis, serta menurunkan konsumsi
bahan bakar spesifik. Unjuk kerja motor bensin empat langkah honda karisma akan
optimum jika didalam saluran gas buangnya dibuat dengan pipa tembaga straigh
through yang diisikan serabut tembaga sebagai katalis seberat maksimal 200 gram.
Konsentrasi polutan gas karbon monoksida dan HC terbaik dicapai juga
dengan penambahan berat katalis 200 gram. Konsentrasi polutan karbon monoksida
turun 47,53%, jika dibandingkan dengan kelompok kontrol (kontrol 3), sedangkan
konsentrasi polutan HC turun 33,53 %.

DAFTAR PUSTAKA

Hakam, Mohamad, dkk. 2006. Analisa Pengaruh Penggunaan Logam Tembaga


sebagai Katalis pada Saluran Gas Buang Mesin Bensin Empat Langkah
Terhadap Konsentrasi Polutan Co DAN HC*. Akta Kimindo Vol. 2 No. 1
Oktober 2006: 25 30. Institut Teknologi Sepuluh November.
Irawan, Bagus. 2006. Pengaruh Katalis Tembaga Dan Krom Terhadap Emisi Gas
Carbon Monoksida Dan Hidro Carbon Pada Kendaraan Motor Bensin.
Traksi. Vol. 4. No. 1, Juni 2006. Unimus.
Irawan, Bagus, dkk. 2013. Unjuk Kemampuan Katalis Tembaga Berlapis Mangan
Dalam Mengurangi Emisi Gas Carbon Monoksida Motor Bensin.
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan 2013. Universitas Diponegoro.
Mustaqim, dkk. Analisa Pengaruh Katalis Tembaga Pada Katalytik Konverter
Terhadap Emisi Gas Carbon Monoksida Dan Hidro Karbon Pada
Kendaraan Motor Bensin.
Ridwanaz. 2014. Bahaya Gas Karbon Monoksida Bagi Manusia.
http://ridwanaz.com/kesehatan/bahaya-gas-karbon-monoksida-bagimanusia/, diunduh tanggal 4 Desmeber 2014.
Wikipedia. 2014. Emisi Gas Buang. http://id.wikipedia.org/wiki/emisi_gas_buang,
diunduh tanggal 4 Desember 2014.
Wikipedia.
2014.
Karbon
http://id.wikipedia.org/wiki/karbon_monoksida,
Desember 2014.

diunduh

Monoksida.
tanggal 4

Вам также может понравиться