Вы находитесь на странице: 1из 53

PRESENTASI KASUS

STROKE HEMORAGIK
Dwi Wicaksono
Hanifah RN
Herliani DPH

Identitas

Nama
: Ny.HK
Usia
:47 tahun
Alamat
: Pasar Rumput
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku
: Jawa
Agama
: Islam
Pernikahan : Janda
Pendidikan : Tamat SD
Tanggal periksa : 8 Des 2012

Keluhan Utama
Penurunan kesadaran mendadak 1,5
jam SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang


Menurut anak pasien yang tinggal serumah,
pasien mengalami penurunan kesadaran
mendadak 1,5 jam SMRS. Pada saat itu, pasien
sedang mandi dan kemudian berteriak aduh.
Ketika ditemukan, pasien dalam keadaan jatuh
terduduk, tampak lemas, dan tidak sadarkan diri.
Lima menit kemudian, pasien mulai meringis
kesakitan, mulut mencong ke kanan, berbicara
tidak jelas, dan tidak merespons ketika ditanya.
Dalam perjalanan menuju ke rumah sakit, pasien
terus-menerus mengeluhkan sakit kepala sambil
memegangi kepala sebelah kanan. Tidak ada
mual dan muntah menyemprot. Riwayat trauma
kepala disangkal. Riwayat demam disangkal.
Riwayat penurunan berat badan disangkal.

Riwayat Penyakit Sekarang


Menurut anak pasien, pasien sering
mengeluhkan sakit kepala sejak 3
tahun yang lalu. Sakit kepala berkurang
dengan obat warung. Namun, sejak
suami pasien sakit-sakitan pada tahun
yang sama, sakit kepala bertambah
sering sehingga pasien berobat ke
puskesmas. Tekanan darah pasien saat
itu 200/100 mmHg sehingga pasien
diresepkan obat tekanan darah tinggi
yang diminum rutin oleh pasien.

Riwayat Penyakit Sekarang


Dengan pertanyaan tertutup, pasien menjelaskan
sakit kepala dirasakan di sebelah kanan (VAS
9/10), berdenyut, tidak menjalar, yang timbul
terus-menerus , dan makin terasa sakit ketika
batuk . Pasien tidak pernah merasakan sakit
kepala seperti ini sebelumnya.
Sebelum penurunan kesadaran, selain sakit kepala
hebat, pasien juga merasa pandangan berkunangkunang dan seluruh badan terasa lemas.
Pandangan ganda disangkal. Kelemahan sesisi
disangkal. Rasa baal dirasakan oleh pasien pada
lengan , tangan, tungkai, dan kaki kiri.

Riwayat Penyakit Dahulu


Hipertensi (+) yang terkontrol sejak
3 tahun yang lalu.
Diabetes mellitus (-)
Penyakit jantung (-)
Stroke (-)
Pasien tidak pernah dirawat di rumah
sakit disebabkan oleh penyakit lain
sebelumya.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang
mengalami keluhan dan penyakit serupa
dengan pasien.
Riwayat Sosial
Pasien adalah janda beranak tiga. Suami
pasien meninggal 3 tahun yang lalu.
Pasien bekerja sehari-hari sebagai buruh
cuci. Pasien tidak pernah merokok.

Status Generalis
Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Somnolen
Tekanan Darah: 170/90 mmHg
Frekuensi Nadi : 83x/menit
Frekuensi nafas
: 20x/menit
Suhu
: 36.2oC

Kulit: Tidak ada kelainan


Mata
: Sklera ikterik (-/-),
konjungtiva anemik (-/-)
Kepala : Tidak ada deformitas
Rambut : Tidak ada kelainan
Wajah : Asimetris
Mulut
: Mencong ke kanan,
faring hiperemis (-)
Leher
: JVP tidak
meningkat, tidak ada pembesaran
KGB, tiroid tidak teraba

Jantung : Iktus kordis teraba,


batas jantung normal, S1 dan
S2 normal, murmur (-), gallop (-)
Paru

: Simetris statis
dinamis,fremitus
kanan= kiri,
sonor +/+, vesikuler +/+
Abdomen
: Datar, supel, lemas,
bising usus (+)
normal,
nyeri tekan (-)
Punggung
: Tidak ada kelainan
Ekstrimitas : Akral hangat, edema -/-

Status Neurologis
Glasgow Coma Scale

: E3M6V3

Tanda rangsang meningeal:

kaku kuduk (+)

laseque>70/>70

kernig >135/>135

brudzinsky I -/
brudzinsky II -/-

Nervus Kranialis

Tanda Klinis

N .I

normal

N. II

pupil bulat, isokor,


4mm/4mm, RCL +/+,
RCTL +/+, visus
>6/60,lapang pandang
normal, warna normal.

N. III, IV, VI

tidak ada paresis, uji


konvergensi normal

N. VII

plica nasolabialis kiri


lebih datar, kerutan dahi
kanan dan kiri simetris
paresis N.VII kiri tipe
sentral

N. VIII

normal

N. IX, N.X

normal

N.XI

normal

Pemeriksaan Motorik
Inspeksi : gerakan involunter (-), atrofi
otot
(-), kesan hemiparesis sinistra
Kekuatan :
5555 4444
5555 4444
Tonus
: normotoni
Refleks fisiologis: +2 +2
+2 +2
Refleks patologis: tidak ada

Koordinasi
past pointing
disdiadokokinesia
nose to finger test
knee to heel

tidak
tidak
tidak
tidak

diperiksa
diperiksa
diperiksa
diperiksa

Pemeriksaan Sensorik
Hemihipestesia sesisi kiri.
Fungsi luhur: tidak diperiksa

CT Scan

CT Scan

Hasil Pemeriksaan
Radiologis:
Tampak lesi
hiperdens
berdensitas
perdarahan di
thalamus kanan
disertai dengan
hipodensitas di
sekitarnya (perifokal
edema)
Tampak pula lesi
hiperdens mengisi
sebagian cisterna
ambiens kanan,
kortikal sulci, dan
fissura sylvii.
-Perdarahan
thalamus
kanan
-Perdarahan
SA sisterna
ambiens
kanan

Foto Thorax

Hasil Laboratorium

Diagnosis
Diagnosis klinis:
-Paresis N. VII sinistra tipe
sentral
-Kesan hemiparesis sinistra
-Hemihipestesia kiri
-Hipertensi grade II
-Riwayat penurunan
kesadaran
Diagnosis topis:
-Subkortikal (thalamus)
kanan

Diagnosis patologis
-Hemoragik
Diagnosis etiologis
-Ruptur pembuluh darah

Diagnosis kerja:
Stroke hemoragik OH I
Hipertensi grade II

Prognosis
Ad vitam
: Bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Bonam

Tatalaksana
Elevasi kepala 300
O2 3 liter/menit
IVFD NaCl 0,9% 500cc/
12 jam
Diet cair 6x 250 cc
Ascardia 1x 320 mg
(load)
Simvastatin 1x20 mg
Citicholin 2x 500 mg IV
B6 2x tab I

B 12 2x tab I
Asam folat 2x tab I
Paracetamol 3x500
mg prn nyeri kepala
Tramadol 3x100 mg
IV
Nimodipine 4x60 mg
po
Observasi tanda
vital

Stroke
Stroke adalah suatu sindroma klinis yang
menyebabkan defisit neurologis baik fokal
maupun global yang terjadi mendadak
dan menetap >24 jam yang disebabkan
oleh gangguan serebrovaskular.
Stroke
Iskemik

Patologi Anatomi

Stroke
Hemoragik

Ropper AH, Brown RH. Adams and Victors Principles of Neurology:


Cerebrovascular diseases. 8th ed. 2005. New York: The Mc-Graw-Hill Companies.

Tanda dan Gejala

Rohkamm. Color atlas of neurology. 2004. Thieme: 166

Skor Siriraj
(2,5xS)+(2xM)+(2xN)x (0,1xD)-(3xA)-12
S kesadaran dimana 0= kompos mentis,
1=somnolen, 2=stupor atau koma
M muntah dimana 0=tidak ada, 1=ada
N nyeri kepala dimana 0=tidak ada, 1=ada
D diastolik
A ateroma dimana 0=tidak ada, 1=salah satu
atau lebih penyebab lainnya: DM, angina,
penyakit pembuluh darah.
<-1: infark serebri
-1 s.d. 1 meragukan
>1: perdarahan supratentorial
Soertidewi L, Tiksnadi A. Buku Saku Tentorium Neurologi. Jakarta:
Departemen Neurologi FKUI/RSCM.

Stroke Hemoragik
Stroke yang disebabkan oleh perdarahan
intrakranial ,dapat terjadi spontan (i.e., nontraumatik) intrakranial, dengan lokasi di
epidural, subdural, intraparenkimal, atau
interventrikular.
Perdarahan otak sering didiagnosis dengan
menggunakan CT scan non-kontras saat
mengevaluasi stroke akut.
Berdasarkan anatominya perdarahan otak
dibedakan menjadi perdarahan
intraserebral dan perdarahan
subarakhnoid.
Misbach J. Stroke: aspek diagnostic, patofisiologi, dan
manajemen. 1999. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Perdarahan Intraserebral

Rohkamm. Color atlas of


neurology. 2004. Thieme:
185.

Perdarahan Intraparenkimal
Hipertensif
Perdarahan intraserebral tanpa disertai bukti
kelainan vaskular seperti aneurisma atau
angioma, biasanya disebabkan oleh hipertensi.
Lokasi tersering adalah ganglia basal (khususnya
putamen), thalamus, serebelum, dan pons.
Perdarahan arteri kecil hipertensi yang
menyebabkan bekuan darah berukuran kecil
maupun besar herniasi bahkan kematian.

Fauci AS, Brunwald E, Kasper DL, Hauser Sl, Longo DL, Jameson JL,
Loscalzo J. Harrisons Principles of Internal Medicine. 17 th edition.
USA: The McGraw-hill Companies, inc; 2008.

Perdarahan Intraparenkimal
Hipertensif

Meskipun tidak berkaitan dengan


aktivitas fisik, sebagian besar
perdarahan intraserebral terjadi ketika
pasien sadar dan terkadang ketika
stress.
Fauci AS, Brunwald E, Kasper DL, Hauser Sl, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J.
Harrisons Principles of Internal Medicine. 17th edition. USA: The McGraw-hill

Perdarahan Subarakhnoid

Rohkamm. Color atlas of


neurology. 2004. Thieme:

Perdarahan Subarakhnoid
Penyebab 5-10% stroke disebabkan oleh
perdarahan subarakhnoid.
Sering disebabkan oleh ruptur aneurisma atau
malformasi arteriovenosus, tetapi pada 20%
kasus penyebab pastinya tidak ditemukan.
Gejala nyeri kepala hebat dan mendadak saat
onset penyakit yang dapat disertai mual dan
muntah.
Dapat disertai penurunan kesadaran dan
gangguan status mental.
Dalam 90% kasus, perdarahan dapat terlihat di
CT-scan dalam waktu 24 jam.
Misbach J. Stroke: aspek diagnostic, patofisiologi, dan manajemen. 1999. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Rohkamm. Color atlas of neurology. 2004. Thieme: 185.

Perdarahan Subarakhnoid
Gejala nyeri kepala hebat dan
mendadak saat onset penyakit yang
dapat disertai mual dan muntah.
Dapat disertai penurunan kesadaran
dan gangguan status mental.
Dalam 90% kasus, perdarahan dapat
terlihat di CT-scan dalam waktu 24 jam.
Misbach J. Stroke: aspek diagnostic, patofisiologi, dan manajemen. 1999. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Rohkamm. Color atlas of neurology. 2004. Thieme: 185.

Komplikasi Perdarahan
Subarakhnoid
Edema serebri
Rebleeding timbul pada 50-60% kasus
dalam 6 bulan pertama setelah perdarahan
awal, menurun 10% pada hari ke-30, dan
berkurang 3% setiap tahun
Vasospasme yang timbul pada hari ke-3 dan
meningkat pada hari ke-7 sangat menentukan
prognosis
Hidrosefalus tersumbatnya aliran likuor
serebri intraventrikular muncul sebagai
komplikasi perdarahan subarakhnoid.
Hiponatremia, edema pulmoner
neurogenik, kejang, dan kardiak aritmia.
Rohkamm. Color atlas of neurology. 2004. Thieme: 184.

Anamnesis Stroke
Hemoragik
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam anamnesis pasien yang diduga
mengalami stroke hemoragik antara lain
awitan gejala, gejala awal dan
progresinya, faktor risiko vaskuler,
pemakaian obat-obatan, riwayat trauma
atau pembedahan, demensia, alkohol
atau penyalahgunaan obat lain, riwayat
kejang, penyakit hati , kanker dan
gangguan hematologis.
Hazinsky MF, Leon C, Bob E, Robin H. Adult stroke. Circulation 2005;112;111-120; originally
published online Nov 28,2005.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang penting dilakukan dimulai
dari status generalis.
Untuk kesadaran dapat dinilai dengan
kualitatif dan kuantitatif. Penilaian lebih
obyektif dengan Skala Koma Glasgow.
Pada tanda vital, terutama diperhatikan
tekanan darah karena terjadi hipertensi
reaktif akut.

Hazinsky MF, Leon C, Bob E, Robin H. Adult stroke. Circulation 2005;112;111-120; originally published online Nov
28,2005.

Perdarahan Talamus
Gejala utama yang ditimbulkan adalah hilangnya
sensasi pada seluruh tubuh kontralateral.
Hemiplegia atau hemiparesis karena kompresi
atau destruksi kapsula interna.
Hilangnya sensasi lebih berat daripada
kelumpuhan yang terjadi.
Dapat terjadi afasia, dapat juga terjadi gangguan
lapang pandang homonim yang reversibel.
Pupil anisokor, ptosis dan miosis ipsilateral,
nistagmus retraksi juga dapat muncul.
Ropper AH, Brown RH. Adam and Victors Principles of Neurology. 8 th ed. New York: McGrawHill. 2005;711-6.

Pemeriksaan Penunjang

darah perifer lengkap,


kimia darah,
prothrombin time (PT) atau INR,
activated partial thromboplastin time (APTT),
skrining toksik,
urinalisis,
elektrokardiografi,
foto polos dada,
Neuroimaging (CT-Scan, MRI).

Hazinsky MF, Leon C, Bob E, Robin H. Adult stroke. Circulation 2005;112;111-120; originally
published online Nov 28,2005.

Tatalaksana Stroke Akut

Stabilisasi pasien dengan tindakan ABCDE


Pasang jalur infuse intravena dengan larutan salin normal 0,9 %
dengan kecepatan 20 ml/jam, jangan memakai cairan hipotonis
seperti dekstrosa 5 % dalam air dan salin 0,45%, karena dapat
memperhebat edema otak
Berikan oksigen 2-4 liter/menit melalui kanul hidung
Buat rekaman elektrokardiogram (EKG) dan lakukan foto rontgen
toraks
Ambil sampel untuk pemeriksaan darah : pemeriksaan darah
perifer lengkap dan trombosit, kimia darah (glukosa, elektrolit,
ureum, dan kreatinin), masa protrombin, dan masa tromboplastin
parsial
Jika ada indikasi, lakukan tes-tes berikut : kadar alkohol, fungsi
hati, gas darah arteri, dan skrining toksikologi
Tegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis
CT-scan atau MRI bila alat tersedia. Bila tidak ada, dengan skor
Siriraj untuk menentukan jenis stroke.

Misbach J. Stroke: aspek diagnostik, patofisiologi, manajemen. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 1999.
Hazinsky MF, Leon C, Bob E, Robin H. Adult stroke. Circulation 2005;112;111-120; originally published online Nov 28,
2005.

Tatalaksana Stroke
Hemoragik

Pada pasien dengan defisiensi faktor koagulasi dan


trombositopenia, penatalaksaan yang dilakukan meliputi
pemberian faktor pembekuan atau platelet.
Pada pasien dengan riwayat pemakaian antikoagulan oral yang
mengalami perdarahan yang mengancam nyawa, dalam hal ini
misalnya perdarahan intrakranial, direkomendasikan untuk
memperbaiki INR secepat mungkin.
Vitamin K membutuhkan waktu beberapa jam untuk memperbaiki
INR, sedangkan FFP memiliki kekurangan berupa peluang
timbulnya reaksi alergi, risiko transfusi infeksius, waktu produksi
yang lama, serta masalah volume yang diperlukan untuk koreksi.
Kendalikan hipertensi : Tekanan darah sistolik > 180 mmHg harus
diturunkan sampai 150-180 mmHg dengan labetalol (20 mg
intravena dalam 2 menit, ulangi 40-80 mg intravena dalam
interval 10 menit sampai tekanan yang diinginkan, kemudian
infuse 2 mg/menit (120 ml/jam) dan dititrasi atau penghambat
ACE (misalnya kaptopril 12,5-25 mg, 2-3 kali sehari) atau
antagonis kalsium (misalnya nifedipin oral 4 kali 10 mg).

Pertimbangkan konsultasi bedah saraf


Pertimbangkan angiografi untuk menyingkirkan aneurisma
atau malformasi arteriovenosa.
Berikan manitol 20 % (1 mg/kgBB, bolus intravena dalam
20-30 menit, dilanjutkan 0,5 mg/kgBB setiap 3-5 jam) untuk
pasien dengan koma dalam atau tanda-tanda tekanan
intrakranial yang meninggi atau ancaman herniasi.
Steroid tidak terbukti efektif pada perdarahan intraserebral.
Pertimbangkan fenitoin (10-20 mg/kgBB intravena,
kecepatan maksimal 50 mg/menit, atau per oral) pada
pasien dengan perdarahan luas dan derajat kesadaran
menurun.
Pertimbangkan terapi hipervolemik dan nimodipin untuk
mencegah vasospasme bila secara klinis, pungsi lumbal
atau CT-Scan menunjukkan perdarahan subaraknoid akut
primer.

Tatalaksana
Manajemen tekanan darah
Apabila tekanan darah sistolik >200 mmHg atau MAP >150
mmHg, pertimbangkan penurunan tekanan darah secara
agresif dengan infus intravena kontinyu, dengan pemantauan
setiap 5 menit.
Apabila tekanan darah sistolik >180 mmHg atau MAP >140
mmHg dan terdapat kemungkinan peningkatan tekanan
intrakranial, pertimbangkan pemantauan tekanan intrakranial
dan penurunan tekanan darah dengan pengobatan intravena
intermiten atau kontinyu sambil mempertahankan tekanan
perfusi serebral 60 mmHg.
Apabila tekanan darah sistolik >180 mmHg atau MAP >130
mmHg tanpa bukti peningkatan tekanan intrakranial,
pertimbangkan penurunan tekanan darah secara moderat
(misalnya MAP 110 mmHg atau target tekanan darah 160/90
mmHg) dengan pengobatan intravena intermiten atau kontinyu
untuk mengontrol tekanan darah sambil memantau pasien
setiap 15 menit. (rekomendasi kelas C)
Hazinsky MF, Leon C, Bob E, Robin H. Adult stroke. Circulation 2005;112;111-120; originally published online Nov 28, 2005.

Prognosis
Prognosis dari stroke hemoragik
tergantung pada jumlah perdarahan
dan skala koma Glasgow.
Prognosis untuk clot serebral
berukuran sedang dan berat adalah
buruk, dapat menyebabkan kematian.
Angka kematian tinggi pada
perdarahan di daerah serebelum.

Pembahasan

Anamnesis
Pasien mengalami penurunan kesadaran
mendadak 1,5 jam sebelum masuk rumah sakit,
timbul gejala neurologis berupa defisit neurologis
sebelah sisi dan nyeri kepala hebat, hipertensi (+)
sejak 3 tahun lalu, trauma (-), demam (-),
penurunan BB (-) stroke akut.
SSS , kesadaran somnolen, terdapat nyeri kepala,
tidak ada muntah, diastolik 90 mmHg 1.5
perdarahan supratentorial (stroke hemoragik)
Kelemahan sesisi dan hilangnya sensasi sesisi
kontralateral lokasi nyeri perdarahan
intraserebral
Nyeri kepala hebat, kaku kuduk positif
perdarahan subarakhnoid

Pemeriksaan
Perdarahan intraparenkimal yang biasa terjadi
pada hipertensif kronik adalah perdarahan
talamus, putamen, serebelar, dan pons.
Hilangnya sensasi sesisi yang lebih dominan
dari kelemahan sesisi khas pada perdarahan
talamus
Hasil CT-Scan:
Lesi hiperdens di talamus kanan perdarahan
talamus kanan
Lesi hiperdens mengisi sisterna ambiens kanan
perdarahan subaraknoid

Tatalaksana
Ascardia 1x 320 mg
(load) dan Simvastatin
1x20 mg untuk
mencegah stroke
berulang
Citicholin 2x 500 mg IV
sebagai neuroprotektor
B6, B12, sebagai
vitamin neurotropik
asam folat menurunkan
level homosistein
Parasetamol dan
tramadol dikombinasi
untuk sakit kepala berat

Nimodipine 4x60 mg
po untuk
mengendalikan
tekanan darah dan
sebagai
neuroprotektor
Observasi tanda vital

Nimodipin
Antagonis kanal kalsium
menghambat pengeluaran tromboksan
(vasokonstriktor) merelaksasi
pembuluh darah aliran darah
menjadi lancar vasospasme .
Pemberian 4x60 mg per oral dengan
waktu paruh sekitar 8-9 jam.
Selain itu, nimodipin dianggap dapat
berperan sebagai neuroprotektif.
http://www.medicinenet.com/nimodipine-oral/article.htm

Ascardia
Ascardia adalah aspirin/ asam
asetilsalisilat yang berfungsi sebagai
antitrombotik sehingga dapat
menjadi pencegahan pembekuan
darah.
Aspirin (325 mg) dalam 24-48 jam
pertama setelah serangan stroke
(rekomendasi A).

Daftar Pustaka

Ropper AH, Brown RH. Adams and Victors Principles of Neurology: Cerebrovascular
diseases. 8th ed. 2005. New York: The Mc-Graw-Hill Companies.
Misbach J. Stroke: aspek diagnostic, patofisiologi, dan manajemen. 1999. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Soertidewi L, Tiksnadi A. Buku Saku Tentorium Neurologi. Jakarta: Departemen
Neurologi FKUI/RSCM.
Fauci AS, Brunwald E, Kasper DL, Hauser Sl, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J.
Harrisons Principles of Internal Medicine. 17 th edition. USA: The McGraw-hill
Companies, inc; 2008.
Gonzales R, Zeiger R. Current medical diagnosis & treatment: nervous system
disorders. 2010. USA: Lange.
Morgenstem LB, Hemphill JC, Anderson C, Becker K, Broderick JP, Connoly ES, et al.
Guidelines for the management of spontaneous intracerebral hemorrhage: guideline
for healthcare professionals from the american heart association/american stroke
association. Stroke 2010;41;2108-2129; originally published online Jul 22, 2010
Hazinsky MF, Leon C, Bob E, Robin H. Adult stroke. Circulation 2005;112;111-120;
originally published online Nov 28, 2005.
http://emedicine.medscape.com/article/1916662-overview#aw2aab6b2b6aa

Tanya Jawab
Edwin : mengapa yang positif hanya kaku
kuduknya saja?
Cieto : bagaimana menilai apakah
hipertensi karena peningkatan TIK atau
memang benar hipertensi?
Peningkatan TIK: bradikardi relatif,
hipertensi, hiperventilasi (lihat
Wahyu : pada stroke hemoragik akut, kapan
dilakukan penurunannya? Dan bagaimana?

Osmolalitas = 2 (Na+K) + (Glu/18)+


(ur/6.4)
=2 (142 + 3.7 )+ (116/18) +
(23.9/6.4)
= 291.4+ 6.4 + 3.73 = 301.53

Tekanan darah pada stroke hemoragik diturunkan


apabila ada perdarahan retina, epistaksis masif,
gagal jantung, ekstravasasi cairan ke alveolus
(froathy sputum), gagal ginjal (kriteria Rifle).
Iskemia pada oksipital atas merupakan silent
area.
Pada kecurigaan peningkatan intrakranial,
lakukan penatalaksanaan elevasi kepala 30
derajat. Selain untuk menyeimbangkan perfusi
dan venous return, elevasi kepala untuk
mencegah aspirasi.

Untuk penatalaksanaan hiperglikemia,


berikan insulin intravena.
Nimodipin diberikan untuk mencegah
vasospasme. Vasospasme terjadi karena
adanya perdarahan dimana ada kontak
antara dinding luar pembuluh darah dengan
darah. Oleh karena itu, muncul mekanisme
pembuluh darah berkontak dengan darah
sehingga terjadi mekanisme vasokonstriksi.
Transamin tidak boleh diberikan karena
transamin akan menstabilkan plasma
sehingga darah tidak diresorpsi.

Вам также может понравиться