Вы находитесь на странице: 1из 19

PRAKTIKUM PETROLOGI

LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB III
BATUAN PIROKLASTIK

3.1. Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum kali ini adalah :
1.

Mengetahui

dan

membedakan

batuan

piroklastik

berdasarkan

klasifikasinya.
2.

Menginterpretasikan penamaan batuan batuan piroklastik berdasarkan


deskripsinya.

3.2. Dasar Teori


Batuan Piroklastik adalah batuan vulkanik klastik yang dihasilkan oleh
serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunungapi. Material
penyusun tersebut terendapkan dan terbatukan atau terkonsolidasikan sebelum
mengalami transportasi (reworked) oleh air atau es. Pada kegiatannya batuan
hasil kegiatan gunungapi dapat berupa aliran lava sebagaimana diklasifikasikan
dalam batuan beku atau berupa produk ledakan atau eksplosif dari material
yang bersifat padat, cair ataupun gas yang terdapat dalam perut gunung
(Anonim, 2014).
Batuan piroklastik bisa juga diartikan sebagai batuan yang terbentuk di
permukaan setelah terjadinya letusan material piroklastik. Dari gunungapi
tersebut dapat terjadi dua macam letusan, yaitu letusan bersifat meleleh (non
explosive erupsions). Contoh letusan tipe ini adalah tipe Hawai yang
merupakan lava datar tinggi dengan mancur lavanya (lava fountain). Meskipun
letusan bersifat meleleh (non explosive) kelihatan hebat selama terjadinya,
balon gas yang viskositasnya rendah akan menaikkan magma basalt ke atas.
Letusan yang bersifat meledak (explosive eruptions) dicirikan oleh
tekanan gas yang tinggi dari batuan yang dilepaskan. Pecahan dari batuan yang
terlempar selama terjadinya letusan gunungapi dinamakan piroklasi batuan,
Abdi Humaidi
H1C113052

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
sedangkan batuan yang terbentuk dari peristiwa piroklasi dinamakan batuan
piroklastik.
Selain batuan metamorf, batuan sedimen dan batuan beku terdapat satu
lagi jenis batuan yang sangat unik yaitu batuan piroklastik. Hal ini
dikarenakan secara genetis, kelompok batuan ini lebih dekat dengan batuan
ekstrusif, tetapi secara deskriptif dan cara terjadinya memperlihatkan ciri
(struktur dan tekstur) yang mirip dengan kelompok batuan sedimen klastik.
Kelompok batuan ini didefinisikan sebagai batuan yang dihasilkan (secara
langsung) oleh aktifitas erupsi secara eksplosif dari gunungapi. Karena
mempunyai sifat yang unik, maka terminologi yang digunakan untuk pemerian
batuan ini juga khusus.
Batuan piroklastik sangat berbeda teksturnya dengan batuan beku,
apabila batuan beku adalah hasil pembekuan langsung dari magma atau lava,
jadi dari fase cair ke fase padat dengan hasil akhir terdiri dari kumpulan kristal,
gelas ataupun campuran dari kedua-duanya. Sedangkan batuan piroklastik
terdiri dari himpunan material lepas-lepas (dan mungkin menyatu kembali) dari
bahan-bahan yang dikeluarkan oleh aktifitas gunungapi, yang berupa material
padat berbagai ukuran (dari halus sampai sangat kasar, bahkan dapat mencapai
ukuran bongkah). Oleh karena itu klasifikasinya didasarkan atas ukuran butir
maupun jenis butirannya.
Pengamatan petrografi dari batuan piroklastik ini sangat terbatas, oleh
karena itu sangat dianjurkan, untuk mempelajari dengan baik dari kelompok
batuan piroklastik ini harus dilakukan pengamatan di lapangan, karena
keterbatasan yang dimiliki bila hanya dilakukan pengamatan mikroskopi saja
(Endarto, 2005).
3.2.1. Komposisi Material Batuan Piroklastik
Material yang keluar dari letusan gunung berapi disebut material
piroklastik yang menjadi cikal bakal terbentuknya batuan piroklastik.
Material piroklastik tidak sepenuhnya bersifat cair (berupa lahar),
namun bisa juga berupa batuan yang sudah terbentuk (batuan beku
plutonik), yaitu batuan beku yang terbentuk di dalam bumi. Material
Abdi Humaidi
H1C113052

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
penyusun batuan piroklastik hasil erupsi ledakan (eksplosif) gunung
api bersifat fragmental.
Material

penyusun

batuanbatuan

piroklastik

dapat

dikelompokkan sebagai berikut:


a. Kelompok Juvenil (Essential)
Bila material penyusun dikeluarkan secara langsung dari
magma, terdiri dari padatan, atau partikel dari suatu cairan yang
mendingin dan mengkristal (Pyrogenic Crystal).
b. Kelompok Cognate (Accessory)
Bila material penyusunnya dari material hamburan yang
berasal dari letusan sebelumnya, dari gunungapi yang sama atau
tubuh vulkanik yang lebih tua daripada dinding kawah.
c. Kelompok Accidental (Bahan Asing)
Bila material penyusunnya merupakan bahan

hamburan

yang berasal dari batuan non gunungapi atau batuan dasar berupa
batuan beku, batuan sedimen atau batuan metamorf (batuan yang
sudah terbentuk di dalam sebelum terjadi erupsi atau aktivitas
vulkanisme), sehingga memiliki komposisi yang beragam.
(Pillayati, 2011)
3.2.2. Tekstur Batuan Piroklastik
Seperti batuan beku, batuan sedimen ataupun batuan metamorf,
batuan piroklastik juga memiliki suatu ciri tekstur tersendiri jika
dibandingkan dengan ketiga jenis batuan lainnya. Jika dilihat dari
variasi batuan, pembundaran dan pemilahan batuan piroklastik mirip
dengan batuan sedimen klastik pada umumnya.
Sifat khas dari tekstur batuan piroklastik adalah bentuk butiran
yang runcing tajam, terutama dikenal dengan sebutan Glasshard atau
gelas runcing tajam serta adanya batuapung (Pumice).
Pengertian tekstur batuan piroklastik mengacu pada kenampakan
butir-butir mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi Glassy dan
Fragmental. Pengamatan tekstur meliputi :

Abdi Humaidi
H1C113052

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
a. Glassy
Glassy adalah tekstur pada batuan piroklastik yang nampak
pada batuan tersebut ialah tekstur gelas.

*Sumber: http://febryirfansyah.wordpress.com/2014

Gambar 3.1.
Glassy
b. Fragmental
Fragmental ialah tekstur pada batuan piroklastik yang
nampak pada batuan tersebut ialah fragmen-fragmen hasil letusan
gunungapi.

*Sumber: http://3.bp.blogspot.com/2014

Gambar 3.2.
Fragmental
(Endarto, 2005)
Pada hakekatnya tekstur adalah hubungan antar butir / mineral
yang terdapat di dalam batuan. Sebagaimana diketahui bahwa tekstur
yang terdapat dalam batuan piroklastik terdiri dari fragmen batuan /
mineral dan glassy. Adapun yang termasuk dalam tekstur pada batuan
piroklastik terdiri dari ukuran butir, pemilahan

(sortasi),

(fabric), derajat pembundaran, dan porositas (kesarangan).

Abdi Humaidi
H1C113052

kemas

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
a. Ukuran butir adalah ukuran butir dari material penyusun batuan
sedimen diukur berdasarkan klasifikasi Wentworth. Pada batuan
sedimen yang berukuran > 2 mm, masih dapat dideskripsi lebih
detail mengenai fragmen (butiran yang lebih besar dari ukuran pasir),
matrik (butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen dan
diendapkan bersama-sama fragmen), dan semen (material halus yang
menjadi pengikat antara matrik dan fragmen. Semen dapat berupa
silika, karbonat, sulfat, atau oksida besi.
b. Pemilihan (sortasi) adalah keseragaman ukuran butir dari fragmen
penyusun batuan. Sortasi (pemilahan) dapat berupa sortasi baik, jika
besar butiran penyusunnya relatif sama dan sortasi buruk, jika besar
butiran penyusunnya tidak sama.
c. Kemas (Fabric) adalah hubungan antara masa dasar dengan fragmen
batuan / mineralnya. Kemas pada batuan sedimen ada 2, yaitu :
1) Kemas terbuka, yaitu hubungan antara masa dasar dan fragmen
butiran

yang

kontras

sehingga

terlihat

fragmen

butiran

mengambang diatas masa dasar batuan.


2) Kemas tertutup, yaitu hubungan antar fragmen butiran yang
relatif seragam, sehingga menyebabkan masa dasar tidak terlihat.
d. Derajat pembundaran pada sedimen klastik dibagi menjadi 4 yaitu :
1) Rounded (membundar)
2) Subrounded (membundar tanggung)
3) Subangular (menyudut tanggung)
4) Angular (menyudut)
e. Porositas (kesarangan) adalah ruang yang terdapat di antara fragmen
butiran yang ada pada batuan. Jenis porositas pada batuan sedimen
adalah :
1) Porositas Baik
2) Porositas Sedang
3) Porositas Buruk
(Pillayati, 2011)

Abdi Humaidi
H1C113052

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
3.2.3. Struktur Batuan Piroklastik
Seperti halnya batuan vulkanik lainnya, batuan
piroklastik mempunyai struktur vesikuler, skoria dan
amigdaloidal. Jika klastika pijar dilemparkan ke udara dan
kemudian terendapkan dalam kondisi masih panas,
berkecenderungan

mengalami

pengelasan

antara

klastika satu dengan lainnya. Struktur tersebut dikenal


dengan

pengelasan

atau

welded.

Struktur

batuan

piroklastik yang lain adalah:


a. Skoria adalah Struktur batuan yang memperlihatkan adanya
lubanglubang bekas keluarnya gas, namun lubanglubang gas
tersebut susunannya tidak teratur.

*Sumber: www.fikrintambang08.blogspot.com/2014

Gambar 3.3.
Struktur Skoria (Piroklastik)
b. Vesikuler adalah Struktur batuan yang memperlihatkan adanya
lubanglubang bekas keluarnya gas, dan susunan lubanglubang gas
tersebut teratur.

*Sumber :www. adnorthya.blogspot.com

Gambar 3.4.
Struktur Vesikuler
Abdi Humaidi
H1C113052

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

c. Amigdaloidal adalah struktur berlubanglubang namun lubang


lubang tersebut kemudian terisi oleh mineral mineral sekunder.

*Sumber :www. adnorthya.blogspot.com/2014

Gambar 3.5.
Struktur Amigdaloidal
d. Masif yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas
(tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan
adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.

*Sumber :www. adnorthya.blogspot.com/2014

Gambar 3.6.
Struktur Masif
(Endarto, 2005)
3.2.4. Komposisi Mineral Batuan Piroklastik
Untuk komposisi batuan piroklastik, mineralmineralnya terbagi
atas dua, antara lain :
a.Mineralmineral Sialis
Mineralmineral Sialis terdiri dari :
1) Kuarsa (SiO2) yang biasanya hanya ditemukan pada batuan
gunungapi yang kaya kandungan silika atau bersifat asam.
2) Feldspar, baik KFeldspar, NaFeldspar maupun Ca-Feldspar.
Abdi Humaidi
H1C113052

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
3) Feldspatoid, merupakan kelompok mineral yang terbentuk jika
kondisi larutan magma dalam keadaan tidak atau kurang jenuh
akan kandungan silika (SiO2).
b. Mineralmineral Ferromagnesia
Merupakan kelompok mineral yang kaya akan kandungan
ikatan FeMg silikat dan kadangkadang disusul dengan Casilikat.
Mineral mineral tersebut hadir berupa kelompok mineral :
1) Piroksin,

merupakan

mineral

penting

di

dalam

batuan

gunungapi.
2) Olivin, mineral yang kaya akan besi dan magnesium serta
miskin kandungan silika (SiO2).
c.Mineral Tambahan
Mineral mineral yang sering hadir seperti :
1) Hornblende
2) Biotit
3) Magnetit
4) Ilmenit
3.2.5. Klasifikasi Batuan Piroklastik
Pengklasifikasian

batuan

piroklastik

dapat

dilakukan

berdasarkan ukuran dari mineral penyusunnya, yaitu:


Tabel 3.1.
Klasifikasi Batuan Piroklastik
Sebutan
(Piroklastik)

> 64

Bomb, Block

Bomb, Block,
Tephra

64 2

Lapillus

Tephra lapilli

116 2

Debu Kasar

Debu kasar

< 1/16

Debu Halus

Debu halus

*Sumber: wikipedia.org, 2014

Abdi Humaidi
H1C113052

Endapan Piroklastik

Ukuran Butir
(mm)

Tak Terkonsolidasi

Terkonsolidasi
Aglomerat,
Breksi
Piroklastik
Batulapilli
Tuff, debu
kasar
Tuff, debu
halus

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Endapan piroklastik tak terkonsolidasi terbagi atas beberapa
bagian, yaitu :
a.

Bomb Gunungapi
Bomb merupakan gumpalangumpalan lava yang memiliki
ukuran lebih besar dari 64 mm, dan sebagian atau semuanya bersifat
plastis pada waktu tererupsi. Beberapa Bomb mempunyai ukuran
yang sangat besar, sebagai contoh Bomb yang mempunyai ukuran 5
meter dengan berat 200 Kg dengan hembusan setinggi 600 meter
selama erupsi gunungapi Asama, Jepang pada tahun 1935. Bomb
sendiri dapat dibagi lagi menjadi tiga macam, antara lain :

1) Bomb pita (Ribbon Bomb)


Bomb yang memanjang seperti suling dan sebagian besar
gelembunggelembung memanjang dengan arah yang sama.
Bomb ini sangat kental, mempunyai bentuk menyudut serta
retakan kulitnya tidak teratur.
2) Bomb Teras (Cored Bomb)
Bomb yang mempunyai inti dari material yang
terkonsolidasi lebih dahulu, mungkin dari fragmenfragmen sisa
erupsi terdahulu pada gunungapi yang sama.
3) Bomb Kerak Roti (Bread Crust Bomb)
Bomb yang bagian luarnya retakretak persegi seperti
nampak pada kulit roti yang mekar, hal ini disebabkan oleh
bagian kulitnya yang cepat mendingin dan menyusut.

*Sumber : http://facweb.bhc.edu/2014

Gambar 3.7.
Bread Crust Bomb
Abdi Humaidi
H1C113052

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
b. Blok Gunungapi (Vulcanic Block)
Merupakan batuan piroklastik yang dihasilkan oleh erupsi
eksplosif dari fragmen batuan yang sudah memadat terlebih dahulu,
dengan ukuran lebih besar dari 64 mm. Blokblok ini selalu
menyudut bentuknya atau equidimensional.
c. Lapilli
Berasal dari bahasa latin yaitu lapillus, nama untuk hasil
erupsi eksplosif gunungapi yang berukuran 2 mm64 mm. Selain
dari atau fragmen batuan kadangkadang terdiri dari mineral
mineral augit, olivin, dan plagioklas. Bentuk khusus dari lapilli yang
terdiri dari jatuhan lava diinjeksi dalam keadaan sangat cair dan
membeku di udara, mempunyai bentuk membola atau memanjang
dan berakhir dengan meruncing. Bentuk meruncing atau permukaan
yang tidak akan pernah bisa halus disebabkan karena terjadinya
pembekuan magma bagian luar terlebih dahulu dimana bagian inti
masih belum terkompaksi, sehingga akan terbentuk lubanglubang
tempat keluarnya gas pada saat bagian inti mendingin.
d. Debu Gunungapi
Merupakan batuan piroklastik yang berukuran 2 mm1 /
256 mm yang dihasilkan oleh pelemparan dari magma akibat erupsi
eksplosif, namun ada juga debu gunungapi yang terjadi karena
proses pergesekan pada waktu erupsi gunungapi. Debu gunungapi
masih dalam keadaan belum terkonsolidasi.
(Anonim, 2014)
3.2.7. Endapan Piroklastik Terkonsolidasi
Endapan piroklastik terkonsolidasi bisa merupakan akibat dari
proses lithifikasi endapan piroklastik jatuhan :
a. Breksi Piroklastik (Pyroclastic Breccia)
Merupakan batuan yang disusun oleh blokblok gunungapi
yang telah mengalami konsolidasi dalam jumlah lebih 50 % serta
mengandung lebih kurang 25 % lapilli dan debu.
Abdi Humaidi
H1C113052

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

b. Aglomerat (Agglomerate)
Merupakan batuan yang dibentuk oleh konsolidasi material
material dengan kandungannya didominasi oleh Bomb gunungapi
dimana kandungan lapilli dan abu kurang dari 25 %.
c. Batu Lapili (Lapilli)
Merupakan batuan yang dominan terdiri dari fragmen lapilli
dengan ukuran 264 mm.
d. Tuff
Merupakan endapan dari gunungapi yang telah mengalami
konsolidasi, dengan kandungan abu mencapai 75 %. Macam-macam
tuff yaitu :
1) Tuff Lapili (Lapilli tuff)
2) Tuff Aglomerat (Agglomerat tuff)
3)

Tuff Breksi Piroklastik (Pyroclastic breccia tuff)

3.2.8. Beberapa Mekanisme Pembentukan Endapan Piroklastik


Batuan piroklastik merupakan batuan yang tercipta akibat
letusan gunung berapi. Batuan piroklastik ini terbentuk akibat
diawalinya dengan letusanletusan dari gunung berapi, yang kemudian
gunung berapi tersebut akan mengeluarkan magma atau menyemburkan
magma yang bersuhu kurang lebih 850oC. Ketika magma yang bersuhu
sangat panas tersebut tersemburkan ke udara maka suhu magma akan
turun secara drastis. Itu dikarenakan suhu magma yang di atas 600 oC
tersebut akan menyesuaikan dengan suhu lingkunganya yaitu sekitar
25oC. Oleh karena itu batuan piroklastik dapat terbentuk di udara.
Batuan piroklastik dapat disebut hampir sama dengan proses
terbentuknya batuan beku. Karena proses keterbentukannya yang samasama langsung terbentuk dari magma yang panas kemudian mendingin.
Proses keterbentukan batuan piroklastik tidak hanya sampai di situ saja.
Batuan piroklastik yang terbang di udara sudah tentu akan turun ke
permukaan bumi yaitu tanah. Setelah batuan piroklastik itu jatuh ke
tanah maka ia akan mengalami proses pembentukan kembali yang
Abdi Humaidi
H1C113052

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
diawali dengan bentuk bongkah, maka setelah tertransportasikan
kemudian terendapkan dan terlitifikasi maka ia akan mengalami
perubahan bentuk menjadi bulatanbulatan sehingga namanya akan
berubah menjadi batuan piroklastik Bomb. Namun, dalam dunia geologi
batuanbatuan piroklastik yang telah tertransportasikan akan berubah
nama menjadi batuan epiklastik. Biasanya batuan epiklastik ini
terbentuk pada daerahdaerah yang rendah, hal itu disebabkan oleh
suatu medium yang mentransportasikan batuan piroklastik itu ke
daratan-daratan yang lebih rendah. Biasanya batuan epiklastik banyak
terdapat di sekitar sungai, danau, laut, juga memiliki kemungkinan
terdapat di pegunungan (Anonim, 2014).
Secara mekanisme pembentukanya, batuan piroklastik terbagi
menjadi 2 macam mekanisme pengendapan, yaitu Fall deposit, Fall
deposit ini merupakan suatu pengendapan batuanbatuan piroklastik
yang dibentuk secara tersusun oleh material yang sangat halus yang
terbawa oleh angin hasil dari letusan gunung berapi. Flow deposit
merupakan suatu pengendapan batuan piroklastik yang telah terangkut
oleh berbagai macam median yang biasanya air di tempat terjadinya
suatu campuran dari segala macam bentuk dan ukuran butiran.
a. Endapan Piroklastik Jatuhan (Pyroclastic Fall)
Endapan Piroklastik Jatuhan (Pyroclastic Fall) yaitu
onggokan piroklastik yang diendapkan melalui udara. Endapan ini
umumnya

akan

berlapis

baik,

dan

pada

lapisannya

akan

memperlihatkan struktur butiran bersusun. Endapan ini meliputi


aglomerat, breksi, piroklastik, tuff, lapili.
b. Endapan Piroklastik Aliran (Pyroclastic Flow)
Endapan Piroklastik Aliran (Pyroclastic Flow) yaitu material
hasil langsung dari pusat erupsi, kemudian teronggok disuatu
tempat. Hal ini meliputi hot avalance, glowing avalance, lava
collapse avalance, hot ash avalance. Aliran ini umumnya
berlangsung pada suhu tinggi antara 500o 650o C, dan
temperaturnya
Abdi Humaidi
H1C113052

cenderung

menurun

selama

pengalirannya.

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Penyebaran pada bentuk endapan sangat dipengaruhi

oleh

morfologi, sebab sifatsifat endapan tersebut adalah menutup dan


mengisi cekungan. Bagian bawah menampakkan morfologi asal dan
bagian atasnya datar.
c. Endapan Piroklastik Surge (Pyroclastic Surge)
Endapan Piroklastik Surge (Pyroclastic Surge) yaitu suatu
awan campuran dari bahan padat dan gas (uap air) yang mempunyai
rapat massa rendah dan bergerak dengan kecepatan tinggi secara
turbulent di atas permukaan. Umumnya mempunyai pemilahan yang
baik, berbutir halus dan berlapis baik. Endapan ini mempunyai
struktur pengendapan primer seperti laminasi dan perlapisan
bergelombang hingga planar. yang paling khas dari endapan ini
mempunyai

struktur silang siur, melensa dan bersudut kecil.

Endapan surge pada umumnya kaya akan keratan batuan dan kristal.
(Anonim, 2014)
Berdasarkan proses keterbentukan yang dialaminya, batuan
piroklastik dibedakan menjadi enam tipe, antara lain :
1. Tipe I
Batuan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik
jatuh ke darat yang kering dengan medium udara saja, kemudian
mengalami litifikasi membentuk batuan fragmental. Jadi batuan
piroklastik ini belum mengalami pengangkutan.

*Sumber : http://www.scribd.com/2014

Gambar 3.8.
Piroklastik Tipe I

Abdi Humaidi
H1C113052

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2. Tipe II
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik ke
tempat pengendapannya di daratan yang kering dengan media gas
yang dihasilkan dari magma sendiri yang merupakan aliran abu
yang merupakan onggokan aliran litifikasi dan membentuk batuan
fragmental.

*Sumber : http://www.scribd.com/2014

Gambar 3.9.
Piroklastik Tipe II
3. Tipe III
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat erupsi yang
jatuh ada suatu tubuh perairan (baik darat maupun laut) yang tenang
arusnya sangat kecil. Onggokan tersebut belum tercampur dengan
material lain dan tidak juga mengalami reworking.

*Sumber : http://www.scribd.com/2014

Gambar 3.10.
Piroklastik Tipe III

Abdi Humaidi
H1C113052

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

4. Tipe IV
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat erupsi yang
jatuh pada suatu tubuh perairan (baik darat maupun laut) yang
arusnya aktif bergerak. Sebelum mengalami lithifikasi mengalami
reworking dan dapat bercampur dengan batuan lain yang dihasilkan
akan mempunyai struktur sedimen biasa.

*Sumber : http://www.scribd.com/2014

Gambar 3.11.
Piroklastik Tipe IV
5. Tipe V
Bahan piroklastik yang telah jatuh sebelum mengalami
pelapukan kemudian diangkut dan diendapkan di tempat lain (bisa
laut, bisa cekungan di daratan) dengan media air. Hasilnya batuan
sedimen dengan asal-usulnya adalah bahan-bahan piroklastik,
dengan struktur sedimen biasa.

*Sumber : http://www.scribd.com/2014

Gambar 3.12.
Piroklastik Tipe V

Abdi Humaidi
H1C113052

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

6. Tipe VI
Bahan piroklastik yang telah jatuh sudah mengalami prosesproses litifikasi, kemudian diendapkan kembali ke tempat yang lain.
Batuan yang dihasilkan adalah batuan sedimen dengan propenan
piroklastik (Epiklastik).

*Sumber : http://www.scribd.com/2014

Gambar 3.13.
Piroklastik Tipe VI
(Endarto, 2005)
3.2.9. Batuan Akibat Lithifikasi Endapan Piroklastik Aliran
a. Ignimbrit (Ignimbrite)
Merupakan batuan yang disusun dari endapan material oleh
aliran abu. Materialmaterial ini dominan terdiri dari pecahan
pecahan gelas dan pumice yang dihasilkan oleh buihbuih magma
asam.

*Sumber : http://thekoist.wordpress.com 2014

Gambar 3.14.
Ignimbrite

Abdi Humaidi
H1C113052

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
b. Breksi Aliran Piroklastik (Pyroclastic flow breccia)
Merupakan breksi yang dominan yang disusun oleh
fragmenfragmen yang runcing serta ditransportasikan oleh glowing
avalanches (akibat aliran hawa panas).

*Sumber :www. adnorthya.blogspot.com/2014

Gambar 3.15.
Pyroclastic Flow Breccias
c. Vitrik Tuff
Merupakan batuan yang dihasilkan dari endapan piroklastik
aliran, terdiri dari fragmen abu dan lapilli, telah mengalami
lithifikasi dan belum terlaskan.

*Sumber : http://thekoist.wordpress.com/2014

Gambar 3.16.
Vitrik Tuff
d. Welded Tuff
Merupakan batuan piroklastik hasil dari piroklastik aliran
yang telah terlithifikasi dan merupakan bagian dari ignimbrit.

Abdi Humaidi
H1C113052

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber : http://thekoist.wordpress.com/2014

Gambar 3.17.
Welded Tuff
3.2.10. Penamaan Batuan Piroklastik
Setelah mengidentifikasi komposisi kandungan kristal, lithik,
dan gelas maka penamaan batuan dapat menggunakan diagram
segitiga William. Setelah mengidentifikasi komposisi kandungan ash,
lapili, dan block atau bomb, maka penamaan batuan dapat
menggunakan diagram segitiga Fisher berdasarkan ukuran butirannya
(Anonim, 2014).

*Sumber : http://thekoist.wordpress.com

Gambar 3.18.
Diagram Segitiga Fisher

Abdi Humaidi
H1C113052

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
3.3

Metodologi Praktikum
3.3.1. Tempat dan Tanggal Pelaksanaan
Praktikum dilaksanakan pada tanggal 7 September 2014,
bertempat di Laboratorium Geologi Fakultas Teknik Universitas
Lambung Mangkurat.
3.3.2. Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan pada praktikum petrologi ini
antara lain:
a.

Lembar deskripsi batuan.

b. Alat tulis.
c. Bahan yang digunakan adalah sampel batuan piroklastik.
3.3.3.

Prosedur Percobaan
a.

Menentukan warna sampel batuan piroklastik.

b.

Menentukan struktur yang tampak pada sampel batuan piroklastik.

c.

Menentukan tekstur sampel batuan piroklastik.

d.

Menentukan komposisi mineral pada sampel batuan piroklastik.

e.

Menentukan

jenis

batuan

piroklastik

dan

penamaannya

berdasarkan pendeskripsian yang telah dilakukan di atas.

Abdi Humaidi
H1C113052

Вам также может понравиться