Вы находитесь на странице: 1из 45

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan
ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan
kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu
investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam
pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah
satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan Dalam Undangundang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa
kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya agar terwujud manusia Indonesia yang
bermutu, sehat, dan produktif. Untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan dilaksanakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perorangan. Kedua upaya adalah pelayanan berkesinambungan atau
continuum care. Upaya kesehatan masyarakat dilaksanakan pada sisi hulu
untuk mempertahankan agar masyarakat tetap sehat dan tidak jatuh sakit,
sedangkan upaya kesehatan perorangan dilaksanakan pada sisi hilir.
Usaha ke arah itu sesungguhnya telah dirintis pemerintah dengan
menyelenggarakan beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan,
diantaranya adalah melalui PT Askes (Persero) dan PT Jamsostek (Persero)
yang melayani antara lain pegawai negeri sipil, penerima pensiun, veteran,
dan pegawai swasta. Untuk masyarakat miskin dan tidak mampu,
pemerintah memberikan jaminan melalui skema Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).
Namun demikian, skema-skema tersebut masih terfragmentasi, terbagibagi. Biaya kesehatan dan mutu pelayanan menjadi sulit terkendali.

Untuk mengatasi hal itu, pada 2004, dikeluarkan Undang-Undang


No.40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). UU 40/2004 ini
mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk
termasuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui suatu Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Dengan telah disahkan dan diundangkannya UU No. 24 Tahun 2011
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS), pada tanggal 25
November 2011, maka PT Askes (Persero) dan PT (Persero) Jamsostek
ditranformasi menjadi BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

1.2.Tujuan dan Manfaat


1.2.1 Tujuan Praktek Bisnis
Tujuan dan manfaat pelaksanaan Praktek Bisnis adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui program Jaminan Hari Tua di BPJS Ketenagakerjaan.
2. Mengetahui cara bagaimana peserta program untuk mengklaim pada
pihak BPJS Ketenagakerjaan tentang Jaminan Hari Tua
3. Mengetahui hubungan perusahaan dan BPJS Ketenagakerjaan
tentang program Jaminan Hari Tua

1.2.2 Manfaat Praktek Bisnis


1.

Bagi Perguruan Tinggi


a) Merupakan salah satu evaluasi dari pencapaian materi yang

telah dikuasai oleh mahasiswa.


b) Dapat menjalin hubungan dengan PT atau perusahaan.
2. Bagi perusahaan
a) Memperoleh sumber daya manusia sementara dengan
kualifikasi yang sesuai dengan tuntunan bidangnya.

b)

Sebagai

sarana

pengabdian

khususnya dibidang asuransi.

kepada

masyarakat,

c) Memperoleh

masukan

objektif

yang

dapat

dipertanggungjawabkan secara akademis, guna meningkatkan


produktivitas perusahaan.
3. Bagi Mahasiswa
a) Sebagai masa orientasi

terhadap

dunia

kerja

yang

sesungguhnya, sehingga mendapatkan pengalaman dalam


bekerja dan dapat dipakai untuk mempersiapkan mahasiswa
dari segi menal maupun kemampuan yang dihadapi.
b) Menjalin hubungan mutualistis dengan pihak industri atau
perusahaan.
c) Sebagai usaha mahasiswa untuk menambah wawasan tentang
pencairan dana Program Jaminan Hari Tua di BPJS
Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V (Jawa Tengah dan DIY)

1.3

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

1. Waktu
Mahasiswa

melaksanakan

Praktek

Bisnis

di

BPJS

Ketenagakerjaan kantor wilayah V (Jawa Tengah dan DIY) selama dua


bulan yang dimulai tanggal 27 Januari 2014 sampai dengan 28 Maret
2014. Praktek Bisnis dilakukan dengan menyesuaikan waktu jam
kerja( untuk di kantor ) pukul 08.00 17.00 WIB.
2. Tempat Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan magang di Jalan Pemuda Nomor 130 Kota
Semarang Lantai 2 , yang digunakan sebagai kantor oleh BPJS
Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V (Jawa Tengah dan DIY).
1.4

Bentuk Kegiatan

Pada kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan praktek bisnis ini, walaupun


penulis ditugaskan pada satu bagian saja yaitu pada bagian Umum & SDM tetapi
penulis tidak dibatasi untuk mengetahui pada satu bagian saja, jadi penulis bisa
leluasa

mengetahui

proses

kerja

di

setiap

bagian-bagian

pada

BPJS

Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V (Jawa Tengah dan DIY).


1.5

Pengertian Asuransi
Pada hakekatnya, asuransi merupakan suatu pelimpahan resiko atas

kerugian keuangan ( Financial Loos ) oleh tertanggung kepada penanggung.


Resiko yang dilimpahkan kepada penanggung merupakan resiko kerugian
keuangan sebagai akibat hilangnya jiwa seseorang atau seseorang yang sudah
mencapai umur tua sehingga tidak produktif lagi, maka asuransi menggaransi nilai
ekonomis seseorang, sehingga apabila terjadi hal hal yang tidak diinginkan dan
kehilangan nilai ekonomis, maka akan tetap ada yang menanggung nilai ekonomis
tersebut. Asuransi menjanjikan perlindungan kepada pihak tertanggung terhadap
resiko yang dihadapi perorangan maupun resiko yang dihadapi perusahaan
(Herman Darmawi, 2004:1).
Asuransi jiwa pada umumnya

Sepanjang hidup manusia

selalu dihadapkan kepada kemungkinan

terjadinya peristiwa-peristiwa yang dapat menyebabkan lenyap atau


berkurang nilai ekonominya. Ini mengakibatkan kerugian bagi diri
sendiri dan keluarganya atau orang lain yag berkepentingan.
Dengan perkataan lain manusia selalu menghadapi peristiwa-peristiwa
yang menimbulan risiko antara lain sebagai berikut :
Meninggal dunia (death) baik secara alamiah (natural death) atau
meninggal pada umur muda , misalnya karena sakit, kecelakaan .

Cacat badan (disability, invalidity, incapacity) karena sakit atau


kecelakaan.
Hilangnya atau merosotnya keadaan kesehatan (loos of health)
Umur tua (old age)
Pengangguran (unemployment)
Hilang atau merosotnya nilai ekonomi karena peristiwa-peristiwa tersebut
diatas membawa akibat berupa beban hidup yang harus dipikul oleh yang
berkepentingan.
Tiap orang dihadapkan pada masalah yang tidak dapat diperhitungkan
secara pasti atas beban hidupnya sendiri. Orang berada dalam keadaan
tidak tenang arena tidak mengetahui dengan pasti beberapa beban
keuangan yang harus dipikul selama menjalani hari tuanya dan tidak tahu
umur berapa ia akan hidup. Jadi orang yang berada dalam keadaan
ketidak pastian selalu berpautan dengan rasa bingung dan tidak tentram.
Dalam rangka inilah lembaga perasuransian jiwa berusaha mengalihkan
ketidakpastian dari perseorangan ke dalam kelompok besar orang. Disini
risiko perorangan akan dibagi rata pada banyak orang.
Lembaga persuransian jiwa dapat melakukan ini, sekalipun tidak
dapat menentukan umur orang perorangan (individu) namun umur rata-rata dari
kelompok besar orang secara statistic dapat ditentukan. Pada hakekatnya dasar
dari pada asuransi jiwa adalah adanya sekelompok orang yang menyadari bahwa :

a.

Setiap

orang

pasti

meninggal, tetapi tidak pasti kapan terjadinya kematian tersebut.

akan

b.

Kematian pencari nafkah


akan berakibat hilangnya sumber pendapatan bagi yang berkepentingan.
Oleh karena itu diperlukan jaminan keuangan dalam jangka waktu
tertentu selama yang ditinggalkan belum dapat menyesuaikan diri
dengan kondisi baru.

c.

Hari

tua

mengakibatkan

hilang atau berkurangnya pendaatan bagi yang berkepentingan, oleh


karena itu diperlukan jaminan keuangan pada hari tuanya sampai
meninggal.

Jenis asuransi jiwa menurut jangka waktu perlindungan :


1.

Therm Insurance
Asuransi yang ada batas waktunya, biasanya untuk asuransi
kerugian, tidak ada pengembalian bila tidak ada klaim
Ekawaktu
Merupakan asuransi yang berjangka dan ada pengembalian

2.

1.5.1 Apa saja Manfaat ber-Asuransi :


1. Ketika habis kontrak, Nasabah mencapai akhir masa kontrak berAsuransi, nasabah akanmendapatkan kembali seluruh dana yang di
setorkan + hasil pengembangan/bunga tabungan 10% per tahun dari
nilai investasinya.
2. Bila terjadi krisis, ketika jatuh tempo kontrak Asuransi selesai tetapi
dalam keadaan terjadi kekacauan ekonomi negara ataupun perusahaan
Asuransinya, Dana nasabah tetap aman karena mendapat jaminan
garansi pengembangan investasi sebesar 4.5% per tahun (tetap
kembali).

3. Ketika terjadi keterlambatan, Nasabah dalam pembayaran premi atau


sempat terhenti hingga beberapa bulan maksimal hingga 3 thn masih
dapat dipulihkan kembali polis Asuransinya dengan ketentuan nasabah
harus membayar seluruh setoran yang tertunda + bunga tunggakan dan
polis aktif kembali.
4. Ketika berhenti tengah jalan, Dalam perjalanan ber-Asuransi nasabah
ingin berhenti dari pembayaran premi Asuransi bisa saja di lakukan dan
nasabah akan mendapatkan dana tabungannya sebesar nilai tunai yang
ada pada saat itu + bunga pengembangan, tetapi disarankan nasabah
boleh berhenti dalam pembayaran premi dan dana yang ada tetap di
simpan di sini saja, cukup dilakukan penggantian jenis perlindungan
Asuransinya tanpa bayar setoran premi lagi cukup dengan nilai tunai
yang ada sebagai preminya.Dan nasabah beseta dananya tetap
terproteksi dan tetap di kembang hingga10% per tahun dari pada
disimpan di Bank umum ( karena hanya berkembang maksimal 6%
pertahun + dipotongan biaya Administrasi + bunga per bulannya ).
5. Apabila nasabah mengalami perawatan di rumah sakit atau mengalami
cacat total atau sebagian, nasabah akan mendapatkan santunan (sesuai
ketentuan dalam polis).
6. Dan manfaat terakhir, bagi nasabah yang mengalami musibah kematian
dalam masa kontrak ber-Asuransi, maka kepada ahli waris yang di
tunjuk dalam polis akanmenerima pengembalian seluruh dana yang

telah di investasikan + bunga pengembangan dana + dana santunan


pertanggungan 100% atau 200% (bila meninggal karena kecelakaan).

BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1 Sejarah Perkembangan BPJS Kesehatan
Asuransi kesehatan adalah sebuah jenis produk asuransi yang
secara khusus menjamin biaya kesehatan atau perawatan para anggota asuransi
tersebut jika mereka jatuh sakit atau mengalami kecelakaan. Secara garis besar
ada dua jenis perawatan yang ditawarkan perusahaan-perusahaan asuransi,
yaitu rawat inap (in-patient treatment) dan rawat jalan (out-patient treatment).
Produk asuransi kesehatan diselenggarakan baik oleh perusahaan asuransi sosial,
perusahaan asuransi jiwa, maupun juga perusahaan asuransi umum. Di Indonesia,
PT Askes Indonesia merupakan salah satu perusahaan asuransi social yang
menyelenggarakan asuransi kesehatan kepada para anggotanya yang utamanya
merupakan para pegawai negeri baik sipil maupun non-sipil. Anak-anak mereka
juga dijamin sampai dengan usia 21 tahun. Para pensiunan beserta istri ataupun
suami juga dijamin seumur hidup.
PT Askes (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara yang
ditugaskan

khusus

oleh

pemerintah

untuk

menyelenggarakan

jaminan

pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan
TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan
Usaha lainnya. Sejarah singkat penyelenggaraan program Asuransi Kesehatan
sebagai berikut :

a. Tahun 1968
Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang secara jelas mengatur
pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri dan Penerima Pensiun (PNS dan
ABRI) beserta anggota keluarganya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 230
Tahun 1968. Menteri Kesehatan membentuk Badan Khusus di lingkungan
Departemen Kesehatan RI yaitu Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan
Kesehatan (BPDPK), dimana oleh Menteri Kesehatan RI pada waktu itu (Prof. Dr.
G.A. Siwabessy) dinyatakan sebagai cikal-bakal Asuransi Kesehatan Nasional.
b. Tahun 1984
Untuk lebih meningkatkan program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi
peserta dan agar dapat dikelola secara profesional, Pemerintah menerbitkan
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984 tentang Pemeliharaan Kesehatan
bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun (PNS, ABRI dan Pejabat Negara)
beserta anggota keluarganya. Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
1984, status badan penyelenggara diubah menjadi Perusahaan Umum Husada
Bhakti.
c. Tahun 1991
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991, kepesertaan
program jaminan pemeliharaan kesehatan yang dikelola Perum Husada Bhakti
ditambah dengan Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota keluarganya.
Disamping itu, perusahaan diijinkan memperluas jangkauan kepesertaannya k
badan usaha dan badan lainnya sebagai peserta sukarela.
d. Tahun 1992
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 status Perum diubah
menjadi Perusahaan Perseroan (PT Persero) dengan pertimbangan fleksibilitas
pengelolaan keuangan, kontribusi kepada Pemerintah dapat dinegosiasi untuk
kepentingan pelayanan kepada peserta dan manajemen lebih mandiri.
e. Tahun 2005

10

PT. Askes (Persero) diberi tugas oleh Pemerintah melalui Departemen


Kesehatan

RI,

sesuai

Keputusan

1241/MENKES/SK/XI/2004

dan

Penyelenggara

Jaminan

Program

Menteri

Nomor

RI

Nomor

56/MENKES/SK/I/2005,

sebagai

Kesehatan

Kesehatan

Masyarakat

Miskin

(PJKMM/ASKESKIN).

Dasar penyelenggaraan:
a)
b)
c)
d)

UUD 1945.
UU No. 23/1992 tentang Kesehatan.
UU No.40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1241/MENKES/SK/XI/2004
dan Nomor 56/MENKES/SK/I/2005.

Prinsip penyelenggaraan Mengacu pada:


a. Diselenggarakan secara serentak di seluruh Indonesia dengan azas gotong
royong sehingga terjadi subsidi silang.
b. Mengacu pada prinsip asuransi kesehatan sosial.
c. Pelayanan kesehatan dengan prinsip managed care dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang.
d. Program diselenggarakan dengan prinsip nirlaba.
e. Menjamin adanya protabilitas dan ekuitas dalam pelayanan kepada
peserta.
f. Adanya

akuntabilitas

dan

transparansi

yang

terjamin

dengan

mengutamakan prinsip kehati-hatian, efisiensi dan efektifitas.

f. Tahun 2014
Mulai tanggal 1 Januari 2014, PT Askes Indonesia (Persero) berubah nama
menjadi BPJS Kesehatan sesuai dengan Undang-Undang No. 24 tahun 2011
tentang BPJS.
2.1.2 Landasan Hukum Terbentuknya BPJS Kesehatan
Dasar hukum transformasi Askes menjadi BPJS Kesehatan ialah:
1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional.

11

2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara


Jaminan Sosial.
3. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional, menjelaskan bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional
adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh
beberapa badan penyelenggaraan jaminan sosial.
Sistem

Jaminan

Sosial

Nasional

diselenggarakan

berdasarkan

asas

kemanusiaan, asas manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk memberikan jaminan
terpenuhinya dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota
keluarganya.
Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan pada prinsip:
a. Kegotong-royongan
Gotong-royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam
hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam
kebudayaan kita. Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang
mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat
membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta yang sehat
membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaan SJSN bersifat
wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang bulu. Dengan demikian,
melalui prinsip gotong royong jaminan sosial dapat menumbuhkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented).
Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya
kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana
amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan sebesarbesarnya untuk kepentingan peserta.
c. Prinsip Keterbukaan, Kehati-hatian dan Akuntabilitas
Prinsip prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan
dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.

12

d. Portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan
jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah
pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
e. Kepesertaan Bersifat Wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta
sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi
seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan
ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program.
Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan
itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada
akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dapat mencakup seluruh
rakyat.
f. Dana amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada
badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka
mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
g. Hasil Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan
program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.pengelolaan Dana.
Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial, menjelaskan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS bertujuan untuk mewujudkan
terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang
layak bagi setiap Peserta dan/atau anggota keluarganya.
BPJS menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan asas :
a) kemanusiaan;
b) manfaat; dan
c) keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Berdasarkan

Undang-undang

Nomor

24

Tahun

2011,

BPJS

akan

menggantikan sejumlah lembaga jaminan sosial yang ada di Indonesia yaitu

13

lembaga asuransi jaminan kesehatan PT Askes dan lembaga jaminan sosial


ketenaga kerjaan PT Jamsostek. Transformasi PT Askes dan PT Jamsostek
menjadi BPJS dilakukan secara bertahap. Pada awal 2014, PT Askes akan
menjadi BPJS Kesehatan, selanjutnya pada 2015 giliran PT Jamsostek menjadi
BPJS Ketenagakerjaan.
Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang sudah berdiam di
Indonesia selama minimal enam bulan wajib menjadi anggota BPJS. Ini sesuai
pasal 14 UU BPJS. Setiap perusahaan wajib mendaftarkan pekerjanya sebagai
anggota BPJS. Sedangkan orang atau keluarga yang tidak bekerja pada
perusahaan wajib mendaftarkan diri dan anggota keluarganya pada BPJS. Setiap
peserta BPJS akan ditarik iuran yang besarnya ditentukan kemudian. Sedangkan
bagi warga miskin, iuran BPJS ditanggung pemerintah melalui program Bantuan
Iuran.
Menjadi peserta BPJS tidak hanya wajib bagi pekerja di sektor formal, namun
juga pekerja informal. Pekerja informal juga wajib menjadi anggota BPJS
Kesehatan. Para pekerja wajib mendaftarkan dirinya dan membayar iuran sesuai
dengan tingkatan manfaat yang diinginkan.
Jaminan kesehatan secara universal diharapkan bisa dimulai secara
bertahap pada 2014 dan pada 2019, diharapkan seluruh warga Indonesia sudah
memiliki jaminan kesehatan tersebut. Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi
menyatakan BPJS Kesehatan akan diupayakan untuk menanggung segala jenis
penyakit namun dengan melakukan upaya efisiensi. Kementerian Sosial
mengklaim Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang berlaku
pada awal 2014 akan menjadi program jaminan sosial terbaik dan terbesar di Asia.
Namun pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional oleh BPJS pada 2014
diperkirakan terkendala persiapan dan infrastruktur. Misalnya, jumlah kamar
rumah sakit kelas III yang masih kurang 123 ribu unit. Jumlah kamar rumah sakit
kelas III saat ini tidak bisa menampung 29 juta orang miskin. Kalangan DPR
menilai BPJS Kesehatan belum siap beroperasi pada 2014 mendatang.
2.1.3 Transformasi Askes menjadi BPJS Kesehatan

14

UU SJSN dan UU BPJS memberi arti kata transformasi sebagai


perubahan bentuk BUMN Persero yang menyelenggarakan program jaminan
sosial, menjadi BPJS. Perubahan bentuk bermakna perubahan karakteristik badan
penyelenggara jaminan sosial sebagai penyesuaian atas perubahan filosofi
penyelenggaraan program jaminan sosial.

Perubahan karakteristik berarti

perubahan bentuk badan hukum yang mencakup pendirian, ruang lingkup kerja
dan kewenangan badan yang selanjutnya diikuti dengan perubahan struktur
organisasi, prosedur kerja dan budaya organisasi. Transformasi menjadi kosakata
penting sejak tujuh tahun terakhir di Indonesia, tepatnya sejak diundangkannya
UU SJSN pada 19 Oktober 2004.
Transformasi akan menghadirkan identitas baru dalam penyelenggaraan
program jaminan sosial di Indonesia. Perintah transformasi kelembagaan badan
penyelenggara jaminan social diatur dalam UU No. 40 tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN). Penjelasan Umum alinea kesepuluh UU
SJSN menjelaskan bahwa, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang
dibentuk oleh UU SJSN adalah transformasi dari badan penyelenggara jaminan
sosial yang tengah berjalan dan dimungkinkan membentuk badan penyelenggara
baru. Transformasi badan penyelenggara diatur lebih rinci dalam UU No. 24 tahun
2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS). UU BPJS adalah
pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perkara No. 007/PUU-III/2005.
Penjelasan Umum UU BPJS alinea keempat mengemukakan bahwa UU BPJS
merupakan pelaksanaan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 UU SJSN pasca Putusan
Mahkamah Konstitusi. Kedua pasal ini mengamanatkan pembentukan BPJS dan
transformasi kelembagaan PT ASKES (Persero),
JAMSOSTEK

(Persero)

dan

PT

TASPEN

PT ASABRI (Persero), PT
(Persero)

menjadi BPJS.

Transformasi kelembagaan diikuti adanya pengalihan peserta, program, aset dan


liabilitas, serta hak dan kewajiban.
Dengan telah disahkan dan diundangkannya UU No. 24 Tahun 2011
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS), pada tanggal 25
November 2011, maka PT Askes (Persero)

ditranformasi menjadi BPJS

Kesehatan. Transformasi tersebut meliputi perubahan sifat, organ dan prinsip

15

pengelolaan, atau dengan kata lain berkaitan dengan perubahan stuktur dan
budaya organisasi.
UU BPJS menentukan bahwa PT Askes (Persero) dinyatakan bubar tanpa
likuidasi pada saat mulai beroperasinya BPJS Kesehatan pada tanggal 1 Januari
2014. Tranformasi PT Askes (Persero) menjadi badan hukum publik BPJS
Kesehatan diantarkan oleh Dewan Komisaris dan Direksi PT Askes (Persero)
sampai dengan mulai beroperasinya BPJS Kesehatan.
Masa persiapan transformasi PT ASKES (Persero) menjadi BPJS
Kesehatan adalah selama dua tahun terhitung mulai 25 November 2011 sampai
dengan 31 Desember 2013. Dalam masa persiapan, Dewan Komisaris dan
Direksi PT Askes (Persero) ditugasi untuk menyiapkan operasional BPJS
Kesehatan, serta menyiapkan pengalihan asset dan liabilitas, pegawai serta hak
dan kewajiban PT Askes (Persero) ke BPJS Kesehatan.
Penyiapan operasional BPJS Kesehatan mencakup:
1. Penyusunan sistem dan prosedur operasional BPJS Kesehatan.
2. Sosialisasi kepada seluruh pemangku kepentingan.
3. Penentuan program jaminan kesehatan yang sesuai dengan UU
SJSN.
4. Koordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk mengalihkan
penyelenggaraan

program

(Jamkesmas).
5. Kordinasi
dengan

Jaminan

KemHan,TNI

Kesehatan
dan

Masyarakat

POLRI

untuk

mengalihkan penyelenggaraan program pelayanan kesehatan bagi


anggota TNI/POLRI dan PNS di lingkungan KemHan,TNI/POLRI;
dan
6. Koordinasi dengan PT Jamsostek (Persero) untuk mengalihkan
penyelenggaraan

program

jaminan

pemeliharaan

kesehatan

Jamsostek.
Penyiapan pengalihan asset dan liabilitas, pegawai serta hak dan
kewajiban PT Askes (Persero) ke BPJS Kesehatan, mencakup penunjukan kantor
akuntan publik untuk melakukan audit atas:
1. Laporan keuangan penutup PT Askes(Persero).
2. Laporan posisi keuangan pembukaan BPJS Kesehatan.
3. Laporan posisi keuangan pembukaan dana jaminan kesehatan.

16

Pada saat BPJS Kesehatan mulai beroperasi pada 1 Januari 2014, PT Askes
(Persero) dinyatakan bubar tanpa likuidasi. Semua asset dan liabilitas serta hak
dan kewajiban hukum PT Askes (Persero) menjadi asset dan liabilitas serta hak
dan kewajiban hukum BPJS Kesehatan, dan semua pegawai PT Askes
(Persero) menjadi pegawai BPJS Kesehatan.
Pada saat yang sama, Menteri BUMN selaku RUPS mengesahkan laporan
posisi keuangan penutup PT Askes (Persero) setelah dilakukan audit kantor
akuntan publik.

Menteri Keuangan mengesahkan laporan posisi keuangan

pembuka BPJS Kes dan laporan keuangan pembuka dana jaminan kesehatan.
Untuk pertama kali, Dewan Komisaris dan Direksi PT Askes (Persero) diangkat
menjadi Dewan Pengawas dan Direksi BPJS Kesehatan untuk jangka waktu
paling lama 2 tahun sejak BPJS Kesehatan mulai beroperasi.
Mulai 1 Januari 2014, program-program jaminan kesehatan sosial yang telah
diselenggarakan oleh pemerintah dialihkan kepada BPJS Kesehatan. Kementerian
kesehatan tidak lagi menyelenggarakan program Jamkesmas.

Kementerian

Pertahanan, TNI dan POLRI tidak lagi menyelenggarakan program pelayanan


kesehatan bagi pesertanya, kecuali untuk

pelayanan

kesehatan

tertentu

berkaitan dengan kegiatan operasionalnya yang ditentukan dengan Peraturan


Pemerintah.

PT Jamsostek (Persero) tidak lagi menyelenggarakan program

jaminan kesehatan pekerja.


Mencermati ruang lingkup pengaturan transformasi badan penyelenggara
jaminan sosial yang diatur dalam UU SJSN dan UU BPJS, keberhasilan
transformasi bergantung pada ketersediaan peraturan pelaksanaan yang harmonis,
konsisten dan dilaksanakan secara efektif. Kemauan politik yang kuat dari
Pemerintah

dan

komitmen

pemangku

kepentingan

untuk

melaksanakan

trasnformasi setidaknya tercermin dari kesungguhan menyelesaikan agendaagenda regulasi yang terbengkalai.
Peraturan perundangan jaminan sosial yang efektif akan berdampak pada
kepercayaan dan dukungan publik akan transformasi badan penyelenggara. Publik
hendaknya dapat melihat dan merasakan bahwa transformasi badan penyelenggara
bermanfaat bagi peningkatan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan SJSN,

17

sebagai salah satu pilar untuk mewujudkan kesejahteraan sosial. Pembangunan


dukungan publik diiringi dengan sosialisasi yang intensif dan menjangkau
segenap lapisan masyarakat. Sosialisasi diharapkan dapat menumbuhkan
kesadaran

pentingnya

penyelenggaraan

SJSN

dan

penataan

kembali

penyelenggaraan program jaminan sosial agar sesuai dengan prinsip-prinsip


jaminan sosial yang universal, sebagaimana diatur dalam Konstitusi dan UU
SJSN.

2.2 Visi dan Misi BPJS Kesehatan


Berikut ini adalah visi dan misi BPJS Ketenagakerjaan, dan juga beberapa
hal yang berkaitan dengan visi dan misi tersebut.

2.2.1 Visi
Visi BPJS Ketenagakerjaan adalah menjadi Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) berkelas dunia, terpercaya, bersahabat dan unggul dalam
Operasional dan Pelayanan.

2.2.2 Misi
Sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang memenuhi
perlindungan dasar bagi tenaga kerja serta menjadi mitra terpercaya bagi:

Tenaga Kerja: Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja dan
keluarga

Pengusaha: Menjadi mitra terpercaya untuk memberikan perlindungan


kepada tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas

Negara: Berperan serta dalam pembangunan

18

2.3 Filosofi BPJS Ketenagakerjaan


BPJS Ketenagakerjaan dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk

mengatasi resiko sosial ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung


orang lain dalam membiayai perawatan pada waktu sakit, kehidupan dihari
tua maupun keluarganya bila meninggal dunia. Harga diri berarti jaminan
tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan dari belas kasihan orang lain.
Agar pembiayaan dan manfaatnya optimal, pelaksanaan program BPJS

Ketenagakerjaan dilakukan secara gotong royong, dimana yang muda


membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit dan yang
berpenghasilan tinggi membantu yang berpenghasilan rendah.

2.4 Motto Perusahaan


"Menjadi Jembatan Menuju Kesejahteraan Pekerja"

2.5 Tata Nilai Budaya/Pedoman Perilaku Insan BPJS Ketenagakerjaan

Iman: Insan BPJS Ketenagakerjaan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha


Esa, selalu berpikiran positif, dan memberikan pelayanan yang tulus

ikhlas.
Profesional: Insan BPJS Ketenagakerjaan selalu mengupayakan hal yang
terbaik dalam berbuat, kompeten dan bertanggung jawab, proaktif serta

selalu mengasah diri agar siap menghadapi perubahan.


Teladan: Insan BPJS Ketenagakerjaan sadar bahwa harus menjadi
panutan, menghormati sesama serta saling memberi bantuan, dukungan
dan bimbingan.

19

Integritas: Insan BPJS Ketenagakerjaan harus dapat dipercaya, komitmen,

berani mengemukakan pendapat, dan menjujung tinggi kode etik profesi.


Kerjasama: Insan BPJS Ketenagakerjaan mengutamakan keberhasilan
perusahaan, selalu menjaga kebersamaan, menghargai perbedaan pendapat
dan tercapainya sinergi.

2.6 Etika Kerja Insan BPJS Ketenagakerjaan

Teamwork : Memiliki kemampuan dalam membangun kerjasama dengan


orang lain atau dengan kelompok untuk mencapai tujuan perusahaan.

Open Mind : Memiliki kemampuan untuk membuka pikiran dan menerima


gagasan-gagasan baru yang lebih baik.

Passion : Bersemangat dan antusias dalam melaksanakan pekerjaan.


Action : Segera melaksanakan rencana/pekerjaan/tugas yang

telah

disepakati dan ditetapkan bersama

Sense : Rasa memiliki kepedulian, ikut bertanggung jawab dan memiliki


inisiatif yang tinggi untuk memecahkan masalah perusahaan.

20

2.7 Logo BPJS Ketenagakerjaan

Gambar 2.1 Logo BPJS Ketenagakerjaan

Sebelum tahun 2014, BPJS Ketenagakerjaan lebih dikenal sebagai brand


Jamsostek, yang mana brand awareness-nya sudah cukup kuat di masyarakat.
Dengan bertransformasinya Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan, tim
pembuatan logo mencoba mengambil elemen dari brandmark Jamsostek yang
masih dapat mengingatkan masyarakat terhadap brand tersebut, yaitu icon huruf
J, yang kemudian harus kita kombinasikan dengan pesan BPJS Ketenagakerjaan
sebagai jembatan atau jalan yang dapat menjamin kesejahteraan masyarakat dan
peserta.
Logo Jamsostek terdiri dari 1 warna, hijau saja. Kini BPJS
Ketenagakerjaan menjadi 3 warna, hijau, orange muda dan biru. Makna dari
warna-warna tersebut adalah sebagai berikut:

Hijau melambangkan pertumbuhan dan kesejahteraan

Biru melambangkan sustainability dan kepercayaan

Kuning melambangkan optimisme.


Adanya warna warna baru dalam brandmark BPJS Ketenagakerjaan

bertujuan untuk mendukung wujud transformasi BPJS Ketenagakerjaan dan

21

memperkuat citra BPJS Ketenagakerjaan sebagai institusi publik yang siap


melayani serta menjamin kesejahteraan peserta secara menyeluruh.
Prosesnya dimulai pembuatan logo ini melalui research komprehensif
yang

dilakukan

oleh consultant

team

dan

kemudian

untuk

proses

mendesain brandmark dan aplikasi dilanjutkan oleh creative team. Tantangannya


adalah bagaimana mempertahankan equity dari brandmark Jamsostek yang telah
lebih dulu melekat di benak masyarakat, namun tetap harus di-craft dan memiliki
makna khusus yang dapat menyampaikan sebuah pesan transformasi dari BPJS
Ketenagakerjaan.

2.8 BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V (Jawa Tengah dan DIY)


Sebagai Ibu Kota Provonsi Jawa Tengah, Kota Semarang dipilih oleh
BPJS Ketenagakerjaan sebagai lokasi untuk berdirinya BPJS Ketenagakerjaan
Kantor Wilayah V (Jawa Tengah dan DIY). Kota Semarang merupakan salah satu
kota besar di Indonesia yang terus berkembang sesuai pesatnya laju ekonomi dan
bidang-bidang usaha serta kehidupan sosial masyarakatnya. Dengan lokasi Kantor
Wilayah V di Semarang, diharapkan dapat menunjang operasional Kantor Cabang
serta Kantor Cabang Pembantu yang dibawahinya, karena seperti yang telah kita
ketahui bahwa Kota Semarang memiliki letak yang relatif strategis, mudah dicapai
dan dekat dengan pusat pemerintahan dan perekonomian.
BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V (Jawa Tengah dan DIY)
membawahi 12 Kantor Cabang dan 4 Kantor Cabang Pembantu. Berikut adalah
daftar kantor-kantor yang dibawahinya tersebut beserta alamatnya:
1. Kantor Cabang Semarang I
Jalan Pemuda No.130 Semarang. Kode pos 50132.

22

Telepon (024) 3520279, 3588880, 3520281. Fax. (024) 3553712.


2. Kantor Cabang Semarang II
Jalan Soekarno Hatta No.78 A Semarang. Kode Pos 50119.
Telepon (024) 76747997. Fax. (024) 76746682.
3. Kantor Cabang Surakarta
Jalan Bhayangkara No.42 Surakarta. Kode Pos 57149.
Telepon (0271) 736637, 736630. Fax. (0271) 716261.
4. Kantor Cabang Cilacap
Jalan MT Haryono No.18 Cilacap. Telepon (0282) 537979.
Fax. (0282) 534567
5. Kantor Cabang Yogyakarta
Jalan Urip Sumoharjo No.106 Yogyakarta. Kode Pos 55222.
Telepon (0274) 518953, 519670. Fax. (0274) 518223, 519671.
6. Kantor Cabang Pekalongan
Komp. Perkantoran Podosugih Jalan Majapahit Pekalongan.
Telepon (0285) 425857, 425858. Fax. (0285) 425859.
7. Kantor Cabang Kudus
Jalan Pramuka No.368 Kudus. Kode Pos 59319. Telepon (0291) 437874.
Fax. (0291) 431151.
8. Kantor Cabang Magelang
Jalan Jendral Gatot Subroto No.8 Pakelan, Magelang.
Telepon (0293) 310430, 310247. Fax. (0293) 310431.
9. Kantor Cabang Tegal
Ruko Palm Town House B R-5 Jalan Perintis Kemerdekaan Tegal.
Telepon (0283) 341545, 341546. Fax. (0283) 343543.
10. Kantor Cabang Klaten
Jalan Kopral Sayom No.11 Klaten. Telepon (0272) 326602, 327331.
Fax. (0272) 326016.
11. Kantor Cabang Purwokerto
Jalan Jend.S. Parman No.80 Purwokerto. Telepon (0281) 642484, 642486.
Fax. (0281) 642482.
12. Kantor Cabang Ungaran
Jalan Soekarno Hatta No.10 Ungaran. Kode Pos 50552.
Telepon (024) 6923036, 6926928, 6926929. Fax. (024) 76913460.
13. Kantor Cabang Pembantu Sleman
Jalan Godean Km.4,5 No.23 Sleman. Kode Pos 55592.
Telepon (0274) 4547475. Fax. (0274) 4539141.
14. Kantor Cabang Pembantu Sukoharjo
Jalan Slamet Riyadi No.27 Sukoharjo. Telepon (0271) 591908.
15. Kantor Cabang Pembantu Boyolali
Jalan Raya Boyolali Solo Km.3 Randusari Teras Boyolali.
Telepon (0276) 324546.
16. Kantor Cabang Pembantu Purbalingga
Jalan S. Parman No.17 Purbalingga. Telepon (0281) 895705.
2.9 Struktur Organisasi

23

Pada

sub-bab

ini,

akan

dijelaskan

struktur

organisasi

BPJS

Ketenagakerjaan secara umum maupun BPJS KetenagaKerjaan pada Kantor


Wilayah V (Jawa Tengah dan DIY). Berikut ini adalah struktur organisasinya.

2.9.1 Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Secara Umum


Struktur Organisasi PT. Jamsostek (Persero) sebagaimana tertuang dalam
Surat Keputusan Direksi Nomor: KEP/111/032013 tentang Struktur Organisasi,
adalah sebagai berikut:

24

25

Gambar 2.2 Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Secara Umum

2.9.2 Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V

26

Gambar 2.3 Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V

27

2.10 Deskripsi Kerja dan Tanggung Jawab


Berikut

adalah

deskripsi

kerja

tanggung

jawab

pada

BPJS

Ketenagakerjaan pada Kantor Wilayah V:


1. Kepala Kantor Wilayah
Mengkoordinasikan, mengarahkan, mengevaluasi dan mengendalikan
kegiatan operasional di Kantor Wilayah dan Kantor Cabang yang berada di
wilayahnya, selaras dengan kebijakan dan strategi yang ditetapkan di Kantor
Pusat, guna memastikan pencapaian target wilayah secara optimal, sesuai dengan
standar dan ketentuan yang berlaku diperusahaan.

2. Sekretaris Wilayah
Melaksanakan

pengelolaan

administrasi

surat

menyurat,

rapat

intern/ekstern, administrasi personil, serta sarana dan prasarana kerja pada Kantor
Wilayah, guna mendukung kelancaran kerja Kepala Kantor Wilayah.
3. Senior Analisis Wilayah
Menyusun dan membuat analisa, kajian dan usulan rencana pengembangan
pemasaran, pelayanan, keuangan & teknologi informasi, umum & sumber daya
manusia, manajemen mutu dan risiko serta melakukan pemantauannya di
lapangan serta melakukan perbaikan berkesinambungan di Kantor Wilayah, guna
mendukung kelancaran operasional dan pelayanan secara optimal selaras dengan
kebijakan kantor pusat, sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku di
perusahaan, agar dapat mendukung pencapaian tujuan Kantor Wilayah.
4. Kepala Pemasaran Wilayah

28

Mengarahkan dan memantau kegiatan pengembangan dan pengelolaan


kepesertaan formal, informal dan program khusus di Kantor Cabang/Kantor
Cabang Pembantu yang berada di wilayahnya, mengendalikan pengelolaan
kemitraan, PKP serta hubungan kerja dengan instansi pemerintah/non pemerintah
yang dapat mendukung kegiatan pemasaran, guna mencapai target kepesertaan
dan nilai iuran di wilayah.
5. Spesialis Pemasaran Formal Wilayah
Melaksanakan sosialisasi strategi dan program pemasaran kepesertaan
formal wilayah ke Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu (KCP), memantau
dan menganalisa tingkat pencapaian Kantor Cabang serta melakukan pembinaan
dalam hal terjadi kendala, serta mengembangkan kemitraan di wilayah sesuai
arahan atasan, guna mendukung efektivitas kinerja pemasaran formal Kantor
Cabang/Kantor Cabang Pembantu untuk mencapai target kepesertaan formal.
6. Spesialis Manajemen Account Wilayah
Mengkoordinasikan kegiatan pengelolaan

akun

untuk

Kantor

Cabang/Kantor Cabang Pembantu (KCP) di wilayah, melakukan analisa terkait


dengan pengimplementasian strategi/program pengelolaan akun, pembinaan
pelanggan dan Relationship Officer (RO) di Kacab/KCP, guna mendukung atasan
dalam peningkatan pendapatan dari peserta aktif.
7. Penata Utama Pemasaran Informal Wilayah
Melaksanakan sosialisasi strategi dan porgram pemasaran kepesertaan
informal wilayah ke Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu (KCP), memantau
dan menganalisa tingkat pencapaian Kantor Cabang serta melakukan pembinaan
dalam hal terjadi kendala, serta mengambangkan kemitraan di wilayah sesuai

29

arahan atasan, guna mendukung efektivitas kinerja pemasaran informal Kantor


Cabang/Kantor Cabang Pembantu untuk mencapai target kepesertaan Informal.
8. Penata Utama Pemasaran Formal Wilayah
Melaksanakan sosialisasi strategi dan porgram pemasaran kepesertaan
formal wilayah ke Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu (KCP), memantau
dan menganalisa tingkat pencapaian Kantor Cabang serta melakukan pembinaan
dalam hal terjadi kendala, serta mengambangkan kemitraan di wilayah sesuai
arahan atasan, guna mendukung efektivitas kinerja pemasaran formal Kantor
Cabang/Kantor Cabang Pembantu untuk mencapai target kepesertaan formal.
9. Penata Madya Pengelolaan PKP
Mengkoordinasikan kegiatan yang terkait dengan pelaksanaan program
PKP di Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu, menganalisa penerapan dan
efektivitas program, guna mendukung optimalisasi dan efektivitas program PKP
dalam upaya pencapaian target pemasaran wilayah.
10. Kepala Pelayanan Wilayah
Mengarahkan dan memantau penyelenggaraan program jaminan sosial dan
pelaksanaan kegiatan pelayanan di seluruh titik pelayanan yang berada dibawah
koordinasi Kantor Wilayah, melakukan pembinaan kepada para petugas serta
mengelola dan mengolah data base, guna menjaga kualitas penyelenggaraan
program dan tingkat pelayanan bagi peserta jaminan sosial.
11. Spesialis Manajemen Program JPK-JKK
Mengkompilasi data dan menganalisa penyelenggaraan program JPK dan
JKK pada Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu di wilayahnya, mengevaluasi
efektivitas kerjasama dengan PPK, guna mendukung atasan dalam pemantauan
efektivitas penyelenggaraan program JPK dan JKK.
12. Penata Utama Manajemen Pelayanan
Mengkompilasi dan menganalisa data kinerja pelayanan dan petugas
pelayanan di titik pelayanan dibawah koordinasi wilayahnya sesuai standar mutu
yang telah ditetapkan, melakukan pembinaan bagi petugas pelayan dan

30

mengkoordinasikan pengelolaan kanal pelayanan, guna mendukung atasan dalam


meningkatkan mutu pelayanan di Kantor Cabang/KCP.
13. Penata Utama Manajemen Program JHT-JK
Mengkompilasi data dan menganalisa penyelenggaran program JHT-JK
pada Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu di wilayahnya, menyusun laporan
dan mengelola database, guna mendukung atasan dalam pemantauan efektivitas
penyelenggaraan program JHT-JK.
14. Kepala Umum dan Sumber Daya Manusia Wilayah
Mengarahkan, memantau dan mengendalikan kegiatan yang terkait dengan
pengelolaan sumber daya manusia, pengadaan barang dan jasa, pemeliharaan aset
dan pelayanan umum bagi pegawai/perusahaan (seperti kerumahtanggaan,
kebersihan, keamanan, kearsipan, dan lain-lain), serta hubungan komunikasi
dengan pihat internal dan eksternal, guna memberikan dukungan bagi kelancaran
seluruh kegiatan pengelolaan bisnis di wilayahnya.
15. Penata Madya Umum
Mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan pengadaan, pemeliharan
aset, pelayanan umum bagi pegawai dan organisasi, serta melaksanakan program
komunikasi kepada pihak internal dan eksternal sesuai program dan arahan atasan,
guna mendukung kelancaran pelaksanaan kerja.
16. Penata Madya Sumber Daya Manusia
Melaksanakan kegiatan yang terkait dengan pengelolaan sumber daya
manusia di Kantor Wilayah, serta melakukan koordinasi untuk pengelolaan SDM
di Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu di area wilayahnya, guna mendukung
terlaksananya

pengelolaan

sistem

SDM

dan

untuk

tertib

administrasi

kepegawaian.
17. Kepala Keuangan dan Teknologi Informasi Wilayah
Mengarahkan, memantau dan mengendalikan kegiatan yang terkait dengan
pengelolaan keuangan dan teknologi informasi di Kantor Wilayah beserta Kantor

31

Cabang dan Cabang Pembantu yang berada dibawah koordinasinya, guna


memberikan dukungan bagi kegiatan operasional yang efektif dan efisien.
18. Penata Madya Keuangan
Melaksanakan pengelolaan keuangan di kantor wilayah (mencakup
penyusunan anggaran, pengelolaan dana, pencatatan transaksi keuangan, serta
pelaporan kewajiban perpajakan), menghimpun, mengkompilasi dan menganalisa
efisiensi pengelolaan keuangan di Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu,
guna mendukung atasan dalam perwujudan kondisi keuangan yang sehat, yang
dapat mendukung pelaksanaan kegiatan operasional dengan optimal.
19. Penata Madya Teknologi Informasi
Mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan pemberian dukungan
teknis dalam kegiatan pemeliharaan dan penyelesaian gangguan sistem/teknologi
informasi di Kantor Wilayah/Kantor cabang/Kantor Cabang Pembantu, serta
menjaga keamanan dan memelihara data, guna mendukung upaya untuk
menciptakan proses kerja berbasis teknologi informasi yang handal.
20. Kepala Manajemen Mutu dan Risiko Wilayah
Mengarahkan, memantau dan mengendalikan kegiatan yang terkait dengan
pengelolaan aspek hukum, penerapan manajemen mutu dan risiko, serta kegiatan
yang terkait dengan pengendalian internal, guna memastikan kegiatan operasional
di Kantor Wilayah/Cabang/KCP selaras dengan strategi dan kebijakan perusahaan.
21. Penata Utama Manajemen Mutu
Mengkomunikasikan kepada pegawai di Kantor Wilayah dan Kantor
Cabang serta Kantor Cabang Pembantu di wilayah kerjanya mengenai sistem
manajemen mutu yang berlaku, memantau penerapannya dan melaksanakan
pembinaan, serta mengumpulkan informasi dan mengelola dokumen mutu, guna
mendukung tercapainya kinerja yang berkualitas sesuai dengan standar mutu yang
diharapkan.
22. Penata Utama Manajemen Risiko

32

Menyusun Laporan Profil Risiko unit kerja di wilayahnya, dan melakukan


fungsi fasilitasi dan konsultasi untuk menjamin terlaksananya proses pengelolaan
risiko secara efektif di seluruh unit kerja di wilayahnya, guna meminimalisir
potensi risiko yang dapat terjadi.
23. Penata Utama Pengendalian Internal
Melaksanakan kegiatan yang terkait dengan pengendalian pemenuhan
standar tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) serta pengelolaan
aspek hukum di Kantor Wilayah (beserta Cabang dan Cabang Pembantu), guna
mendukung terwujudnya budaya kepatuhan di lingkungan Kantor Wilayah secara
keseluruhan.

2.11 Program-program Jaminan Sosial BPJS Ketenagakerjaan


Program Jaminan Sosial merupakan program perlindungan yang bersifat
dasar bagi tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan
kepastian terhadap risiko-risiko sosial ekonomi, dan merupakan sarana penjamin
arus penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan keluarganya akibat dari
terjadinya risiko-risiko sosial dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha
dan tenaga kerja.
Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program jaminan sosial
tersebut terbatas saat terjadi peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat,
hari tua dan meninggal dunia, yang mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya
penghasilan

tenaga

kerja

dan/atau

membutuhkan

perawatan

medis

Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial ini menggunakan mekanisme Asuransi


Sosial.

33

Saat ini BPJS Ketenagakerjaan memiliki beberapa program-program


jaminan, berikut ini adalah program-program jaminan saat ini dijalankan oleh
BPJS Ketenagakerjaan:
a)
b)
c)
d)

Program Jaminan Hari Tua


Program Jaminan Kecelakaan Kerja
Program Jaminan Kematian
Program Jaminan Pensiun, program ini di rencanakan akan dimulai pada
tahun 2015.

34

BAB III
PROSES PENCAIRAN DANA PROGRAM JAMINAN HARI TUA PADA
BPJS KETENAGAKERJAAN

3.1

Program Jaminan Hari Tua BPJS Ketenagakerjaan

Pada Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya


penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan
diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua. Program Jaminan Hari Tua
memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang dibayarkan pada saat tenaga
kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi persyaratan tertentu.
Iuran Program Jaminan Hari Tua:

Ditanggung Perusahaan = 3,7%

Ditanggung Tenaga Kerja = 2%

Kemanfaatan Jaminan Hari Tua adalah sebesar akumulasi iuran ditambah hasil
pengembangannya.
Jaminan Hari Tua akan dikembalikan/dibayarkan sebesar iuran yang
terkumpul ditambah dengan hasil pengembangannya, apabila tenaga kerja:

Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat total tetap

Mengalami PHK setelah menjadi peserta sekurang-kurangnya 5 tahun


dengan masa tunggu 1 bulan (dan tidak bekerja lagi di perusahaan lain).

Pergi keluar negeri tidak kembali lagi, atau menjadi PNS/POLRI/ABRI

Tata Cara Pengajuan Jaminan Hari Tua adalah sebagai berikut:

35

1.

Setiap permintaan JHT, tenaga kerja harus mengisi dan menyampaikan


formulir 5 Jamsostek kepada kantor Jamsostek setempat dengan melampirkan:
a.

Kartu peserta Jamsostek (KPJ) asli

b.

Kartu Identitas diri KTP/SIM (fotokopi)

c.

Surat keterangan pemberhentian bekerja dari perusahaan atau Penetapan


Pengadilan Hubungan Industrial

d.
2.

Kartu Keluarga (KK)

Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang mengalami cacat total
dilampiri dengan Surat Keterangan Dokter

3.

Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang meninggalkan wilayah


Republik Indonesia dilampiri dengan:

4.

a.

Pernyataan tidak bekerja lagi di Indonesia

b.

Photocopy Paspor

c.

Photocopy VISA

Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang meninggal dunia


sebelum usia 55 thn dilampiri:

5.

a.

Surat keterangan kematian dari Rumah Sakit/Kepolisian/Kelurahan

b.

Photocopy Kartu keluarga

Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang berhenti bekerja dari
perusahaan sebelum usia 55 thn telah memenuhi masa kepesertaan 5 tahun
telah melewati masa tunggu 1 (satu) bulan terhitung sejak tenaga kerja yang
bersangkutan berhenti bekerja, dilampiri dengan:
a.

Photocopy surat keterangan berhenti bekerja dari perusahaan

b.

Surat pernyataan belum bekerja lagi

36

c.

Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang menjadi Pegawai


Negeri Sipil/POLRI/ABRI

Selambat-lambatnya 30 hari setelah pengajuan tersebut PT Jamsostek (Persero)


melakukan pembayaran JHT.

3.2 Prosedur Klaim Program Jaminan Hari Tua


Mulai
Dokumentasi
Selesai
Meminta map
pada door women
Pencairan dana
klaim
Perlengkapan
surat-surat

Memeriksa datadata pencairan


dana

Benar
dan
Lengkap
?
Sumber : Kantor Cabang Semarang 1

wawancara

Pengolahan data
peserta

Masukan map ke
drop box

37

Dalam flowchart gambar diatas menjelaskan proses pencairan dana


program jaminan hari tua pada BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V Jateng
& DIY.
Di dalam perusahaan asuransi disetiap para peserta pasti juga terkadang
para peserta ingin mencairkan dananya pada saat waktunya klaim itu dapat di
cairkan. Di BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Semarang 1 ini juga mengatasi
berbagai macam cara dalam pencairan dana habis kontrak syaratnya foto copy
KTP / kartu identitas dan kuitansi premi asli seperti yang tadi sudah di jelaskan
sebelumnya. Jika surat- suratnya lengkap proses klaim pun akan cepat dilakukan
bila sudah memasukan data pada drop box sebelum jam 12 siang maka proses
pencairan klaim pun dapat di lakukan hari itu juga sedangkan bila memasukan
persyaratannya melebihi jam 12 maka proses klain dapat di ambil besok harinya.

Dalam pencairan dana ini pemegang polis harus hadir sendiri tidak boleh
diwakilkan kecuali peserta tersebut meninggal dunia. Karena salah satu syarat
pencairan dana program jaminan hari tua ada proses wawancara yang harus
dilakukan oleh peserta tersebut. Peserta

juga wajib mengisi data data

perlengkapan untuk memenuhi kewajiban buku administrasi agar data-data dapat


segera diproses.
Proses pencairan dana program jaminan hari tua pada BPJS Ketenagakerjaan
dijelaskan pada flowchart diatas yaitu :
1. Mulai / Start yaitu menjelaskan awal mulai untuk proses pencairan
dana Program Jaminan Hari Tua.

38

2. Meminta map pada door women yaitu meminta map yang berisi
formulir pengambilan dana program jaminan hari tua dan check list
untuk mengetahui data tersebut kurang atau tidak.
3. Perlengakapan surat surat yaitu surat - surat yang berisi persyartan
yang berupa foto copy KTP/kartu identitas dan lain-lain sesuai
kebutuhan klaim.
4. Memeriksa data pencairan dana yang dilakukan oleh peserta sendiri
dan dibantu door women untuk perlengkapan data pemegang peserta
program tersebut dan surat surat pemegang peserta.
5. Kemudian setelah di cek data data dan persyaratan apakah sudah
benar dan lengkap.
6. Memasukan map ke drop box yaitu dimana data yang sudah lengkap
tadi dimasukan ke dalam dalam map yang sudah diberikan oleh door
women yang kemudian dimasukan ke dalam drop box untuk
mendapatkan nomer antrian.
7. Pengolahan data peserta yaitu dimana data setelah dimasukan ke drop
box akan diperiksa oleh bagian administrasi apa sudah lengkap atau
belum yang kemudian akan ke tahap wawancara.
8. Wawancara yaitu dimana pihak BPJS Ketenagakerjaan mewawancara
peserta tersebut untuk mengecek tingkat valid data yang telah
dibelikan oleh peserta.
9. Pencairan Dana Klaim yaitu dimana setelah proses wawancara
menemukan tingkat valid maka klaim akan di cairkan.
10. Dokumentasi yaitu untuk pegangan kantor bahwa dana program
jaminan hari tua tersebut sudah dicairkan.
11. Setelah itu selesai yang pada akhirnya proses pencairan dana program
jaminan hari tua selesai ,uang tersebut sudah ditangan para peserta
program jaminan hari tua.

39

3.3 Hubungan Perusahaan dan BPJS Ketenagakerjaan Pada Program


Jaminan Hari Tua
Program Jaminan Sosial merupakan program perlindungan yang bersifat
dasar bagi tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan
kepastian terhadap risiko-risiko sosial ekonomi, dan merupakan sarana penjamin
arus penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan keluarganya akibat dari
terjadinya risiko-risiko sosial dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha
dan tenaga kerja.

Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program tersebut terbatas


saat terjadi peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua dan
meninggal
penghasilan

dunia,
tenaga

yang

mengakibatkan

kerja

dan/atau

berkurangnya
membutuhkan

atau

terputusnya

perawatan

medis

Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial ini menggunakan mekanisme Asuransi


Sosial. Adapun program yang di bayarkan oleh perusahaan tersebut mengenai
program Jaminan Hari Tua ke BPJS adalah sebagai berikut.
Iuran Program Jaminan Hari Tua:

Ditanggung Perusahaan = 3,7%

Ditanggung Tenaga Kerja = 2%

Kemanfaatan Jaminan Hari Tua adalah sebesar akumulasi iuran ditambah hasil
pengembangannya.
Dengan adanya program Jaminan Hari Tua yang di sediakan oleh BPJS
Ketenagakerjaan maka hubungannya dengan perusahaan yang mengikuti program
tersebut adalah para pekerja di perusahaan tersebut masa depannya akan lebih

40

terjamin karena adanya tunjangan berupa tabungan yang telah di bayarkan pada
tiap bulan sebelumnya yang bisa di ambil pada saat pekerja tersebut berusia 55
tahun. Dengan adanya kerjasama program tersebut maka perusahaan sudah
mengikuti UU tentang ketenagakerjaan dan terhindari dari sanksi yang ada.
Dengan adanya kerja sama perusahaan dengan BPJS tentang program
tersebut maka perusahaan yangmengikuti program tersebut para pekerja merasa
lebih aman mengenai masa tua nanti, dengan begitu maka para pekerja akan
bekerja lebih semangat lagi tanpa terpikirkan masa tuanya nanti lalu secara
otomatis akan berdampak pada maksimalnya kinerja karyawan perusahaan
tersebut yang akan menghasilkan laba yang maksimal unyuk perusahaan tersebut
nantinya. Perusahaan juga nantinya akan menanggung beban yang lebih kecil bila
terjadi kecelakaan terhadap resiko pekerjaan tersebut karena sudah mengikuti
program BPJS.
3.4 Kegiatan dan Isi Kegiatan Praktek Bisnis
Merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh penulis selama praktek bisnis
BPJS Ketenagakerjaan Kanwil V Jateng & DIY ialah sebagai berikut :
a. Mengikuti test wawancara seperti halnya karyawan baru yang mau
bekerja pada BPJS Ketenagakerjaan.
b. Penulis memperkenalkan diri pada semua karyawan yang ada pada
bidang masing masing, mulai dari kepala kanwil, kepala divisi, staff,
hingga office boy dan lain-lain .
c. Pengenalan program BPJS yang telah ada dan yang nantinya aka nada
program baru yaitu jaminan pensiun yang rencananya akan di luncurkan
pada tahun 2015 ini.

41

d. Pelatihan atau arahan apa yang harus dilakukan oleh penulis pada proses
praktek bisnis tersebut.

3.5 Metode Praktek Bisnis


Metode praktek bisnis pada BPJS ketenagakerjaan Kantor wilayah V
jateng & DIY menggunakan metode langsung, metode yang menempatkan
mahasiswa langsung pada kantor

dan kunjungan wawancara langsung oleh

mahasiswa. Sedangkan sebagai pembimbing lapangan yakni Kepala Divisi dan


karyawan lainnya.

3.6 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat


3.6.1

Faktor Pendukung

Penulis selama melakukan praktek bisnis di BPJS Ketenagakerjaan


kantor wilayah V Jateng & DIY menemui kemudahan dalam bekerjanya,
karena adanya faktor faktor sebagai berikut :
a. Ketersediaan peralatan kerja yang lengkap, meliputi computer,
printer, scanner, alat kantor lainnya, papan tulis dsb
b. Tempat kerja yang nyaman dan bersih, meliputi tata ruang dan
kelengkapan seperti meja kantor, kursi kantor, ruangan ber AC
sehingga suasana kerja yang nyaman yang berdampak pada
maksimalnya kinerja.
c. Mahasiswa memperoleh bimbingan dari semua karyawan mulai
dari cara membuat kliping yang benar, hingga cara mendata mitra

42

binaan BPJS Ketenagakerjaan, serta diskusi akan dinamika


prospek, hingga bagaimana para nasabah jika ingin mencairkan
dana program yang ada di BPJS Ketenagakerjaan.
d. Sikap karyawan yang ramah dan suka bercanda sehingga membuat
cair suasana kantor yang terkadang tenang dan penuh konsentrasi.
e. Mahasiswa mampu mengoperasikan fitur standar dasar dasar
computer, seperti mengetik saleskit, kutipan premi dsb.
f. Mahasiswa mengikuti pelatihan dan dibekali buku pedoman BPJS
Ketenagakerjaansehingga mengetahui tentang program-program
yang ada di BPJS Ketenagakerjaan.

3.6.2

Faktor Penghambat
Penulis juga mengalami berbagai hambatan dalam melaksanakan praktek
bisnis di BPJS Ketenagakerjaan kantor wilayah V Jateng & DIY, faktor
penghambatnya:
a. Kesulitan dalam berkomunikasi dalam tahap pendekatan dengan
para karyawan karena penulis merasa gugup pada awal praktek
bisnis.
b. Keterbatasan penggunaan softwere computer dalam hal ini
khususnya adalah softwere EDMS yang digunakan untuk
menyimpan

arsip

perusahaan

sehingga

berdampak

pada

43

menumpuknya surat yang masuk yang belum dimasukan ke


softwere EDMS tersebut.
c. Kesulitan dalam mencari arsip perusahaan dikarenakan dampak
dari kurangnya softwere tersebut.
d. Keterbatasan jumlah karyawan yang belum terisi yang berdampak
pada adanya pekerjaan yang di limpahkan ke posisi lain untuk
segera dikerjakan.
e. Terlalu seringnya periode pergantian kepala kantor wilayah yang
berdampak pada akan terjadinya proses adaptasi baru.
f. Keterbatasan wawasan penulis akan perasuransian sehingga
mengalami kesulitan dalam memahami bidang perasuransian
dikarenakan sedikitnya mata kuliah yang berhubungan dengan
asuransi,

sehingga

pada

awalnya

penulis

kurang

paham

bagaimana asuransi itu bisa meringankan beban kelak di masa


yang akan datang.

BAB IV
PENUTUP

44

4.1

Kesimpulan
Selama praktek bisnis ini berlangsung, penulis mendapatkan beberapa hal

yang tidak pernah didapat di bangku perkuliahan, seperti misalnya pengalaman


dalam menghadapi situasi kerja disamping itu juga dapat mengenal lebih jauh
sebuah perusahaan pelayanan jasa yang memiliki karakteristik tersendiri yang
dalam hal ini adalah BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V Jateng & DIY
selama 2 bulan (27 Januari 2014 sampai dengan 28 Maret 2014), dapat diambil
kesimpulan antara lain :
1. Dalam hal proses kerja pada BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V
Jateng & DIY memiliki mekanisme kerja yang sistematis dan
berkesinambungan, bekerja secara profesional dan tidak hanya bertindak
sebagai tenaga pemasaran saja, namun juga sebagai pihak yang
memberikan pelayanan.
2. Dalam pekerjaan dilakukan dengan sikap yang santai tetapi serius,
sehingga pekerjaan tetap berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan
rasa tegang.
3. Sikap kesediaan saling membantu dari para karyawan merupakan wujud
profesionalisme

dalam

menghadapi

persaingan

dalam

kegiatan

perusahaan.
4. Adanya sikap yang diberikan oleh para karyawan yang ada di BPJS
Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V Jateng & DIY sangat terbuka dan
mau membagi ilmu mereka kepada pemagang. Jadi, pemagang
mendapatkan banyak ilmu dan benar-benar merasa terbantu dengan sikap
mereka yang terbuka tersebut.
5. Situasi kerja pada BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V Jateng &
DIY

sangat

kondusif

karena

adanya

sikap

kekeluargaan

dan

45

keramahtamahan antar pegawai yang berdampak pada maksimalnya


kinerja para pegawai.

4.2 Saran Saran


Berdasarkan pembahasan yang telah di jabarkan oleh penulis, berikut adalah
saran yang dapat di berikan untuk BPJS Ketenagakerjaan Kanwil V Jateng & DIY.
1. Perlu adanya penambahan sumber daya manusia agar tidak ada posisi
yang kosong dalam struktur perusahaan dan berdampak pada
menumpuknya pekerjaan, penambahan sumber daya manusia ini akan
berdampak pada kinerja yang lebih efektif lagi.
2. Sistem komputerisasinya harus lebih ditingkatkan yaitu khususnya
softwere EDMS agar memudahkan dalam pencarian berkas yang akan
digunakan.
3. Hendaknya pengetahuan terhadap suatu bidang pekerjaan tidak hanya
diketahui oleh penanggung jawab bidang tersebut saja tetapi keseluruhan
karyawan agar bila salah satu karyawan berhalangan hadir dapat
ditangani oleh karyawan lain.

Вам также может понравиться