Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan
ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan
kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu
investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam
pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah
satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan Dalam Undangundang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa
kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya agar terwujud manusia Indonesia yang
bermutu, sehat, dan produktif. Untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan dilaksanakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perorangan. Kedua upaya adalah pelayanan berkesinambungan atau
continuum care. Upaya kesehatan masyarakat dilaksanakan pada sisi hulu
untuk mempertahankan agar masyarakat tetap sehat dan tidak jatuh sakit,
sedangkan upaya kesehatan perorangan dilaksanakan pada sisi hilir.
Usaha ke arah itu sesungguhnya telah dirintis pemerintah dengan
menyelenggarakan beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan,
diantaranya adalah melalui PT Askes (Persero) dan PT Jamsostek (Persero)
yang melayani antara lain pegawai negeri sipil, penerima pensiun, veteran,
dan pegawai swasta. Untuk masyarakat miskin dan tidak mampu,
pemerintah memberikan jaminan melalui skema Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).
Namun demikian, skema-skema tersebut masih terfragmentasi, terbagibagi. Biaya kesehatan dan mutu pelayanan menjadi sulit terkendali.
b)
Sebagai
sarana
pengabdian
kepada
masyarakat,
c) Memperoleh
masukan
objektif
yang
dapat
terhadap
dunia
kerja
yang
1.3
1. Waktu
Mahasiswa
melaksanakan
Praktek
Bisnis
di
BPJS
Bentuk Kegiatan
mengetahui
proses
kerja
di
setiap
bagian-bagian
pada
BPJS
Pengertian Asuransi
Pada hakekatnya, asuransi merupakan suatu pelimpahan resiko atas
a.
Setiap
orang
pasti
akan
b.
c.
Hari
tua
mengakibatkan
Therm Insurance
Asuransi yang ada batas waktunya, biasanya untuk asuransi
kerugian, tidak ada pengembalian bila tidak ada klaim
Ekawaktu
Merupakan asuransi yang berjangka dan ada pengembalian
2.
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1 Sejarah Perkembangan BPJS Kesehatan
Asuransi kesehatan adalah sebuah jenis produk asuransi yang
secara khusus menjamin biaya kesehatan atau perawatan para anggota asuransi
tersebut jika mereka jatuh sakit atau mengalami kecelakaan. Secara garis besar
ada dua jenis perawatan yang ditawarkan perusahaan-perusahaan asuransi,
yaitu rawat inap (in-patient treatment) dan rawat jalan (out-patient treatment).
Produk asuransi kesehatan diselenggarakan baik oleh perusahaan asuransi sosial,
perusahaan asuransi jiwa, maupun juga perusahaan asuransi umum. Di Indonesia,
PT Askes Indonesia merupakan salah satu perusahaan asuransi social yang
menyelenggarakan asuransi kesehatan kepada para anggotanya yang utamanya
merupakan para pegawai negeri baik sipil maupun non-sipil. Anak-anak mereka
juga dijamin sampai dengan usia 21 tahun. Para pensiunan beserta istri ataupun
suami juga dijamin seumur hidup.
PT Askes (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara yang
ditugaskan
khusus
oleh
pemerintah
untuk
menyelenggarakan
jaminan
pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan
TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan
Usaha lainnya. Sejarah singkat penyelenggaraan program Asuransi Kesehatan
sebagai berikut :
a. Tahun 1968
Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang secara jelas mengatur
pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri dan Penerima Pensiun (PNS dan
ABRI) beserta anggota keluarganya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 230
Tahun 1968. Menteri Kesehatan membentuk Badan Khusus di lingkungan
Departemen Kesehatan RI yaitu Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan
Kesehatan (BPDPK), dimana oleh Menteri Kesehatan RI pada waktu itu (Prof. Dr.
G.A. Siwabessy) dinyatakan sebagai cikal-bakal Asuransi Kesehatan Nasional.
b. Tahun 1984
Untuk lebih meningkatkan program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi
peserta dan agar dapat dikelola secara profesional, Pemerintah menerbitkan
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984 tentang Pemeliharaan Kesehatan
bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun (PNS, ABRI dan Pejabat Negara)
beserta anggota keluarganya. Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
1984, status badan penyelenggara diubah menjadi Perusahaan Umum Husada
Bhakti.
c. Tahun 1991
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991, kepesertaan
program jaminan pemeliharaan kesehatan yang dikelola Perum Husada Bhakti
ditambah dengan Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota keluarganya.
Disamping itu, perusahaan diijinkan memperluas jangkauan kepesertaannya k
badan usaha dan badan lainnya sebagai peserta sukarela.
d. Tahun 1992
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 status Perum diubah
menjadi Perusahaan Perseroan (PT Persero) dengan pertimbangan fleksibilitas
pengelolaan keuangan, kontribusi kepada Pemerintah dapat dinegosiasi untuk
kepentingan pelayanan kepada peserta dan manajemen lebih mandiri.
e. Tahun 2005
10
RI,
sesuai
Keputusan
1241/MENKES/SK/XI/2004
dan
Penyelenggara
Jaminan
Program
Menteri
Nomor
RI
Nomor
56/MENKES/SK/I/2005,
sebagai
Kesehatan
Kesehatan
Masyarakat
Miskin
(PJKMM/ASKESKIN).
Dasar penyelenggaraan:
a)
b)
c)
d)
UUD 1945.
UU No. 23/1992 tentang Kesehatan.
UU No.40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1241/MENKES/SK/XI/2004
dan Nomor 56/MENKES/SK/I/2005.
akuntabilitas
dan
transparansi
yang
terjamin
dengan
f. Tahun 2014
Mulai tanggal 1 Januari 2014, PT Askes Indonesia (Persero) berubah nama
menjadi BPJS Kesehatan sesuai dengan Undang-Undang No. 24 tahun 2011
tentang BPJS.
2.1.2 Landasan Hukum Terbentuknya BPJS Kesehatan
Dasar hukum transformasi Askes menjadi BPJS Kesehatan ialah:
1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional.
11
Jaminan
Sosial
Nasional
diselenggarakan
berdasarkan
asas
kemanusiaan, asas manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk memberikan jaminan
terpenuhinya dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota
keluarganya.
Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan pada prinsip:
a. Kegotong-royongan
Gotong-royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam
hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam
kebudayaan kita. Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang
mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat
membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta yang sehat
membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaan SJSN bersifat
wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang bulu. Dengan demikian,
melalui prinsip gotong royong jaminan sosial dapat menumbuhkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented).
Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya
kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana
amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan sebesarbesarnya untuk kepentingan peserta.
c. Prinsip Keterbukaan, Kehati-hatian dan Akuntabilitas
Prinsip prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan
dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.
12
d. Portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan
jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah
pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
e. Kepesertaan Bersifat Wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta
sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi
seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan
ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program.
Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan
itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada
akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dapat mencakup seluruh
rakyat.
f. Dana amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada
badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka
mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
g. Hasil Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan
program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.pengelolaan Dana.
Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial, menjelaskan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS bertujuan untuk mewujudkan
terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang
layak bagi setiap Peserta dan/atau anggota keluarganya.
BPJS menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan asas :
a) kemanusiaan;
b) manfaat; dan
c) keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Berdasarkan
Undang-undang
Nomor
24
Tahun
2011,
BPJS
akan
13
14
perubahan bentuk badan hukum yang mencakup pendirian, ruang lingkup kerja
dan kewenangan badan yang selanjutnya diikuti dengan perubahan struktur
organisasi, prosedur kerja dan budaya organisasi. Transformasi menjadi kosakata
penting sejak tujuh tahun terakhir di Indonesia, tepatnya sejak diundangkannya
UU SJSN pada 19 Oktober 2004.
Transformasi akan menghadirkan identitas baru dalam penyelenggaraan
program jaminan sosial di Indonesia. Perintah transformasi kelembagaan badan
penyelenggara jaminan social diatur dalam UU No. 40 tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN). Penjelasan Umum alinea kesepuluh UU
SJSN menjelaskan bahwa, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang
dibentuk oleh UU SJSN adalah transformasi dari badan penyelenggara jaminan
sosial yang tengah berjalan dan dimungkinkan membentuk badan penyelenggara
baru. Transformasi badan penyelenggara diatur lebih rinci dalam UU No. 24 tahun
2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS). UU BPJS adalah
pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perkara No. 007/PUU-III/2005.
Penjelasan Umum UU BPJS alinea keempat mengemukakan bahwa UU BPJS
merupakan pelaksanaan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 UU SJSN pasca Putusan
Mahkamah Konstitusi. Kedua pasal ini mengamanatkan pembentukan BPJS dan
transformasi kelembagaan PT ASKES (Persero),
JAMSOSTEK
(Persero)
dan
PT
TASPEN
PT ASABRI (Persero), PT
(Persero)
menjadi BPJS.
15
pengelolaan, atau dengan kata lain berkaitan dengan perubahan stuktur dan
budaya organisasi.
UU BPJS menentukan bahwa PT Askes (Persero) dinyatakan bubar tanpa
likuidasi pada saat mulai beroperasinya BPJS Kesehatan pada tanggal 1 Januari
2014. Tranformasi PT Askes (Persero) menjadi badan hukum publik BPJS
Kesehatan diantarkan oleh Dewan Komisaris dan Direksi PT Askes (Persero)
sampai dengan mulai beroperasinya BPJS Kesehatan.
Masa persiapan transformasi PT ASKES (Persero) menjadi BPJS
Kesehatan adalah selama dua tahun terhitung mulai 25 November 2011 sampai
dengan 31 Desember 2013. Dalam masa persiapan, Dewan Komisaris dan
Direksi PT Askes (Persero) ditugasi untuk menyiapkan operasional BPJS
Kesehatan, serta menyiapkan pengalihan asset dan liabilitas, pegawai serta hak
dan kewajiban PT Askes (Persero) ke BPJS Kesehatan.
Penyiapan operasional BPJS Kesehatan mencakup:
1. Penyusunan sistem dan prosedur operasional BPJS Kesehatan.
2. Sosialisasi kepada seluruh pemangku kepentingan.
3. Penentuan program jaminan kesehatan yang sesuai dengan UU
SJSN.
4. Koordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk mengalihkan
penyelenggaraan
program
(Jamkesmas).
5. Kordinasi
dengan
Jaminan
KemHan,TNI
Kesehatan
dan
Masyarakat
POLRI
untuk
program
jaminan
pemeliharaan
kesehatan
Jamsostek.
Penyiapan pengalihan asset dan liabilitas, pegawai serta hak dan
kewajiban PT Askes (Persero) ke BPJS Kesehatan, mencakup penunjukan kantor
akuntan publik untuk melakukan audit atas:
1. Laporan keuangan penutup PT Askes(Persero).
2. Laporan posisi keuangan pembukaan BPJS Kesehatan.
3. Laporan posisi keuangan pembukaan dana jaminan kesehatan.
16
Pada saat BPJS Kesehatan mulai beroperasi pada 1 Januari 2014, PT Askes
(Persero) dinyatakan bubar tanpa likuidasi. Semua asset dan liabilitas serta hak
dan kewajiban hukum PT Askes (Persero) menjadi asset dan liabilitas serta hak
dan kewajiban hukum BPJS Kesehatan, dan semua pegawai PT Askes
(Persero) menjadi pegawai BPJS Kesehatan.
Pada saat yang sama, Menteri BUMN selaku RUPS mengesahkan laporan
posisi keuangan penutup PT Askes (Persero) setelah dilakukan audit kantor
akuntan publik.
pembuka BPJS Kes dan laporan keuangan pembuka dana jaminan kesehatan.
Untuk pertama kali, Dewan Komisaris dan Direksi PT Askes (Persero) diangkat
menjadi Dewan Pengawas dan Direksi BPJS Kesehatan untuk jangka waktu
paling lama 2 tahun sejak BPJS Kesehatan mulai beroperasi.
Mulai 1 Januari 2014, program-program jaminan kesehatan sosial yang telah
diselenggarakan oleh pemerintah dialihkan kepada BPJS Kesehatan. Kementerian
kesehatan tidak lagi menyelenggarakan program Jamkesmas.
Kementerian
pelayanan
kesehatan
tertentu
dan
komitmen
pemangku
kepentingan
untuk
melaksanakan
trasnformasi setidaknya tercermin dari kesungguhan menyelesaikan agendaagenda regulasi yang terbengkalai.
Peraturan perundangan jaminan sosial yang efektif akan berdampak pada
kepercayaan dan dukungan publik akan transformasi badan penyelenggara. Publik
hendaknya dapat melihat dan merasakan bahwa transformasi badan penyelenggara
bermanfaat bagi peningkatan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan SJSN,
17
pentingnya
penyelenggaraan
SJSN
dan
penataan
kembali
2.2.1 Visi
Visi BPJS Ketenagakerjaan adalah menjadi Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) berkelas dunia, terpercaya, bersahabat dan unggul dalam
Operasional dan Pelayanan.
2.2.2 Misi
Sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang memenuhi
perlindungan dasar bagi tenaga kerja serta menjadi mitra terpercaya bagi:
Tenaga Kerja: Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja dan
keluarga
18
ikhlas.
Profesional: Insan BPJS Ketenagakerjaan selalu mengupayakan hal yang
terbaik dalam berbuat, kompeten dan bertanggung jawab, proaktif serta
19
telah
20
21
dilakukan
oleh consultant
team
dan
kemudian
untuk
proses
22
23
Pada
sub-bab
ini,
akan
dijelaskan
struktur
organisasi
BPJS
24
25
26
27
adalah
deskripsi
kerja
tanggung
jawab
pada
BPJS
2. Sekretaris Wilayah
Melaksanakan
pengelolaan
administrasi
surat
menyurat,
rapat
intern/ekstern, administrasi personil, serta sarana dan prasarana kerja pada Kantor
Wilayah, guna mendukung kelancaran kerja Kepala Kantor Wilayah.
3. Senior Analisis Wilayah
Menyusun dan membuat analisa, kajian dan usulan rencana pengembangan
pemasaran, pelayanan, keuangan & teknologi informasi, umum & sumber daya
manusia, manajemen mutu dan risiko serta melakukan pemantauannya di
lapangan serta melakukan perbaikan berkesinambungan di Kantor Wilayah, guna
mendukung kelancaran operasional dan pelayanan secara optimal selaras dengan
kebijakan kantor pusat, sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku di
perusahaan, agar dapat mendukung pencapaian tujuan Kantor Wilayah.
4. Kepala Pemasaran Wilayah
28
akun
untuk
Kantor
29
30
pengelolaan
sistem
SDM
dan
untuk
tertib
administrasi
kepegawaian.
17. Kepala Keuangan dan Teknologi Informasi Wilayah
Mengarahkan, memantau dan mengendalikan kegiatan yang terkait dengan
pengelolaan keuangan dan teknologi informasi di Kantor Wilayah beserta Kantor
31
32
tenaga
kerja
dan/atau
membutuhkan
perawatan
medis
33
34
BAB III
PROSES PENCAIRAN DANA PROGRAM JAMINAN HARI TUA PADA
BPJS KETENAGAKERJAAN
3.1
Kemanfaatan Jaminan Hari Tua adalah sebesar akumulasi iuran ditambah hasil
pengembangannya.
Jaminan Hari Tua akan dikembalikan/dibayarkan sebesar iuran yang
terkumpul ditambah dengan hasil pengembangannya, apabila tenaga kerja:
Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat total tetap
35
1.
b.
c.
d.
2.
Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang mengalami cacat total
dilampiri dengan Surat Keterangan Dokter
3.
4.
a.
b.
Photocopy Paspor
c.
Photocopy VISA
5.
a.
b.
Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang berhenti bekerja dari
perusahaan sebelum usia 55 thn telah memenuhi masa kepesertaan 5 tahun
telah melewati masa tunggu 1 (satu) bulan terhitung sejak tenaga kerja yang
bersangkutan berhenti bekerja, dilampiri dengan:
a.
b.
36
c.
Benar
dan
Lengkap
?
Sumber : Kantor Cabang Semarang 1
wawancara
Pengolahan data
peserta
Masukan map ke
drop box
37
Dalam pencairan dana ini pemegang polis harus hadir sendiri tidak boleh
diwakilkan kecuali peserta tersebut meninggal dunia. Karena salah satu syarat
pencairan dana program jaminan hari tua ada proses wawancara yang harus
dilakukan oleh peserta tersebut. Peserta
38
2. Meminta map pada door women yaitu meminta map yang berisi
formulir pengambilan dana program jaminan hari tua dan check list
untuk mengetahui data tersebut kurang atau tidak.
3. Perlengakapan surat surat yaitu surat - surat yang berisi persyartan
yang berupa foto copy KTP/kartu identitas dan lain-lain sesuai
kebutuhan klaim.
4. Memeriksa data pencairan dana yang dilakukan oleh peserta sendiri
dan dibantu door women untuk perlengkapan data pemegang peserta
program tersebut dan surat surat pemegang peserta.
5. Kemudian setelah di cek data data dan persyaratan apakah sudah
benar dan lengkap.
6. Memasukan map ke drop box yaitu dimana data yang sudah lengkap
tadi dimasukan ke dalam dalam map yang sudah diberikan oleh door
women yang kemudian dimasukan ke dalam drop box untuk
mendapatkan nomer antrian.
7. Pengolahan data peserta yaitu dimana data setelah dimasukan ke drop
box akan diperiksa oleh bagian administrasi apa sudah lengkap atau
belum yang kemudian akan ke tahap wawancara.
8. Wawancara yaitu dimana pihak BPJS Ketenagakerjaan mewawancara
peserta tersebut untuk mengecek tingkat valid data yang telah
dibelikan oleh peserta.
9. Pencairan Dana Klaim yaitu dimana setelah proses wawancara
menemukan tingkat valid maka klaim akan di cairkan.
10. Dokumentasi yaitu untuk pegangan kantor bahwa dana program
jaminan hari tua tersebut sudah dicairkan.
11. Setelah itu selesai yang pada akhirnya proses pencairan dana program
jaminan hari tua selesai ,uang tersebut sudah ditangan para peserta
program jaminan hari tua.
39
dunia,
tenaga
yang
mengakibatkan
kerja
dan/atau
berkurangnya
membutuhkan
atau
terputusnya
perawatan
medis
Kemanfaatan Jaminan Hari Tua adalah sebesar akumulasi iuran ditambah hasil
pengembangannya.
Dengan adanya program Jaminan Hari Tua yang di sediakan oleh BPJS
Ketenagakerjaan maka hubungannya dengan perusahaan yang mengikuti program
tersebut adalah para pekerja di perusahaan tersebut masa depannya akan lebih
40
terjamin karena adanya tunjangan berupa tabungan yang telah di bayarkan pada
tiap bulan sebelumnya yang bisa di ambil pada saat pekerja tersebut berusia 55
tahun. Dengan adanya kerjasama program tersebut maka perusahaan sudah
mengikuti UU tentang ketenagakerjaan dan terhindari dari sanksi yang ada.
Dengan adanya kerja sama perusahaan dengan BPJS tentang program
tersebut maka perusahaan yangmengikuti program tersebut para pekerja merasa
lebih aman mengenai masa tua nanti, dengan begitu maka para pekerja akan
bekerja lebih semangat lagi tanpa terpikirkan masa tuanya nanti lalu secara
otomatis akan berdampak pada maksimalnya kinerja karyawan perusahaan
tersebut yang akan menghasilkan laba yang maksimal unyuk perusahaan tersebut
nantinya. Perusahaan juga nantinya akan menanggung beban yang lebih kecil bila
terjadi kecelakaan terhadap resiko pekerjaan tersebut karena sudah mengikuti
program BPJS.
3.4 Kegiatan dan Isi Kegiatan Praktek Bisnis
Merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh penulis selama praktek bisnis
BPJS Ketenagakerjaan Kanwil V Jateng & DIY ialah sebagai berikut :
a. Mengikuti test wawancara seperti halnya karyawan baru yang mau
bekerja pada BPJS Ketenagakerjaan.
b. Penulis memperkenalkan diri pada semua karyawan yang ada pada
bidang masing masing, mulai dari kepala kanwil, kepala divisi, staff,
hingga office boy dan lain-lain .
c. Pengenalan program BPJS yang telah ada dan yang nantinya aka nada
program baru yaitu jaminan pensiun yang rencananya akan di luncurkan
pada tahun 2015 ini.
41
d. Pelatihan atau arahan apa yang harus dilakukan oleh penulis pada proses
praktek bisnis tersebut.
Faktor Pendukung
42
3.6.2
Faktor Penghambat
Penulis juga mengalami berbagai hambatan dalam melaksanakan praktek
bisnis di BPJS Ketenagakerjaan kantor wilayah V Jateng & DIY, faktor
penghambatnya:
a. Kesulitan dalam berkomunikasi dalam tahap pendekatan dengan
para karyawan karena penulis merasa gugup pada awal praktek
bisnis.
b. Keterbatasan penggunaan softwere computer dalam hal ini
khususnya adalah softwere EDMS yang digunakan untuk
menyimpan
arsip
perusahaan
sehingga
berdampak
pada
43
sehingga
pada
awalnya
penulis
kurang
paham
BAB IV
PENUTUP
44
4.1
Kesimpulan
Selama praktek bisnis ini berlangsung, penulis mendapatkan beberapa hal
dalam
menghadapi
persaingan
dalam
kegiatan
perusahaan.
4. Adanya sikap yang diberikan oleh para karyawan yang ada di BPJS
Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V Jateng & DIY sangat terbuka dan
mau membagi ilmu mereka kepada pemagang. Jadi, pemagang
mendapatkan banyak ilmu dan benar-benar merasa terbantu dengan sikap
mereka yang terbuka tersebut.
5. Situasi kerja pada BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V Jateng &
DIY
sangat
kondusif
karena
adanya
sikap
kekeluargaan
dan
45