Вы находитесь на странице: 1из 22

Demokrasi dan Musyawarah Mufakat

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Dr. Nana Sulaksana

Disusun oleh :
Fadilla Anjasmara ( 270110140009 )
Annisa Ayuningtyas P.A ( 270110140046 )
Harry Soeharto G ( 270110140049 )
Muhammad Nur Arizal ( 270110140050 )
Reinaldo Henry W ( 270110140127 )

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang atas rahmatNya maka saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
Demokrasi dan Musyawarah Mufakat.
Penulisan ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan dan Kewarganegaraan.
Dalam

penulisan

makalah

ini

penulis

menyadari

masih

banyak

kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Akhirnya saya sebagai penulis berharap semoga Allah memberikan
pahala yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan
dapat menjadikan semua

bantuan ini

RobbalAlamiin.

Jatinangor, Maret 2015


Penulis

sebagai

ibadah, Amiin

Yaa

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demokrasi yang diterapkan saat ini masih belum jelas setelah pada masa Presiden
Soeharto dikenal dengan Demokrasi Pancasila. Ir Soekarno dalam buku Di Bawah
Bendera Revolusi (1965) pernah mengungkapkan pendapatnya tentang demokrasi bagi
bangsa Indonesia. Apakah demokrasi itu? Demokrasi adalah pemerintahan rakyat.
Masyarakat bebas berpendapat dan berorganisasi dan rakyat juga memilih langsung atau
memilih sendiri pemimpinnya. Komisi negara dibentuk oleh negara. Diperbolehkannya
jalur independen atau calon perseorangan di luar jalur politik mencalonkan diri dalam
pemilihan kepala daerah (pilkada) turut meramaikan kehidupan demokrasi di Indonesia.
Perkembangan demokrasi turut meningkatkan partisipasi politik masyarakat. Masyarakat
boleh mengorganisasikan diri untuk ikut serta dalam proses pengambilan keputusan.
Masyarakat atau rakyat kembali merasakan kebebasan sipil dan politiknya. Rakyat
menikmati kebebasan berpendapat serta rakyat menikmati kebebasan berorganisasi.
Kebebasan sipil bisa dinikmati meskipun di sisi lain hak sekelompok masyarakat bisa
dihilangkan oleh kelompok masyarakat lain. Dalam kondisi seperti ini, beberapa kalangan
menilai penerapan demokrasi di Indonesia harus dijiwai dengan ideologi atau dasar
negara RI yaitu Pancasila. Pancasila sebagai dasar atau ideologi negara harus diterapkan
dalam kehidupan berdemokrasi.
Semua negara mengakui bahwa demokrasi sebagai alat ukur dari keabsahan politik.
Kehendak rakyat adalah dasar utama kewenangan pemerintahan menjadi basis tegaknya
sistem politik demokrasi. Demokrasi meletakkan rakyat pada posisi penting, hal ini karena
masih memegang teguh rakyat selaku pemegang kedaulatan. Negara yang tidak memegang
demokrasi disebut negara otoriter.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Demokrasi?

2. Bagaimanakah perkembangan demokrasi di indonesia?


3. Bagaimana Permasalahan demokrasi di indonesia?
4. Bagaiamanakah ?
2.Tujuan Penulisan

Untuk mengolah pola pikir mahasiswa mengenai Bahasa Indonesia sebagai bahasa

pemersatu bangsa
Untuk mengetahui bagaiaman fungsi bahasa indonesia
Untuk memenuhi salah satu tugas Matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Demokrasi


Kata demokrasi berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein
yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang
lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep
demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi
wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu
negara. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai
upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan
oleh pemerintah negara tersebut.
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan
politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga
negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yg sejajar satu sama lain.
Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga
negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and
balances.
Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga pemerintah yang
memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif,
lembaga-lembaga pengadilan yang berwenang menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan
lembaga-lembaga perwakilan rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan
menjalankan kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh
masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat yang
diwakilinya (konstituen) dan yang memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif,
selain sesuai hukum dan peraturan.

2.2 Perkembangan Demokrasi di Indonesia


. Demokrasi yang dilaksanakan di Indonesia belum mampu mewujudkan
kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Partisipasi warga negara dalam
bidang politik pun belum terlaksana sepenuhnya. Untuk memaparkan

lebih lanjut, permasalahan demokrasi yang ada perlu dikelompokkan lagi


menjadi tiga hal, yaitu dari segi teknis atau prosedur, etika politik, serta
sistem demokrasi secara keseluruhan.
Dari segi teknis atau prosedur, demokrasi di Indonesia sesungguhnya
sudah terlaksana. Hal ini dapat dibuktikan dengan terlaksananya pemilu
pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004 dan
2009 untuk pemilihan calon legislatif (Pileg) dan pemilihan calon presiden
dan wakil presiden (Pilpres). Bahkan, pemilu Indonesia tahun 1999
mendapat apresiasi dari dunia internasional sebagai Pemilu pertama di
era Reformasi yang telah berlangsung secara aman, tertib, jujur, adil, dan
dipandang memenuhi standar demokrasi global dengan tingkat partisipasi
politik ketika itu adalah 92,7%.
Namun sesungguhnya pemilu 1999 yang dipandang baik ini mengalami
penurunan partisipasi politik dari pemilu sebelumnya yaitu tahun 1997
yang mencapai 96,6 %. Tingkat partisipasi ppolitik di tahun berikutnya
pun mengalami penurunan, dimana pada pemilu tahun 2004, tingkat
partisipasi politik mencapai 84,1 % untuk pemilu Legislatif, dan 78,2 %
untuk Pilpres. Kemudian pada pemilu 2009, tingkat partisipasi politik
mencapai 10,9 % untuk pemilu Legislatif dan 71,7 % untuk Pilpres.
Menurunnya angka partisipasi politik di Indonesia dalam pelaksanaan
pemilu ini berbanding terbalik dengan angka golput (golongan putih)
yang semakin meningkat. Tingginya angka golput ini menunjukkan
apatisme dari masyarakat di tengah pesta demokrasi, karena
sesungguhnya pemilu merupakan wahana bagi warga negara untuk
menggunakan hak pilihnya dalam memilih orang-orang yang dianggap
layak untuk mewakili masyarakat, baik yang akan duduk di kursi
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD),
maupun Presiden dan Wakil Presiden.
Hak untuk memilih atau mengemukakan pendapat tergolong sebagai
Hak Asasi Manusia yang pelaksanaannya dijamin dalam UUD 1945
Pasal 28E ayat (3). Tingginya angka golput mungkin berasal dari
pandangan masyarakat yang memandang bahwa hak asai manusia
merupakan suatu kebebasan, yang dalam hal ini adalah kebebasan
untuk menggunakan hak pilihnya ataupun tidak. Memang tidak ada
aturan atau hukum yang menjerat bagi orang-orang yang tidak turut
serta berpartisipasi politik dalam pemilu, namun apabila terus
dibiarkan angka golput terus meningkat. Hal ini menimbulkan
kekhawatiran terhadap demokrasi Indonesia yang akan semakin tidak
berkualitas akibat rendahnya partisipasi dari para warganya.
Yang kedua adalah demokrasi dipandang dari segi etika politiknya.
Secara subtantif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan
subyek sebagai pelaku etika yaitu manusia. Oleh karena itu etika politik

berkait erat dengan bidang pembahasan moral. Hal ini berdasarkan


kenyataan bahwa pengertian moral senantiasa menunjuk kepada
manusia sebagai subyek etika. Walaupun dalam konteks politik
berkaitan erat dengan masyarakat, bangsa dan negara, Etika politik
tetap meletakkan dasar fundamental manusia sebagai manusia. Dasar
ini lebih meneguhkan akar etika politik bahwa kebaikan senantiasa
didasarkan kepada hakikat manusia sebagai makhluk yang beradab
dan berbudaya.
Masih mengambil contoh yang sama yaitu mengenai pemilihan umum,
dimana pemilihan umum yang seharusnya terjadi sebagaimana
tercantum dalam Pasal 22E ayat (1) UUD 1945 adalah pemilihan umum
secara langsung dan umum, sera bersifat bebas, rahasia, jujur, dan
adil. Namun bagaimanakah etika politik dari para aktor dalam
pemilihan umum, khususnya calon pemerintah dan calon wakil rakyat
di Indonesia ?
Pemilihan umum di Indonesia merupakan arena pertarungan aktor-aktor
yang haus akan popularitas dan kekuasaan. Sebagian besar petinggi
pemerintahan di Indonesia adalah orang-orang yang sangat pandai
mengumbar janji untuk memikat hati rakyat. Menjelang pemilihan umum,
mereka akan mengucapkan berbagai janji mengenai tindakan-tindakan
yang akan mereka lakukan apabila terpilih dalam pemilu, mereka berjanji
untuk mensejahterakan rakyat, meringankan biaya pendidikan dan
kesehatan,

mengupayakan

lapangan

pekerjaan

bagi

rakyat,

dan

sebagainya.Tidak hanya janji-janji yang mereka gunakan untuk mencari


popularitas di kalangan rakyat melalui tindakan money politic
2.3 Permasalahan Demokrasi di indonesia
Permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam demokrasi di
Indonesia
diantaranya
adalah
:
.
1. Buruknya Kinerja Lembaga Perwakilan dan Partai politik
Masalah pertama yang hendak dibahas pada makalah ini adalah
buruknya kinerja lembaga perwakilan rakyat dan partai politik dalam
sistem demokrasi pancasila. Lembaga perwakilan merupakan suatu
kekuatan dalam demokrasi. Dikatakan sebagai kekuatan dalam
demokrasi karena lembaga perwakilan ini menjadi tempat atau wadah
yang menampung aspirasi rakyat dan segala curahan hati rakyat.
Segenap keinginan rakyat disalurkan melalui lembaga perwakilan
rakyat yang dibentuk secara demokratis, yakni melalui jalan pemilu

yang
diadakan
tiap
lima
tahun
sekali.
Melalui naungan partai politik, para wakil rakyat dipilih secara langsung
oleh rakyat siapa yang akan menjadi wakil-wakilnya dalam
pemerintahan. Wakil-wakil itulah kelak yang akan menyuarakan segala
keinginan dari rakyat. Artinya lembaga perwakilan memegang amanat
dan mandat langsung dari rakyat. Dibutuhkan lembaga perwakilan
untuk menjadikan sistem demokrasi berjalan sesuai dengan yang
diharapkan oleh rakyat. Karena lembaga perwakilan ini merupakan
wakil-wakil yang telah di pilih oleh rakyat. Artinya rakyat telah
mempercayakan segala hal yang berkaitan tentang kelangsungan
hidup rakyat kepada badan perwakilan. Intinya, keberadaan badan
perwakilan merupakan karakteristik utama bagi sistem politik yang
menganut
demokrasi.
Pada saat sekarang ini nampaknya kinerja lembaga perwakilan dan
partai politik menjadi persoalan yang sangat berat. Masalah-masalah
yang
terjadi
contohnya
adalah
:
Para wakil rakyat yan telah terpilih sering lalai dalam melaksanakan
tugas
sebagai
wakil
rakyat
Kurangnya perhatian lembaga perwakilan terhadap rakyat karena di
dominasi
oleh
kepentingan
partai
mereka
Partai politik dijadikan kekuatan seorang penguasa yang mengatasnamakan
rakyat
untuk
memperoleh
kekuasaan
Agenda dan program partai politik belum memenuhi kebutuhankebutuhan
penting
rakyat
Dari beberapa masalah di atas dapat kita lihat, buruknya kinerja
lembaga perwakilan saat sekarang ini membuat semakin terpuruknya
pelaksanaan
demokrasi
pancasila
di
Indonesia.
Para wakil rakyat yan telah terpilih sering lalai dalam melaksanakan
tugas
sebagai
wakil
rakyat
Banyak para wakil rakyat yang melalaikan tugas-tugasnya sebagai
wakil rakyat. Kelalaian lembaga perwakilan rakyat dapat kita saksikan
saat diadakannya rapat paripurna. Banyak anggota dari lembaga
perwakilan yang tidak hadir. Banyak kursi-kursi kosong saat melakukan
rapat. Kemanakah perginya para wakil rakyat? Padahal rapat paripura
merupakan urusan yang sangat penting disitu akan dibahas persoalanpersoalan
yang
sedang
terjadi
mengenai
rakyat
atau
pemerintahan.Tidak hanya itu saja, banyak ditemukan pada saat rapat
paripurna berlangsung,banyak anggota dewan perwakilan yang tidak
serius dalam menjalankan rapat. Ada yang sibuk main handphone,
bahkan yang baru-baru ini terjadi ditemukan adanya salah satu
anggota dewan perwakilan rakyat yang sedang menonton video porno
saat rapat paripurna berlangsung. Dari sini dapat kita lihat betapa
wakil-wakil rakyat lalai dalam menjalankan tugas dan amant dari

rakyat. Demokrasi yang diharapkan oleh rakyat pada kenyataannya


kurang memberikan pilihan orang-orang yang berkualitas. Lebih seperti
bungkus makanan, yang dari luar sangat bagus, namun di dalamnya
rasanya sangat pahit. Dari sini dapat kita lihat betapa wakil-wakil
rakyat tidak menunjukkan kinerja yang bagus dalam menjalnkan tugas
dan
amant
dari
rakyat.
Kurangnya perhatian lembaga perwakilan terhadap rakyat karena di
dominasi
oleh
kepentingan
partai
mereka
Selain itu, kurangnya perhatian lembaga perwakilan terhadap
kepentinagan rakyat disebabkan karena kepentingan partai yang lebih
diutamakan oleh lembaga perwakilan. Itu yang membuat kerja dari
mereka tidak mewakili aspirasi rakyat. Hal ini membuat keterlibatan
maupun dukungan rakyat diabaikan sama sekali. Misalnya rakyat yang
menginginkan pendidikan murah, namun lembaga perwakilan tetep
ingin memperoleh keuntungan untuk kepentingn mereka dan partai
mereka, Keterlibatan partai ini hanya untuk menjadikan para pengurus
yang telah duduk di lembaga perwakilan tetap bertahan dan
menduduki kursi kekuasaan. Akibat sibuk mengurusi partai, mereka
mengesampingkan kepentingan rakyat. Mereka lebih mementingkan
kepentingan partainya daripada rakyat. Ada banyak partai yang yang
lebih suka untuk menjalankan fungsi penguasa ketimbang
memperhatikan kepentingan rakyat. Keadaan ini mencolok dalam
lembaga perwakilan dimana dalam menetapkan suatu ketetapan
kurang melibatkan suara dari rakyat mereka memilih lebih
mendebgarkan partai, demi kepentingan partai. Pengurus partai juga
hanya diisi oleh orang-orang elit, yang memiliki modal dan pengaruh
kekuasaan daripada kader-kader partai yang ada dibawah. Ini sungguh
tidak adil, padahal kader-kader partai yang ada dibawah inilah yang
berasal dari rakyat kecil, jadi secara tidak langsung mereka
mengetahui persis apa yang diinginkan oleh rakyat. Sedangkan mereka
yang hanya memiliki modal hanya mengurusi kepentingan mereka dan
partai nya saja. Saat pemilihan umum berjalan rakyat sangat antusias
dalam memberikan pilihannya. Lembaga perwakilan hasil pilihan rakyat
kemudian menunjukkan watak sesugguhnya, yakni membajak
kedaulatan rakyat untuk kepentingan yang bertolak belakang dengan
keinginan
rakyat.
Partai politik dijadikan kekuatan seorang penguasa yang mengatasnamakan
rakyat
untuk
memperoleh
kekuasaan
Hal itu pulalah yang kemudian membuat partai menjadi ancaman bagi
rakyat. Disebut ancaman karena ditakutkan partai menjadi kaki tangan
dari penguasa. kemudian juga melalui partai kekuasaan rakyat
dihilangkan. Dihilangkannya kekuasaan rakyat ini disebabkan oleh
rendahnya dukungan suara bagi partai-partai politik yang pengurusnya

tidak diisi oleh orang-orang kalangan menengah ke atas yang memiliki


uang, pengaruh dan kekuasaan. Padahal partai-partai yang diisi oleh
kalangan menengah yang lebih memiliki ruang kedekatan dengan
rakyat. Sehingga mereka dapat mengetahui dengan jelas apa yan
sebenarnya yang diinginkan oleh rakyat. Masalah ini juga bisa
disebabkan salah satunya oleh adanya dominasi kepentingan kelas
atas yang kurang memperhatikan dan menangani masalah-masalah
yang tengah dihadapi oleh rakyat. Keberadaan orang dalam partai
menjadi tempat atau sarana untuk masuk mendapatkan kekuasaan.
Seperti perebutan dalam menjadi menteri. Yang bisa dimanfaatkan
sebagai dana untuk kebutuhan-kebutuhan partai dan memperoleh
kekuasaan.
Saat partai politik akan menjadi kekuasaan yang mengatas-namakan
rakyat. Para politisi yang menjarah uang rakyat lewat perebutan posisi
menjadi hal yang sering muncul. Belum lagi bagaimana mereka
membuat perundang-undangan yang banyak mengatur sumber daya
alam maupun uang negara bukan untuk kepentingan rakyat melainkan
untuk kepentingan mereka. Karir menjadi politisi bukan saja akan
mendapat penghasilan yang tinggi dan harta yang berlimpah.
Melainkan juga mampu untuk mendapatkan kekuasaan. Partai politik
memang menjadi kekuatan yang mengancam rakyat selama tidak
digerakkan oleh prinsip demokrasi untuk rakyat melainkan keinginan
untuk
mendapatkan
untung.
Agenda dan program partai politik belum memenuhi kebutuhankebutuhan
penting
rakyat
Diantaranya lembaga perwakilan rakyat dan partai politik agenda
maupun programnya belum memenuhi kebutuhan-kebutuhan penting
rakyat. Ini bisa dibuktikan dengan sangat sedikit kebutuhan-kebutuhan
yang mereka perjuangkan. Saat perubahan politik ekonomi terjadi
dalam Negara, respon lembaga perwakilan cenderung lamban.
Beberapa masalah ekonomi seperti kenaikan BBM, tarif listrik maupun
tingginya biaya pendidikan kurang mendapat respon yang besar dan
luas. Padahal tema-tema seperti ini memiliki efek langsung pada
kehidupan
sehari-hari
rakyat.
Agenda partai yang bertolak belakang dengan kebutuhan- kebutuhan
rakyat. misalnya saja, rakyat menginginkan pendidikan murah tetapi
partai punya keinginan untuk tetap memperoleh keuntungan. Jika
rakyat berkeinginan untuk memperoleh pemimpin yang yang bisa di
kontrol oleh rakyat, partai mempunyai kehendak lain. Partai dan rakyat,
terutama setelah pemilu, sering kali memiliki kepentingan yang saling
bertolak belakang. Agenda partai saat pemilu, jauh berbeda
pelaksanaannya
saat
berakhirnya
pemilu.
Meski ada banyak persoalan yang menghimpit pada kaum miskin

tetapi lembaga perwakilan sebagai wakil rakyat belum begitu mampu


untuk mengatasinya. Perwakilan yang dibebankan kepada mereka,
Sangat sedikit sekali yang mereka perjuangkan untuk rakyat. Saat
perubahan politik ekonomi terjadi dalam Negara, respon lembaga
perwakilan cenderung lambat dan menimbulkan kekesalan dari rakyat.
Jika diringkaskan, peran lembaga perwakilan dan partai politik dalam
menjalankan demokrasi untuk rakyat masih jauh dari harapan. Agar
kinerja dari lembaga perwakilan dan partai politik ini tidak buruk,
mereka harus lebih mahir lagi menjadi wakil dari rakyat yang duduk
dalam pemerintahan. Cara yang dilakukan adalah dengan membentuk
kekuatan yang mampu menjalankan agenda dan program-program
yang penting bagi kebutuhan rakyat, sehingga mereka bisa
mendapatkan tempat dihati rakyat. Tidak ada lagi ketidakpercayaan
rakyat terhadap lembaga perwakilan. Selain itu, rakyat juga harus
objektif dalam memilih wakil rakyat. Wakil rakyat yang dipilih adalah
orang yang benar-benar mampu untuk menyuarakan dan membela
kepentingan rakyat. Sehingga dengan demikian, akan terciptanya
lembaga perwakilan dan partai politik dapat menjalankan tugasnya
dengan baik yaitu menempatkan demokrasi untuk rakyat.
2.Krisis
Partisipasi
Politik
Rakyat
Peranan masyarakat dalam menciptakan demokrasi sangat ditentukan
oleh partisipasi politiknya. Namun demikian tidak semua anggota
massyarakat dapat memberikan partisipasi politiknya. Penyebab dari
rakyat yang tidak mampu memberikan partisipasi politiknya adalah
karena tidak adanya peluang untuk berpartisipasi, atau karena
terbatasnya kemampuannya untuk berpartisipasi dalam politik.
Sebagai seorang rakyat yang bertanggung jawab kepada Negara,
semua rakyat harus mengambil peranan dalam partisipasi politik.
Karena rakyat memiliki peran sebagai pengontrol dari pemerintah
terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah. Di saat
sekarang ini peluang rakyat untuk berpartisipasi politik sebenarnya
cukup lebar. Saat sekarang telah banyak berdiri partai-partai politik di
Indonesia. Partai-partai politik ini berfungsi sebagai salah satu wadah
untuk menyalurkan partisipasi politik. Selain itu ikut dalam pemilihan
umum yang diadakan tiapa lima tahun sekali merupakan salah satu
dari partisipasi politik rakyat. Namun, saat ini terjadi masalah-masalah
yang mengakibatkan rendahnya partisipasi rakyat dalam politik seperti
:
Pendidikan yang rendah menyebabkan rakyat kurang aktif dalam
melaksanakan
partisipasi
politik
Tingkat ekonomi rakyat yang mempengaruhi rakyat dalam
melaksanakan
partisipasi
politik

Partisipasi politik dari rakyat yang kurang mendapatkan tempat dari


pemerintah

Pendidikan yang rendah menyebabkan rakyat kurang aktif dalam


melaksanakan
partisipasi
politik
Pendidikan adalah salah satu masalah yang menjadi damapk
rendahnya partisipasi aktif dari rakyat. Tingkat pendidikan yang ada di
Indonesia masih membutuhkan adanya peningkatan. Kita lihat
sekarang masih banyak tenaga kerja di Indonesia yang berpendidikan
rendah. Tingkat pendidikan akan sangat mempengaruhi pandangan
rakyat
terhadap
partisipasi
aktif
rakyat
dalam
kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, termasuk untuk berpolitik.
Di daerah pedesaan merupakan suatu hal yang perlu mendapatkan
perhatian dari pemerintah. Saat sekarang rata-rata anggota
masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi jarang kita jumpai ada di
pedesaan. Mereka cenderung memilih untuk mengadu nasib di daerah
perkotaan. Pendidikan memberikan pengaruh terhadap partisipasi
rakyat. Keadaan yang diperhitungkan adalah masalah yang berkaitan
dengan makna partisipasi politik bagi rakyat. Tingkat kemampuan
dalam membaca atau memahami keberadaan partai politik yang
jumlahnya banyak juga menjadi masalah. Di daerah pedesaan masih
banyak kita jumpai masyrakat yang buta huruf dan masih sulit untuk
membaca. Dengan keadaannya seperti ini, bagaimana mereka dapat
berpartisipasi akitif dalam politik sementara mereka buta huruf.
Tingkat ekonomi rakyat yang mempengaruhi rakyat dalam
melaksanakan
partisipasi
politik
Masalah selanjutnya adalah tingkat ekonomi rakyat. Masyarakat miskin
biasanya tidak begitu berpartisipasi di bidang politik. Namun yang jadi
masalahnya adalah, kebanyakan saat sekarang ini hanya rakyat
dengan golongan menengah ke atas saja yang dapat ikut aktif dalam
partisipasi politik. Biasanya rakyat miskin tidak begitu berpartisipasi
dalam politik karena partisipasi politik itu menurut mereka tidak sesuai
dengan kehidupan yang mereka jalani. Bagi rakyat miskin masalah
yang paling mendesak atau masalah yang paling dibutuhkan oleh
mereka adalah masalah pekerjaan, masalah pangan untuk hari ini,
besok, dan seterusnya. Hanya sebagian kecil saja orang-orang yang
memiliki penghasilan rendah dan pendidikan yang rendah yang
mempunyai minat untuk ikut serta dalam partisipasi politik. Padahal
dalam demokrasi itu sangat diharapkan partisipasi aktif rakyat. Tidak
hanya itu, anggota partai politik saat ini yang hanya memberikan

peluang kepada beberapa orang untuk duduk di partai politik. Karena


kebanyakan partai politik hanya memberikan peluang bagi orang-orang
yang
mampu
memberikan
sumbangan
bagi
partai.
Partisipasi politik dari rakyat yang kurang mendapatkan tempat dari
pemerintah
Pada saat sekarang ini partisipasi politik dari rakyat juga kurang
mendapatkan tempat didalam pemerintahan. Pemerintahan lebih di
dominasi oleh orang-orang kalangan atas tanpa memperdulikan
aspirasi rakyat. Rakyat yang ingin berpartisipasi di dalam
pemerintahan merasa sulit untuk berpartisipasi. Krisis partisipasi politik
terjadi jika tindakan-tindakan atau aspirasi rakyat tidak tertampung
atau tersalurkan melalui lembaga perwakilan, media masa,dan
organisasi politik. Krisis partisipasi politik rakyat yang terjadi saat
pemerintah tidak memperbolehkan rakyat untuk ikut campur dalam
sistem
politik
Negara.
Keadaan yang menimbulkan partisipasi politik itu jika pemerintahan
menganggap hanya dirinya lah yang berhak memerintah. Mereka
mengabaikan dan menolak tuntutan-tuntutan dari rakyat untuk
berperan serta dalam pemerintahan. Contohnya adalah pemerintah
membubarkan organisasi buruh dan mahasiswa yang membala aspirasi
anggotanya. Contoh lainnya adalah cara-cara yang dilakukan oleh
rakyat dalam melakukan partisipasi politik dianggap tidak sah oleh
pemerintah.
Umpamanya
adanya
pelarangan
rakyat
untuk
berdemonstrasi. Hal-hal seperti itulah yang menimbulkan kecinya
semangat rakyat untuk ikut aktif berpartisipasi di dalam politik.
Melihat dari krisis partisipasi politik rakyat, solusi yang tepat adalah
perlu diadakannya upaya terhadap aspirasi rakyat yang disampaikan
sehingga terlihat jelas apa yang diharapkan dan bagaimana bentuk
dari partisipasi aktif dari rakyat. Disinilah peran pemerintah untuk
memberikan pelatihan dan pendidikan politik sebagai wujud upaya
untuk menumbuhkan partisipasi aktif dari rakyat. Pelatihan dan
pendidikan politik ini di berikan agar rakyat dapat mengetahui manfaat
dari partisipasi rakyat di dalam pemerintahan. Pelatihan dan
pendidikan politik yang diberikan kepada rakyat haruslah menyeluruh
ke segala lapisan masyarakat. Mulai dari masyarakat golongan
menengah ke atas, sampai pada masyarakat golongan menengah ke
bawah. Sehingga seluruh rakyat dapat ikut berpartisipasi aktif di dalam
pemerintahan.
3.Munculnya
Penguasa
di
dalam
Demokrasi
Dalam demokrasi masalah kepentingan penguasa yang sejak awal
memang telah di khawatirkan, menjadi persoalan utama dalam

demokrasi. Pesta pora meriah saat pemilu kemudian berakhir dengan


istirahat panjang politisi. Dikatakan istirahat, karena seusai pemilu
pekerjaan utama mengunjungi raktyat menjadi terhenti. Berada di
gedung DPR yang mewah, jauh lebih menyenangkan ketimbang
bertukar sapa dengan rakyat. Andaikata rakyat hendak bertamu ke
gedung parlemen, jika mau di dengar, itu harus membawa
segerombolan massa sambil meneriakkan yel-yel yang nyaring dan
keras. Gedung DPR seperti sebuah lorong yang sangat sempit, yang
tidak semua orang dapat masuk kedalamnya. Jika orang masuk dan
diterima, memiliki aturan tersendiri. Bukan asal menang pemilu,
melainkan harus memiliki beberapa modal yang bisa disumbang.
Masalah-masalah
yang
terjadi:
Modal dan uang rakyat sering dijadikan alat untuk memperoleh
dukungan rakyat dan menyebabkan munculnya penjahat dalam
demokrasi

Aturan
hukum
yang
dikuasai
oleh
penguasa
Modal dan uang rakyat sering dijadikan alat untuk memperoleh
dukungan rakyat dan menyebabkan munculnya penjahat dalam
demokrasi
Modal dan uang memiliki peranan yang besar bagi pembentukan
dukungan. Siapa yang kaya maka dia akan sangat mudah memperoleh
dukungan rakyat. Kemudian setelah mendapatkan dukungan mereka
akan mudah untuk memperoleh kekuasaan. Berkat modal dan uang,
Tidak pandang apakah mereka memiliki kemampuan untuk memimpin,
dan apakah mereka dapat benar-benar membela kepentingan rakyat,
seperti yang disuarakan saat pemilu digelar. Padahal uang yang
mereka gunakan itu adalah uang rakyat. Kebanyakan uang itu berasal
dari uang hasil korupsi. Demokrasi ternyata memberikan ruang yang
luas bagi munculnya penjahat demokrasi. Penjahat disini adalah
mereka kaum penguasa yang menjadikan demokrasi sebagi kedok
untuk kepentingan mereka. Gejala kemunculannya disini bisa
dibuktikan oleh saat ini banyak anggota pemerintahan yang menjarah
uang rakyat dengan melakukan korupsi dimana-mana misalnya uang
rakyat dari pajak yang dibayarkan rakyat tiap tahun. Padahal uang itu
seharusnya digunakan untuk hal-hal yang menjadi kepentingan dan
kebutuhan rakyat. Bukanlah digunakan untuk kepentingan penguasa. .
Disini konsep perwakilan yang dijalankan dalam sistem demokrasi tidak
berjalan. Karena dalam politik yang dijalankan oleh penjahat demokrasi
politiknya ditentukan oleh uang. Intinya para penjahat demokrasi
menjadi penguasa baru karena kondisinya yang memberi dukungan.
Kondisi ini semakin ditunjang dengan lembaga keuangan yang menjadi
sumber uang bagi politik penguasa. Penguasa yang memiliki politik

yang luas mulai memanfaatkan dan memaksimalkan pendapatannya


dari lembaga keuangan tersebut. Bahkan dengan uangnya itulah
mereka merusak kepentingan hidup masyarakat banyak. Kumpulan
penjahat demokrasi itu berkuasa disemua bidang dan akan selalu
merugikan rakyat banyak. Meski ada banyak catatan yang patut untuk
kita kutip bagaimana pemerintahan mengalami penyelewengan
terhadap demokrasi pancasila, namun melakukan perlawanan terhadap
hal-hal itu diperlukan suatu usaha yang lebih keras lagi untuk
mengembalikan demokrasi kembali ke tangan rakyat. Sebuah
kenyataan bagi kita betapa tidak mudahnya untuk mengembalikan
demokrasi
ke
tangan
rakyat.
Aturan
hukum
yang
dikuasai
oleh
penguasa
Kekuasaan para penjahat demokrasi di Indonesia menunjukan
bagaimana penjahat demokrasi dapat memberikan sumbangan besar
terhadap kekuasaan. Kekuasaan penjahat demokrasi yang menindas
kedaulatan rakyat makin merajarela ketika wilayah kekuasaan
menyebar dan sistem demokrasi tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Di Indonesia walaupun terkenal dengan Negara yang korup, tapi sedikit
sekali pelaku korupsi yang dihukum. Bahkan makin besar uang yang
dikorupsi, akan makin besar peluang lolos dari jeratan hukum. Karena
semakin banyak uang yang mereka dapatkan dari hasil korupsi,
semakin mudah bagi mereka mengeluarkan uang untuk membeli
hukum di negeri ini. Para koruptor yang mengkorupsi uang negara
milyaran rupiah, hanya sebentar berada di dalam penjara. Sedangkan
rakyat biasa yang hanya mencuri ayam milik tetangganya bisa
mendapat hukuman lebih lama. Tidak ada badan pemerintah yang
tidak bisa dicuri, bahkan lembaga perbankan dengan gampang dicuri.
Cukup melakukan kerja sama dengan orang dalam maka pencurian
dengan leluasa dapat dilakukan. Para penegak hukum sangat mudah
untuk dibeli dan itu sebabnya beberapa penegak hukum banyak di
demo oleh massa. Malahan ada kantor pengadilan yang di bakar oleh
massa karena memutus perkara dengan cara tidak adil. Situasi inilah
makin menuntut munculnya kepemimpinan yang terdiri dari orang
kuat. Kuat dalam artian kepemimpinan yang mampu menangani
masalah yang berhubungan dengan rakyat. Agar rakyat dapat hidup
makmur, sejahtera, dan dapat memenuhi harapan-harapan rakyat.
Kekuatannya didasarkan pada kemahirannya dalam mencegah
penindasan
pada
kedaulatan
rakyat.
Terlebih-lebih seperti yang kita saksikan saat sekarang ini, kekuasaan
penjahat demokrasi ini menguasai diantaranya aparat pemerintah
terutama militer yang menjadi aparat keamanan bagi rakyat, berubah
menjadi aparat keamanan bagi penguasa dan orang-orang berduit.
Dengan uang aparat keamanan dengan mudahnya dapat disogok dan

dengan uang yang mereka tunduk kepada penguasa, menjalankan


perintah penguasa walaupuh perintah itu merugikan kepentingan
rakyat
banyak.
Sekarang ini masa dimana para penjahat demokrasi mengubah prinsip
kedaulatan. Kata demokrasi dari rakyat untuk rakyat berubah menjadi
dari penguasa untuk penjahat. Solusinya disini adalah pendidikan yang
menjadi jalan utama untuk memperkuat dan merebut demokrasi
kerakyatan yang dikuasai oleh penjahat demokrasi. Pendidikan yang
menerjunkan secara langsung kaum terpelajar perlu dilaksanakan.
Karena sentuhan keadaan nyata dan sebenarnya dapat membuat
pengetahuan demokrasi menjadi lebih nyata, tidak hanya berada di
angan-angan semata. Mungkin saat ini waktunya kita sebagai penerus
bangsa untuk mendorong sebuah gerakan yang memiliki tujuan yang
seragam yaitu merebut demokrasi rakyat yang sesungguhnya, dan
merontokkan kekuasaan kaum penjahat demokrasi di negeri ini.
4. Demokrasi saat ini yang Membuang Kedaulatan Rakyat
Masalah keempat yang akan dibahas adalah demokrasi yang
membuang kedaulatan rakyat. Demokrasi pancasila dalam memainkan
perannya tidak jarang menelantarkan rakyat. Karena ada banyaknya
persoalan yang sulit dipecahkan. Masalah-masalah yang terjadi adalah:
Peran rakyat miskin semakin tertinggal. Terjadi banyak penggusuran,
dan layanan publik yang sulit dijangkau karena biaya yang mahal..
Penyingkiran rakyat miskin karena demokrasi di kuasai oleh kaum
kaya
raya
Peran rakyat miskin semakin tertinggal. Terjadi banyak penggusuran,
dan layanan publik yang sulit dijangkau karena biaya yang mahal.
Yang pertama dimana peran rakyat miskin makin tertinggal. Dimana
sering terjadi penggusuran di negeri ini. Pada saat sekarang sering kita
saksikan penguasa yang senang melakukan penggusuran terhadap
rakyat kecil. Awal-awalnya mereka melakukan penggusuran itu untuk
ketertiban dan keamanan. Namun lama-kelamaan penggusuran yang
dilakukan mulai tampak motif ekonominya. Pemerintah lebih memilih
memberikan lahan kepada penguasa untuk membangun Mall dari pada
memberikan tempat bagi berdagang untuk pedagang kaki lima yang
mereka itu adalah rakyat kecil, yang pereknomiannya bergantung
hanya dari situ. Pemerintah lebih memilih membangun stadion olah
raga yang megah dan luas daripada memperbaiki jalan kampung yang
menjadi akses pereknomian bagi rakyat. Pemerintah juga saat ini
memberikan izin untuk pembuatan gedung DPR dengan dana triliunan
sementara masih banyak rakyat miskin dinegeri ini. Meskipun banyak
rakyat yang menolak, namun pemerintah tetap menjalankan aksinya.

Mereka
tidak
menghiraukan
peran
rakyat.
Penggusuran yang terjadi hanya beberapa contoh dari kebijakan yang
belum terhitung kebijakan-kebijakan lain yang menguras potensi
ekonomi rakyat. Jika dulu penggusuran sering terjadi di kampungkampung atau di daerah pinggiran, kini penggusuran mulai memusat
ke tengah kota. Pemerintah lebih memudahkan izin untuk pembuatan
gedung-gedung mewah daripada memberikan lahan untuk perumahan
rakyat. Banyak rakyat miskin yang kehilangan tempat tinggalnya
akibat dari penggusuran yang dilakukan pemerintah dan penguasa.
Selain itu, layanan publik yang memang semakin banyak didirikan.
Seperti sekolah maupun rumah sakit. Akan tetapi layanan ini makin
sulit untuk dijangkau karena harganya jauh dari jangkaauan rakyat.
Sekolah yang bermutu pastilah mahal. Sama saja dengan rumah sakit
yang peralatannya modern juga mengutip biaya yang sangat mahal.
Kutipan biaya yang sangat memberatkan ini membuat layanan publik
tidak memenuhi kepentingan rakyat luas melainkan hanya lapisan
kelas menengah ke atas saja. Masalah-masalah mengenai rakyat kian
menjauh dari penyelesaian dan hanya dibahas saja, tetapi tidak ada
penyelesain yang lebih lanjut. Begitulah keadaan dari layanan publik
yang tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah, yang asyik
dengan permainan demokrasi. Demokrasi di sini lebih sering
mentelanyarkan rakyat. Saat ini orang-orang yang kaya ini menjadi
penguasa baru dalam demokrasi. Sementara rakyat miskin menjadi
tertindas.
Banyaknya masalah-masalah yang timbul akan makin membenarkan
dugaan kita semua, kalu disini demokrasi memang bukan untuk rakyat.
Sebab rakyat yang harusnya mendapatkan perhatian khusus, nyatanya
malah ditelantarkan. Agak ironis, lagi-lagi, jika demokrasi kemudian
mempunyai harapan akan memakmurkan rakyat. Karena memang
belum ada bukti yang memberikan jaminan apalagi kepastian, kalau
kita menganut demokrasi, maka rakyat akan lebih jauh makmur dan
merasakan
keadilan
disemua
bidang.
Kemanakah demokrasi berpihak? Itulah pertanyaan yang patut
diajukan saat sekarang ini. Janji demokrasi yang selama ini untuk
memakmurkan rakyat itu bukanlah hanya sekedar janji, tetapi janji itu
haruslah ditepati. Memakmurkan melalu dunia pekerjaan, layanan
publik seperti pendidikan gratis bagi rakyat kurang mampu, dan biaya
rumah sakit yang murah. Demokrasi bukanlah semata-mata untuk
dijanjikan saja. melainkan juga untuk membuat rakyat keluar dari
masalah utama yaitu keluar dari kerterpurukan ekonomi.
Penyingkiran rakyat miskin karena demokrasi di kuasai oleh kaum kaya
raya
Prinsip demokrasi kemudian membuat jauhnya tumbuhnya keadilan

bagi mereka yang kurang mampu. Kenapa rakyat miskin menjadi


tersingkir? Bukankah rakyat berhak ikut serta dalam demokrasi?
Penyingkiran ini karena demokrasi dikemudikan oleh kaum kaya yang
hanya memberikan uang dan modal pada upaya untuk memperoleh
kekuasaan. Kelompok miskin menjadi tertindas karena demokrasi tidak
begitu mementingkan kebutuhan-kebutuhan mereka. Saat ini
demokrasi tidak menunjukan keberpihakannya pada rakyat. Demokrasi
pancasila disini tidak dijalankan sesuai dengan pancasila karena
dijalankan oleh orang-orang yang memiliki kepentingan sendiri
didalamnya. Saat ini lebih benar jika kita mulai bertanya, sebenarnya
dimana demokrasi itu meletakkan keberpihakannya, pada rakyat kecil,
atau
pada
orang-orang
kaya
raya.
Disamping itu, ada banyak kasus pelaku korupsi yang bisa keluar dari
penjara dengan seenaknya karena perlindungan aparat setempat.
Mereka itulah orang-orang kaya raya yang bisa membeli apa saja untuk
kepentingan mereka dan untuk memperoleh kekuasaan termasuk
membeli hukum. Kekuasaan itu terbentuk bukan semata-mata karena
memiliki kecakapan dalam memimpin. Melainkan karena kuatnya
modal dan uang yang mereka miliki untuk memguasai demokrasi.
Itulah sebabnya kepemimpinan politik dinegeri ini tidak pernah berada
ditangan mereka yang tidak memiliki apa-apa. Keadaan ini yang
membuat kita cemas karena demokrasi dijadikan alat untuk memenuhi
kepentingan
kelompok
kaya
raya.
Semua kasus diatas menunjukkan kepada kita, kalau demokrasi
memang bisa menjadikan rakyat sebagai korban. Padahal rakyat yang
sesungguhnya memegang kedaulatan. Banyak masalah yang menjadi
rintangan bagi terpenuhnya tujuan demokrasi. Rintangan itulah yang
membuat demokrasi kian menjauh dari tangan-tangan rakyat yang
selalu menginginkan perubahan di negeri ini. kini mimpi itu terbukti
tidak berhasil diwujudkan. Saat ini demokrasi dikuasai oleh orangorang yang memiliki kepentingan terselubung dibelakang kepentingan
rakyat. Disini sekali lagi, demokrasi nyatanya membuang kedaulatan
rakyat. Solusi untuk kedua masalah ini adalah dengan membentuk
suatu barisan rakyat yang bersatu untuk mengembalikan demokrasi
kepada rakyat yang selama ini menjadi korban demokrasi. Seluruh
rakyat diharapkan partisipasinya untuk ikut serta dalam hal ini dan
beberapa wakil dari mereka berunding dengan pemerintah
menyelesaikan masalah-masalah demokrasi yang telah mengorbankan
rakyat. Diharapkan dengan adanya hal semacam ini dapat mengetuk
hati pemerintah untuk segera melaksanakan demokrasi dengan sebaikbaiknya. Agar demokrasi benar-benar menjadi milik rakyat, dan rakyat
dapat hidup dengan makmur.

2.4 Makna Musyawarah Mufakat dalam sila ke 4 Pancasila

Sila ke-4 yang mana berbunyi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan.Sebuah kalimat yang secara bahasa membahasakan
bahwa Pancasila pada sila ke 4 adalah penjelasan Negara demokrasi. Dengan analisis ini
diharapkan akan diperoleh makna yang akurat dan mempunyai nilai filosofis yang
diimplementasikan secara langsung dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak hanya itu, sila ini
menjadi banyak acuan dari setiap langkah pemerintah dalam menjalankan setiap tindakannya.
Kaitannya dengan arti dan makna sila ke 4 adalah sistem demokrasi itu sendiri.Maksudnya
adalah bagaimana konsep demokrasi yang berarti setiap langkah yang diambil pemerintah
harus ada kaitannya dengan unsur dari, oleh dan untuk rakyat. Disini, rakyat menjadi unsur
utama dalam demokrasi. Itulah yang seharusnya menjadi realita yang membangun bangsa.
Dibawah ini adalah arti dan makna Sila ke 4 yang akan kita bahas sebagai berikut :
1. Hakikat sila ini adalah demokrasi. Demokrasi dalam arti umum yaitu pemerintahan dari,
oleh dan untuk rakyat. Secara sederhana, demokrasi yang melibatkan segenap bangsa dalam
pemerintahan baik yang tergabung dalam pemerintahan dan kemudian adalah peran rakyat
yang diutamakan.
2. Pemusyawaratan. Artinya mengusahakan putusan secara bulat, dan sesudah itu diadakan
tindakan bersama. Disini terjadi simpul yang penting yaitu mengusahakan keputusan secara
bulat. Bulat yang dimaksud adalah hasil yang mufakat, artinya keputusan itu diambil dengan
kesepakatan bersama. Dengan demikian berarti bahwa penentu demokrasi yang berdasarkan
pancasila adalah kebulatan mufakat sebagai hasil kebikjasanaan.Oleh karena itu kita ingin
memperoleh hasil yang sebaik-baiknya didalam kehidupan bermasyarakat, maka hasil
kebikjasanaan itu harus merupakan suatu nilai yang ditempatkan lebih dahulu.
3. Dalam melaksanakan keputusan diperlukan kejujuran bersama. Dalam hal ini perlu
diingat bahwa keputusan bersama dilakukan secara bulat sehingga membawa konsekuensi
adanya kejujuran bersama.Perbedaan secara umum demokrasi di barat dan di Indonesia yaitu
terletak pada permusyawaratan.Permusyawaratan diusahakan agar dapat menghasilkan
keputusan-keputusan yang diambil secara bulat.

Hal ini tidak menjadi kebiasaan bangsa Indonesia, bagi kita apabila pengambilan keputusan
secara bulat itu tidak bisa tercapai dengan mudah, baru diadakan pemungutan
suara.Kebijaksanaan ini merupakan suatu prinsip bahwa yang diputuskan itu memang
bermanfaat bagi kepentingan rakyat banyak.Jika demokrasi diartikan sebagai kekuatan, maka
dari pengamatan sejarah bahwa kekuatan itu memang di Indonesia berada pada tangan rakyat
atau masyarakat.
Secara sederhana, pembahasan sila ke 4 adalah demokrasi. Demokrasi yang mana dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan. Pemimpin yang hikmat adalah pemimpin yang berakal sehat,
rasional, cerdas, terampil, dan seterusnya pada hal-hal yang bersifat fisik/jasmaniah;
sementara kebijaksanaan adalah pemimpin yang berhatinurani, arif, bijaksana, jujur, adil, dan
seterusnya pada hal-hal yang bersifat psikis/rohaniah. Jadi, pemimpin yang hikmatkebijaksanaan itu lebih mengarah pada pemimpin yang profesional (hikmat) dan juga dewasa
(bijaksana). Itu semua negara demokratis yang dipimpin oleh orang yang dewasa profesional
dilakukan melalui tatanan dan tuntunan permusyawaratan/perwakilan.Tegasnya, sila keempat
menunjuk pada NKRI sebagai Negara demokrasi-perwakilan yang dipimpin oleh orang
profesional-dewasa melalui sistem musyawarah. Sebuah kesadaran bertanggung jawab
terhadap Tuhan Yang Maha Besar menurut keyakinan beragama masing-masing, dan
menghormati nilai-nilai kemanusiaan ke atas harkat dan martabat manusia, serta
memperhatikan penguatan dan pelestarian kesatuan nasional menuju keadilan sosial.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Menurut beberapa pakar, demokrasi merupakan system pemerintahan yang paling


baik hingga sekarang ini. Demokrasi sendiri lahir atas adanya kesadaran bahwa dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara segala kebijakan dan pengambil kebijakan harus berasal
dari rakyat dan untuk rakyat. Namun apabila dilihat dari kenyataan, keterpurukan dari
berbagai sector kehidupan Negara penganut demokrasi masih sangat besar, termasuk
Indonesia.
Indonesia menggunakan system demokrasi pancasila yang dianggap merupakan perwujudan
nilai-nilai dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang berasaskan kekeluargaan. Implementasi
demokrasi pancasila sendiri telah di buktikan dengan sebuah proses pemilihan umum yang
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
Demokrasi yang mana dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Pemimpin
yang hikmat adalah pemimpin yang berakal sehat, rasional, cerdas,
terampil, dan seterusnya pada hal-hal yang bersifat fisik/jasmaniah;
sementara kebijaksanaan adalah pemimpin yang berhatinurani, arif,
bijaksana, jujur, adil, dan seterusnya pada hal-hal yang bersifat
psikis/rohaniah. Jadi, pemimpin yang hikmat-kebijaksanaan itu lebih
mengarah pada pemimpin yang profesional (hikmat) dan juga dewasa
(bijaksana)

DaftarPustaka

PendidikanKewarganegaraan

BidangStudiUniversitasPadjajaran
http://lintangsekarsanti.wordpress.com/2012/11/01/pancasila-sebagai-sumber-nilai/
http://sakauhendro.wordpress.com/demokrasi-dan-politik/pengertian-demokrasi/
http://krsmwn.blogspot.com/2013/06/arti-ciri-ciri-dan-prinsip-demokrasi.html
http://tifiacerdikia.wordpress.com/lecture/lecture-1/ilmu-

Tim

DosenKewarganegaraan

kewarganegaraan/perkembangan-demokrasi-di-indonesia/

UPT

Вам также может понравиться