Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Tujuan penempatan bidan di desa secara umum adalah untuk meningkatkan mutu dan
pemerataan pelayanan kesehatan melalui puskesmas dan Posyandu dalam rangka menurunkan
angka kematian ibu, anak balita dan menurunkan angka kelahiran, serta meningkatkan kesadaran
masyarakat berperilaku hidup sehat.
Secara khusus tujuan penempatan bidan desa adalah :
1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
2. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan,
3. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan nifas dan perinatal,
serta pelayanan kontrasepsi,
4. Menurunnya jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan penyulit kehamilan, persalinan dan
perinatal,
5. Menurunnya jumlah balita dengan gizi buruk dan diare,
6. Meningkatnya kemampuan keluarga untuk sehat dengan membantu pembinaan kesehatan
masyarakat,
7. Meningkatnya peran serta masyarakat melalui pendekatan PKMD termasuk gerakan Dana Sehat
(Depkes RI, 2002).
3. Tugas dan Wewenang Bidan di Desa
Tugas Bidan di Desa
Tugas seorang bidan di suatu desa adalah sebagai berikut: 1)Melaksanakan kegiatan di desa
wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah kesehatan yang dihadapi, sesuai dengan
kewenangan yang dimiliki dan diberikan, 2)Menggerakkan dan membina masyarakat desa di
wilayah kerjanya (Depkes RI, 2002).
Wewenang Bidan di Desa
Peraturan Menteri Kesehatan RI (Permenkes) Nomor 572/Menkes/ RI/1996 menjelaskan
bahwa bidan di dalam menjalankan prakteknya, berwenang untuk memberikan pelayanan KIA,
Wewenang bidan yang bekerja di desa sama dengan wewenang yang diberikan kepada bidan
lainnya. Hal ini diatur dengan peraturan Menteri Kesehatan (Depkes RI, 1997). Wewenang
tersebut adalah sebagai berikut :
o Wewenang umum
Kewenangan yang diberikan untuk melaksanakan tugas yang dapat dipertanggungjawabkan
secara mandiri.
o Wewenang khusus
Wewenang khusus adakah untuk melaksanakan kegiatan yang memerlukan pengawasan dokter.
Tanggung jawab pelaksanaannya berada pada dokter yang diberikan wewenang tersebut.
3) Warga Siaga,
4) Desa Siag
PROGRAM BIDAN DESA
Salah satu program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah menurunkan kematian dan kejadian
sakit di kalangan ibu, dan untuk mempercepat penurunan angka Kematian Ibu dan Anak adalah
dengan meningkatkan mutu pelayanan dan menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan
perinatal. Dalam usaha meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dan kesehatan anak terutama di
desa maka tenaga kesehatan (medis) seperti bidan harus menjalin kerjasama yang baik dengan
tenaga non medis seperti dukun dengan mengajak dukun untuk melakukan pelatihan dengan
harapan dapat:
Selain bekerja sama dengan tenaga non medis seperti dukun,bidan desa juga bekerja sama
dengan masyarakat yang secara sukarela membantu dan melaksanakan pos yandu. Biasanya
masyarakat tersebut telah mendapat pelatihan dalam menjalankan tugasnya tersebut sebagai
kader. Tugas dan fungsi bidan utama bidan desa adalah memberikan pelayanan kesehatan ibu dan
anak, sebagaimana tertuang dalam SE Dirjen Binkesmas No. 492/Binkesmas/Dj/89 yang
menyatakan penempatan bidan desa adalah memberikan pelayanan ibu dan anak serta KB dalam
rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta kelahiran. Namun pada kenyataannya
bidan desa dibebani dengan berbagai macam program pelayanan kesehatan lainnya. Pada kondisi
ini bidan desa dihadapkan pada keterbatasan kemampuan dan kondisi masyarakat yang beragam
karakteristik.
Kehadiran bidan di desa diharapkan mampu memperluas jangkauan pelayanan yang telah ada
sekaligus dapat meningkatkan cakupan program pelayanan KIA melalui:
pertolongan persalinan
Serta bekerja sama dengan kader posyandu mencari sasaran ibu hamil
dengan melakukan :
kunjungan rumah
memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan secara rutin minimal empat kali
selama kehamilannya.
Bidan di desa telah melalui tingkat pendidikan kebidanan dan telah mampu dan cakap dalam
melaksanakan tugasnya sebagai bidan. Rasa malu pada pemeriksaan kehamilan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi cakupan pelayanan antenatal.Masyarakat malu untuk
memeriksakan dirinya terutama pada kehamilan pertama. Pemberian bantuan tambahan gizi bagi
ibu hamil merupakan daya tarik tersendiri dalam kunjungan pelayanan antenatal dan dapat
meningkatkan kunjungan ibu.
Prinsip Pelayanan Kebidanan di Desa
Pelayanan di komunitas desa sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan masyarakat,
kedokteran, sosial, psikologi, komunikasi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang mendukung
peran bidan di komunitas
Dalam memberikan pelayanan di desa bidan tetap berpedoman pada standar dan etika
profesi yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia
Bidan di desa juga membuat laporan kegiatan bidan setiap bulan dan diserahkan kepada bidan
koordinasi pada saat bidan di desa melaksanakan tugasnya ke puskesmas
Sesuai dengan namanya bidan desa, maka bidan desa ditempatkan dan diwajibkan
tinggal di desa (polindes) tersebut serta bertugas melayani masyarakat di wilayah
kerjanya, yang meliputi 1 sampai 2 desa. Dalam melaksanakan tugasnya bidan
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas setempat (Depkes RI, 1997).
Peran Bidan Desa
1. Penyuluhan / Pendidikan Kesehatan
2. Rujukan
Upaya-upaya Pemecahan Masalah Pelayanan Bidan Desa Terhadap tingginya Angka
kematian ibu adalah:
a. Pemerintah
1. Memberdayakan tenaga koordinator bidan yang bertugas dan mempunyai
wewenang dalam memantau dan membina kinerja bidan desa dalam
aspek teknis maupun aspek pengelolaan program KIA,
2. Arahan, dukungan Dinas Kesehatan Kabupaten menjadi unit terdepan
dalam pemantauan, pembinaan bidan desa serta bertanggung jawab
dalam fasilitas kelancaran pelaksanaan tugas bidan desa di wilayahnya.
b. Masyarakat
1) Suami Siaga,
2) Bidan Siaga,
3) Warga Siaga,
4) Desa Siaga
o Wewenang khusus
Wewenang khusus adakah untuk melaksanakan kegiatan yang memerlukan
pengawasan dokter. Tanggung jawab pelaksanaannya berada pada dokter yang
diberikan wewenang tersebut.
o Wewenang pada keadaan darurat
Bidan diberi wewenang melakukan pertolongan pertama untuk menyelamatkan
penderita atas tanggung jawabnya sebagai insan profesi. Segera setelah
melakukan tindakan darurat tersebut, bidan diwajibkan membuat laporan ke
Puskesmas di wilayah kerjanya.
o Wewenang tambahan
Bidan dapat diberi wewenang tambahan oleh atasannya dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan masyarakat lainnya, sesuai dengan program pemerintah
pendidikan dan pelatihan yang diterimanya.
Tempat Tinggal
Sesuai dengan namanya bidan desa, maka bidan desa ditempatkan dan diwajibkan tinggal di desa
(polindes) tersebut serta bertugas melayani masyarakat di wilayah kerjanya, yang meliputi 1
sampai 2 desa. Dalam melaksanakan tugasnya bidan bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Puskesmas setempat (Depkes RI, 1997).
Kegiatan atau peran Bidan Desa
1. Penyuluhan / Pendidikan Kesehatan
2. Rujukan
Upaya-upaya Pemecahan Masalah Pelayanan Bidan Desa Terhadap tingginya Angka kematian
ibu adalah:
a. Pemerintah
1. Memberdayakan tenaga koordinator bidan yang bertugas dan mempunyai
wewenang dalam memantau dan membina kinerja bidan desa dalam aspek teknis
maupun aspek pengelolaan program KIA,
Selain bekerja sama dengan tenaga non medis seperti dukun,bidan desa juga bekerja sama
dengan masyarakat yang secara sukarela membantu dan melaksanakan pos yandu. Biasanya
masyarakat tersebut telah mendapat pelatihan dalam menjalankan tugasnya tersebut sebagai
kader. Tugas dan fungsi bidan utama bidan desa adalah memberikan pelayanan kesehatan ibu dan
anak, sebagaimana tertuang dalam SE Dirjen Binkesmas No. 492/Binkesmas/Dj/89 yang
menyatakan penempatan bidan desa adalah memberikan pelayanan ibu dan anak serta KB dalam
rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta kelahiran. Namun pada kenyataannya
bidan desa dibebani dengan berbagai macam program pelayanan kesehatan lainnya. Pada kondisi
ini bidan desa dihadapkan pada keterbatasan kemampuan dan kondisi masyarakat yang beragam
karakteristik.
Kehadiran bidan di desa diharapkan mampu memperluas jangkauan pelayanan yang telah ada
sekaligus dapat meningkatkan cakupan program pelayanan KIA melalui:
pertolongan persalinan
Serta bekerja sama dengan kader posyandu mencari sasaran ibu hamil
dengan melakukan :
kunjungan rumah
memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan secara rutin minimal empat kali
selama kehamilannya.
Bidan di desa telah melalui tingkat pendidikan kebidanan dan telah mampu dan cakap dalam
melaksanakan tugasnya sebagai bidan. Rasa malu pada pemeriksaan kehamilan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi cakupan pelayanan antenatal.Masyarakat malu untuk
memeriksakan dirinya terutama pada kehamilan pertama. Pemberian bantuan tambahan gizi bagi
ibu hamil merupakan daya tarik tersendiri dalam kunjungan pelayanan antenatal dan dapat
meningkatkan kunjungan ibu.
Prinsip Pelayanan Kebidanan di Desa
Pelayanan di komunitas desa sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan masyarakat,
kedokteran, sosial, psikologi, komunikasi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang mendukung
peran bidan di komunitas
Dalam memberikan pelayanan di desa bidan tetap berpedoman pada standar dan etika
profesi yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia
Bidan di desa juga membuat laporan kegiatan bidan setiap bulan dan diserahkan kepada bidan
koordinasi pada saat bidan di desa melaksanakan tugasnya ke puskesmas
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Pengertian Bidan Desa
Bidan desa adalah bidan yang ditempatkan,diwajibkan tinggal srta bertugas melayani masyarakat
di wilayah kerjanya,yang meliputi satu atau dua desa yang dalam melaksanakan tugas pelayanan
medik baik di dalam maupun di luar jam kerjanya bertanggung jawab langsung kepada kepala
Puskesmas dan bekerja sama dengan perangkat desa.
II.2. Fungsi bidan desa
1)
Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah,menangani
persalinan,pelayanan keluarga berencana dan pengayoman medis kontrasepsi
2)
Menggerakkan dan membina para serta masyarakat dalam bidang kesehatan,yang sesuai
dengan permasalahan kesehatan setempat
3)
Membina dan memberikan bimbimngan teknis kepada kader serta dukun bayi
4)
5)
6)
Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada puskesmas kecuali dalam
keadaan darurat harus dirujuk ke fasilitas kesehatan lainnya
7)
Mendeteksi secara dini adanya rfrek samping dan komplikasi pemakaian alat kontrasepsi
serta adanya penyakit-penyakit dan berusaha mengatasi sesuai kemampuan.
II.3. Tujuan penempatan bidan di desa
Tujuan penempatan bidan desa secara umum adalah meningkatkan mutu dan pemerataan
pelayanan dalam rangka menurunkan angka kematian ibu,anak balita,dan menurunkan angka
kelahiran serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.
Secara khusus tujuan penempatan bidan di desa adalah :
1)
2)
3)
Meningkatnya mutu pelayanan ibu hamil,pertolongan persalinan,perawatan nifas dan
perinatal, serta pelayanana kontrasepsi.
4)
Menurunnya jumlah kasus-kasus yang berkaitan penyulit kehamilan,persalinan,dan
perinatal
5)
6)
Meningkatnya kemampuan keluarga untuk hidup sehat dengan membantu pembinaan
kesehatan masyarakat
7)
Meningkatnya peran serta masyarakat melalui pendekatan PKMD termasuk gerakan dana
sehat.
II.4. Pelayanan Bidan Desa
Menurut Azrul Azwar pelayanan kesehatan yang terdapat dalam masyarakat secara umum dapat
dibedakan atas tiga macam,yaitu :
1)
Pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan spesialis atau bahkan kadang-kadang
pelayanan subspesialisi tetapi terbatas.
3)
2)
3)
Bidan desa harus komitmen terhadap tugas manajemen Kesehatan ibu dan Anak ( KIA )
dan administrasi/pencatatan dan pelaporan.( Depkes RI,2004 )
II.7. Wewenang bidan desa
Wewenang bidan desa sama dengan wewenang yang diberikan kepada bidan lainnya. Hal ini
diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan.( Depkes RI,1996 )
Wewenang tersebut adalah sebagai berikut :
1)
Wewenang umum
Wewenang khusus
3)
Bidan diberikan wewenang melakukan pertolongan pertama untuk menyelamatkan penderita atas
tanggung jawabnya sebagai insane profesi. Segera setelah melakukan tindakan darurat
tersebut,bidan diwajibkan membuat laporan ke Puskesmas di wilayah kerjanya.
4)
Wewenang tambahan
Bidan dapat diberi wewenang tambahan oleh atasannya dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan
masyarakat lainnya sesuai dengan program pemerintah,pendidikan dan pelatihan yang
diterimanya.
II.8. Kegiatan bidan desa
Sesuai dengan kewenangan bidan yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
No.363/Menkes/Per/IX/1990,maka kegiatan bidan desa adalah :
1)
Mengenal wilayah,struktur kemasyarakatan dan komposisi penduduk serta sistem
pemerintahannya.
2)
Merencanakan dan menganalisa data serta mengidentifikasi masalah kesehatan untuk
merencanakan penanggulangannya.
3)
Menggerakkan peran serta masyarakat melalui pendekatan PKMD dengan melaksanakan
Pertemuan Tingkat Desa ( PTD ),Supaya Mawas Diri ( SMD ) dan Musyawarah Masyarakat
Desa ( MMD ) yang diikuti dengan menghimpun dan melatih kader sesuai dengan kebutuhan.
4)
5)
6)
Kunjungan rumah untuk melaksanakan perawatan kesehatan masyarakat di wilayah kerja
bidan.
7)
Melatih dan membina dukun bayi agar mampu melaksanaka penyuluhan dan membantu
deteksi ibu hamil risiko tinggi.
8)
2)
Bertujuan untuk memastikan bahwa mereka melaksankan tugas pokoknya sesuai standar
yang ditetapkan dan mempunyai bekal pengetahuan serta keterampilan cukup untuk memberikan
pelayanan yang berkualitas.
3)
Pembinaan bidan desa hendaknya dikembangkan per kabupaten sesuai kondisi setempat di
bawah pembinaan tingkat propinsi dengan mengacu kepada pola pembinaan teknis yang berlaku
nasional.
II.10. Peranan non teknis bidan desa
1)
Penyuluhan yang khususnya mengenai kesehatan reproduksi kepada masyarakat. Penyuluhan ini
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya melakukan
pemeriksaan kehamilan serta persalinan yang ditolong oleh tenaga bidan desa.
2)
Jika bidan desa tak mampu menangani pasien atau pasien mengalami kegawatdaruratan,maka
diharapkan bidan desa melakukan rujukan ke puskesmas atau Rumah sakit
3)
Antenatal care adalah merupakan cara penting untuk memonitoring dan mendukung kesehatan
ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal, ibu hamil sebaiknya dianjurkan
mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk
mendapatkan pelayanan dan asuhan antenatal
Umur
2)
Tingkat pendidikan
3)
Kemampuan
4)
Masa kerja
5)
Asal daerah
Faktor eksternal yang mempengaruhi mutu pelayanan bidan desa antara lain:
1)
Faktor lingkungan di desa wilayah kerja bidan ( lokasi tempat tinggal dan keamanan
lingkungan )
2)
BAB III
PERMASALAHAN
III.1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan masih sangat rendah
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan masih sangat rendah sebagian besar masih
ditolong dukun dan keluarga sendiri. Hal ini sangat membahayakan keselamatan ibu dan bayi
yang baru lahir. Kepercayaan ibu hamil pada dukun masih sedemikian besar sehingga walaupun
ada bidan desa tingkat pemanfaatannya masih belum maksimal. Hal ini berkaitan dengan pola
perilaku kebiasaan dan tradisi nenek moyang yang masih dipegang erat oleh masyarakat.
III.2. Pertolongan persalinan dengan bantuan bidan maupun perawat masih belum
memuaskan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dalam hal ini baik bidan maupun perawat masih
belum memuaskan (bandingkan pertolongan persalinan oleh tenaga non profesional). Ada
beberapa alasan yang dikemukakan oleh ibu-ibu mengapa pada saat persalinan ibu memilih
tenaga non profesional :
1)
2)
3)
4)
Bidan kurang memahami pentingnya pencatatan dan pelaporan untuk perencanaan program KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak) baik di tingkat Puskesmas maupun di tingkat Kabupaten
disamping masih rendahnya kapasitas bidan dalam hal pencatatan dan pelaporan itu sendiri.
BAB IV
SOLUSI PERMASALAHAN
IV.1. Bidan memberikan pelatihan bagi dukun dan mendampingi dukun ketika menolong
persalinan
Semua ibu yang mempunyai bayi, balita harus membawa dan aktif datang ke posyandu. Bila
tidak datang dikena sangsi sesuai dengan keputusan desa tersebut juga diharuskan bagi dukun
kampung, bila menolong persalinan harus memberitahu bidan desa, mengajak serta untuk
didampingi, walaupun yang menolong masih dukun kampung tersebut,mengingat kepercayaan
ibu yang bersalin kepada dukun kampung masih sangat besar.
Untuk meningkatkan pelayanan persalinan yang aman dan bersih, dukun bersalin harus
dilengkapi dengan peralatan seperti gunting, sarung tangan dan klem arteri. Kepada dukun harus
terus -menerus diajarkan cara merawat, menyimpan dan sterilisasinya agar alat dapat tahan lama
IV.2. Membangun Polindes dan memberikan sangsi bagi bidan desa yang sering
meninggalkan lokasi kerjanya
Bagi Bidan desa yang sudah menerima dana pembangunan Polindes harus segera merealisasikan
pembangunan polindesnya. Dinas Kesehatan/Seksi KIA harus berani memberikan sangsi bagi
bidan yang belum membangun polindes meskipun telah menerima dana pembangunannya.
Kepala Puskesmas diharapkan memberi sangsi kepada bidan desa yang sering meninggalkan
lokasi tugas, serta memperhatikan tingkat kesejahteraan bidan dan petugas.
Perlu adanya komitmen pemerintah dalam membantu meluruskan kesesuaian tugas dan fungsi
bidan di desa; memberikan reward atas beban kerja tambahan yang berat yang diterima oleh
bidan desa; memfasilitasi dalam kerjasama lintas sektor; adanya mekanisme pengelolaan dana
mandiri bagi pemerintah di tingkat desa/kelurahan.
IV.3. Memberikan bimbingan teknis kepada bidan desa yang berkaitan dengan manajemen
pelayanan kesehatan
Memberikan bimbingan teknis kepada bidan desa yeng berkaitan dengan management pelayanan
ANC dan mengadakan bina teknik mengenai kegawatan obstetri dan neonatus dan
penanganannya.
Oleh karena itu diperlukan adanya suatu sistem registrasi/pencatatan kelahiran dan kematian bayi
yang baik. Bidan desa/dukun bayi serta petugas-petugas kesehatan maupun aparat pemerintahan
di tingkat desa perlu/dapat dilatih untuk melakukan pencatatan/pelaporan yang efisien dan tidak
tumpang tindih.
1. Mendistribusikan form LI1 dan L2 untuk bidan di Puskesmas dan form
pencatatan dan pelaporan untuk bidan didesa yaitu form 00 rekapitulasi
Pencatatan ibu hamil dan balita di tingkat posyandu dan sudah melakukan
bimbingan cara pengisian formulir-formulir tersebut.
2. Melakukan bimbingan teknis kepada dukun bersalin mengenai sistim
pencatatan dan pelaporan yang sederhana (walaupun hasil belum
memuaskan).