Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
OLEH :
INGGITO IDHAR ADIMEARTO
NIM 155120607111026
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
ILMU PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Nilai-Nilai Demokrasi Lokal di Jawa Timur,Sumatera barat,Sulawesi
Selatan dan Bali dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga
saya berterima kasih pada Bapak Andi Setiawan, S.IP.,M.Si selaku Dosen mata kuliah
Pengantar Ilmu Politik yang telah memberikan saya pengarahan untuk menyelesaikan
tugas ini.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai demokrasi lokal yang telah saya fokuskan
dibeberapa daerah di Indonesia.Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya saya juga mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar ..............................................................................................................i
Daftar isi .......................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan ........................................................................................................1
1.1 Latar belakang ........................................................................................................2
1.2 Rumusan masalah ...................................................................................................5
1.3 Tujuan penelitian ....................................................................................................5
Bab II Pembahasan...............................................................................6
2.1 Pengertian demokrasi ............................................................................................7
2.2 Bukti nilai-nilai demokrasi lokal di empat daerah.............................................7
2.3 Pengaruh reformasi terhadap demokrasi lokal.....................................................14
Bab III Penutup............................................................................................................16
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................................17
3.2 Kritik dan saran .....................................................................................................18
Daftar pustaka .............................................................................................................19
ii
PE
ND
A
H
UL
UA
N
B
A
B
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia dikenal sebagai Negara yang memiliki karakteristik budaya yang
plural dan kompleks.Pluralitas budaya itu tercermin dakam aneka ragam
etnik,bahasa,agama dan adat istiadat yang hidup dan berkembang di berbagai daerah
di Indonesia.
Pertanyaan tentang ada atau tidaknya budaya politik demokratis di Indonesia
telah menjadi perdebatan sejak lama.Berbagai pendapat yang diperoleh dari hasil
pengamatan maupun penelitian yang masih terbatas mungkin membuat kesimpulan
yang berbeda.Setidaknya, ada dua pandangan berbeda yang dapat digeneralisasi.
Pertama,budaya politik demokratis tidak memiliki akar dalam budaya lokal
masyarakat.Kedua, nilai-nilai demokrasi dengan berbagai variannya telah tumbuh
sejak lama di Indonesia seiring dengan dinamika budaya lokal masyarakat.Kedua
pandangan itu mencoba menawarkan hasil temuan maupun pengamatannya masingmasing.
Perdebatan mengenai apakah Indonesia memiliki akar budaya politik yang
kompatibel dengan demokrasi atau tidak, kembali mengemuka seiring dengan proses
konsolidasi demokrasi yang dirasakan makin sulit.Apalagi muncul penilaian bahwa
bangsa Indonesia sudah kebablasan dalam nelakukan demokrasi.Bahkan dikatakan
bahwa bangsa ini bisa jadi telah tercerabut dari akar budaya politiknya dengan
mengadopsi nilai-nilai budaya politik bangsa lain. Dengan demikian, berdasarkan dua
pandangan itu,tidaklah dapat disimpulkan secara ekstrim bahwa budaya politik
demokratis sama sekali tidak memiliki akar sosio- kultural dalam masyarakat
Indonesia dan atau sebaliknya nilai-nilai demokrasi telah hidup dan berkembang
dalam budaya lokal masyarakat sejak berabad-abad lamanya.1Kesimpulan yang
1 R.Siti Zuhro, Demokrasi Lokal (Yogyakarta: Ombak,2009)
paling mendekati adalah bahwa budaya politik demokratis dan budaya yang tidak
kondusif bagi demokrasi sama-sama dapat ditemukan di tengah-tengah budaya lokal
masyarakat Indonesia secara variatif.
Gerakan reformasi 1998 telah menciptakan perubahan social dan keterbukaan politik
yang memungkinkan masyarakat berpartisipasi dalam politik. Perubahan social yang
pesat sejak 1998 telah diiringi oleh perubahan fundamental sistem politik Indonesia,
yang memberikan peluang secara signifikan partisipasi politik bagi elemen-elemen
kekuatan dalam masyarakat.Perubahan-perubahan ini menciptakan partisipasi sosial
yang lebih bermakna dan relatif menciptakan akuntabilitas pemerintah.Adalah jelas
bahwa sejak 1998 demokrasi meluas keseluruh nusantara.
Memahami budaya politik lokal dalam konteks demokrasi menjadi sangat
penting dan relevan khusunya setelah Indonesia menjalani satu dekade era reformasi.
Mengetahui secara persis akar budaya politik lokal sangatlah penting bagi prospek
demokrasi Indonesia,agar bagnsa ini tidak merasa tercabut dari akar budayanya.
Munculnya argumen yang mengatakan bahwa Indonesia masih dalam taraf
melaksanakan demokrasi procedural, semestinya bisa dijawab dengan menjelaskan
keberadaan nilai-nilai yang eksis di daerahdan perkembangan demokrasi itu
sendiri.Meskipun Indonesia mengalami masa kepemimpinan yang lama dibawah
sistem otoritarian, realitanya negeri ini juga mengalami era dimana demokarasi cukup
dikedepankan,khususnya dibawah era parlementer dan era reformasi sekarang
ini.Hak ini membuktikan bahwa demokrasi adalah proses panjang yang senantiasa
harus diperjuangkan secara terus meneruss oleh bangsa Indonesia.
Era Soekarno memberikan nuansa tersendiri bagi menguatnya semangat
nasionalisme. Meskipun demokrasi tidak berkembang pesat, khususnya setelah
diterapkannya Demokrasi Terpimpin, nilai-nilai yang tertanam, naik di era sistem
multi partai maupun pelaksanaan pemilu 1955, relatif memberikan akar atau
pengalaman yang kuat bagi demokrasi di Indonesia.
Di bawah era Soeharto dimana sistem represif diberlakukan memberikan
dampak negative terhadap perkembangan demokrasi,baik di tingkat nasional maupun
1.3 TUJUAN
1. Untuk lebih mengenal tentang demokrasi lokal
2. Untuk menunjukan bahwa Indonesia sudah memiliki demokrasi lokal sejak
dahulu
3. Untuk menjelaskan perkebangan demokrasi setelah era reformasi
B
A
B
2
PE
BAB II
M PEMBAHASAN
BA DEMOKRASI
2.1 PENGERTIAN
H
AS
AN
Etimologis, demokrasi berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu demos dan kratos .
Demos Artinya rakyat dan Kratos artinya pemerintahan /kekuasaan. Dengan demikian
istilah demokrasi dapat diartikan sebagai kekuasaan/pemerintahan yang berasal dari
rakyat. Dalam pemerintahan yang berkuasa adalah Rakyat. Rakyat selalu
diikutsertakan dalam pemerintahan Negara. Sedangkan pemerintahan Negara harus
mempertanggung jawabkan kepada rakyat.4
Asal mula demokrasi sebagai suatu sistem politik dapat ditelusuri ke
belakang, yaitu sebelum abad ke-5 M ketika Yunani menciptakan the polis,dan
mencoba menjawab pertanyaan : bagaimana seharusnya sebuah sistem politik
diorganisasikan guna memenuhi kepentingan dan kemakmuran rakyat.
Sebelum abad ke-19,sejumlah gagasan dapat dikategorikan demokratis atau
prademokratis,tetapi jarang ada upaya untuk membangun sebuah teori
demokrasi.Bahkan kata demokrasi; jarang muncul dalam literatur.
Setelah perang Dunia II demokrasi muncul sebagai sebuah sistem politik
dkmana kebanyakan pemimpin menerimanya.Gagasan terutama, muncul setelah
kegagalan Fasisme dan Naziisme.
sekarang.
Ada beberapa alasan mengapa keempat wilayah itu dipilih sebagai fokus
pembahasan dimakalah ini seperti karena keempat daerah tersebut memiliki nilai-nilai
demokrasi yang khas.
A.Sumatera Barat
Sumatera barat,misalnya,dengan budaya Minang-kabaunya,dipandang
memiliki sejumlah nila-nilai yang seiring dengan nilai-nilai demokrasi.Dalam
perspektif historis dan kultural,nilai-nilai budaya politik demokratis itu dapat
ditelusuri akarnya pada kearifan tradisional beberapa ungkapan dan pepatah dalam
budaya Minangkabau. Nilai-nilai keterbukaan dan kesamaan, misalnya,tercermin
dalam pepatah duduak samo randah tagak samo tinggi (duduk sama rendah berdiri
sama tinggi).Penghormatan pada hak sesama tercermin dalam ungkapan lamak dek
awak katuju dek urang, urang kampuang dipatenggangkan (enak bagi kita,enak pula
bagi orang, orang kampung dipertimbangkan).6
Di Provinsi Sumatera Barat, daerah yang menjadi pemfokusan demokrasi lokal
adalah Kota Padang.Ada beberapa alasasan mengapa lokasi itu dipilih.Sebagai ibu
kota provinsi, Padang merupakan pusat pemerintahan, pendidikan,bisnis dan jasa di
wilayah Sumatera Barat. Oleh karena itu, Padang merupakan daerah tujuan migrasi
masyarakat dari berbagai daerah diwilayah Sumatera Barat.Sebagai pusat migrasi
masyarakat Sumatera Barat,di Padang dimungkinkan terjadi alkulturasi budaya dari
berbagai daerah diranah Minang itu. Bagaimana respon budaya yang beragam di Kota
Padang terhadap demokrasi merupakan hal yang menarik untuk diteliti.Budaya lokal
Minang,seperti rumah gadang,masih eksis disana.Begitu juga dengan seni budaya
yang bernilai demokrasi.
B.Sulawesi Selatan
10
C.Jawa Timur
7 Christian Pelras, Manusia Bugis (Jakarta: Forum Jakarta-Paris dan Nalar,
2005)
11
12
Dikawasan itu nilai-nilai demokrasi dapat ditemukan dalam buday alokal masyarakat
setempat, seperti daya kritis masyarakat, keberanian bicara tanpa rasa tidak enak
dengan sesame sebagai symbol kesetaraan.
D.Bali
Modalitas demokrasi juga dapat ditemukan di Bali. Sebagai daerah penelitian
lainnya, Bali memberikan warna menarik. Meskipun stratitifikasi social berdasarkan
kasta masih tetap eksis, nilai-nilai kesetaraan yang menjadi pilar penting demokrasi
juga dapat ditemukan dalam akar budaya Bali. Misalnya,dalam sejarah berdirinya
Pura Dasar Bhuwana Gelgel,Klungkung,di satu halaman pura dijumpai 4 tempat
pemujaan para leluhur dari 4 golongan yang berlainan.Hal itu sebagai pertanda
adanya saling menghargai kesetaraan umat manusia tanpa melihat status warga dari
keempat golongan warga.
Embrio demokrasi juga dapat dijumpai di kalangan masyarakat Bali dalam
menyelesaikan persoalan public,yakni melalui musyawarah di Bale Banjar. Banjar
merupakan kesatuan masyarakat yang paling umum dan menjadi salah satu ciri khas
di Bali. Biasanya sebuah banjar terdiri atas puluhan hingga ratusan kepala keluarga
yang menaungi antara 750-1200 anggota. Wakil setiap keluarga dalam
Banjar,meskipun tunduk pada sebuah awig-awig atau aturan adat yang dibuat dan
diturunkan dari nenek moyang mereka,pertemuan Bale Banjar yang merupakan ajang
anggota Banjar bertemu merupakan cara utama sebuah Banjar dalamm
menyelesaikan permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.8
Masyarakat desa dataran di Bali juga sudah lama mengenal sistem pemilihan prajuru
desa secara langsung dan demokrasi sesuai dengan awig-awig desa. Sedangkan
masyarakat desa pegunungan lebih mempercayakan jabatan prajuru pada sesepuh
(senior)untuk memangku secara bergiliran menurut masa bakti tertentu. Budaya ini
8 Wayan Gede Suacana,Belajar Budaya Demokrasi dari Masyarakat
Desa<http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/6/5/o2.htm>
membuat karma desa di Bali tidak canggung terhadap sistem pemilihan langsung
bupati dan gubernur yang demokratis.Krama desa juga terlibat dalam mengawasi
penggunaan keuangan desa, transparansi dan akuntabilitas dalam mengawasi
13
14
mendapat predikat sebagai kota intelektual dengan julukan kota pelajar. Yang menarik
juga pada Juni 2007 Singaraja telah melaksanakan pilkada langsung pertama. Momen
ini tentunya sangat bermanfaat untuk memahami demokrasi dan budaya politik lokal.
Penelitian tentang budaya politik yang mengungkapkan perbedaan ciri di
setiap daerah dan etnik tertentu di Indonesia telah banyak dilakukan oleh banyak
dilakukan oleh para ahli, baik dalam perspektid antropologi maupun politik. Beberapa
nama peneliti asing yang telah menghasilkan karya-karya besar dan terkenal dapat
disebut, antara lain Geertz, Emerson, Anderson dan Liddle. Akan tetapi, penelitian
mereka tidak berupaya mengungkap hubungan antara budaya politik lokal dan
demokrasi.
Studi tentang nilai-nilai budaya politik lokal yang berkorelasi positif maupun
negative terhadap demokratisasi amat penting dilakukan untuk mengetahui dan
memahami tantangan, peluang dan prospek demokratisasi yang sedang berjalan saat
ini. Di sinilah letak urgensi penelitian denokrasi dan budaya poltik lokal, yaitu untuk
mendapatkan gambaran yang komperhensif tentang perubahan dan kesinambungan
nilai-nilai demokrasi lokal
yang setara, partai politik pemilu yang bebas dan adil, media yang independen dan
bebas,transparansi dan akuntabilitas pemerintahan dan desentralisasi.
15
yang mampu meresponnya dengan positif seperti Jawa Timur dan Sumatera Barat tapi
ada pula daerah yang kurang menanggapi seperti Sulawesi Selatan dan Bali.
16
B
A
B
3
PE BAB III
NUPENUTUP
3.1 KESIMPULAN
TU
P
17
menghasilkan praktik demokrasi yang derajatnya berbeda antara satu daerah dengan
daerah lainnya. Hal ini bisa dilihat, baik di tataran partisipasi dan suksesi maupun
peran gender dalam politik di masing masing daerah yang relatif berbeda.
18
19
DAFTAR PUSTAKA
Zuhro,R.Siti.2009.Demokrasi Lokal.Yogyakarta: Ombak
Pelras,Christiam.2005.Manusia Bugis.Jakarta: Forum Jakarta-Paris dan Nalar
http://www.febrian.web.id/2014/03/hakikat-demokrasi-pengertian-dan-prinsip.html
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2003/10/9/op2.html.
http://www.cimbuak.net/content/view/594