Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Tari Topeng Cisalak merupakan salah satu tarian yang berasal dari Jawa Barat
sendiri, dimana tarian ini sendiri merupakan tarian kesenian masyarakat sunda. Dalam
tarian ini sendiri pada dasarnya juga diiringi oleh beberapa alat music yang ada seperti
rebab atau suling, kendang, terbang, kromong, dan juga kecrak. Lagu yang
dinyanyikan pada tarian ini sendiri adalah lagu-lagu priangan. Selain menyajikan lagu
topeng ini sendiri juga menampilkan berbagai lakon yang berbentuk lawakan dan juga
drama rumah tangga sendiri. Meskipun Topeng Cisalak ini dikatakan juga sebagai
Topeng Betawi, tapi pada dasarnya tarian ini bukan merupakan tarian yang berasal
dari DKI Jakarta. Kesenian ini merupakan sebagian khazanah kesenian masyarakat
Sunda Jawa Barat.
Tarian tradisional ini juga merupakan tari tradisional yang harus kita
lestarikan, dimana seperti yang kita tahu bahwa tarian-tarian yang ada pada Negara
Indonesia pada zaman sekarang pun sudah mulai memudar dan kurang adanya
penampilan dari beberapa daerah tersebut karena banyaknya pemuda-pemudi yang
sudah tidak bisa lagi melakukan budaya atau tarian dari daerah mereka masingmasing sendiri, bukankah hal tersebut sendiri merupakan hal yang memalukan
khususnya bagi Negara kita sendiri yang merupakan Negara yang mempunyai banyak
sekali budaya yang ada dan juga warisan yang tidak ada habis-habisnya. Jadi sebagai
generasi muda kita harus senantiasa menjaga semua tari yang ada pada daerah mereka
masing-masing.
Tari Rampak Gendang adalah Kesenian yang berasal dari Bogor yang
memadukan suara kendang yang dinamis dengan musik gamelan salendro yang
bersifat ceria. Pemain kendang terdiri atas 6-15 orang, sedangkan nayaga (pemain
gamelan) terdiri atas 7-10 orang. Mirip Taiko di jepang yang dimainkan untuk
memberi semangat.
Menurut T. Tjetje Somantri (1951) daerah Jawa Barat antara lain Sumedang,
Bandung, Garut dan Tasikmalaya pada tahun 1930 didatangi oleh rombongans
topeng.Berdasarkan data historis inilah teori awal munculnya tari topeng ke Jawa Barat
(Priangan) ditetapkan sebagai awal perkembangan Tari Topeng Priangan Sedangkans topeng
Priangan hanya tersaji dalam satu bentuk saja yang lebih bersifat entertaintment (hiburan).
Adapun susunan Tari Topeng Priangan mencakup tiga watak yaitu :
Tarian nyitu ini berasal dari kota sukabumi, digarap oleh Toto Sugiarto dan
Rudi Kurniawan dengan penata gending Ujang Hendi SANGGAR ANGGITASARI
PARUNGKUDA SUKABUMI. Tarian ini di gelarkan pada acara Gelar Seni Daerah
di Taman Budaya Bandung 17 juni 2006.
Tari Japin sebenarnya adalah tari Zapin. Kebiasaan orang betawi menyebut Z
dengan huruf J membuat nama tarian ini secara otomatis berubah menjadi Japin.
Tarian ini sudah tersebar dimana-mana. Tarian ini mendapat pengaruh besar dari
budaya Arab.Yang membedakan tarian betawi Japin dengan Zapin pada umumnya
adalah musik pengiringnya. Tari Japin menggunakan musik-musik lagu betawi seperti
gambus. Tari Zapin ditarikan secara melompat-lompat sambil memukul sebuah
kendang rebana kecil. Memukulnya pun serentak dengan gerakan yang menghentak.
Melihat tarian betawi ini memberikan nuansa riang. Tari Japin Betawi biasanya
berpasang-pasangan antara perempuan dan lelaki.
Tari Wayang
Tari wayang mulai dikenal masyarakat pada masa kesultanan Cirebon pada
abad ke-16 oleh Syekh Syarif Hidayatullah, yang kemudian disebarkan oleh seniman
keliling yang datang ke daerah Sumedang, Garut, Bogor, Bandung dan Tasikmalaya.
Berdasarkan segi penyajiannya tari wayang dikelompokkan menjadi 3 bagian
antara lain :
1. Tari Tunggal yaitu tarian yang dibawakan oleh satu orang penari dengan
membawakan satu tokoh pewayangan. Contoh : Tari Arjuna, Gatotkaca, dll
2. Tari berpasangan, yaitu tarian yang dibawakan oleh dua orang penari atau
lebih yang keduanya saling melengkapi keutuhan tariannya, contoh : Tari
Sugriwa, Subali dll.
3. Tari Massal yang berjumlah lebih dari satu penari dengan tarian atau ungkapan
yang sama.
Secara garis besar, jika dilihat dari segi koreografinya tari wayang memiliki tiga
gerakan utama yaitu :
Pokok ialah patokan tarian, gerak tersebut antara lain adeg-adeg, jangkung ilo,
mincid, keupat, gedut, kiprahan, tindak tilu, engkek gigir, mamandapan, dan
calok sembahan.
Peralihan ialah gerak sebagai sisipan yang digunakan sebagai peralihan dari
gerak satu ke gerak yang lainnya. Misal cindek, raras, trisi dan gedig.
Khusus ialah gerak secara spesifik yang terdapat pada tari tertentu.
Tari Merak, adalah sebuah tari yang mengisahkan kehidupan burung merak
yang serba indah dan memukau. Sejarah Tari Merak sebenarnya berasal dari bumi
Pasundan ketika pada tahun 1950an seorang kareografer bernama Raden Tjetjep
Somantri menciptakan gerakan Tari Merak. Sesuai dengan namanya, Tari Merak
merupakan implentasi dari kehidupan burung Merak. Utamanya tingkah merak jantan
ketika ingin memikat merak betina. Gerakan merak jantan yang memamerkan
keindahan bulu ekornya ketika ingin menarik perhatian merak betina tergambar jelas
dalam Tari Merak.
Dalam pertunjukannya Sejarah Tari Merak Jawa Barat biasanya ditampilkan
secara berpasangan dengan masing masing penari memerankan sebagai merak
jantan atau betina. Dengan iringan lagu gending Macan Ucul para penari mulai
menggerakan tubuhnya dengan gemulai layaknya gerakan merak jantan yang sedang
tebar pesona.
Pionir pencipta tari topeng kasumedangan adalah Raden Ono Lesmana dengan
memadukan unsur tarian khas topeng Cirebon dengan unsur tari wayang, yang
karyanya lebih dikenal dengan nama tari topeng Jayengrasana.
Berkenalan dengan Tari Digenjring Bonyok Jawa Barat sebagai salah satu
provinsi yang kaya dengan keanekaragaman budanya, khususnya di bidang kesenian,
ternyata juga mempunyai tarian yang unik, yang mungkin jarang diketahui orang.
Kesenian itu adalah tari Digenjring Bonyok. Genjring Bonyok berasal dari kata
Genjring yang berarti waditra (sebuah instrument musik) berkulit, dan Bonyok yaitu
nama suatu daerah di Desa Pangsor, Subang. Jadi Genjring Bonyok adalah kesenian
dengan Genjring dari Bonyok.
Tari Digenjring Bontok dimainkan oleh banyak penari secara ngaronyok
(berkumpul), sehingga inilah yang menjadi awal mula Genjring Bonyok disebut.
Waktu itu genjring yang digunakan hanya tiga buah dengan bentuk dan ukuran yang
sama tetapi bunyinya berbeda, serta bedug dan terompet.
Selain memainkan materi lagu lawas, Tari Digenjring Bonyok juga dapat
memainkan irama lagu dangdut dan jaipongan yang disajikan dalam bentuk
karawitan, vokalia, dan karawitan instrumentalia. Tari Digenjring Bonyok biasa
disuguhkan pada acara sunatan anak, biasanya tuan rumah memainkan musik ini pula
untuk mengiring anaknya keliling kampung, sebaga wujud hiburan untuk masyarakat
sekitar. Tak hanya itu, kadang juga pada acara hiburan daerah, hajatan, maupun untuk
sebagai suguhan hiburan di tempat wisata. Bagaimana pun bentuknya Tari Digenjring
Bonyok selalu bagus untuk dinikmati. Dan kita sebagai warga Indonesia yang peduli
dengan kebudayaan, seharusnya makin mencintai dan terus menjaga kelestarian
kesenian asli dari daerah di Indonesia.
Kabupaten Purwakarta (Tari Buncis)
Seni Buncis merupakan seni atraktif dan variatif, karena terdapat unsur seni
tabuh, dog-dog, angklung, nyanyian, tarian lawak dan cerita tradisional. Pemain pria,
memakai celana pangsi, baju kampret dan kain ikat kepala. Wanitanya memakai kain
sinjang, baju kebaya, rambut disanggul. Lama pentas sekitar satu jam. Alat musik
yang dipergunakan hampir sama dengan kesenian angklung atau karawitan lainnya
kecuali dog-dog kecil dan 3 buah angklung serta dipadukan dengan gamelan (saron,
boning, angklung, terompet dan bedug besar).
Seni Buncis dimainkan oleh satu orang penabuh dog-dog, tiga orang
memegang angklung dibantu tujuh nayaga serta enam orang pemain pemeran cerita.
Fokus atraksi yang menarik dari dari seni buncis ini, terletak pada irama dan gerak
serta pesan-pesan yang disampaikan melalui dialog humor (lawak).
Grup Wikara yang beralamat di Jalan Basuki Rahmat,Gang Rusa IV.11
Purwakarta, merupakan salah satu grup kesenian Buncis yang telah memiliki nama
dan reputasi, baik pada tingkat lokal, propinsi maupun nasional. Seni Buncis sangat
cocok dipentaskan bagi kebutuhan dalam acara syukuran, pernikahan, helaran dan
penyambutan tamu pengunjung/wisatawan yang berkunjung di Purwakarta.
filosofi di setiap gerakan dalam tari Buyung yang memiliki makna tersirat. Menginjak
kendi sambil membawa buyung di kepala (nyuhun) erat hubungannya dengan
ungkapan di mana bumi di pijak di situ langit dijunjung. Membawa buyung di atas
kepala sangat memerlukan keseimbangan. Hal ini berarti bahwa dalam kehidupan ini
perlu adanya keseimbangan antara perasaan dan pikiran. Pergelaran Tari Buyung
dengan formasi Jala Sutra, Nyakra Bumi, Bale Bandung, Medang Kamulan, dan Nugu
Telu memiliki makna yang menyiratkan bahwa masyarakat petani Sunda adalah
masyarakat yang religius. Tuhan diyakini sebagai Kausa Prima (sebab akibat) dari
segala asal-usul sumber hidup dan kehidupan. Sementara manusia merupakan mahluk
penghuni bumi yang paling sempurna di antara mahluk-mahluk ciptaan Tuhan
lainnya.
Tari jaipong adalah tarian tradisional yang berasal dari Bandung Jawa Barat.
Menurut catatan sejarah kebudayaan Indonesia tarian ini diciptakan oleh seorang
seniman berdarah Sunda yakni Gugum Gumbira. Namun dari sumber lain disebutkan
bahwa pencipta gerakan dalam tarian jaipongan adalah H Suanda dan Gugum
Gumbira hanyalah salah satu tokoh yang mengenalkan tarian ini kepada masyarakat
Bandung. Pada awal kemunculan nya jaipong menjadi sebuah tarian unik dan menarik
dengan alat musik pengiring Degung. Keunikan tarian ini dapat kita lihat dalam
seluruh gerakan tari yang terlihat ceria, energik, dan humoris. Tak heran jika
pementasan kesenian daerah dari wilayah Sunda ini kerap mengundang tawa geli bagi
para penikmatnya.
Jaipongan merupakan tarian dengan mengkolaborasikan berbagai macam
gerakan seperti gerakan tari ketuk tilu, tari ronggeng, dan juga beberapa gerakan
pencak silat yang juga sangat diminati oleh masyarakat setempat pada waktu itu.
Selain dikenal dengan sebutan jaipongan tarian ini juga merupakan kesenian
tari yang berjenis tari pergaulan. Keunikan gerakan dalam sebuah pementasan tari ini
kemudian mendongkrak keberadaan tari jaipong sebagai salah satu kesenian
tradisional andalan dari Jawa Barat.
Keunikan dari seni tari ini bukan menjadi sekadar pertunjukan, namun sebuah
kesenian yang memerlukan keyakinan dan penghayatan.
Tari topeng Cirebon adalah salah satu tarian di wilayah kesultanan Cirebon.
Tari Topeng Cirebon, kesenian ini merupakan kesenian asli daerah Cirebon, termasuk
Subang, Indramayu, Jatibarang, Majalengka, Losari, dan Brebes. Disebut tari topeng,
karena penarinya menggunakan topeng di saat menari. Pada pementasan tari Topeng
Cirebon, penarinya disebut sebagai dalang, dikarenakan mereka memainkan karakter
topeng-topeng tersebut.
Tari topeng ini sendiri banyak sekali ragamnya dan mengalami perkembangan
dalam hal gerakan, maupun cerita yang ingin disampaikan. Terkadang tari topeng
dimainkan oleh satu penari tarian solo, atau bisa juga dimainkan oleh beberapa orang.
Jaipongan adalah sebuah genre seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman
asal Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada kesenian rakyat yang salah satunya
adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola
gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan,
pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian di atas cukup
memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama
Jaipongan.
Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang
melatarbelakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan
merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan
tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak
lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan
ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum
pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda,
diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat,
kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab,
kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak
tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai
cerminan kerakyatan.
Tari Rampak Gendang adalah Kesenian yang berasal dari Bogor yang
memadukan suara kendang yang dinamis dengan musik gamelan salendro yang
bersifat ceria. Pemain kendang terdiri atas 6-15 orang, sedangkan nayaga (pemain
gamelan) terdiri atas 7-10 orang. Mirip Taiko di jepang yang dimainkan untuk
memberi semangat.
Tari Ronggeng Blantek salah satunya, tari kreasi yang sudah ada sejak zaman
penjajahan Belanda ini merupakan salah satu tarian yang turut memperkaya khazanah
seni tari nusantara.
Dahulu tari Ronggeng Blantek dipentaskan sebagai pembuka pertunjukkan
Topeng Blantek. Topeng Blantek sendiri adalah pertunjukan teater rakyat yang biasa
dipentaskan untuk menghibur para tuan tanah saat itu. Topeng Blantek biasanya
menceritakan tentang kehidupan masyarakat Betawi sendiri, yang dikemas dengan
lawakan. Topeng merupakan sebutan untuk seni peran atau lawakan, sedangkan nama
blantek diambil dari suara musik pengiring yang selalu berbunyi blan blan crek.
Pertunjukkan Topeng Blantek selalu dibuka dengan Tari Ronggeng Blantek.
Tarian ini dipentaskan oleh 4-6 orang perempuan dengan mengenakan pakaian yang
berwarna serba cerah. Bagian depan pakaian dihiasi dengan payet dan manik-manik,
sementara bagian pinggangnya dilengkapi dengan selendang. Hiasan kepala penari
Ronggeng Blantek makin menunjukan adanya pengaruh Tionghoa dalam tari kreasi
ini.
Gerakan tari Ronggeng Blantek sangat cepat, berenergi, dan luwes. Banyak
istilah dalam gerak tari Ronggeng Blantek, antara lain seperti rapat tindak, selancar
tindak, puter goyang, geol, dan lainnya. Sementara musik yang mengiringi tari
Ronggeng Blantek berasal dari perpaduan alat musik tanji, seperti terompet,
trombone, baritone, gendang, gong, simbal, dan tehyan.
Jika dahulu tari Ronggeng Blantek dipentaskan sebagai pembuka pertunjukan
Topeng Blantek, kini tarian tersebut justru menjadi pelengkap dalam pertunjukan
Jipeng. Selain itu, tari Ronggeng Blantek juga dipentaskan di berbagai acara
kebudayaan Betawi, dan kerap digunakan sebagai penyambut tamu yang dianggap
agung.
Kesenian sasapian dianggap sebagai kesenian asli yang berasal dari Kabupaten
Bandung Barat. Kesenian tersebut telah dimainkan sejak dekade 1930-an di Desa
Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat. "Kalau kuda
renggong ada di Sumedang, sasapian itu dari Bandung Barat. Sasapian sudah ada dari
tahun 1932, tapi mendapat sedikit modifikasi setelah kemerdekaan RI. Dari
Cihideung, sasapian menyebar ke beberapa desa yang lain di daerah Bandung utara,"
kata budayawan Sunda, Mas Nanu Muda alias Bah Nanu, Senin (26/10/2015).
Menurut dia, keberadaan kesenian sasapian di Kabupaten Bandung Barat tidak
berhubungan dengan peternakan sapi yang banyak terdapat di kawasan Lembang.
"Sasapian itu berkaitan dengan pertanian. Dulu itu orang Cihideung selain
membudidayakan tanaman hias juga banyak juga yang bertani," ujarnya. Seperti di
India, kata dia, sapi di Cihideung juga menjadi lambang kesejahteraan masyarakat,
namun tidak disucikan seperti di India. "Sapi itu jadi personifikasi kesejahteraan
masyarakat. Sapi yang jadi perlambang kesuburan tanah, bukan kerbau. Setelah ada
kerajaan Mataram, baru kerbau yang dipakai jadi lambang," tutur Bah Nanu. Selain
muncul kesenian sasapian, dia menambahkan, di dalam budaya Sunda juga terdapat
Sapi Gumarang, yaitu tokoh penjelmaan manusia sakti di dalam mitologi Wawacan
Sulanjana.
Sapi Gumarang dikisahkan menguasai seluruh padi di Kerajaan Galuh, sampai
Sulanjana mengalahkannya. Bah Nanu menjelaskan, pertunjukan kesenian sasapian
diperagakan oleh sejumlah penari yang diiringi oleh musik tradisional Sunda, yang
menggunakan instrumen seperti kendang, terompet, dan gong. Seorang penari masuk
ke dalam sapi bohongan seperti pada kesenian barongsai, sedangkan beberapa penari
yang lain menari seolah memburu sapi tersebut. Sebelum tarian dimulai, sapi
bohongan yang terbuat dari bambu berbalut kain itu diberi sesaji oleh seorang
pemimpin upacara. Ritual sasapian berlangsung cukup mistis, karena penari di balik
sapi buatan bergerak-gerak seperti orang yang kerasukan roh halus. "Dulu itu kepala
sapinya pakai alat yang biasa untuk memandikan orang yang meninggal. Dalam
tariannya, sapi itu diburu dan disembelih. Maknanya sendiri sangat luas, karena bisa
diinterpretasikan macam-macam. Di antaranya ialah untuk membunuh sifat hewani
atau sebagai bentuk pengorbanan," paparnya. Dia menambahkan, kesenian sasapian
sangat memungkinkan untuk berkembang karena kesenian rakyat cepat mengadopsi
hal yang baru. "Seperti penggunaan bedil-bedilan yang baru muncul setelah masa
kemerdekaan, tarian sasapian ini bisa terus berkembang," tukasnya.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata KBB Asep
Dendih menuturkan, sasapian telah menjadi salah satu ikon kesenian di Cihideung,
yang dapat dikembangkan lagi menjadi ikon kesenian Bandung Barat. "Sekarang ini
sasapian belum jadi kesenian khas asal Kabupaten Bandung Barat, tapi kami akan
berupaya merintis ke arah sana. Soalnya, perlu ada prosedur dan mekanismenya.
Kami harus melakukan berbagai kajian dulu, baru mempromosikan sasapian sebagai
kesenian asli Kabupaten Bandung Barat," kata Asep.
Karya jaipongan pertama yang diciptakan oleh Gugum Gumbira adalah tari
daun pulus keser bojong dan tari Raden Bojong yang berpasangan putra- putri. Tarian
tersebut sangat digemari dan populer di seluruh Jawa Barat termasuk Kabupaten
Bandung karya lain yang diciptakan oleh Gugum diantaranya toka-toka, setra sari,
sonteng, pencug, kuntul mangut, iring-iring daun puring , rawayan, kaum anten dll.
juga para penari yang populer diantaranya seperti Iceu Efendi, Yumiati Mandiri,
Mimin Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Diar, Asep Safat.
Daya tarik tarian tersebut bagi kaum muda selain gerak dari tari yang dinamis
dan tabuhan kendang membawa mereka untuk menggerakan tubuhnya untuk menari
sehingga tari jaipongan sebagai salah satu identitas kesenian Jawa Barat yang
oadasetiap tampil pada acara- acara khusus dan besar samapai kenegaraan. Pengaruh
tarian jaipongan merambah sampai Jawa Tengan dan Timur , Bali bahkan Sumatra
yang dikembangkan para seniman luar Jawa Barat.Penari jaipongan terdiri dari
Tunggal, rampak / kolosal
masuk ke dalam permainan Sintren. Bila, roh Dewi Lanjar berhasil diundang, maka
penari Sintren akan terlihat lebih cantik dan membawakan tarian lebih lincah dan
mempesona.