Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DELIRIUM
DISUSUN OLEH:
HELGA MARWA AFIFAH
NITA ANDRIANI
12100114064
12100114099
PRESEPTOR:
YULIANA RATNA WATI, DR., SPKJ
I.
Definisi
Tanda utama dari delirium adalah suatu gangguan kesadaran, biasanya terlihat bersamaan
dengan gangguan fungsi kognitif secara global. Kelainan mood, persepsi dan perilaku adalah
gejala psikiatrik yang umum; tremor asteriksis, nistagmus, inkoordinasi dan inkontinensia urin
merupakan gejala neurologis yang umum. Onset yang mendadak (beberapa jam atau hari),
perjalanan yang singkat atau berfluktuasi, dan perbaikan yang cepat jika faktor penyebab
diidentifikasi dan dihilangkan.
II.
III.
Epidemiologi
10-15% di bangsal bedah umum, 15-25% di bangsal medis, 30% di ICU & ICCU, 40-
50% dalam pemulihan setelah pembedahan fraktur panggul memiliki episode delirium. 20%
pasien dg luka bakar berat;
perkembangan delirium, 30%-40% pasien dg usia >65 tahun mengalami delirium. Faktor lain
untuk perkembangan delirium: Usia muda, cedera otak, riwayat delirium, ketergantungan
alkohol, DM, kanker, gangguan sensoris dan malnutrisi Adanya delirium merupakan tanda
prognosis yang buruk, Angka mortalitas 3bulan pada pasien delirium: 23-33% sedangkan Angka
mortalitas 1 tahun: 50%.
IV.
Etiologi
Penyebab utama delirium adalah penyakit sistem saraf pusat (contoh: epilepsi), penyakit
sistemik (contoh: gagal jantung), dan adanya intoksikasi
atau
system disorder
Migraine
Head trauma, brain tumor, subarachnoid hemorrhage, subdural, epidural
hematoma, abscess, intracerebral hemorrhage, cerebellar hemorrhage,
Medications
Over-the-counter
Serotonin syndrome
Herbals, teas, and nutritional supplements
preparations
2
Botanicals
Cardiac
phalloides
Cardiac failure, arrhythmia, myocardial infarction, cardiac assist device,
Pulmonary
cardiac surgery
Chronic obstructive pulmonary disease, hypoxia, SIADH, acid base
Endocrine
disturbance
Adrenal crisis or adrenal failure, thyroid abnormality, parathyroid
Hematological
Renal
Hepatic
Neoplasm
Drugs of abuse
Toxins
abnormality
Anemia, leukemia, blood dyscrasia, stem cell transplant
Renal failure, uremia, SIADH
Hepatitis, cirrhosis, hepatic failure
Neoplasm (primary brain, metastases, paraneoplastic syndrome)
Intoxication and withdrawal
Intoxication and withdrawal
V.
Faktor Predisposisi
VI.
memusatkan,
demensia.
F.05.8 Delirium Lainnya
F.05.9 Delirium YTT
VII.
terjadi dalam onset gejala yang tiba-tiba. Pemeriksaan mental seperti Mini-Mental State
Examination (MMSE) dapat berguna dalam mencatat gangguan kognitif dan memberikan suatu
dasar yang digunakan untuk mengukur perjalanan klinis pasien. Pemeriksaan fisik sering kali
mengungkapkan petunjuk penyebab delirium. Adanya penyakit fisik yang diketahui atau riwayat
trauma kepala atau ketergantungan alkohol atauzat lain dapat meningkatkan kemungkinan
diagnosis.
Table 10.2-10 Physical Examination of the Delirious Patient
5
Parameter
1. Pulse
2. Temperature
3. Blood pressure
4. Respiration
5. Carotid vessels
6. Scalp and face
7. Neck
8. Eyes
9. Mouth
10. Thyroid
11. Heart
12. Lungs
13. Breath
14. Liver
15.
Finding
Bradycardia
Clinical Implication
Hypothyroidism
Stokes-Adams syndrome
Increased intracranial pressure
Tachycardia
Hyperthyroidism
Infection
Heart failure
Fever
Sepsis
Thyroid storm
Vasculitis
Hypotension
Shock
Hypothyroidism
Addison's disease
Hypertension
Encephalopathy
Intracranial mass
Tachypnea
Diabetes
Pneumonia
Cardiac failure
Fever
Acidosis (metabolic)
Shallow
Alcohol or other substance
intoxication
Bruits or decreased pulse Transient cerebral ischemia
Evidence of trauma
Evidence of nuchal
Meningitis
rigidity
Subarachnoid hemorrhage
Papilledema
Tumor
Hypertensive encephalopathy
Pupillary dilatation
Anxiety
Autonomic overactivity (e.g.,
delirium tremens)
Tongue or cheek
Evidence of generalized tonic-clonic
lacerations
seizures
Enlarged
Hyperthyroidism
Arrhythmia
Inadequate cardiac output,
possibility of emboli
Cardiomegaly
Heart failure
Hypertensive disease
Congestion
Primary pulmonary failure
Pulmonary edema
Pneumonia
Alcohol
Ketones
Diabetes
Enlargement
Cirrhosis
Liver failure
Nervous system
6
a. Reflexesmuscle stretch
Asymmetry with
Babinski's signs
Mass lesion
Cerebrovascular disease
Preexisting dementia
Snout
Frontal mass
Bilateral posterior cerebral artery
occlusion
Weakness in lateral gaze Increased intracranial pressure
Asymmetrical
Hyperactivity
Mass lesion
Cerebrovascular disease
Anxiety
Delirium
Pemeriksaan laboratorium pada pasien delirium, harus mencakup tes-tes standard dan
pemeriksaan tambahan yang diindikasikan oleh situasi klinis. EEG pada delirium secara
karakteristik menunjukkan perlambatan umum pada aktivitas dan dapat berguna dalam
membedakan delirium dari depresi atau psikosis. EEG dari seseorang pasien delirium sering kali
menunjukkan daerah fokal hiperaktivitas.Pada kasus yang jarang, sulit membedakan anatara
delirium yang berhubungan dengan epilepsy dari delirium yang berhubungan dengan penyebab
lain.
1. Delirium vs demensia
Penting untuk membedakan delirium dari demensia, dan sejumlah gambaran klinis
membantu membedakannya. Berbeda dengan onset delirium yang tiba-tiba, onset demensia
biasanya perlahan-lahan. Walaupun kedua kondisi melibatkan gangguan kognitif, perubahan
dementia adalah lebih stabil dengan berjalannya waktu dan tidak berfluktuasi selama perjalanan
sehari. Sebagai contoh seorang pasien dengan demensia biasanya siaga; seorang pasien dengan
delirium mempunyai episode penurunan kesadaran. Kadang-kadang delirium terjadi pada pasien
yang menderita demensia, suatu keadaan yang dikenal sebagai pengaburan demensia (beclouded
dementia). Suatu diagnosis delirium dapat dibuat jika terdapat riwayat definitif tentang demensia
yang ada sebelumnya.
Delirium
Demensia
+++
+++
Gangguan berpikir
+++
+++
Gangguan pertimbangan
+++
+++
Pengaburan kesadaran
+++
+++
+*
+++
Disorientasi
+++
++
++
Bicara inkoheren
++
+*
+++
+*
8
Eksaserbasi nokturnal
++
+*
Tilikan
++
++
Delirium
Demensia
Riwayat
Penyakit akut
Penyakit kronik
Awal
Cepat
Lambat laun
Sebab
Lamanya
Ber-hari/-minggu
Ber-bulan/-tahun
Perjalanan sakit
Naik turun
Kronik progresif
Taraf kesadaran
Naik turun
Normal
Orientasi
Terganggu, periodic
Afek
Alam pikiran
Sering terganggu
Turun jumlahnya
Bahasa
Daya ingat
Persepsi
Halusinasi (visual)
Psikomotor
Normal
Tidur
Terganggu siklusnya
Amat terganggu
Sedikit terganggu
Reversibilitas
Sering reversible
Penanganan
Segera
Catatan: pasien dengan demensia amat rentan terhadap delirium, dan delirium yang bertumpang
tindih dengan demensia adalah umum.
IX.
kegelisahan dan ketakutan) dapat terjadi pada hari sebelum onset gejala yang jelas. Gejala
delirium biasanya berlangsung selama faktor penyebab yang relevan ditemukan , walaupun
10
delirium biasanya berlangsung kurang dari satu mingggu. Setelah identifkasi dan menghilangkan
faktor penyebab, gejala delirium biasanya menghilang dalam periode tiga sampai tujuh hari,
walaupun beberapa gejala mungkin memerlukan waktu sampai dua minggu untuk menghilang
secara lengkap. Semakin lanjut usia pasien, dan semakin lama pasien mengalami delirium,
semakin lama waktu yang diperlukan bagi delirium untuk menghilang. Ingatan tentang apa yang
di alami selama delirium, jika delirium telah berlalu, biasanya hilang timbul, dan pasien mungkin
menganggapnya sebagai mimpi buruk atau pengalaman yang mengerikan yang hanya di ingat
samar-samar. Terjadinya delirium berhubungan dengan angka mortalitas yang tinggi pada tahun
selanjutnya, terutama disebabkan oleh sifat serius dari kondisi medis penyerta yang
menyebabkan delirium.
Apakah delirium berkembang menjadi demensia belum ditunjukkan dalam penelitian
terkontrol yang cermat. Tetapi, suatu observasi klinis yang telah disahkan oleh suatu penelitian,
adalah bahwa periode delirium kadang-kadang diikuti oleh depresi atau gangguan stress pasca
traumatic.
X.
Pengobatan
Tujuan utama adalah untuk mengobati gangguan dasar yang menyebabkan delirium. Jika
kondisinya dalah toksisitas antikolinergik, penggunaan physostigmine salicylate (Antrilirium) 12 mg intravena (IV) atau intramuscular (IM) dengan dosis ulang dalam 15 sampai 30 menit,
dapat diindikasikan. Tujuan pengobatan yang penting lainnya dalah memberikan bantuan fisik,
sensorik, dan lingkungan. Bantuan fisik adalah diperlukan sehingga pasien delirium tidak masuk
ke dalam situasi dimana mereka mungkin mengalami kecelakaan. Pasien dengan delirium tidak
boleh dalam lingkungan tanpa stimulasi sensorik atau dengan stimulasi yang berlebihan.
Biasanya pasien delirium dibantu dengan meminta teman atau sanak keluarga di dalam ruangan
11
atau oleh adanya penunggu yang teratur. Gambar dan dekorasi yang akrab, adanya sebuah jam
atau kalender, dan orientasi yang teratur terhadap orang, tempat, dan waktu membantu pasien
delirium menjadi nyata. Delirium kadang dapat terjadi pada pasien lanjut usia dengan penutup
mata setelah pembedahan katarak. (black-patch delirium). Pasien tersebut dapat dibantu dengan
menempatkan sebuah lubang kecil pada penutup mata untuk membiarkan masuknya suatu
stimuli atau dengan kadang-kadang melepaskan satu penutup pada suatu waktu selama
pemulihan.
Pengobatan Farmakologis
Dua gejala utama dari delirium yang mungkin memerlukan pengobatan farmakologis
adalah psikosis dan insomnia. Obat yang terpilih dari psikosis adalah haloperidol (Haldol), suatu
obat antipsikotik golongan butyrophenone. Tergantung pada usia, berat badan, dan kondisi fisik
pasien, dosis awal dapat terentang antara 2 sampai 10 mg IM, dapat diulang dalam satu jam jika
pasien tetap teragitasi. Segera setelah pasien tenang, medikasi oral dalam cairan konsentrat atau
bentuk tablet dapat dimulai. Dua dosis oral harian harus mencukupi, dengan dua pertiga dosis
diberikan sebelum tidur. Untuk mencapai efek terapeutik yang sama, dosis oral harus kira-kira
1,5 kali lebih tinggi dari dosis parenteral. Dosis harian efektif total dari haloperidol mugnkin
terentang dari 5 sampai 50 mg untuk sebagian besar pasien delirium.
Droperidol (Inapsine) adalah suatu butyrophenone yang tersedia sebagai suatu formula
intravena alternatif, walaupun monitoring elektrokardiogram adalah sangat penting dalam
pengobatan ini. Golongan phenothiazine harus dihindari pada pasien delirium, karena obat
tersebut disertai dengan aktivitas antikolinergik yang bermakna.
Insomnia paling baik diobati dengan golongan benzodiazepine dengan waktu paruh
pendek atau dengan hydroxyzine 25 sampai 100 mg. Golongan benzodiazepine dengan waktu
12
paruh panjang dan barbiturate harus dihindari kecuali obat tersebut telah digunakan sebagai
bagian dari pengobatan untuk gangguan dasar (sebagai contohnya, putus alkohol).
Penatalaksanaan Klinis
Pertama, kondisi medis diperbaiki seoptimal mungkin. Sampai kondisi baik, pemantauan
harus tetap dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan keselamatan pasien, termasuk
observasi rutin, perawatan konsisten, menenangkan dengan penjelasan sederhana secara
berulang. Mengurangi ketegangan jiwa diperlukan oleh pasien dengan agitasi tinggi meskipun
pengalaman menunjukkan bahwa pada beberapa pasien cenderung mengalami peningkatan
agitasi. Rangsangan eksternal diperkecil. Karena bayangan atau kegelapan mungkin menakuti
mereka. Pasien delirium sangat sensitif terhadap efek samping obat, jadi pengobatan yang tidak
perlu harus dihentikan termasuk golongan hipnotik-sedatif (contoh benzodiazepin). Pasien
dengan agitasi tinggi ditenangkan dengan dosis rendah obat antipsikotik potensi tinggi (contoh :
haloperidol, thiothixene). Obat dengan efek antikolinergik seperti klorpomazine, tioridazin di
hindari karena dapat memperburuk atau memperpanjang delirium. Kenyataannya, tingkat
antikolinergik plasma yang memicu delirium ditemukan pada pasien-pasien bedah. Bila sedasi
diperlukan gunakan dosis rendah benzodiazepin dengan kerja singkat seperti oxazepam,
lorazepam.
XI.
PROGNOSIS
Onset delirium biasanya mendadak, gejala prodromal (kegelisahan dan ketakutan) dapat
terjadi pada hari sebelum onset gejala yang jelas. Gejala delirium biasanya berlangsung selama
faktor penyebab yang relevan ditemukan, walaupun delirium biasanya berlangsung kurang dari 1
minggu setelah menghilangnya faktor penyebab, gejala delirium menghilang dalam periode 3 - 7
hari, walaupun beberapa gejala mungkin memerlukan waktu 2 minggu untuk menghilang secara
lengkap. Semakin lanjut usia pasien dan semakin lama pasien mengalami delirium, semakin lama
waktu yang diperlukan bagi delirium untuk menghilang. Beberapa pada lanjut usia susah untuk
diobati dan bisa melanjut jadi kronik. Morbiditas dan mortalitas lebih tinggi pada pasien yang
masuk sudah dengan delirium dibandingkan dengan pasien yang menjadi delirium setelah di
Rumah Sakit. Beberapa penyebab delirium seperti hipoglikemia, intoxikasi, infeksi, faktor
iatrogenik, toxisitas obat, gangguan keseimbangan elektrolit biasanya cepat membaik dengan
pengobatan.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Delirium, dementia, amnestic and
cognitive disorders. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. Lippincott Williams & Wilkins.
2. Mansyur Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, edisi ke 3. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2014
3. Gangguan Delirium. Dalam : Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa; rujukan ringkas dari
PPDGJ III DSM V, penyunting. Jakarta; 2013.27-8
4. Kaplan. H. I, Sadock B.J. Comprehensive Textbook of Psychiatry. 8th Ed
5. American Psychriatric Association. Highlight of Changes from DSM IV TR to DSM V.
American Psychriatric Publishing.
6. Soejono CH. Sindrom delirium. Buku ajar ilmu penyakit dalam fakultas kedokteran
Indonesia. Jilid 3 edisi 5. 2009.
15
16