Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Anestesi berarti pembiusan, bersal dari bahasa yunani yaitu an berarti
tidak, tanpa dan aestheos berarti persepsi, kemampuan untuk merasa.
Secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada
tubuh. Anestesi umum / general anesthesia merupakan tindakan untuk
menghilangkan nyeri secara sentral disertai dengan hilangnya kesadaran, dan
bersifat pulih kembali (reversibel). Trias anestesi meliputi sedasi, analgesi dan
relaksasi. Pemberian obat anestesi umum dapat secara parenteral dan inhalasi.
Hematoma subdural (SDH) adalah perdarahan yang terjadi di antara
duramater dan arakhnoid. SDH lebih sering terjadi dibandingkan EDH, ditemukan
sekitar 30% penderita dengan cedera kepala berat. Terjadi paling sering akibat
robeknya vena bridging antara korteks serebral dan sinus draining. Namun ia juga
dapat berkaitan dengan laserasi permukaan atau substansi otak. Fraktur tengkorak
mungkin ada atau tidak.
BAB II
LAPORAN KASUS
1.1 IDENTITAS PASIEN
Tanggal
Nama
Jenis Kelamin
Umur
BB
Ruang
No. MR
Diagnosis
Tindakan
: 3 Desember 2014
: Tn.A
: Laki-laki
: 66 tahun
: 50 Kg
: Penyakit Bedah III laki-laki
: 781688
: Subdural Hematom
: Kraniotomi
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat hipertensi (-)
- Riwayat diabetes melitus (-)
- Riwayat sakit jantung (-)
- Riwayat astma (-)
- Riwayat batuk lama (-)
- Riwayat operasi sebelumnya (-)
Riwayat kebiasaan : merokok (-), Alkohol (+), Narkotik (-)
: composmentis
Vital Sign
-
Tekanan darah
Nadi
: 110/70 mmHg
: 79 x/menit
2
Suhu
Respirasi
Kepala
: 37C
: 21 x/menit
: normocepali
Mata : pupil isokor ka=ki, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Leher
Thorak
-
:
Paru
:Inspeksi
: simetris
Palpasi
Perkusi
Jantung: Inspeksi :
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas
: Datar
: Bising usus (+) normal
: nyeri tekan (-),nyeri lepas(-)
: Timpani
Wbc
Rbc
Hgb
Hct
Plt
Pct
Bleeding time
Clotting time
GDS
: 8.3 H 103/mm3
:
L 106
: 11.7 L gr/dl
: 37.6 L %
: 275 103/mm3
:
:
menit
:
menit
:
mg/dl
(3,5-10,0)
(3,80-5,80)
(11-16,5 gr/dl)
(35-50%)
(150-400.103/mm3)
(100-500)
(1-3 menit)
(2-6 menit)
<200
Faal hati :
-
Bilirubin total
Bilirubin direkt
Bilirubin indirek
Protein total
Albumin
Globulin
SGOT
SGPT
:
:
:
:
:
:
:
:
mg/dl
mg/dl
mg/dl
g/dl
g/dl
g/dl
U/L
U/L
(<1)
(<0,2)
(6,4-8,4)
(3,5-5)
(3-3,6)
(<40)
(<41)
Faal ginjal :
-
Ureum
Kreatinin
:
:
mg/dl
mg/dl
(15-39)
(0,9-1,3)
: Subdral Hematom
Tindakan bedah
: Kraniotomi
:
: Anestesi Umum (Intubasi)
: Ondansentron 4mg, Ranitidin 50 mg, Sulfas
Atropin
3)
4)
5)
6)
Induksi
Intubasi
Relaksan
Maintenance
0,5
mg,
Fentanyl
25
g,
Asam
Traneksamat 1g
: Recofol (Propofol) 100 mg
: Insersi ETT no.7.5
: Rokuronium 30 mg
: Sevoflurans + N2O : O2
BAB III
LAPORAN ANESTESI
Tanggal
: 3 Desember 2014
Ahli bedah
: dr.Aprianto Sp.Sp.BS
Ahli anestesi
: dr.Sulistiowati, Sp.An
- Induksi
- Relaksasi
- Insersi ETT
- Pemeliharaan
- ETT dicabut
- Pemulihan diberikan O2
- Medikasi
: ketorolak 30 mg+ondansentron 4mg dan RL drip
- Respirasi
: nafas kendali dengan ventilator
- Ekstubasi
:setelah pasien sadar
3.2 KEADAAN SELAMA OPERASI
- Keadaan selama operasi
1) Posisi Penderita
: Terlentang
2) Penyulit waktu anestesi : tidak ada
3) Lama Anestesi
: 1 jam
4) Jumlah Cairan
Input
: RL 4 Kolf 2000 ml
Output
: 250 cc
Perdarahan
: 350 cc
Kebutuhan Cairan Pasien ini:
BB = 50 kg
- Defisit Cairan karena Puasa (P)
P = 6 x BB x 2cc
P = 6 x 50 x 2cc = 600 cc
- Maimtenance (M)
M = BB x 2cc
M = 50 x 2 cc = 100 cc
- Stress Operasi (O)
O = BB x 8cc (operasi besar)
O = 50 x 8 = 400 cc
- Perdarahan
Total = Suction + Kassa + duk
Jam II
Monitoring
TD awal: 110/70 mmHg, N: 76 x/I, RR: 16x/i
Jam
11.15
11.30
11.45
12.00
TD
120/80
120/80
90/60
120/80
Nadi
110
110
80
90
RR
18
18
18
18
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
4.1 ANESTESI GENERAL
Anestesi berarti pembiusan, bersal dari bahasa yunani yaitu an
berarti tidak, tanpa dan aestheos berarti persepsi, kemampuan untuk
merasa. Secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit
ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang
menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Anestesi umum / general anesthesia
merupakan tindakan untuk menghilangkan nyeri secara sentral disertai
dengan hilangnya kesadaran, dan bersifat pulih kembali (reversibel). Trias
anestesi meliputi sedasi, analgesi dan relaksasi. Pemberian obat anestesi
umum dapat secara parenteral dan inhalasi.4. Stadium anestesi terdiri dari :
a. Stadium I : stadium analgesia atau stadium disorientasi
Mulai dari induksi sampai hilangnya kesadaran. Walaupun disebut
Stadium analgesia, tapi sensasi terhadap ransang sakit tidak berubah,
biasanya operasi-operasi kecil sudah bisa dilakukan. Stadium ini
berakhir dengan ditandai oleh hilangnya refleks bulu mata.
b. Stadium II : stadium eksitasi atau stadium delirium
Mulai dari akhir stadium I dan ditandai dengan pernafasan yang
irreguler, pupil melebar dengan refleks cahaya (+), pergerakan bola
mata tidak teratur, lakrimasi (+), tonus otot meninggi dan diakhiri
dengan hilangnya refleks menelan dan kelopak mata.
c. Stadium III : stadium pembedahan
Mulai dari akhir stadium II, dimana pernafasan mulai teratur. Dibagi
dalam 4 plana, yaitu :
1. Plana 1
Ditandai dengan pernafasan teratur, pernafasan torakal sama kuat
dengan pernafasan abdominal, pergerakan bola mata terhenti,
kadang-kadang letaknya
eksentrik,
pupil
mengecil
lagi dan
refleks
adekuat,
e.
f.
edema serebri
g. Pemberian cairan dengan tepat
1. Evaluasi pra bedah
Tindakan preoperatif ditujukan untuk menyiapkan kondisi pasien
seoptimal mungkin dalam menghadapi operasi. Persiapan prabedah
menentukan keberhasilan suatu operasi. Persiapan prabedah yang kurang
memadai merupakan faktor sebab terjadinya kecelakaan anestesia. Dokter
spesialis anestesiologi hendaknya mengunjungi pasien sebelum pasien
dibedah, agar dapat mempreersiapkan fisik dan mental pasien,
merencanakan dan memilih teknik anestesi serta obat yang dipakai, dan
menentukan klasifikasi pasien berdasarkan ASA.7 Penilaian dan persiapan
pasien diantaranya meliputi:
1) Anamnesis8
a. Identifikasi pasien (nama, umur, alamat, dll).
b. Keluhan saat ini dan tindakan operasi yang akan dihadapi
c. Riwayat penyakit yang sedang atau pernah diderita untuk
mengetahui kemungkinan penyulit anestesi (misalnya alergi,
diabetes melitus, penyakit paru kronis, penyakit jantung, penyakit
ginjal, dan penyakit hati.
d. Riwayat pemakaian obat meliputi alergi obat, intoleransi obat, dan
obat yang sedang digunakan dan dapat menimbulkan interaksi
dengan obat anestetik
10
bedah.
Riwayat kebiasaan sehari-hari yang dapat mempenaruhi tindakan
Sebelum
11
dapat
diberikan
pada
pasien
0,1-0,2
mg/KgBB.
12
13
napas.
T : Tape. Plaster untuk menfiksasikan tube, supaya tidak terdorong
ataupun tercabut.
I : Introducer. Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastik yang
dose. Induksi intravena sleeping dose yaitu pemberian obat induksi dengan
dosis tertentu sampai pasien tertidur. Sleeping dose ini dari segi takarannya
di bawah dari full dose ataupun maximal dose. Induksi sleeping dose
14
dengan
fungsi
ventrikel
yang
menurun
dapat
16
Propofol
mengurangi
aliran
darah
otak
dan
tekanan
17
6. Pemeliharaan anestesi
Maintenance / rumatan anestesi dapat dikerjakan melalui intravena
atau inhalasi atau campuran intravena inhalasi. Maintenance mengacu
pada trias anastesi: hipnotic, analgetic, dan relaksasi. Rumatan anestesi
bisa dengan narkotik atau volatil anestesi. Setiap kenaikan ICP akibat
volatil anestesi dapat dikurangi dengan pemberian pentotal atau diazepam
lebih dahulu, bersama dengan keadaan hipokarbia 10 menit sebelum
pemberian isofluran. Bebrapa hal yang perlu diperhatikan selama
pemeliharaan antara lain.7,8
a. Kombinasi
obat
yaitu
N2O:O2
=60%:40%,
fentanil.
18
kemudian
menghambat
sintesis
dari
prostaglandin
dan
20
Efek
antiinflamasinya
hampir
sama
dengan
indometasin.
3) Efek pada fungsi platelet dan hemostasik
Ketorolak menghambat asam arakhidonat dan kolagen mencetuskan
agregasi platelet. Tidak ada interaksi dengan heparin dan
menimbulkan efek pada waktu trombin dan waktu protrombin.
4) Efek pada mukosa gastrointestinal
Tergantung pada dosis untuk menimbulkan erosi mukosa
gastrointestinal (Mangku, 2010).
b. Antiemetic : Ondansetron
Secara fisiologis, reseptor 5-HT3 berkaitan dengan muntah dan
didapatkan pada saluran cerna dan otak (area postrema). Reseptor 5HT2 bertanggungjawab untuk kontraksi otot polos dan agregasi
trombosit; reseptor 5-HT4 terdapat pada saluran cerna yang berguna
untuk sekresi dan peristaltik, dan reseptor 5-HT7 yang terutama
terdapat pada sistem limbik mempunyai peran dalam depresi.8
Ondansetron, granisetron, dolasetron dan tropisetron secara selektif
menghambat reseptor serotonin 5-HT3, dengan sedikit atau tanpa efek
terhadap reseptor dopamin. Reseptor 5-HT3 yang terdapat perifer
(eferen vagal abdominal) dan sentral (kemoreseptor trigger zone pada
area postrema dan nukleus traktus solitarius) tampknya mempunyai
peranan penting dalam permulaan refleks muntah. Tidak seperti
metoklopramid, oba-obaan ini tidak mempunyai efek terhadap motilitas
saluran cerna dan tonus sfingter esofagus bagian bawah.8
Penggunaan Klinis
Semua obat ini telah terbukti efektif sebagai antiemetik pada
periode post operatif. Pemberian profilaksis dapat diberikan pada pasien
yang mempunyai riwayat mual post operatif, pasien yang menjalani
prosedur yang memiliki resiko tinggi untuk muntah (laparoskopi); pada
keadaan dimana keadaan mual muntah harus dihindari (operasi bedah
21
saraf) dan pasien yang sedang mengalami mual muntah. Pada saat ini
hanya ondansetron dan dolasetron yang disetujui oleh FDA untuk mual
muntah post operasi; granisetron hanya untuk pencegahan mual muntah
yang dipicu oleh khemoterapi.
Dosis
Dosis
dewasa
intravena
yang
direkomendasikan
untuk
SDH Akut
Pada CT Scan tampak gambaran hyperdens sickle ( seperti bulan
sabit ) dekat tabula interna, terkadang sulit dibedakan dengan epidural hematom.
Batas medial hematom seperti bergerigi. Adanya hematom di daerah fissure
interhemisfer dan tentorium juga menunjukan adanya hematom subdural.
22
SDH Kronis
Pada CT Scan terlihat adanya komplek perlekatan, transudasi,
BAB V
PEMBAHASAN
23
dalam
menghadapi
operasi.
Persiapan
prabedah
menentukan
mengunjungi
pasien
sebelum
pasien
dibedah,
agar
dapat
24
Tujuan anestesi pada pasien dengan prosedur operasi intrakranial yaitu hipnosis,
amnesia, imobilitas, kontrol tekanan intrakranial, dan penjagaan hipertensi,
hipotensi, hipoksia, hiperkarbi serta batuk. Induksi anestesi merupakan tindakan
untuk membuat pasien sadar menjadi tidak sadar, sehingga memungkinkan
dimulainya anestesi dan pembedahan, yang bersifat reversibel. Induksi anestesi
dapat dikerjakan melalui intravena, inhalasi, intramuskular, atau rektal. Pada
pasien ini digunakan induksi yang digunakan yaitu propofol. Propofol
menurunkan refleks di saluran napas atas sehingga berguna saat intubasi atau
pemasangan LMA.
Propofol mengurangi aliran darah otak dan tekanan intrakranial. Pada pasien
dengan tekanan intrakranial yang meningkat propofol dapat menyebabkan
penurunan CPP yang drastis hingga < 50 mmHg kecuali dilakukan langkahlangkah untuk menjaga MAP. Propofol dan thiopental mempunyai karakteristik
proteksi otak yang sama kuat pada kejadian iskemia. Propofol mempunyai efek
antipruritik, dan efek antiemetiknya membuat obat ini cocok untuk pasien ODS.
Propofol juga menurunkan tekanan intraokuler dan tidak memberikan toleransi
setelah pemebrian infus propofol dalam waktu lama. Pada pasien ini obat induksi
yang digunakan sesuai dengan kondisi pasien.
Intubasi ETT
Setelah induksi dengan propofol dilakukan dilanjutkan dengan intubasi Trakea
dengan pipa ETT 7.5 pemasangan dilakukan setelah obat induksi bekerja yaitu
ditandai dengan hilangnya reflek bulu mata dan berhentinya pernafasan.
Ekstubasi ETT
Menjelang akhir operasi, dosis pelemas otot diturunkan sampai TOF=1. EtCO2
dinaikkan perlahan mencapai normal untuk mencegah kenaikan cepat dari
perubahan PaCO2. IPPV diteruskan sampai kepala selesai diperban dan anestesi
dipertahankan cukup untuk mencegah sraining akibat tube. Dangkalnya anestesi
dan reaksi terhadap ETT dapat menyebabkan peningkatan ICP dan tekanan arteri
25
26