Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Definisi
SOL (Space Occupying Lesion) merupakan generalisasi masalah mengenai adanya
lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. (Suzanne dan Brenda G
Bare. 1997: 2167). SOL disebut juga tumor otak atau tumor intracranial yaitu proses
desak ruang yang timbul didalam rongga tengkorak baik.(Satyanegara dalam aplikasi
asuhan keperawatan).
II.
Etiologi
Penyebab tumor sampai saat ini belum diketahui secara pasti, walaupun telah
banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau yaitu:
1. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
suatu glioma.
2. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus dengan maksud untuk mengetahui
peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini
belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor
pada sistem saraf pusat.
3. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogenik sudah lama dan luas dilakukan.
Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik.
III.
Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala umum:
1. Nyeri kepala berat pada pagi hari, makin tambah bila batuk dan membungkuk.
2. Kejang.
3. Tanda-tanda peningkatan TIK: nyeri kepala, papil edema, muntah.
4. Perubahan kepribadian.
5. Gangguan memori dan alam perasa.
Patofisiologis
Fase awal abses otak ditandai dengan edema lokal, hiperemia infiltrasi leukosit
atau melunaknya parenkim. Trombisis sepsis dan edema. Beberapa hari atau minggu
dari fase awal terjadi proses liquefaction atau dinding kista berisi pus. Kemudian terjadi
ruptur, bila terjadi ruptur maka infeksi akan meluas keseluruh otak dan bisa timbul
meningitis. ( long,1996;193).
Abses otak (AO) dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari fokus
infeksi di sekitar otak maupun secara hematogen dari tempat yang jauh, atau secara
langsung seperti trauma kepala dan operasi kraniotomi. Abses yang terjadi oleh
penyebaran hematogen dapat pada setiap bagian otak, tetapi paling sering pada
pertemuan substansia alba dan grisea; sedangkan yang perkontinuitatum biasanya
berlokasi pada daerah dekat permukaan otak pada lobus tertentu. Pada tahap awal AO
terjadi reaksi radang yang difus pada jaringan otak dengan infiltrasi lekosit disertai
udem, perlunakan dan kongesti jaringan otak, kadang-kadang disertai bintik
perdarahan. Setelah beberapa hari sampai beberapa minggu terjadi nekrosis dan
pencairan pada pusat lesi sehingga membentuk suatu rongga abses. Astroglia, fibroblas
dan makrofag mengelilingi jaringan yang nekrotik. Mula-mula abses tidak berbatas
tegas tetapi lama kelamaan dengan fibrosis yang progresif terbentuk kapsul dengan
dinding yang konsentris. Tebal kapsul antara beberapa milimeter sampai beberapa
sentimeter.
V.
Gambar
Idiopatik
Tumor otak
Aspirasi
Bertambahnya massa
sekresi Penekanan jaringan otak
Obs.
Jalan
nafas
Invasi jaringan otak
Nekrosis jar. otakMual, muntah,
Penyerapan cairan otak
Dispnea
papileodema,
pandangan
Henti nafas
Gang.Perfusi
Bradikardi progresif,
Gang.kesadaran
kabur,
penurunan fungsi
Perubahan
KerusakanGang.Neurologis
jar. Neuron Gang.
Gang.Suplai
Hipoksia
Obstruksi
vena
di
otak ulkus
Rasa
jaringan
Peningkatan
Kejang
Gang.Pertukaran
Defisit
Ancaman
Disorientasi
Gang.Fungsi
Perubahan
Bicara
Gang.Komunikasi
terganggu,
Hidrosefalus
Oedema
Menisefalon
Hernialis
hipertensi
sitemik,
pendengaran,
nyeri
(TIK
Suddart,
Brunner.
2001)
fokal
pola
nafas
( Nyeri )
darah
jaringan verbal
nyaman
Resti.Cidera
gas neurologis
kematia
afasia
tekanan
gang.pernafasan
kepala
Cemasotak proses pikir
VI.
Penatalaksanaan
1. Terapi antibiotik. Kombinasi antibiotik dengan antibiotik spektrum luas. Antibiotik
yang dipakai: Penicilin, chlorampenicol (chloramyetin) dan nafacillen (unipen).
Bila telah diketahui bakteri anaerob, metrodiazelo (flagyl) juga dipakai.
2. Surgery : aspirasi atau eksisi lengkap untuk evaluasi abses. (long,1996;194)
VII.
Pemeriksaan diagnostik/penunjang
1. CT Scan : Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan, jejas
tumor, dan meluasnya edema serebral sekunder serta memberi informasi tentang
sistem vaskuler.
2. MRI : Membantu dalam mendeteksi jejas yang kecil dan tumor didalam batang otak
dan daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran yang
menggunakan CT Scan
3. Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberi dasar pengobatan seta informasi prognosi.
4. Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak tumor
5. Elektroensefalografi (EEG) : Mendeteksi gelombang otak abnormal.
VIII.
Asuhan Keperawatan
a. Data fokus pengkajian
1. Identitas klien : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit dan askes.
2. Keluhan utama : nyeri kepala disertai penurunan kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang : demam, anoreksi dan malaise peninggian tekanan
intrakranial serta gejala nerologik fokal.
4. Riwayat penyakit dahulu : pernah, atau tidak menderita infeksi telinga (otitis
media, mastoiditis) atau infeksi paru paru (bronkiektaksis, abses paru,
empiema), jantung (endokarditis), organ pelvis, gigi dan kulit).
5. Aktivitas / istirahat
Gejala : malaise
Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter.
6. Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis
Tanda : TD : meningkat N : menurun (berhubungan dengan peningkatan TIK
dan pengaruh pada vasomotor).
7. Eliminasi
Gejala : Tanda : adanya inkonteninsia dan atau retensi.
8. Nutrisi
Gejala : kehilangan nafsu makan, disfagia (pada periode akut)
Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa kering.
9. Hygiene
Gejala : Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan, perawatan diri (pada periode
akut).
10. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, parestesia, timbul kejang, gangguan penglihatan.
Tanda : penurunan status mental dan kesadaran. Kehilangan memori, sulit
dalam keputusan, afasia, mata : pupil unisokor (peningkatan TIK), nistagmus,
kejang umum lokal.
11. Nyeri / kenyamanan
Gejala : sakit kepala mungkin akan diperburuk oleh ketegangan, leher /
pungung kaku.
Tanda : tampak terus terjaga, menangis / mengeluh.
12. Pernapasan
Gejala : adanya riwayat infeksi sinus atau paru
Tanda : peningkatan kerja pernapasan (episode awal). Perubahan mental (letargi
sampai koma) dan gelisah
13. Keamanan
Gejala : adanya riwayat ISPA / infeksi lain meliputi : mastoiditis, telinga tengah,
sinus abses gigi, infeksi pelvis, abdomen atau kulit, fungsi lumbal, pembedahan,
fraktur pada tengkorak / cedera kepala.
b. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungn dengan kurangnya darah ke
jaringan otak.
2. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK.
Diagnosa
keperawatan
Gangguan
perfusi
jaringan
cerebral
berhubungn
dengan
kurangnya
darah ke
jaringan
otak
Tujuan
Perencanaan
Intervensi
Setelah dilakukan
a) Memantau status
Rasional
a) Pengkajian
perawatan selama
neurologis dengan
kecenderungan
teratur dan
adanya perubahan
perfusi jaringan
bandingkan
tingkat kesadaran
kembali normal
dengan keadaan
normalnya seperti
adalah sangat
GCS
berguna dalam
menentukan lokasi,
pasien kembali
penyebaran, luas,dan
seperti sebelum
sakit
c) Gelisah hilang
d) Ingatanya
kembali seperti
b) Memantau
frekuensi dan
irama jantung
sebelum sakit
perkembangan dari
kerusakan
b) Perubahan pada
frekuensi dan
disritmia dapat
terjadi yang
mencerminkan
c) Memantau suhu
juga atur suhu
lingkungan sesuai
kebutuhan. Batasi
penggunaan
selimut dan
lakukan kompres
hangat jika terjadi
demam
d) Memantau
masukan dan
pengeluaran, catat
karakteristik urin,
tugor kulit dan
keadaan
membrane mukosa
e) Mengunakan
selimut hipotermia
hipotalamus
d) Hipertermi
meningkatkan
kehilangan air dan
meningkatkan resiko
dehidrasi, terutama
jika tingkat
f) Kolaborasi
pemberian obatse
suai indikasi
seperti steroid,
klorpomasin,
asetaminofen
kesadaran menurun
e) Membantu dalam
mengontrol
peningkatan suhu
f) Dapat menurunkan
permebilitas kapiler
untuk membatasi
pembentukan
edema, mengatasi
menggigil yang
dapat meningkatkan
TIK, menurunkan
metabolism seluler/
menurunkan
konsumsi oksigen
Gangguan
Setelah dilakukan
rasa nyeri
perawatan selama
lingkungan yang
terhadap stimulus
berhubung-
tenang
an dengan
hilang dengan
peningkatan
a)
TIK
b)
c)
kriteria hasil :
a. Nyeri hilang
b. Pasien tenang
c. Tidak terjadi mual
muntah
d) d. Pasien dapat
a) Memberikan
a) Menurunkan reaksi
meningkatkan
b) Meningkatkan
tirah baring, bantu
perawatan diri
pasien
c) Meletakkan
beristirahat dengan
kantung es pada
tenang
kepala, pakaian
dingin diatas mata
istirahat
b) Menurunkan
gerakan yang dapat
meningkatkan nyeri
c) Meningkatkan
vasokontriksi,
penumpukan resepsi
sensori yang akan
d) Mendukung pasien
menurunkan nyeri
d) Menurun kaniritasi
untuk menemukan
meningeal dan
posisi yang
resultan
nyaman
ketidaknyamanan
e) Memberikan ROM
aktif/pasif
lebih lanjut
e) Membantu
merelaksasi
ketegangan otot
yang meningkatkan
f) Mengunakan
pelembab yang
agak hangat pada
nyeri
leher/punggung
reduksi nyeri
f) Meningkatkan
relaksasi otot dan
menurunkan rasa
sakit
g) Untuk
menghilangkan
pemberian
obat analgetik
seperti
asetaminofen,
kodein sesuai
indikasi
3
Gangguan
Setelah dilakukan
kebutuhan
perawatan selama 3
kemampuan
nutrisi
x 24 jam diharapkan
pasien
berhubunga
kebutuhan pasien
mengunyah,
sehingga pasien
n dengan
menjadi adekuat
menelan
terlindungi dari
kurang
dengan kriteria
nutrisi
hasil:
a) a. Mual muntah
hilang
b) b. Nafsu makan
meningkat
a) Mengkaji
a) Menentukan
pemilihan terhadap
untuk
b) Memberi makanan
dalam jumlah kecil
dan sering
jenis makanan
aspirasi
b) Meningkatkan
proses pencernaan
dan kontraksi pasien
terhadap nutrisi
c) c. BB kembali
seperti sebelum
dapat meningkatkan
sakit
kerjasama pasien
c) Menimbang berat
badan
saat makan
c) Mengevaluasi
keefektifan/
kebutuhan
d) Kolaborasi dengan
ahli gizi
mengubah
pemberian nutris
d) Merupakan sumber
yang efektif untuk
mengidentifikasi
kebutuhan
kalori/nutrisi
Gangguan
Setelah dilakukan
a) Memeriksa
a) Mengidentifikasi
mobilitas
perawatan selama 2
kembali
kemungkinan
fisik
x 24 jam
kemampuan dan
kerusakan secara
berhubunga
diharapkan klien
keadaan secara
fungsional dan
n dengan
dapat menunjukkan
fungsional pada
mempengaruhi
penurunan
cara mobilisasi
kerusakan yang
pilihan intervensi
kesadaran
secara optimal.
terjadi.
yang akan
akibat
tekanan
pada
serebelum
(otak kecil).
Kriteria hasil :
a) Klien dapat
meningkatkan
b) Mengkaji derajat
imobilitas pasien.
dilakukan.
b) Seseorang dalam
semua kategori sama
kekuatan dan
sama mempunyai
risiko kecelakaan
sakit,
b)Mempertahankan
namun katagori 2
4 mempunyai resiko
terbesar untuk
c) Meletakkan pasien
pada posisi
tertentu, ubah
posisi pasien
terjadinya bahaya
tsb sehubungan
dengan imobilisasi.
c) Perubahan posisi
yang teratur
buat sedikit
menyebabkan
perubahan posisi
penyebaran terhadap
antara waktu
Gangguan
Setelah dilakukan
a) Memastikan atau
persepsi
perawatan selama 3
validasi persepsi
untuk memisahkan
sensori
x 24 jam diharapkan
berhubunga
penglihatan pasien
umpan balik,
perubahan persepsi,
n dengan
kembali normal
orientasikan
gangguan fungsi
gangguan
dengan kriteria
kembali pasien
penglihatan
penurunan
lingkungan, dan
penglihatan dapat
tindakan yang
menjadi potensi
akan dilakukan
timbulnya
terutama jika
disorientasi dan
penglihatannya
ansietas
terganggu
b) Membuat jadwal
istirahat yang
adekuat/periode
tidur tanpa ada
gangguan
a) Membantu pasien
b) Mengurangi
kelelahan, mencegah
kejenuhan,
memberikan
kesempatan untuk
tidur REM
(ketidakadaan tidur
REM ini dapat
meningkatkan
c) Memberikan
kesempatan yang
lebih banyak untuk
berkomunikasi
dam melakikan
aktivitas
d) Merujuk pada ahli
gangguan persepsi
sensori
c) Menurunkan fruktasi
yang berhubungan
dengan perubahan
kemampuan /pola
respon yang
fisioterapi
memanjang
d) Pendekatan antar
disiplin dapat
menciptakan
rencana
penatalaksanaan
berintegrasi yang
didasarkan atas
kombinasi
kemampuan/
ketidakmampuan
secara individu yang
unik dengan
berfokus pada
peningkatan
evaluasi, dan fungsi
fisik, kognitif, dan
perseptual.
DAFTAR PUSTAKA