Вы находитесь на странице: 1из 7

ANALISIS JURNAL

Bone scan as a screening test for missed fractures in severely injured


patients

KELOMPOK 4A
Andriyanto

(135070207131006)

Ana Zerlina Fitria

(135070207131007)

Ila Nurul Lutfiati

(135070207131013)

Eka Lolita Alviana

(135070207131005)

Anggun Hidayatur R

(135070207131014)
K3LN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

ANALISIS JURNAL

1. Mengenali,

mengidentifikasi

masalah

atau

topik

penelitian

keperawatan dalam jurnal:


a. Topik
Scan Tulang sebagai tes skrining untuk melihat keparahan fraktur
tertutup.
b. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dari jurnal adalah untuk menilai bagaimana scan
tulang dapat mendeteksi fraktur yang tidak terdeteksi untuk pasien
yang sudah parah, dengan bantuan pemeriksaan yang lain seperti CTscan dan MRI.
c. Judul jurnal adalah Bone scan as a screening test for missed fractures
in severely injured patients
d. Sumber : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25459454
e. Penulis : K.-J. Lee , K. Jung , J. Kim , J. Kwon.
2. Latar Belakang
Kecelakaan akibat kendaraan bermotor adalah pemicu terbesar
terjadinya patah tulang, sehingga penulis mencantumkan dalam penelitian
ini lebih pada orang dewasa dari pada anak-anak, karena kebanyakan
pengendara sepeda motor adalah orang-orang dewasa, dan untuk
pemeriksaan lebih lanjut akibat patah tulang yang di alami pasien
tersebut, penulis menggunakan bone scan sebagai tes skrining.
Pada saat peneliti melakukan studi pendahuluan di ruang gawat
darurat, diperoleh data bahwa pada bulan september 2009 sampai 2010
terdapat 382 pasien trauma yang mengunjungi ruang gawat darurat.
Fraktur yang di temukan oleh bone scan paling umum di sekitar area
tulang rusuk. penulis melakukan penelitian ini untuk mengevaluasi
keandalan scan tulang untuk mendeteksi fraktur pada pasien dengan
beberapa trauma berat dan menganalisis penyebab patah tulang

menggunakan bone scan. Pemeriksaan bone Scan dalam hal efektivitas


sebagai tes skrining untuk fraktur yang tidak terlihat.
3. Metode Penelitian

382 pasien trauma yang mengunjungi ruang gawat darurat antara


September 2009 dan Desember 2010 memiliki skor injury severity
score (ISS) dari 16 atau lebih.

Seratus tiga puluh satu pasien yang menjalani scan tulang dimasukkan
dalam penelitian ini.

Data dikumpulkan dari National Emergency Department Information


System (NEDIS), catatan medis dan hasil interpretasi tulang scan.

Distribusi subyek dengan usia dan jenis kelamin, mekanisme cedera,


waktu dari masuk ke bone scan, skor ISS dan skala koma Glasgow
(GCS) skor dinilai.

Untuk memindai tulang, dilakukan injeksi intravena Tc 99m - DPD 20


mCi.

Buang

air

kecil

diizinkan

empat

jam

kemudian

dan

kemudian

pandangan anteroposterior dari seluruh tubuh diambil menggunakan


kamera gamma (dual kepala gamma, General Electric). Secara khusus,
untuk daerah yang diduga memiliki patah tulang karena peningkatan
serapan, Magnifikasi dan oblik (pandangan miring) diambil. Daerah
yang diduga patah tulang pada tulang scan adalah akhirnya didiagnosis
sebagai fraktur setelah kinerja pemeriksaan tambahan seperti CT dan
MRI.

Di antara pasien yang telah baru didiagnosis dengan patah tulang,


mereka yang telah diperlukan perawatan tambahan seperti bidai atau
operasi, di samping perawatan konservatif, yang diidentifikasi dan
dikelompokkan ke dalam kelompok pasien yang terpisah.

Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan SPSS 16.0 for


Windows. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan t-test
(sample t-test independent) dan uji chi-square; P <0,05 dianggap
signifikan secara statistik.

4. Hasil Penelitian

Ada 382 pasien trauma yang mengunjungi ruang gawat darurat


antara September 2009 dan Desember 2010. Seratus tiga puluh satu
pasien yang menjalani scan tulang dimasukkan dalam penelitian ini dan
memiliki skor ISS dari 16 atau lebih (105 laki-laki, 26 adalah perempuan,
usia rata-rata adalah 41 tahun). Ada 6 pasien anak di bawah 12 tahun
tetapi tidak ada fraktur yang tertutup. didirikan pada anak-anak ini. Rata-

rata skor ISS adalah 21,2. Untuk mekanisme cedera, kecelakaan lalu lintas
menyumbang proporsi tertinggi seluruh kasus

Frekuensi fraktur berdasarkan bagian tubuh dapat di lihat pada table di


atas :

Tulang tengkorak di temukan 33 diagnosis

Tulang belakang untuk


-

cervical di temukan 18 diagnosis

Thoracal 20 diagnosis dan ditemukan ada 9 missed fractures

lumbosacral 25 diagnosis dan ditemukan ada 3 missed fractures

Sternum 5 diagnosis dan ditemukan ada 11 missed fractures

Tulang rusuk 45 diagnosis dan ditemukan ada 55 missed fractures

Clavikula 13 diagnosis dan ditemukan ada 8 missed fractures

Scapular 6 diagnosis dan ditemukan ada 10 missed fractures

Extremitas 35 diagnosis dan ditemukan ada 42 missed fractures

Pelvis 24 diagnosis

Yang menyumbang proporsi tertinggi dari seluruh fraktur adalah


mereka yang patah tulang rusuk (99 psien, 75.6%).
Setelah cedera, bone scan dilakukan antara 5 dan 89 hari (rata-rata
18 hari) setelah cedera. Fraktur baru yang ditemukan di antara 81 pasien
(61,8%) dan daerah yang paling umum dengan patah tulang yang baru
ditemukan adalah daerah tulang rusuk (55 pasien, 42,0%). Empat puluh
pasien (30,5%) membutuhkan perawatan tambahan seperti belat atau
operasi, di samping perawatan konservatif atau observasi ketat.
Frekuensi patah tulang yang baru ditemukan oleh bone scan yang
memerlukan pengobatan aktif juga tinggi setelah kecelakaan kendaraan.
Ketika skor ISS lebih tinggi, frekuensi patah tulang yang baru ditemukan
juga lebih
Semakin tinggi jumlah patah tulang awal yang didiagnosa, semakin
besar patah tulang bersesuaian pasien telah lebih baru ditemukan oleh
bone scan. Tingkat kesadaran pasien dikelompokkan menjadi tiga kelas
berdasarkan skor GCS: semakin rendah tingkat kesadaran, frekuensi patah
tulang yang baru ditemukan cenderung lebih tinggi, meskipun tidak
signifikan

5. Aplikasi
APLIKASI PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA
Dari informasi jurnal diatas dapat disimpulkan

bahwa

yang

terpenting dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien


fraktur adalah dengan menggunakan bone scan. Biasanya bone scan
tersebut digunakan dalam mendeteksi adanya fraktur pada semua
klavikula, skapula, patah tulang dikaki, dan yang paling umum disekitar
area tulang rusuk. Hal ini disebabkan sebagian besar penyebab cidera
yang

dikaitkan

dengan

tingginya

kecelakaan

pelayanan kesehatan yang dapat diterapkan yaitu :

lalu

lintas.

Beberapa

Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien dan keluarga


pasien untuk lebih mematuhi peraturan lalu lintas agar tidak terjadi
kecelakaan.
Memberi edukasi kepada pasien apabila patah tulang rusuk/trauma
tumpul juga berdampak negatif bila tidak di tangani secara lanjut.
Memberi penjelasan tentang keterlambatan dalam menangani patah
tulang dapat menyebabkan nyeri tambahan dan kehilangan fungsional.
Melakukan scan tulang apabila adanya fraktur yang tidak terlihat.

Вам также может понравиться