Вы находитесь на странице: 1из 14

160

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGENDALIAN PENCEMARAN


PERAIRAN WADUK GAJAH MUNGKUR WONOGIRI
Peni Pujiastuti
Universitas Setia Budi, Jl.Let.Jen. Sutoyo Mojosongo Surakarta, Telp.0271 852518, Fax.0271
853275
Prodi Analis Kimia, Fakultas Teknik USB, Surakarta
e-mail: peni.usb@gmail.com

Abstrak
Perairan waduk Gajah Mungkur Wonogiri (WGM) pada beberapa titik sampling
inlet waduk dari Sub DAS dan sekitar KJA, mempunyai status tercemar ringan sampai
sedang, berdasarkan uji STORET, pada baku mutu air kelas 3 PP no 82/ 2001, yaitu
parameter TSS, DO, BOD, COD, N-NO2, N-NO3, N-NH3, P-PO4. Polutan berasal dari
kegiatan masyarakat di luar dan di dalam waduk. Terjadinya Pencemaran diperkirakan
terkait dengan peran serta masyarakat. Pengetahuan masyarakat yang tinggal di
sekitar perairan waduk mempunyai peranan yang penting dalam proses pengendalian
pencemaran di perairan waduk tersebut. Oleh sebab itu, perlu dilakukan analisis
persepsi masyarakat dalam hal pengendalian pencemaran perairan WGM.
Populasi penelitian ini adalah persepsi partisipasi masyarakat di wilayah DTA
Sub-DAS WGM, pengelola KJA, dan Pakar.Titik sampling menggunakan metode
multiple stage random sampling. Mengumpulkan data menggunakan kuesioner. Data
persepsi masyarakat dilakukan analisis diskriptif menggunakan tabel.
Hasil penelitian menunjukkan persepsi masyarakat pada daerah penelitian
masih rendah terhadap pengendalian pencemaran perairanWGM. Antara 56,2582,09% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya pencegahan
pencemaran; 50-73,63% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya
penanggulangan pencemaran, 67,16-71,64% responden mempunyai persepsi rendah
terhadap upaya pemulihan pencemaran, dan 52,24-72,50% responden mempunyai
persepsi rendah terhadap upaya partisipasi pengendalian pencemaran di perairan
WGM. Hal ini disebabkan masyarakat di sekitar WGM mempersepsikan pengelolaan
waduk menjadi tanggung jawab pemerintah.
Kata Kunci: Persepsi masyarakat, Pencemaran air, WGM
Abstract
WGM reservoir waters at some sampling points, the inlet reservoir of the sub
watersheds and around KJA, have mild to moderate polluted status, STORET based
test, the water quality standard Grade 3 PP No. 82/2001, that is, the parameters TSS,
DO, BOD, COD, N-NO2, N-NO3, N-NH3, P-PO4. The pollutants come from community
activities outside and inside the reservoir. The estimated pollution related with public
participation. Knowledge of the people who live around the waters of the reservoir, has
an important role in the control of pollution in the waters of the reservoir. Therefore, it is
necessary to analyze public perception, in terms of water pollution control WGM
The population of this study, is the perception of public participation, in the area
of sub-watershed DTA, manager KJA, and Experts. Sampling point using a multiple
stage random sampling method. collect data using questionnaires. Public perception of
the data, descriptive analysis using table.

161

The results showed, the public perception of the area of research, still low
against water pollution control WGM. Between 56.25 to 82.09% of respondents have a
low perception, against prevention of pollution; 50 to 73.63% of respondents have a
low perception, against pollution prevention efforts; 67.16 to 71.64% of the
respondents, have a low perception, against recovery effort pollution; and from 52.24 to
72.50% of the respondents, have a low perception, against attempt participation in
WGM water pollution control. This is due, people around the WGM, reservoir
management perceives the responsibility of the government.
Key Words: Public perception, water pollution, WGM.
1. PENDAHULUAN
Pencemaran air merupakan masalah penting yang perlu memperoleh perhatian
dari berbagai pihak. Jenis bahan pencemar utama yang masuk ke perairan waduk
antara lain limbah organik dan anorganik, sedimen dan bahan lainnya.

Akibat

pencemaran, sebagian besar waduk di Indonesia mempunyai status kondisi yang


memprihatinkan. Sumber pencemar yang masuk ke perairan berasal dari buangan
yang dibedakan menjadi sumber titik (point source/PS) maupun sumber memanjang
(non point source/NPS). Sumber pencemar PS berasal dari sumber yang dapat
diketahui secara pasti, seperti berasal dari kegiatan industri yang membuang air
limbahnya. Sumber pencemar NPS berasal dari sumber yang tidak diketahui secara
pasti, berasal dari buangan kegiatan pertanian yang mengandung pupuk dan pestisida
serta dari limbah cair kegiatan domestik yaitu permukiman, perdagangan, dan
perkantoran

[1]

. Sumber pencemar dapat berasal dari pencemar alamiah (dari alam)

dan pencemar antropogenik (kegiatan manusia). Pencemar antropogenik adalah


polutan yang masuk ke perairan akibat aktivitas manusia seperti kegiatan domestik
(rumah tangga), perkotaan dan industri. Intensitas polutan antropogenik dapat
dikendalikan dengan mengontrol aktivitas yang menyebabkan timbulnya
tersebut

[1]

pencemar

. Aktivitas domestik memberikan masukan beban cemaran BOD yang lebih

besar dibandingkan aktivitas pertanian dan industri. Beban limbah WGM yang berasal
dari kegiatan penduduk, seperti KJA, rumah makan, hotel dan permukiman meningkat
signifikan dari tahun awal simulasi 2009 sampai akhir tahun simulasi 2029 seiring
dengan naiknya populasi penduduk [2] .
Kualitas dan kuantitas perairan WGM telah mengalami penurunan

[3,4]

, perairan

WGM telah mengalami peningkatan degradasi lingkungan perairan dari tahun ke


tahun.Sumber timbulan limbah di WGM dari berbagai aktivitas penduduk di sempadan
waduk dan kegiatan KJA. Usaha KJA meningkat menjadi 1186 petak pada tahun 2010.
Limbah pakan ikan yang menumpuk bertahun-tahun,
[5]

telah menurunkan derajad

keasaman air , cadangan oksigen terlarut, meningkatkan kandungan N-NO2 dan N-

162

NH3 [6], menaikkan tingkat kerusakan bagian-bagian Pembangkit Listrik Tenaga Air[7],
merusak kehidupan biota air[5] , maupun merusak tanaman yang dialiri

[8]

. Berdasarkan

baku mutu air kelas 3 PP no 82 tahun 2001, rata-rata status kualitas WGM 100 meter
dari muara DAS tercemar ringan sampai sedang dari polutan kegiatan masyarakat
disekitar WGM pada parameter TSS, DO, BOD, COD, Nitrogen, pospor

[3]

. Existing

condition perairan WGM Wonogiri berada pada tingkat kesuburan eutroik ringan.
Kegiatan masyarakat yang paling dominan terhadap peningkatan kesuburan adalah
KJA, selanjutnya diikuti pariwisata, kegiatan masyarakat di Sub- DAS Wiroko dan
Keduang[9] .
Pencemaran perairan waduk oleh limbah domestik maupun limbah rumah
tangga merupakan masalah yang serius yang dapat mengancam keberadaan
sumberdaya perairan dan kerusakan lingkungan. Oleh sebab itu diperlukan upaya
untuk mengendalikan, sehingga dapat meminimalkan dampak berantai terhadap nilainilai manfaat waduk [8]. Terjadinya Pencemaran diperkirakan terkait dengan peran serta
masyarakat. Pengetahuan masyarakat yang tinggal di sekitar perairan waduk
mempunyai peranan yang penting dalam proses pengendalian pencemaran yang
terjadi di perairan waduk tersebut. Oleh sebab itu, perlu dilakukan analisis persepsi
masyarakat dalam hal pengendalian pencemaran perairan waduk. Perlu dikaji tingkat
persepsi masyarakat di sekitar WGM terhadap pengendalian pencemaran perairan
WGM.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana persepsi masyarakat
di sekitar lima sub DAS yang bermuara di WGM terhadap pengendalian pencemaran
perairan WGM. Pengendalian pencemaran yang menjadi fokus penelitian ini adalah
persepsi masyarakat dalam hal pencegahan, penanggulangan, pemulihan dan
partisipasi. Partisipasi yang akan digali adalah partisipasi masyarakat dalam hal
pencegahan dan penanggulangan pencemaran perairan WGM.
2. METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian adalah perairan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri yang
memiliki luas 8800 ha . Lokasi berjarak 5 km dari pusat Pemerintahan Kabupaten
Wonogiri, mempunyai aliran seluas 1350 km2 dengan sumber air masuk dari Sub DAS
Keduang,

Sub DAS Bengawan Solo hulu, Sub DAS Alang-Unggahan, Sub DAS

Wiroko, dan Sub DAS Temon. Dari aliran Sub DAS tersebut dapat mencapai luas
permukaan perairan waduk sekitar 88 km2 pada saat air tinggi dan 38 km2 saat air
rendah, kedalaman rata-rata 8,5 m dan kedalaman tertinggi 38 berada diatas

163

permukaan DAM. Lokasi penelitian persepsi masyarakat adalah diwilayah sekitar Sub
DAS dan sekitar waduk.
Populasi dan Sampel

Penelitian.

Populasi

penelitian

ini

adalah

persepsi partisipasi masyarakat a) di wilayah DTA Sub-DAS Keduang, Sub-DAS


Bengawan Solo hulu, Sub-DAS Alang-Uunggahan, Sub DAS Wiroko dan Sub-DAS
Temon, b) masyarakat pengelola KJA, dan c) Pakar. Titik pengambilan sampel
penelitian ini ditentukan menggunakan metode multiple stage random sampling,
karena secara geografis populasi menyebar dan meliputi area DTA wilayah Wonogiri
yang mempunyai luas 1.244 km2. Teknik pengambilan sampel dimulai dengan tahap
menentukan secara acak kecamatan terpilih pada masing-masing DTA wilayah Sub
DAS. Dari tiap kecamatan terpilih, dipilih desa penelitian secara acak. Pada tiap desa
terpilih, akan dipilih secara acak sederhana informan yang mengetahui dan
bertanggungjawab

terhadap

obyek

penelitian.

Alat

yang

digunakan

untuk

mengumpulkan data persepsi masyarakat adalah kuesioner.


Data persepsi masyarakat di sekitar WGM terhadap pengendalian pencemaran
perairan waduk dalam hal pencegahan, pengendalian dan partisipasi dalam
pencegahan dan penanggulangan, diperoleh dengan cara pengisian kuesioner oleh
responden. Data primer tentang prospek pengendalian pencemaran di masa depan
diperoleh dari hasil kuesioner dari seluruh pelaku dan para pakar. Penentuan
responden pada titik sampling terpilih, dilakukan dengan metode purposive sampling.
Total responden adalah 370 orang, yang terdiri 15 pakar ilmiah, 75 pedagang, 75
nelayan, 75 petani, 75 peternak, 25 pengusaha penginapan dan 30 industri sebagai
penghasil limbah, yang mengalirkan limbahnya melalui Sub DAS dan bermuara di
WGM, sehingga mempunyai kontribusi menimbulkan pencemaran di waduk. Sebaran
responden disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Sebaran Responden


Wilayah
No.

1.
2.
3.
4.
5.

Responden

Pakar Ilmiah
Pedagang
Nelayan
Petani
Peternak

WGM

15
15
15
15

DAS

DAS

DAS

DAS

DAS

Pakar dari PT & Pemda


15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15

15
15
15
15

Jumlah
Responden
15
75
75
75
75

164

6.

Pengusaha
Penginapan

15

7.

Industri

25

5
5
Jumlah

30
370

Analisis Persepsi Masyarakat, data karakteristik di sekitar perairan waduk


dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi. Untuk mengetahui persepsi atau
pandangan masyarakat di sekitar waduk terhadap pengendalian pencemaran
dilakukan melalui analisis deskriptif menggunakan tabel.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan data Wonogiri dalam angka tahun 2009, populasi penduduk
Wonogiri pada lima tahun terakhir meningkat setiap tahunnya, dari 1.121.454 jiwa
(2005) menjadi 1.234.880 jiwa (2009) dengan laju pertumbuhan penduduk 1,83%,
maka pada tahun akhir simulasi mengalami kecenderungan meningkat menjadi
1.902.220 jiwa. Kenaikan jumlah penduduk diikuti dengan

kenaikan limbah yang

dihasilkan dari berbagai kegiatan yang dilakukan penduduk, yaitu akan menghasilkan
limbah dari kegiatan hotel sebesar 155.267,28 m3/hari, limbah cair penduduk
2.668.098.000 ton/tahun, limbah pakan dari usaha KJA sebesar 4.972281961e16
ton/tahun

dan limbah cair dari rumah makan sebesar 170.323,23 ton/tahun, data

selengkapnya disajikan pada tabel 2.


Tabel 2. Populasi penduduk dan limbah kegiatan penduduk

Sumber: Data [3]

165

Hasil running dengan data dumi menggunakan software powersim


constructor 2.5, populasi penduduk, pengujian menunjukkan bahwa beban limbah dari
kegiatan masyarakat meningkat signifikan selaras dengan kenaikan populasi.
Persepsi Masyarakat Tentang Pengendalian Pencemaran WGM. Persepsi
merupakan pandangan individu terhadap suatu objek. Akibat adanya stimulus, individu
memberikan reaksi (respon) berupa penerimaan atau penolakan terhadap stimulus
tersebut. Individu tidak hanya merespon suatu objek, tetapi juga memberi makna
situasi tersebut menurut kepentingannya. Persepsi masyarakat terhadap lingkungan
diperlukan untuk mengoptimalkan kualitas lingkungan sesuai dengan persepsi
masyarakat yang menggunakannya. Persepsi mengenai lingkungan yang mencakup
harapan, aspirasi ataupun keinginan terhadap suatu kualitas lingkungan tertentu
sebaiknya dipahami secara subjektif, yakni dikaitkan dengan aspek-aspek psikologis
dan sosio kultur masyarakat. Dengan demikian, kualitas lingkungan harus didefinisikan
secara umum sebagai lingkungan yang memenuhi preferensi imajinasi ideal seseorang
atau sekelompok orang [10] .
Persepsi masyarakat yang tinggal di sekitar waduk Gajah Mungkur Wonogiri
mempunyai peran penting untuk keberlanjutan pengelolaan pencemaran perairan.
Beberapa usaha yang menjadi mata pencaharian penduduk disekitar waduk antara lain
nelayan, rumah makan, hotel/penginapan, pertanian, sarana penunjang pariwisata dan
KJA. Kegiatan-kegiatan tersebut membawa dampak aliran limbah masuk ke badan air
waduk Gajah Mungkur Wonogiri. Pengetahuan masyarakat yang tinggal di sekitar
perairan waduk Gajah Mungkur mempunyai peranan yang penting dalam proses
pengendalian pencemaran yang terjadi di perairan waduk tersebut. Dalam upaya
pengelolaan lingkungan dan keberlanjutan waduk Gajah Mungkur Wonogiri diperlukan
peran masyarakat dalam pengendalian pencemaran.
Pengendalian pencemaran lingkungan dilaksanakan dalam rangka pelestarian
fungsi

lingkungan

a)pencegahan,

hidup.

Pengendalian

b)penanggulangan,

pencemaran

c)pemulihan.

lingkungan

Pengendalian

meliputi:

pencemaran

lingkungan dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Penanggungjawab


usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran dan tanggung jawab
masing-masing. (UU 32 2009). Namun demikian peran masyarakat sangat diperlukan
untuk keberhasilan kegiatan ini.
Sampel persepsi masyarakat dikumpulkan dengan bantuan kuesioner yang
juga dilengkapi dengan pengamatan, dan wawancara dengan Pakar Ilmiah, Kabid
Lingkungan Hidup Wonogiri, Ka Jasa Tirta II, Kepala Desa Sendang Wonogiri, Ka

166

Bappeda Wonogiri, Ka Desa Petir Wonogiri, Kelompok Nelayan, Pengusaha KJA, Ka


Dinas Pertanian, Ka Dinas Perikanan & Kelautan, Ka Dinas Kebudayaan, Pariwisata,
Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Wonogiri. Jumlah responden ditetapkan sebanyak
370 responden yang meliputi pakar ilmiah 15 responden, pengusaha penginapan 25
responden, pedagang 75 responden, nelayan 75 responden, petani 75 responden,
peternak 75 responden dan aktivitas industri 30 responden. Data persepsi masyarakat
dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian disajikan pada gambar 1.

Gambar 1. Persepsi Masyarakat Sekitar WGM terhadap Pengendalian Pencemaran


WGM

Masyarakat sekitar WGM meliputi pedagang penunjang pariwisata, pengusaha


hotel, pengusaha rumah makan, nelayan, petani, peternak dan pengusaha KJA yang
berada di desa Sendang, Wuryorejo, Pokoh Kidul, Gumiwang dan Wuryantoro. Hasil
penelitian menunjukkan persepsi masyarakat terhadap pengendalian pencemaran
WGM rendah, sebanyak 56,25% responden mempunyai persepsi rendah terhadap
upaya pencegahan pencemaran di perairan WGM, sebesar 50% responden
mempunyai persepsi rendah terhadap upaya penanggulangan pencemaran di perairan
WGM,

sebanyak 75,00% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya

pemulihan pencemaran di perairan WGM dan sebanyak 72,50% responden


mempunyai persepsi rendah terhadap upaya partisipasi pengendalian pencemaran di
perairan WGM. Hal ini disebabkan masyarakat di sekitar WGM mempersepsikan
pengelolaan waduk menjadi tanggung jawab pemerintah.

167

Hasil penelitian menunjukkan persepsi masyarakat sekitar Sub DAS Keduang


(desa Pondok Sari, Ngadiroyo, Ngadipiro dan Gedang) terhadap pengendalian
pencemaran WGM rendah. Sebesar 64,18% responden mempunyai persepsi rendah
terhadap upaya pencegahan pencemaran di perairan WGM, sebesar 56,72%
responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya penanggulangan pencemaran
di perairan WGM, sebesar 82,09% responden mempunyai persepsi rendah terhadap
upaya pemulihan pencemaran di perairan WGM dan sebanyak 59,70% responden
mempunyai persepsi rendah terhadap upaya partisipasi pengendalian pencemaran di
perairan WGM. Hal ini disebabkan masyarakat disekitar Sub DAS Keduang
mempersepsikan pengelolaan waduk menjadi tanggung jawab pemerintah. Persepsi
masyarakat disekitar Sub DAS Keduang disajikan pada gambar 2.

Gambar 2. Persepsi Masyarakat DAS Keduang

Beban pencemar yang paling besar masuk keperairan WGM adalah TSS yang
berasal dari Sub DAS Keduang dengan sumbangan beban pencemar 291,84 ton/th.
Sub DAS membawa sedimen akibat erosi tanah yang ada disekitarnya pada saat hujan
dengan total beban pencemaran akibat sedimen ini adalah 891,71 ton/th. Beban

168

pencemaran organic yang ditunjukkan dengan pendekatan BOD dan COD menempati
urutan kedua sebagai penyumbang pencemar ke perairan WGM[3].
Persepsi masyarakat Sub DAS Wiroko terhadap pengendalian pencemaran
disajikan pada gambar 3. Masyarakat sekitar Sub DAS Wiroko yang tinggal di desa
Wiroko, Banyak Prodo, Kulurejo dan Boto mempunyai persepsi yang rendah terhadap
pengendalian pencemaran WGM. Sebanyak 59,70% s/d 67,16% responden
mempunyai persepsi tentang upaya pencegahan, penanggulangan, pemulihan
pencemaran WGM rata-rata rendah. Hal ini mungkin terkait latar belakang pendidikan
yang masih rendah. Mereka beranggapan upaya pengendalian pencemaran sematamata menjadi tenggung jawab pemerintah saja. Hal ini juga berakibat partisipasi
masyarakat disekitar Sub DAS wiroko untuk melakukan pengelolaan limbah pertanian,
peternakan dan limbah industry agar tidak dibuang langsung ke sungai masih rendah.
Data persepsi masyarakat Sub DAS Wiroko disajikan pada gambar 3.

Gambar 3. Persepsi Masyarakat Sub DAS Wiroko

Masyarakat disekitar Sub DAS Alang yang tinggal di desa Buleharjo,


Tawangharjo dan Glesungrejo rata-rata juga mempunyai persepsi yang rendah
terhadap pengendalian pencemaran, yaitu berkisar antara 71,84% s/d 82,09%
masyarakat tersebut enggan melakukan upaya pencegahan, penanggulangan dan
pemulihan pencemaran di WGM. Mereka sebetulnya menyadari bahwa sungai yang
mengalir di daerahnya akan bermuara di WGM, namun mereka beranggapan bahwa
upaya pengendalian pencemaran di WGM merupakan tanggung jawab Pemerintah.

169

Walaupun demikian sebagian masyarakat, sekitar

29,85% mempunyai persepsi

sedang dan 17,91% mempunyai persepsi tinggi dalam upaya pengendalian


pencemaran WGM, hal ini mereka tunjukkan dengan tidak membuang sampah
maupun limbah cair di sungai Alang. Data persepsi masyarakat sekitar Sub DAS
Alang disajikan pada gambar 4.

Gambar 4. Persepsi Masyarakat Sub DAS Alang

Hasil penelitian menunjukkan persepsi masyarakat terhadap pembangunan


secara partisipatif, khususnya dalam pengawasan dan pengendalian pencemaran air
waduk masih kurang. Masyarakat disekitar waduk mempersepsikan pengelolaan WGM
menjadi tanggung jawab pemerintah. Persepsi industri tentang partisipasi dalam
pengawasan dan pengendalian pencemaran air sungai baru sebatas pemenuhan
kewajiban terhadap peraturan dan perundangan yang berlaku, sehingga inisiatif pihak
perusahaan untuk berpatisipasi dalam pengelolaan lingkungan hidup masih kurang.
Sampah organik dari limbah pemukiman sekitar waduk yang dibuang ke sungai
menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen terlarut, karena sebagian besar digunakan
bakteri untuk proses pembusukannya.Penggunaan deterjen secara besar-besaran juga
meningkatkan senyawa fosfat pada air sungai atau danau. Fosfat ini merangsang
pertumbuhan ganggang dan eceng gondok. Jika tumbuhan air ini mati, akan terjadi
proses pembusukan yang menghabiskan persediaan oksigen dan pengendapan
bahan-bahan yang menyebabkan pendangkalan. Sedangkan pemakaian pupuk limbah
pertanian dan pestisida yang berlebihan dapat mencemari air. Limbah pupuk

170

mengandung fosfat yang dapat merangsang pertumbuhan gulma air seperti ganggang
dan eceng gondok. Pertumbuhan gulma air yang tidak terkendali ini menimbulkan
dampak seperti yang diakibatkan pencemaran oleh deterjen. Limbah pestisida
mempunyai aktifitas dalam jangka waktu yang lama dan ketika terbawa aliran air keluar
dari daerah pertanian, dapat mematikan hewan yang bukan sasaran seperti ikan,
udang dan hewan air lainnya.

Gambar 5. Rerata persepsi masyarakat terhadap pengendalian pencemaran WGM

Rerata persepsi masyarakat sekitar WGM, Sub Keduang (DAS 1), Sub DAS
Alang-Unggahan (das 2), Sub DAS Wiroko (DAS 3), Sub DAS Temon dan Sub DAS
Bengawan Solo Hulu (DAS 5) terhadap pemanfaatan lahan menunjukkan persepsi
tinggi (skor 3) sampai tinggi sekali (skor 4). Hal ini menunjukkan masyarakat di sekitar
Sub DAS mempersepsikan keinginan yang

tinggi untuk memanfaatkan

lahan di

sekitar daerah tangkapan air untuk di manfaatkan untuk pertanian, peternakan,


restoran, permukiman dan usaha lain. Sedangkan

untuk lahan di badan waduk

dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membudidayakan ikan dalam karamba jaring


apung (KJA). Beban limbah yang berasal dari kegiatan penduduk (KJA, rumah makan,
hotel, permukiman) meningkat signifikan dari tahun awal simulasi 2009 sampai akhir
tahun simulasi 2029 seiring dengan naiknya populasi penduduk. Hal ini juga berkaitan
dengan rendahnya persepsi masyarakat terhadap pengendalian pencemaran di
WGM[3] .
Kegiatan yang berlangsung di dalam perairan WGM adalah budidaya ikan
dalam karamba jaring apung (KJA). Usaha KJA WGM meningkat dari tahun 1997
berjumlah 185 petak menjadi 231 petak[5], menurut pengamatan lapangan jumlah KJA

171

berjumlah 1186 petak. Kepemilikan KJA didominasi oleh PT. Aquafarm, dengan sistem
pemberian pakan adalah setiap pagi dan sore hari. Setiap petak KJA berisi 100 ekor
ikan dengan berat rata-rata 11,5 kg/ikan.
KJA mengembangkan ikan nila merah dan karper yang mendapat pakan
berupa pellet, yang diberikan secara di tabur. Kandungan gisi pellet ikan CP 788
adalah mengandung protein 26-28%, lemak 35%, serat 4-6%, abu 5-8% dan kadar
air 11-13% (PT Central Pangan Pertiwi). Pada saat survei lapangan jumlah pakan yang
diberikan dihitung terlebih dahulu dengan memperhitungkan jumlah populasi yang ada.
Dengan padat tebar sebesar 214,4 kg benih yang ditebar, pemberian pakan 3% dari
berat total biomass ikan yaitu sebesar 6,4 kg pakan perhari. Frekuensi pemberian
pakan setiap hari antara jam 12 00 13. 00 WIB, dan sore hari jam 17.00-18.00 WIB[5].
Pola pemberian pakan yang dilakukan selama puluhan tahun ini sedikit banyak dapat
merubah kualitas air waduk Gadjah Mungkur Wonogiri.
Hasil survai menunjukkan jumlah KJA di perairan WGM sebanyak 1186 petak,
dipasang pada seluruh kawasan zona budidaya WGM. Berdasarkan data sekunder
pada KJA tersebut dibudidayakan ikan nila merah dan karper dengan padat tebar
214,4 kg benih yang ditebar /unit KJA dan berat ikan rata-rata 100 gram/ekor. Dengan
demikian jumlah ikan di dalam KJA tersebut sebanyak 25.427.840 ton. Menurut
Marganof

[10]

, rata-rata jumlah pakan yang diberikan untuk ikan nila merah dan karper

untuk satu unit KJA adalah 50 kg/hari. Jumlah pakan yang dibutuhkan untuk 1 unit KJA
selama satu periode pemeliharaan adalah 4,500 ton. Adapun lama waktu untuk satu
periode pemeliharaan (saat mulai menebar sampai panen) dibutuhkan waktu tiga
bulan. Dengan demikian jumlah pakan yang diberikan untuk 1186 unit KJA di WGM
dalam satu kali panen adalah 5.337.000 ton atau 21.348.000 ton per tahun.
Petani KJA menggunakan pakan (pellet) dengan kandungan protein 18%.
Untuk menentukan kandungan nitrogen dan fosfor yang terdapat dalam pakan,
dilakukan dengan perkalian antara jumlah pakan (JP) yang diberikan dengan konstanta
pakan (N = 4,86% dan P = 0,26%) (Nastiti et al., 2001) [10] . Dengan demikian, jumlah
nitrogen dan fosfor yang terkandung dalam pakan yang diberikan pada kegiatan KJA di
WGM adalah N = 1.037.512,8 ton dan P= 55.504,8 ton. Dari pakan yang diberikan
tersebut hanya 70% yang dimakan oleh ikan, dan sisanya sebanyak 30% akan lepas
ke badan perairan waduk sebagai bahan pencemar atau limbah (Rachmansyah, 2004;
Syandri, 2006) [10]. Sementara itu,1530% dari nitrogen (N) dan fosfor (P) dalam pakan
akan diretensikan dalam daging ikan dan selebihnya terbuang ke badan perairan
danau (Beveridge, 1987; Avnimelech, 2000)[10]. Dengan demikian dapat ditentukan

172

jumlah beban limbah nitrogen (N) dan fosfor (P) dari kegiatan KJA yang masuk ke
badan perairan WGM yaitu nitrogen sebesar 819.635,1 ton per tahun, dan fosfor
sebesar 43.848,79 ton per tahun[3].
Beban limbah yang masuk ke badan perairan waduk tersebut, menurut Midlen
dan Redding (2000) dalam[10] yang berada dalam keadaan terlarut adalah 10% fosfor
(P) dan 65% nitrogen (N). Beban limbah yang masuk WGM sebesar 4.384,879 ton
fosfor dan atau sebesar 532.762,8 ton nitrogen dalam bentuk terlarut. Sementara itu
yang berada dalam bentuk partikel adalah 65% fosfor (P) atau sebesar 28.501,71 ton
dan 10 % nitrogen (N) atau sebesar 81.963,51 ton. Sisa pakan dalam bentuk partikel
ini akan mengendap menjadi sedimen di dasar perairan WGM[2,3].
Rerata persepsi masyarakat pada daerah penelitian terhadap pelestarian
waduk masih kurang (skor 1), mereka mempersepsikan bahwa pelestarian waduk
bukan menjadi tanggung jawab penduduk. Untuk itu dibutuhkan pendekatan ke
masyarakat akan pentingnya peran serta masyarakat untuk ikut serta dalam upayaupaya pelesatrian WGM. Demikian juga terhadap pemeliharaan waduk, masyarakat
pada daerah penelitian rata-rata mempunyai persepsi yang kurang (skor 1). Untuk
masalah kebersihan lingkungan rata-rata masyarakat daerah penelitian mempunyai
persepsi sedang (skor 2).
4. KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan persepsi masyarakat pada daerah penelitian
masih rendah terhadap pengendalian pencemaran perairanWGM. Antara 56,2582,09% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya pencegahan
pencemaran; 50-73,63% responden mempunyai persepsi rendah terhadap upaya
penanggulangan pencemaran, 67,16-71,64% responden mempunyai persepsi rendah
terhadap upaya pemulihan pencemaran, dan 52,24-72,50% responden mempunyai
persepsi rendah terhadap upaya partisipasi pengendalian pencemaran di perairan
WGM. Hal ini disebabkan masyarakat di sekitar WGM mempersepsikan pengelolaan
waduk menjadi tanggung jawab pemerintah

DAFTAR PUSTAKA
[1] Agustiningsih, Dyah, 2012, Kajian Kualitas Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal
Dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Air Sungai, Tesis Prodi Ilmu Lingkungan
Undip, Semarang.
[2] Pujiastuti, Peni, (2012) Pemodelan sistem pengendalian pencemaran perairan
WGM Wonogiri, laporan penelitian HB

173

[3] Pujiastuti, Peni, (2010) The Utmost Capacity Estimation Of Organic Pollution In
WGM from The Indigenous And Exogenous Activity, prosiding seminar internasional
ICBC, Pascasarjana Magister Lingkungan UNS
[4] Himawan Widhi, 2011, Kajian Pencemaran Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, UNSPascasarjana Prodi. Ilmu Lingkungan.
[5] Pujiastuti, Peni, (2003) Dampak Budidaya Ikan Dalam Karamba Jaring Apung
Terhadap Perkembangan Biota Air Lokal di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri,
Prosiding Seminar Nasional Unika Soegijopranoto Semarang, ISBN 979-8366-61-1i
[6] Simarmata, A.H. (2007) Kajian Keterkaitan Antara Kemantapan Cadangan Oksigen
dengan Beban Masukan Organik di Waduk Ir. H. Juanda Purwakarta Jawa Barat, S.Ps
IPB.
[7] Sumarna, 2005, Harus Ada Perbaikan Pembangkit (laporan utama), Majalah
Bulanan Indonesia Power edisi 3 tahun 2005.
[8] Pujiastuti, Peni, (2009) Deteksi Dini Dampak Berantai Budidaya Ikan KJA Terhadap
Nilai Manfaat Waduk Gajah Mungkur Wonogiri., Fakultas Teknik Universitas Setia Budi
Surakarta.
[9] Wiryanto, Totok Gunawan, S.D. Tandjung dan Subiyakto (2012), Kajian Kesuburan
Perairan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 3 |
November 2012
[10] Marganof, 2007, Model Pengendalian Pencemaran Perairan Di Danau Maninjau
Sumatra Barat, Laporan hasil penelitian Sekolah Pasca Sarjana IPB Bogor,
http://www.damandiri.or.id/file/marganofipb.
[11] Hakim, R., dkk, 2008, Persepsi Masyarakat Terhadap Aspek Perencanaan Ruang
Terbuka Hijau Kota Jakarta, Program Studi Arsitektur Lansekap FALTL Universitas
Trisakti Jakarta Indonesia, http://rustam2000.wordpress.com

Вам также может понравиться