Вы находитесь на странице: 1из 4

Desti Velina N / 071311533004

Riset-Riset Komunikasi 2015/2016

Review Analisa Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis /


CDA)
Dalam Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya
Dalam workshop yang diadakan di FISIP Universitas Airlangga pada 12 Nopember
2015 bersama Dr. Haryatmoko, tentang Analisa Wacana Kritis: Sumbangannya dalam
Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya CDA bisa disimpulkan beberapa point penting,
yaitu :
Perkembangan CDA ditandai oleh tiga prinsip, pertama yaitu semua pendekatan
berorientasi pada masalah sosial sehingga menuntut pendekatan lintas ilmu. Kedua yaitu
keprihatinan utama mendemistifikasi ideologi dan kekuasaan melalui penelitian sistematik
data semiotik (tulisan/oral/visual) maksudnya bahwa bahasa itu tidak lagi netral, bahasa
sudah membekukan ideologi, dibalik bahasa sudah ada kepentingan dan nilai tertentu. Ketiga
yaitu selalu reflektif di dalam proses penelitian, artinya pada akhir penelitian, peneliti harus
mengetahui bahwa apakah ia telah membawa ideologi tertentu dalam memilih sesuatu.
Analisis wacana kritis berangkat dari gagasan-gagasan para ahli CDA yakni,
Frankfurt yang menyatakan bahwa dominasi dan eksploitasi dipertahankan melalui budaya
dan ideologi, Gramsci yang menyatakan bahwa perngorganisasian konsensus sehingga proses
subordinasi kesadaran yang dibangun tanpa kekerasan tapi melalui budaya dan persuasi,
L.Althussar yang menyatakan bahwa ideologi merupakan kegiatan kongkrit sehingga bahasa
dilihat dalam konstruksi ideologis subyek, M. Bakjtin yang menyatakan bahwa tanda
linguistik merupakan materi ideologi, M.Foucault yang menyatakan bahwa hubungan
pengetahuan-kebenaran kekuasaan yang bertumpu pada wacana, P.Bourdieu ynag
menyatakan bahwa bahasa sebagai instrumen kekuasaan.
Inti dari CDA itu sendiri adalah relasi mikro dan makronya, yaitu. Mikro : linguistik
fokus pada studi tentang gramatika, semantik, speech acts, dan percakapan. Studi wacana
fokus pada penggunaan bahasa dan pikiran yang tampak dalam interaksi wacana. Dalam

relasi makro : ilmu-ilmu sosial digunakan untuk mengamati dan menganalisa struktur sosial
dan ketidakadilan dengan mengandalkan abstraksi. Sehingga inti dari CDA itu sendiri yaitu
mengelaborasi dan menjelaskan hubungan antara kedua lingkup studi mikro dan makro,
termasuk persinggungan lokal dan global, struktur wacana, dan struktur masyarakat.
Fungsi proses dialektika wacana menurut Fairclough ada tiga, yakni : Fungsi
Relational yaitu wacana memerankan cara baru berinteraksi, atau cara mengonstruksi realitas
sosial, Fungsi Identitas yaitu wacana digunakan untuk membentuk cara baru ada, Fungsi
ideasional yaitu wacana digunakan untuk mematerialisasi atau mengorganisir ruang/arsitektur
dan untuk mengonstruksi sistem pengetahuan atau makna.
Kekuasaan dalam bentuk rezim wacana yaitu, wacana sebagai praktik-praktik yang
terorganisir dan mengorganisir, wacana mengubah konstelasi sosial dan menghasilkan
sesuatu, wacana mempunyai otonomi, klaim atas kebenaran dan kontekstual.
Apa artinya kritis? Analisa sumber, sebab, dan perlawanan merupakan sikap kritis dari
apa yang salah dalam masyarakat, seperti ketidakadilan, ketidaksetaraan, deskriminasi. Kritis
disini adalah, 1. Menganalisa hubungan semiosis dan unsur sosial, yaitu bagaimana semiosis
menentukan atau memproduksi atau mengubah hubungan kekuasaan yang tidak seimbang
dan proses ideologisasi. 2. Logika dan dinamika yang dominan dites dan ditantang oleh
masyarakat untuk mengidentifikasi kemungkinan mengatasi logika atau dinamika yang
masyarakat utidak transparan atau menyesatkan. 3. Mengambil jarak terhadap data, yakni
meletakkan data dalam konteksnya, mengidentifikasi posisi politik partisipan wacana dan
fokus selalu pada refleksi diri ketika melakukan penelitian.
Tujuan CDA menurut M. Bloor adalah 1. Menganalisis praktik wacana yang
mencerminkan atau mengonstruksi masalah sosial. 2. Meneliti bagaimana ideologi dibekukan
dalam bahasa dan menemukan cara bagaimana mencairkan ideologi yang mengikat bahasa
atau kata. 3. Meningkatkan kesadaran bagaimana menerapkan tujuan itu untuk kasus-kasus
ketidakadilan,

deskriminasi,

kebebasan

prasangka-prasangkan

dan

penyalahgunaan

kekuasaan dan menunjukkan masyarakat ke arah perubahan.


Hubungan ideologi dan bahasa yaitu menunjukkan pemaknaan bahasa di dalam
hubungan kekuasaan dan hubungan sosial, meneliti bagaimana makna diciptakan di dalam
konteks sosial politik tertentu, meneliti peran tujuan pembicara atau penulis atau posisi
pengarang di dalam konstruksi wacana.

Obyek CDA merupakan sumber data. Sumber data bisa diperoleh dari dokumen,
kertas diskusi, perdebatan parlemen, pidato, kartun, film, foto, koran, atau sumber media lain,
risalah politik, dan pamphlet. Obyek pengamatan juga bisa diperoleh dari materi lkampanye,
kelompok lobby, aktivis atau organisasi-organisasi HAM dan LSM. Juga dari analisa kontrawacana dan bentuk-bentuk perlawanan lainnya.
Konstruksi muncul dari pemberian makna, yakni cerita peristiwa dibangun dari
sumber bahasa yang sudah ada, konstruksi mengandaikan seleksi, konstruksi menekan peran
penting bahasa. Konstruksi muncul ketika orang mencoba memberi makna fenomena atau
terlibat dalam aktivitas sosial yang tidak disadari seperti menyalahkan atau membenarkan.
Perbedaan Analisa wacana obyektif dan CDA yaitu terletak pada sumber penetahuan,
kerangka acuan, dan tujuannya. Dalam analisa wacana, ada pretensi analis mengambil jarak,
hubungan dengan teks obyektif, tidak melibatkan diri atau mengambil posisi. Sedangkan
dalam CDA, analis mengambil posisi, berpihak dan membongkar, mendemistifikasi bentukbentuk dominasi melalui analisa wacana. Jadi dalam CDA terkandung tanggung jawab moral
dan politik. Maka fokus pada masalah sosial menjadi relevan. Analisa dan deskripsi teori
berperan untuk mengkritisi ketidakadilan biasanya atas dasar gender, etnis, kelas, agama, atau
bahasa.Tujuan akhir yang mau dicapai oleh CDA bersifat ilmiah dan terutama untuk
perubahan sosial dan politik. Maka analis CDA diharapkan menjadi agent of change dan
solider dengan mereka yang membutuhkan perubahan. Jadi CDA sangat berbeda dari sekedar
analisa wacana yang berpretensi obyektif. Tujuan yang mau dicapai CDA: Pertama,
menganalisa praktik wacana yang mencerminkan atau mengkonstruksi masalah sosial;
kedua, meneliti bagaimana ideologi dibekukan dalam bahasa

dan menemukan cara

bagaimana mencairkan ideologi yang mengikat bahasa atau kata; ketiga, meningkatkan
kesadaran agar peka terhadap ketidakadilan, diskriminasi, prasangka dan bentuk-bentuk
penyalahgunaan kekuasaan. Maka dibutuhkan pembongkaran hubungan antara bahasa dan
ideologi dengan cara menunjukkan pemaknaan bahasa di dalam hubungan kekuasaan dan
hubungan sosial. Upaya ini mengandaikan ada penelitian tentang bagaimana makna
diciptakan di dalam konteks tertentu, termasuk meneliti peran tujuan pembicara atau penulis
atau posisi pengarang dalam konstruksi wacana.
Metodologi

menurut

Fairclough

yaitu

pertama,

memfokuskan

pada

suatu

ketidakberesan sosial, dalam aspek semiotiknya. Kedua, mengidentifikasi hambatanhambatan untuk menangani ketidakberesan sosialitu. Ketiga, mempertimbangkan apakah

tatanan sosial itu membutuhkan ketidakberesan sosial tersebut; keempat, mengidentifikasi


cara-cara yang mungkin mengatasi hambatan-hambatan
Sumbangan CDA bagi Penelitian dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Budaya yakni karena
data ilmu-ilmu sosial dan budaya pada dasarnya berupa wacana. Penelitian dalam ilmu sosial
memakai beragam pendekatan, bisa berupa pengamatan dengan jajak pendapat, kuestioner,
teknik statistik (baik prosentase, grafik, angka, maupun tabel). Semua pendekatan itu
merupakan transformasi wacana yang dijadikan representasi suatu masalah, dan rumusan
jawaban dalam bentuk simbol-simbol yang diterima.

Вам также может понравиться