Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Anamnesis
Beberapa hal yang diperhatikan pada anamnesis:
a. Identitas pasien
b. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang dialami yang dapat menjadi
penyulit dalam anestesi seperti alergi, asma, penyakit jantung, dll.
c. Riwayat obat obatan yang sedang atau telah digunakan dan mungkin
menimbulkan
interaksi
dengan
obat-obatan
anestesi.
Misalnya
Pemeriksaan fisik meliputi berat badan, tinggi badan, tanda fital, keadaan
umum, kondisi psikis, gizi, penyakit kardiovaskular, respirasi dan lain lain. Untuk
pemeriksaan laboratorium pasien seperti Hemoglobin, hematokrit, cloting time,
bleeding time, ureum kreatinin dan lain-lain.
2.2
2.2.1
fungsi susunan saraf pusat. Perubahan tersebuat akan tampak jelas dengan obat
anesthesia eter, karena eter mempunyai efek kombinasi stimulasi dan depresi
terhadap SSP. Penilaian tingkat dalamnya suatu anesthesia, hanya terlihat dari:
1. Respon rangsang pembedahan
2. Perfusi jaringan
Cara lain yang dapatmembantu menentukan tingkat kedalaman anestesi
inhalasi adalah MAC (minimal alveolar concentration), yaitu konsentrasi zat
anestesi dalam alveoli dimana 50% binatang tidak memberikan rangsang sakit.
Pemeriksaan elektroensefalografi dapat pula menggambarkan tingkat
kedalaman anestesi. Setiap obat mempunyai pengaruh neuroelektrik tertentu yang
dipengaruhi kimia obat.
2.2.2
Nadi
Monitoring frekuensi dan ritme nadi dapat dilakukan dengan mudah
Nadi yang tidak cepat, kuat, dan teratur biasanya tanda normovolemia
Nadi yang cepat dan kesil merupakan tanda hipovolemia
Nadi yang tidak teratur merupakan tanda gangguan jantung
Tidak ditemukannya pulsasi dari arteri pertanda diperlukannya resusitasi
segera.
Pemeriksaan dapat pula dilakukan dengan monitor nadi. Alat ini teridiri
dari sel fotoelektrik atau mikrokarbon dipasang pada salah satu jari tangan. Pada
saat systole terlihat tanda berupa sentakan jarum atau kelipan cahaya lampu
monitor tersebut. Alat ini dapat pula dihubungkan dengan spigmamonometer
untuk mengukur tekanan darah. Monitor nadi akan berfungsi baik jika pembuluh
darah dalam keadaan vasodilatasi, dan tidak efektif dalam keadaan vasokonstriksi.
Monitor akan bermanfaat sekali untuk kasus-kasus:
1. Anak-anak dan bayi dimana pulsasi nadi sedikit lemah
2. Selama pernafasan kontrol dimana monitoring nafas tidak dapat
dikerjakan
3. Observasi adanya ritme ektopik selama anestesi
4. Sebagai indeks penurunan tekanan darah selama anestesi halotan.
Bradikardi
Bradikardi selama proses anestesi dapat disebabkan oleh:
Obat-obatan anestesi
Stimulasi vagal
Aliran darah yang terhambat
Tindakan yang perlu dilakukan adalah pemberian Glycopironium (0,2-0,4
mg IV) atau atropine 0,6 mg IV harus cepat diberikan.
Takikardi
Penyebab takikardi adalah:
2.2.3
1.
Rasa sakit
Kegelisahan
Obat anestesi
Hiperkarbi
Demam
Neuromuscular reversal yang tidak adekuat
Tekanan Darah
10
2.
3.
Posisi: pada posisi berdiri tekanan darah di lengan lebih rendah dari kaki
Usia: Bayi memiliki tekanan darah sistolik 60 mmHg, kemudian makin
meningkat dengan bertambahnya umur.
Tekanan darah darah dapat diukur secara langsung maupun tidak langsung.
1.
Perlengkapan yang digunakan pada teknik tidak langsung antara lain, manset
(cuff), manometer dan stetoskop. Manset tidak boleh terlalu lebar ataupun terlalu
kecil, karena akan mempengaruhi nilai pembacaan tekanan darah. Kalau manset
terlalu kecil maka nilai tekanna darah yan terbaca akan lebih besar, begitu pula
sebaliknya. Diajukan lebar manset 2/3 panjang lengan atau 20% lebih besar dari
diameter lengan. Manometer air raksa merupakan patokan standar, tetapi dapat
pula digunakan manometer anaeroid, yang harus lebih dulu dikalibrasi dengan
manometer air raksa.
Metode Palpasi
Kuff dipompakan sampai melampaui tekanan sistolik. Kemudian sambil meraba a.
radialis, kuff dikempeskan perlahan-lahan. Tekanan sistolik terbaca saat a. radialis
terasa berdenyut. Teknik ini dapat dikombinasikan dengan menggunakan monitor
nadi.
Metode flush
Biasanya dilakukan pada bayi dan anak-anak. Lengan atas ditinggikan agar darah
turun, kemudian manset dipompakan sampai nadi tidak teraba. Perlahan-lahan
nadi dikempeskan lagisamapai lengan berwarna merah. Saat perubahan ini
menunjukan angka tekanan sistolik.
Metode Korokrof (Auskulasi)
Teknik hampir sama dengan cara palpasi, tetapi ditambah penggunaan
stetoskopyang diletakan di sekitar a. brachialis. Pada saat bunyi pertama
11
terdengar, manometer air raksa menunjukan tekanan sistol dan tekanan diastole
terlihat pada saat bunyi tersebut menghilang
Osilotonometer
Pengukuran dengan osilometer lebih sensitive daripada pengukuran dengan
korokrof terutama untuk anak-anak. Alat ini mempergunakan manset yang berisi
dua balon karet yang sedikit bertindihan. Kedua balon karet tersebut
dihubungkan secara tersendiri dengan anaeroid yang memounyai tombol. Kedua
kuff dipompa sampai melewati tekanan systole. Salah satu kuff dibuka perlahanlahan sedangkan kuff distal teteap berhubungan dengan anaeroid. Pada saat
jarum anaeroid beroksilasi paling kuat, nilai yang tertera adalah tekanan sistolis.
Tekanan diastolis terbaca ada waktu jarum anaeroid mulai tidak beroksilasi.
Doppler Ultrasound
Prinsipnya adalah pulsasi dari dinding arteri atau pergerakan darah yang melalui
satu transduser memancarkan satu gelombang ultrasonic. Transduser dipasang di
bawah kuff. Mula-mula kuff dipompa sampai melewati titik sistolik, kemudian
perlahan-lahan dikempeskan setelah melalui level sistolik dinsing arteri berpulsasi
yang diteruskan melalui transduser.
2. Cara langsung atau invasif
Pada cara ini kanul dimasukan kedalam arteri, misalnya arteri radialis, a.
brachialis atau a. dorsalis pedis. Kemudian dihubungkan dengna monometer atau
unit pencatat lain (recording) melalui transduser. Dengan cara ini kita dapat
mengukur tekanan darah secaralangsung dan terus menerus. Selain itu setiap saat
kita dapat mengambil contoh dari darah arteri untuk pemeriksaan gas darah.
Monitoring tekanan darah invasive ini tidak rutin selama anestesi. Tetapi
dianjurkan dilakukan pada pembedahan jantung terbuka, tindakan anestesi dengan
hipotensi buatan.
Hipertensi
12
Bisa disebabkan karena overload cairan atau anestesi yang kurang dalam
Hipotensi
Bila terjadi perdarahan atau anestesi yang kurang dalam. Dapat diberikan
Ephedrin yang diencerkan dalam 5-10 ml persen salin dan diberikan dalam bolus
kecil (5-10 mg) hingga 30 mgIV, obat ini bisa diberikan untuk mengatasi efek
hipotensi terutama setelah anestesi spinal atau epidural.
2.2.4 Elektrokardiogram
Pemeriksaan EKG selama anestesi dilakukan untuk memonitor perubahan
frekuensi dan ritme jantung serta sistim konduksi jantung. Indikasi EKG selama
anestesi:
- Mendiagnosa adanya cardiac arrest
- Mencari arrtitmia
- Diagnosis iskemik miokard
- Memberikan gambaran perubahan elektrolit
- Observasi fungsi pacemaker
2.2.5 Respirasi
Respirasi harus dimonitor dengan teliti, mulai dengan cara-cara yang
sederhana samapai dengan menggunakan alat-alat mutakhir. Pernafasan dinilai
dari jenis nafasnya abdominal atau thorakal, apakah ada napas paradoksal, apakah
ada retraksi interkostal atau subklavikula. Komplikasi seperti spasme laring harus
segera diketahui.
Monitoring tanpa alat dilakukan dengan inspeksi sehigga kita dapat
mengawasi pasien secara langsung gerakan dada perut baik saat bernafas spontan
atau dengan nafas kendali dan apakah gerakannya simetris atau tidak. Menilai
oksigenase warna mukosa bibir, kuku pada ujung jari dan darah pada luka
bedahapa pucat, kebiruan, atau merah muda.
Memonitoring respirasi dengan lata antara lain:
1. Respirometer: respirometer wright, dimana kita dapat memonitor volume
tidal, pernafasan, volume semenit, dan kapasitas vital
2. Pulse oxymetri: alat ini dapat diketahui konsentrasi oksigen yang ada dalam
sirkuit anestesi.
13
apakah merah tua atau merah muda. Selain itu jumlah perdarahan harus dihitung
baik botol penghisap maupun dari kasa operasi yang mengandung darah.
Perhitungan perdarahan dari kasa yang di timbang, diperkirakan 1 gr darah
dianggap sama dengan 1 ml darah, dengan kesalahan 25%. Selain itu dapat pula
dilakukan dengan metode kalorimeter :
14
2.2.8
Warna kulit
Warna kulit dapat membantu diagnosa hipovolemi. Warna kulit yang
Suhu
Tubuh tidak mampu mempertahankan suhu. Obat anestesi mendepresi pusat
pengatur suhu (susunan saraf pusat), sehingga mudah turun naik dengan suhu
lingkungan dan teknik anestesi yang diberikan. Monitoring suhu jarang dilakukan
selama pembedahanm kecuali pada bayi/anak-anak, pasien demam, dan tekhnik
anestesi dengan hipotermi buatan.
Pengukuran suhu dilakukan melalui :
1. Oesofagus denngan sensornya setinggi atrium.
2. Rektum lebih mudah tetapi tidak begitu tepat karena letak lebih jauh dari
jantung dan otak. Selain sisa kotoran dalam rektum akan mengganggu
nilai pengukuran.
3. Membran timpani. Suhu di tempat ini hampir sama dengan suhu otak, dan
tidak banyak berbeda dari suhu oesofagus.
4. Ketiak (aksila) lebih mudah. Tidak menggambarkan suhu yang tepat
karena terlalu banyak dipengaruhi oleh suhu sekitarnya.
Dalam keadaan anestesi, banyak hal yang mempengaruhi pengaturan suhu tubuh
antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
15
2.3
16
17
obat yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya muntah pasca bedah, yaitu:
a.
b.
c.
d.
BAB III
KESIMPULAN
18
Pasien sesuai dengan tingkat depresi terhadap susunan saraf pusat yang
antara lain dapat dilihat pada perubahan tekanan darah, nadi, respirasi, pupil,
pergerakan bola mata, reflek-reflek, dan kesadaran.
Kardiovaskular
1. Nadi
Bradikardi selama proses anestesi dapat disebabkan oleh obat-obatan
anestesi, stimulasi vagal, aliran darah terhambat.
Takikardi akibat dari rasa sakit, gelisah, obat anestesi, hiperkarbi, dan
demam neuromuskular reversal yang tidak adekuat.
2. Elektrokardiogram
EKG selama anestesi dilakukan untuk memonitor perubahan frekuensi
ritme jantung, serta sistem konduksi jantung.
3. Tekanan darah
Tekanan darah dapat diukur secara langsung maupun tidak langsung.
a. Cara tidak langsung
Metode palpasi
Metode flush
Metode korotkof (auskultasi)
Osilotonometer
Doppler ultrasound
b. Cara langsung
Respirasi
Respirasi dimonitoring dengan alat, yaitu respirometer, pulse oxymetri,
kapnometri, dan analisis gas darah.
19
Henti nafas yang timbul karena pemberian obat insuksi terlalu cepat
(tiopental), obstruksi jalan nafas total, obat pelumpuh otot ataupun karena depresi
pusat pernafasan (opiat). Terapi sesuai dengan etiologi.
Produksi urine
Produksi urine dalam anestesi dipengaruhi oleh obat anestesi, tekanan
darah, volume darah, hidrasi pasien, dan faal ginjal.
Warna kulit
Warna kulit dapat membantu diagnosis hipovolemik.
Suhu
Suhu dalam keadaan anestesi, banyak hal yang mempengaruhi
pengaturannya, yaitu jenis sirkuit anestesi (sirkuit tertutup produksi panas
meningkat), tebal dan lebarnya kain penutup operasi, intensitas lampu operasi,
suhu kamar operasi, luas permukaan tubuh yang terbuka selama operasi (rongga
peritoneum, pleura), anestesi dan pembedahan yang memakan waktu lama.
Blokade neuromuskular
20
Sistem saraf
Pada saat pasien dalam keadaan tidak sadar, monitoring, terhadap SSP
dikerjakan dengan memeriksa respon pupil terhadap cahaya, respon terhadap
trauma pembedahan, respon terhadap otot apakah relaksasi cukup atau tidak.