Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
jawab atas penurunan TSH (thyroid stimulating hormone) dan peningkatan jumlah
tiroksin bebas (T4) (Tiran, 2008, hal. 5).
Muntah sendiri diawali dengan stimulasi pusat muntah di medulla, yang
mengendalikan otot polos dalam dinding lambung dan otot skeletal di abdomen serta
system pernapasan, serta zona pemicu kemoreseptor di dasar ventrikel keempat, di
dekat nervus vagus. Karena zona pemicu kemoreseptor berada di luar sawar darah
otak, zona pemicu kemoreseptor berespon sterhadap stimulus kimia dari obat-obatan
dan toksin yang dihasilkan dalam kondisi patologis tertentu; zona pemicu
kemoreseptor tersebut juga bertanggung jawab atas terjadinya mual dan muntah
akibat pergerakan. Stimulus dalam zona pemicu kemoreseptor dihantarkan kepusat
muntah yang menyebabkan otot dalam saluran gastrointestinal dan pernapasan
memulai terjadinya muntah (Tiran, 2008, hal. 9).
Serotonin (5-HT), yang bekerja pada saluran gastrointestinal dan zona pemicu
kemoreseptor, seperti halnya asetilkolin, dopamine, noradrenalin, histammin, dan
endorphin, terlibat dalam reflex muntah normal. Serotonin disekresi oleh system saraf
pusat, terutama mesensefalon, hipotalamus, system limbic, serebelum, glandula
pinealis dan medulla spinalis, serta disintesis oleh dinding abdomen sebagai respons
terhadap makanan yang menyebabkan kontraksi dinding lambung selama mencerna.
Histamine sendiri disekresi oleh hipotalamus dan bekerja sebagai sebuah vasodilator
yang kuat, yang juga disekresi oleh mukosa lambung, di sinilah histamine disintesis
dari histidin dan mengaktivasi sel-sel parietalis untuk melepaskan asam hidroklorida.
Perubahan
fisiologis
dalam saluran
gastrointestinal,
terutama
akibat
kerja
serta elektrolit natrium, kalium, dan kalsium dikeluarkan melalui muntah. Penurunan
kalium akan menambah beratnya muntah sehingga makin berkurangnya kalium dalam
keseimbangan tubuh serta makin meningkatkan terjadinya muntah. Muntah yang
berlebihan menyebabkan cairan tubuh makin berkurang sehingga darah menjadi
kental (hemokonsentrasi) yang dapat melambatkan peradaran darah, yang berarti
konsumsi oksigen dan makanan kejaringan berkurang. Kekurangan makanan dan
oksigen kejaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat menambah
beratnya keadaan janin dan ibu hamil. Muntah yang berlebihan dapat menyebabkan
pecahnya pembuluh kapiler pada lambung dan esophagus sehingga muntah akan
bercampur dengan darah, sehingga dapat menimbulkan kekhawatiran bagi ibu hamil
dan menakutkan keluarganya (Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F., dan Manuaba,
I.B.G, 2008, hal. 42-44).
Dampak dari semua masalah tersebut menimbulkan gangguan fungs alat vital berikut:
a. Liver: (1) dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2 menurun; (2) gangguan
fungsi sel liver dan terjadi ikterus; (3) terjadi perdarahan pada parenkim liver
sehingga menyebabkan gangguan fungsi umum.
b. Ginjal: (1) terjadi perdarahan dan nekrosis sel ginjal; (2) dieresis berkurang,
bahkan dapat anuri; (3) mungkin terjadi albuminuria.
c. System saraf pusat: (1) terjadi nekrosis dan perdarahan otak, di antaranya
perdarahan ventrikel; (2) dehidrasi system jaringan otak dan adanya benda
keton dapat merusak fungsi saraf pusat yang menimbulkan kelainan
ensefalopati Wernicke dengan gejala nistagmus dan gangguan kesadaran dan
mental serta diplopia; (3) perdarahan pada retina dapat mengaburkan
penglihatan.
(Manuaba, I.B.G., Manuaba, I.A., danManuaba, I.B.G.F, 2007, hal. 395)
6. Komplikasi
Komplikasi dari hiperemis gravidarum ada yang relative ringan maupun berat.
Kehilangan berat badan, dehidrasi, asidosis akibat gizi buruk, alkalosis akibat dari
muntah-muntah, hipokalemia, kelemahan otot, kelainan elektrokardiografi, dan
Laporan Pendahuluan Hiperemesis Gravidarum
4
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan diagnosa banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah lengkap,
urinalisi, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar), analisis gas
darah, tes fungsi hati dan ginjal. Pada keadaan tertentu, jika dicurigai pasien
menderita hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan parameter
TSH dan T4. Pada kasus hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid 50-60% terjadi
penurunan kadar TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi gastrointestinal dapat dilakukan
pemeriksaan antibodi Helicobacter pylori. Pemeriksaan laboratorium umumnya
menunjukkan tanda-tanda dehidrasi dan pemeriksaan berat jenis urine, ketonuria,
peningkatan blood urea nitrogen, kreatinin, dan hematokrit. Pemeriksaan USG
penting dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda ataupun mola
hidatidosa.
(Widayana, Megadana,dan Kemara, 2013, hal. 6-7)
Identitas Pasien
Identitas pasien mencakup nama, umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
agama, suku, alamat, no CM., tgl MRS, tgl Pengkajian, dan sumber imformasi.
Selain itu perlu juga dikaji mengenai identitas penanggung jawab pasien meliputi
II.
III.
Anak ke
No Tahun
-
Kehamilan
Umur
Penyulit
kehamilan
-
Persalinan
Komplikasi nifas
Jenis
Penolong
Penyulit
Laserasi
Anak
Infeksi Perdarahan
-
Jenis
kelamin
-
BB
PJ
D. Riwayat Keluarga Berencana : mencakup akseptor KB, masalah yang tibul dari
penggunaan KB, rencana KB dan lamanya.
E. Riwayat Penyakit Klien dan Keluarga
IV.
badan
Biochemical: mencakup data lab mengenai nutrisi pasien
Clinical: terkait dengan keadaann kulit dan membrane mukosa
V.
3)
Data Penunjang
Mungkin akan dilakukan pemeriksaan DL dengan diperiksa kadar hemoglobin
darah, hematokrit, dan hitung leukosit. Dari urin diperiksa beta-HCG, protein, dan
VII.
VIII.
glukosa.
Diagnosa Medis
Pengobatan
b. Diagnosa Keperawatan
1. Mual berhubungan dengan kehamilan ditandai dengan sensasi muntah dan
keengganan terhadap makanan.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Risiko Ketidakefektifan proses kehamilan kelahiran yang berhubungan dengan
nutrisi ibu kurang optimal, disstres psikososial ibu.
c. Rencana Asuhan Keperawatan
(Terlampir)
DAFTAR PUSTAKA
Laporan Pendahuluan Hiperemesis Gravidarum
10
Diakses
dari :http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/5FKS1KEDOKTERAN/0810211045/Awal.pdf
Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F., danManuaba, I.B.G. (2008). Buku Ajar Patologi
Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.
Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F., Manuaba, I.B.G. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri.
Jakarta: EGC.
Mochtar, R. (1998). Sinopsis Obstetri, 195-197. Jakarta: EGC
Ogunyem, D.A. (2013). Hyperemesis Gravidarum Treatment and Management. Diakses
melalui: http://emedicine.medscape.com/article/254751-treatment
Risolawati, D, Sudiat, M, Octohariyanto , E. 2013. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil
Dengan
Hiperemesis
Gravidarum
Di
Rsud
Tugurejo
Semarang.Diakses
dari:
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-fitarianah-5363-1-babi.pdf
Tiran, D. (2008). Seri Asuhan Kebidanan: Mual dan Muntah Kehamilan. Jakarta: EGC