Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh :
Dwi Astuti
Tia Sofa Rahmadanti
Golda Sharon Sitanggang
Inmas Kusumawati
Ana Khoirun Nisa
Izzatun Nisa
Eta Aprita Aritonang
Atika Rahma
(22030114120022)
(22030114120024)
(22030114120026)
(22030114120028)
(22030114120030)
(22030114120032)
(22030114120038)
(22030114120040)
Kelas Genap
NUTRITIONAL ADDITIVES
(FORTIFIKASI IODIUM)
A.
DEFINISI
Bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami
bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan. BTP ditambahkan untuk memperbaiki
karakter pangan agar kualitasnya meningkat. Pemakaian BTP merupakan salah satu langkah
teknologi yang diterapkan oleh industri pangan berbagai skala. Sebagaimana langkah
teknologi
lain,
maka
risiko-risiko
kesalahan
dan
penyalahgunaan
tidak
dapat
dikesampingkan. BTP pada umumnya merupakan bahan kimia yang telah diteliti dan diuji
lama sesuai dengan kaidah kaidah ilmiah yang ada. Pemerintah telah mengeluarkan aturanaturan pemakaian BTP secara optimal.
Salah satu kategori bahan tambahan pangan menurut fungsinya yaitu nutritional
additives. Nutritional additives digunakan untuk memperbaiki zat gizi yang hilang atau
berkurang selama pemrosesan, bisa juga untuk fortifikasi atau pengayaan untuk memperbaiki
kekurangan seseorang terhadap zat gizi tertentu. Fortifikasi makanan dimulai tahun 1924 saat
iodium ditambahkan dalam garam. Vitamin juga banyak ditambahkan untuk memperbaiki
nilai gizi. Selain iodium sekarang banyak zat gizi yang ditambahkan dalam bahan makanan.
Contohnya vitamin A dan D ditambahkan pada produk hewani dan sereal, vitamin B
ditambahkan pada tepung, sereal, pasta, dan vitamin C ditambahkan pada minuman rasa
buah, sereal, permen. (1)
Fortifikasi pangan (pangan yang lazim dikonsumsi) dengan zat gizi mikro adalah salah
satu strategi utama yang dapat digunakan untuk meningkatkan status mikronutrien
pangan.Fortifikasi pangan adalah penambahan satu atau lebih zat gizi (nutrient) ke dalam
suatu pangan. (2)
B.
TUJUAN FORTIFIKASI
Tujuan utama dari fortifikasi adalah untuk meningkatkan tingkat konsumsi dari zat gizi
yang ditambahkan untuk meningkatkan status gizi populasi. Adapun tujuan dari fortifikasi
antara lain (2):
b. Untuk mengembalikan zat-zat yang awalnya terdapat dalam jumlah yang siquifikan
dalam pangan akan tetapi mengalami kehilangan selama pengolahan.
c. Untuk meningkatkan kualitas gizi dari produk pangan olahan yang digunakan
sebagai sumber pangan bergizi. Misalnya : susu formula bayi.
d. Untuk menjamin equivalensi gizi dari produk pangan olahan yang menggantikan
pangan lain, misalnya margarin yang difortifikasi sebagai pengganti mentega .
C.
gizi pada makanan ataupun untuk mencegah terjadinya defisiensi mikronutrien lainnya. Salah
satunya yaitu fortifikasi iodium. Fortifikasi iodium adalah penambahan iodium dalam jumlah
tertentu pada suatu produk pangan sedemikian rupa sehingga produk tersebut dapat berfungsi
sebagai sumber penyedia iodium, terutama bagi masyarakat yang mengalami kekurangan
iodium. Ada beberapa macam fortifikasi iodium antara lain :
1. Fortifikasi iodium dalam garam
Fortifikasi iodium dalam garam adalah penambahan iodium dalam jumlah tertentu ke
dalam garam sehingga garam tersebut berfungsi sebagai sumber penyedia iodium untuk
masyararakat yang mengalami kekurangan iodium.
Iodisasi garam menjadi metode paling umum yang dapat diterima oleh banyak negara
didunia, sebab garam digunakan secara luas oleh seluruh lapisan masyarakat, prosesnya
sederhana dan tidak mahal. Fortifikasi yang biasa digunakan adalah Kalium Iodida (KI) dan
Kalium Iodat (KIO3). Iodat lebih stabil dalam garam murni pada penyerapan dan kondisi
lingkungan (kelembapan) yang buruk, tidak menyebabkan perubahan warna dan rasa garam.
Proses fortifikasi KIO3 pada garam harus mengacu standar SNI 3556-2010. Garam Konsumsi
Beryodium mempersyaratkan kandungan KIO3 minimal 30 ppm.(3) Fortifikasi garam ini
efektif dalam menurunkan prevalensi GAKI di beberapa negara yang melakukan program
fortifikasi iodium pada garam : (2)
Gambar 1. Bagan fortifikasi iodium pada garam
Proses Iodisasi di
Indonesia
Keputusan
Presiden
tahun
Tentang Pengadaan
1994
no.
69
Garam
Beriodium.
Fortifikasi
iodium
melalui
penambahan
senyawa
Kalium
Iodat
(KIO3)
kedalam
garam
bahan
baku
dilakukan
secara
kontinu
homogen
sehingga
memenuhi
persyaratan
01-3556-
2000. (4)
dan
SNI
Selain
Bahan kemasan untuk isi bersih 50 kg dan 25 kg adalah karung plastik jenis pollypropylene (PP) yang bagian dalamnya dilapisi kantung plastik warna dasar putih. (4)
Bahan kemasan untuk isi 5 kg, 1 kg, 500 gr, 250 gr, dan 100 gr adalah plastik pollypropylene (PP) atau polly-ethylene (PE) dengan ketebalan minimal 0,5 mm. (4)
d. Ketentuan pelabelan
Pada kemasan garam konsumsi harus ditulis dengan jenis keterangan berupa (4) :
Berat bersih
Tanda/logo SNI
4
Merk dagang
Pada kemasan garam bahan baku yang harus ditulis dengan jelas berupa (4):
Berat bersih
Untuk garam bahan baku jika belum dicuci ditambahkan keterangan berupa tulisan
Garam Bahan Baku Belum Dicuci. (4)
2. Fortifikasi Iodium dalam beras
Selain fortifikasi pada garam, iodium juga dapat difortifikasikan ke dalam beras.
Fortifikasi iodium dalam beras adalah penambahan iodium dalam jumlah tertentu ke dalam
beras sehingga beras tersebut berfungsi sebagai sumber penyedia iodium untuk masyararakat
yang mengalami kekurangan iodium.
Fortifikasi dilakukan pada beras, karena beras merupakan bahan pangan pokok yang
dikonsumsi lebih dari 90% penduduk Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia saat ini sekitar
150 kg/kapita, atau sekitar 200 g/hari, sedangkan kebutuhan iodium untuk pertumbuhan
normal pada manusia dewasa antara 120 150 g /hari. Dengan demikian iodium sebagai
fortifikan pada beras hanya diperlukan dalam kadar yang sangat kecil (sekitar 750 g /kg atau
0,75 ppm). Apabila dibandingkan dengan fortifikan iodium pada garam yang dianjurkan,
yaitu 80 ppm, maka tambahan biaya dalam pembuatan garam beriodium akan jauh lebih
mahal dibandingkan dengan biaya pembuatan beras beriodium.
Pembuatan beras beriodium sangat sederhana karena tidak perlu menggunakan
peralatan khusus. Dengan penambahan alat pengkabut fortifikan iodium pada komponen alat
penyosoh akan diperoleh hasil beras giling yang mengandung iodium. Fortifikan yang
digunakan adalah iodat 1 ppm. Larutan fortifikan dikabutkan dengan bantuan tekanan udara
40 psi yang berasal dari kompresor, sehingga terjadi kabut fortifikan iodium. Debet fortifikan
yang digunakan 4-5 L/jam tergantung pda kekeringan beras yang difortifikasi (5)