Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Anak-anak Pras-sekolah
Meskipun dengan penelitian yang ekstensif pada orang
dewasa,
kunci:
asetaminofen,
acetylsalicylic
acid
(ASA),
anak-anak,
(AERD) atau ASA triad; (2) OAINS induksi urtikaria/angioedema pada pasien
dengan urtikaria kronik; (3)ASA- atau OAIND induksi cross-reacting urticarial
pada individu normal dan (4) reaksi gabungan dari individu normal.
Kelompok kedua terdiri dari obat spesifik, kebanyakan reaksi immunologic.
Kelompok ini dibagi menjadi empat terkait kategorinya, dengan reaksi spesifik
pada satu obat tertendu atau satu secara kimiawi terkait pada satu kelompok saja,
dan presentasi klinis yang menunjukkan setidaknya satu klasifikasi klasik Gel dan
Coombs
dari
tipe
reaksi
imunologik:
(5)
OAINS
tunggal
induksi
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memastikan apakan klasifikasi diatas dapat
dengan akurat mendeskripsikan data yang terpublikasikan untuk reaksi
hipersensitivitas pada ASA, OAINS dan asetaminofen pada anak-anak prasekolah dan untuk merangkum data yang ada untuk hipersensitivitas OAIS pada
kelompok umur ini.
Metode
Kami menyimpulkan publikasi dari database PubMed, dari tahun 1980 sampai
November 2005, menggunakan kata kunci aspirin, ASA, ibuprofen, asetaminofen,
parasetmaol, non steroid, OAINS, hipersensitivitas, bayi, balita, pra-sekolah dan
anak-anak. Semua kutipan yang diambil ditinjau secara manual untuk inklusi
pasien berumur 6 tahun atau lebih muda. Publikasi kandidat tambahan diambil
dari kutipan yang relevan dan sebelumnya dipublikasikan dalam tinjauan umum
Hasil
Dua ratus enam puluh delapan publikasi dipilih untuk kriteria pencarian awal.
Pada inspeksi lebih lanjut, hanya 72 publikasi yang masuk dalam target umur
kami. Dari publikasi tersebut, 12 yang dieksklusi. Enam puluh publikasi
dimasukkan, kebayakan kasus tunggal atau penelitian non-acak. Empat belas
adalah laporan kasus tunggal dan hanya empat publikasi yang merangkum data
dari penelitian prospektif terkontrol, untuk mencari kejadian merugikan dari
reaksi obat pada masa kanak-kanak dan menggabungkan data pada anak prasekolah. Rangkuman publikasi yang diinklusi dan diekskluasi, dapat dilihat pada
gambar 1.
Epidemiologi
Data epidemiologi yang ada dirangkum dalam tabel 1. Hanya satu penelitian yang
ditujukan pada masalah prevalensi reaksi hipersensitivitas terhadap ASA pada
populasi umum, termasuk anak-anak. Perlu dicatat bahwa pasien dengan riwayat
penyakit pulmonal kronik, rhinitis rekuren, urtikaria rekuren dieksklusi dari
penelitian ini. Frekuensi normal dari populasi adalah 0.3% (6 dari 1.974) pada
orang dewasa dan 0.32% (2 dari 618) pada anak-anak. Dua kasus yang
didokumentasi untuk umur pediatrik mengeluh terjadinya urtikaria dan umurnya
kurang dari 6 tahun.
Satu penelitian prospektif dilakukan pada anak-anak kurang dari 2 tahun yang
dirawat dirumah sakit; 4.3% dirawat karena kemungkinan reaksi obat. Empat
dirawat dirumah sakit karena kombinasi obat termasuk ASA; akan tetapi, dua dari
delapan (25%) reaksi diklasifikasikan sebagai gejala berat karena kombinasi obat
yang sama. Hipersensitivitas tidak dibuktikan pada berbagai laporan ini.
Prevalensi hipersensitivitas OAINS yang dilaporkan sendiri pada rumah sakit
umum anak diperkirakan sampai 0.5% (19% dari 2.6% yang dilaporkan untuk
semua hipersensitivitas obat) pada KK Childrens Hospital di Singapura.
Pada pasien anak-anak di Royal Childrens Hospital di Parkville, Australia, yang
mengalami reaksi terhadap OAINS selama perawatan di rumah sakit, 8 dari 25
(32%) adalah anak-anak dibawah 6 tahun. Kasus-kasus yang didokumentasi
terdiri dari ruam, angioedema wajah, wheezing, dan reaksi anfilaktik atau
anafilaktoid. Pada kelompok anak yang dipilih, insiden hipersensitivitas ASA
diperkirakan antara 0 dan 28% pada anak-anak dengan asma, yang paling sering
adalah anak lebih dari 6 tahun, dan 2% pada anak-anak atopik yang lebih muda
yang mendatangi klinik alergi. Peningkatan hipersensitivitas OAINS diamati
meningkat sesuai dengan bertambahnya umur pada kelompok ini.
Atopi tampaknya merupakan faktor risiko yang signifikan untuk hipersensitivitas
ASA dan OAINS pada umumnya dan faktor risiko yang signifikan untuk reaksi
tersebut pada anak-anak yang lebih muda. Pada rangkaian yang dilakukan oleh
Rachelefsky dan koleganya, dengan insiden 28% yang positif memiliki respon
terhadap tantangan ASA oral pada pasien asmatik, paling sering pada anak-anak
yang lebih tua, semua 50 pasien memiliki setidaknya satu hasil skin-prick test
yang positif dan terkait dengan rhinitis alergi. Pada kelompok kami yaitu anakanak Asia dengan hipersensitivitas OAINS, dengan 25% pasien kurang dari 6
tahun, 89% memiliki hasil skin-prick test positif dan/atau bukti klinis yang
relevan dengan penyakit atopik.
Pada kelompok umur pediatrik, yang bertentangan dengan data publikasi pada
orang dewasa, tidak terdapat wanita yang dalam jumlah besar masuk sebagai
pasien hipersensitivitas. Pada rangkaian kasus prospektif yang dipublikasikan oleh
Speer dan koleganya, 10 dari 171 pasien memiliki onset hipersensitivitas sebelum
umur 5 tahun enam pria dan empat wanita. Umur yang paling muda adalah 12
bulan. Kebanyakan pria juga terlihat pada kelompok kami, dengan yang paling
muda adalah berumur 3 bulan. Kualitas terbaik dari data epidemiologik ada untuk
kelompok umur ini yang berasal dari dua data publikasi penelitian acak terkontrol.
Pertama adalah focus pada profil keamanan penggunaan asetaminofen dan
ibuprofen dalam dosis antipireik untuk pengobatan demam akut pada anak-anak
yang lebih muda dari 2 tahun. Lebih dari 27,000 anak-anak dengan umur rata-rata
13 bulan (jarak 1-23 bulan). Tidak ada perawatan di rumah sakit setelah
anafilaksis akut. Risiko untuk dirawat di rumah sakit dengan diagnosis asma atau
bronchitis adalah 24 dalam 10,000. Risiko relatif dari perawatan rumah sakit
untuk asma atau bronchitis dengan pemberian ibuprofen dibandingkan dengan
asetaminofen adalah 0.9. Penelitian tidak memasukkan data untuk kejadian
merugikan yang minor sepertu ruam yang mana tidak membutuhkan rawat inap di
rumah sakit.
Kedua adalah mengevaluasi keamanan ibuprofen pada dosis antipiretik untuk
anak-anak berumur 6 bulan sampai 12 tahun dengan asma. Pada penelitian ini,
1879 pasien asma, dengan umur rata-rata 46.3 bulan, secara acak mendapatkan
asetaminofen 12 mg/kg, ibuprofen 5 mg/kg dan ibuprofen 10 mg/kg sebagai
penanganan antipiretik. Angka hospitalisasi dengan asma secara keseluruhan
adalah 96 per 10,000. Tidak ada perbedaan yang secara statistik signifikan antara
setiap kelompok. Angka pasien rawat jalan untuk asma adalah 335 per 10,000
untuk terapi (3.4%) Efek protektif yang secara statistik signifikan meskipun kecil
angioedema
dan
urtikaria,
kebanyakan
bentuk
prevalensi
dari
tubuh. Contoh klasik dari angioedema wajah dan urtikaria yang dipicu oleh
ibuprofen pada anak-anak ditunjukkan pada gambar 2.
Pada kelompok obat-spesifik, paling sering adalah reaksi imun, terdapat kasus
yang
menunjukkan
obat
tunggal
yang
menyebabkan
reaksi
immediat
Gambar 2. Lesi urtikari periorbital dan angioedema pada bibir bawah pada anak
perempuan berusia 5 tahun setelah provoksi oral dengan 5 mg/kgBB ibuprofen
Diagnosis
Tanpa adanya pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostic lainnya,
gold standard untuk diagnosis hipersensitivitas OAINS pada anak-anak dan orang
dewasa adalah tes provokasi obat. Semua tes provokasi obat harus dilakukan
secara ketat berdasarkan kemananan dan keuntungan pada pasien sesuai dengan
pedoman. Semua prosedur harus dilakukan oleh pegawai yang terlatih pada area
yang aman dan baik serta adekuat untuk persiapan adanya reaksi alergi yang
membahayakan jiwa.
Protokola tantangan obat oral dan inhalasi dipublikasikan dan diterima secara luas
untuk orang dewasa, meskipun variasi yang signifikan terjadi pada pusat
penelitian dan dokter klinis. Protokol untuk percobaan tantangan pada Bab
Middleton khusus hipersensitivitas ASA, bervariasi tergantung pada presentasi
klinis dan mekanisme aksi. Dalam artikel oleh Rachelefsky dan koleganya,
mereka menginvestigasi AERD pada pasien asma yang berumur 6 sampai 18
tahun, dengan pemberian 300 mg ASA atau 100 mg placebo dalam dua hari yang
berbeda. Empat belas dari 50 anak-anak (28%) merespon dengan lebih dari 30%
terjadi penurunan fungsi pulmonal setelah konsumsi ASA, dengan rata-rata paling
buruk terjadi 4 jam setelah percobaan tantangan dibandingkan dalam waktu 30
menit. Sebelas dari 14 pasien mengeluh adanya gejala yang berkelanjutan untuk
24 jam selanjutnya. Publikasi ini dan publikasi lain yang sama mendukung
pemberian yang berkelanjutan (beberapa hari), yaitu tantangan yang bertahap
pada pasien asma dengan kemungkinan AERD, sama dengan protokol yang
diajukan untuk orang dewasa.
Untuk anak-anak non-asmatik dengan angioedema-urtikaria atau reaksi tipegabungan, pemberian dosis tunggal 100 mg ibuprofen atau ASA dan 180 mg
asetaminofen telah dilakukan oleh Sanchez Borges dan koleganya untuk anakanak lebih dari 8 tahun. Botey dan koleganya menggunakan tantangan 1 mg ASA
pada hari 1 dan diikuti dengan 150 mg pada hari 3 jika tidak ada reaksi terjadi
pada pasien dengan angioedema/urtikaria kronik dan yang sensitif pada ASA.
Enam dari Sembilan anak-anak ini berumur kurang dari 6 tahun; dua orang yang
paling muda (2 dan 3 tahun) bereaksi pada dosis 1 mg pertama.
Protokol klaisk untuk konsentrasi ganda setiap 30 menit direkomendasikan pada
orang dewasa normal tanpa adanya bukti urtikaria kronik, sama dengan protokol
provokasi obat pada yang dicurigai reaksi tipe-immediat. Protokol tantangan obat
alternatif lainnya diadopsi oleh keloimpok kami, sebagai tambahan dari reaksi
respirasi berat yang terjadi setelah 4 sampai 6 jam tantangan dengan protokol
ganda klasik pada kelompok anak-anak yang kebih muda dengan urtikari,
angioedema, dan reaksi gabungan. Kami saat ini menggunakan protokol 2,5
mg/kgBB untuk ASA atau ibuprofen atau 5 mg/kgBB asetaminofen yang
dikonsumsi tiap jam dengan dosis maksimal masing-masing 10 mg/kgBB dan 20
mg/kgBB, atau sampai reaksi positif terjadi (table 3). Protokol ini tampaknya
merupakan yang paling sensitif untuk anak-anak yag lebih muda dimana sesuai
dengan variasi berat dari anak. Pasien dipantau setidaknya 2 jam setelah dosis
tantangan terakhir atau, jika reaksi muncul, sampai gejalanya hilang. Kami tidak
mengobservasi fase reaksi yang telat bahkan pada anak-anak dengan asma setelah
menjalani protokol ini.
Prognosis
Sebuah data publikasi jangka panjang yang mengikuti pasien dengan
hipersensitivitas OAINS menunjukkan peningkatan insiden urtikari kronik yang
muncul bertahun-tahun setelah diagnosis awal. Tidak ada follow-up jangka
panjang lainnya atau follow up pasien pra-sekolah manapun dengan
hipersensitivitas OAINS pada ulasan kami.
Manajemen
Seperti reaksi alergi lainnya, penanganan terbaik adalah menghindari adanya reeksposur. Hal ini seharusnya mudah pada kelompok 2 (obat tunggal tertentu) yang
mempunyai obat allternatif lainnya. Sayangnya, presentasi klinis yang paling
umum terjadi pada kelompok umur ini tampaknya merupakan tipe reaktif silang
non-spesifik dengan derajat angioedema/urtikaria yang tidak bisa diprediksi.
Reaktivasi silang terhadap asetaminofen pada anak-anak yang lebih muda dengan
hipersensitivitas terhadap ibuprofen diperkirakan sekitar 4 sampai 28%. Pada
anak-anak ini, tidak ada obat lain yang disetujui untuk penanganan demam atau
nyeri akut dan penanganan bervariasi, dari penggunaan obat COX-2 spesifik yang
belum disetujui, seperti rofecoxib dan celecoxib dan penggunaan penanganan fisik
seperti mempertahankan ruangan tetap dingin, konsumsi cairan, dan minum air
hangat.
Diskusi
Secara keseluruhan, klasifikasi terkini dari reaksi hipersensitivitas OAINS dapat
juga dimasukkan pada anak-anak dengan umur dibawah 6 tahun. Akan tetapi,
tidak terdapat kasus pneumonitis hipersensitif atau meningitis pada kelompok
umur ini, dimana beberapa kasus melaporkan adanya obat tunggal yang
menyebabkan fixed eruption atau toxic epidermal reactions, yang tidak bisa
dimasukkan kedalam skema klasifikasi terkirini dan bisa ditambahkan ke
kelompok reaksi 2.
Data epidemiologi yang ada untuk kelompok umur ini tersebar dan sulit untuk
diintegrasi.
Ibuprofen menginduksi bronkospasme didokumentasikan pada sekitar 2% anakanak dengan asma diatas 6 tahun pada percobaan tantangan laboratorium, dan
terdapat laporan kasus yang khusus, tapi signifikansi klinis dari penemuan ini
dalam konteks penanganan anak-anak asmatik dengan demam tanpa adanya
riwayat reaksi sebelumnya masih belum jelas. Pada pasien dengan indikasi klasik
untuk penggunaan ASA dan OAINS lainnya, contohnya penyakit Kawasaki,
demam reumatik, dan juvenile rheumatoid arthritis, beberapa telah dipublikasikan
adanya reaksi hipersensitivitas beberapa tahun terakhir.
dapat
mengubah
terminologi
Dar
reaksi
COX-inhibitor
dimasukkan dalam faktor 10 dimana disesuaikan dengan berat badan anak sesuai
pada table 3.
Hampir tidak ada data pada riwayat
anak-anak
yang lebih
muda
dengan
Kesimpulan
Meskipun angioedema wajah dan urtikaria adalah manifestasi paling umum dari
hipersensitivitas OAINS pada anak-anak yang lebih mudah, gejala sistemik,
kardiovaskular dan respirasi juga dapat terjadi.
Diagnosis biasanya membutuhkan tantangan observasi dengan implikasi medikasi
atau obat-batan yang dilakukan pada lingkungan yang bersifat protektif oelh tim
medis yang sangat terlatih. Prosedur tantangan pada anak-anak yang lebih muda
membutuhkan modifikasi sesuai umur dan berat badan, sama halnya dengan pola
presentasi yang berbeda.
Meskipun reaksi dapat muncul selama percobaan tantangan ASA atau ibuprofen
dengan jumlah kecil pada anak-anak dengan asma, mayoritas pasien asma tidak
menunjukkan adanya eksaserbasi respirasi terkait dengan dosis antipiretik dari
ibuprofen. Dokter yang memberikan antipiretik untuk anak-anak harus hati-hati,