Вы находитесь на странице: 1из 4

Analisis cluster merupakan teknik multivariat yang mempunyai tujuan utama untuk

mengelompokkan objek-objek berdasarkan karakteristik yang dimilikinya. Analisis cluster


mengklasifikasi objek sehingga setiap objek yang paling dekat kesamaannya dengan objek
lain berada dalam cluster yang sama. Cluster yang terbentuk memiliki homogenitas internal
yang tinggi dan heterogenitas eksternal yang tinggi. Analisis cluster dimaksudkan untuk
mengelompokkan kerapatan mangrove berdasarkan kelimpahan masing-masing jenis.
Dendogram di bawah menunjukkan similaritas dari vegetasi mangrove di Segara Anakan
Cilacap pada setiap stasiun percobaan yang ada. Analisis cluster ini menggunakan data
vegetasi yang ada di setiap stasiun percobaan dan dibandingkan dengan stasiun lain untuk
mengetahui tingkat similaritas antar stasiun yang ada.

PANCANG
Group average
Resemblance: S17 Bray Curtis similarity

20

Similarity

40

60

80

Gambar 3.11 Dendogram Plot 5 x 5 m


X

VIII

IX

VI

VII

IV

III

II

100
Berdasarkan
hasil yang didapatkan dalam pengamatan dan uji terlihat stasiun A2 dan
Samples

A3 memiliki indeks similaritas yang paling tinggi, yaitu sebesar 92,46 % (cabang 11), diikuti
A5 dan B1 dengan nilai indeks similaritas 80,93% (cabang 12). B2 dan cabang 12 (A5 dan
B1) nilai indeks similaritas paling tinggi ketiga yaitu 72,57% (cabang 13). A1 dan cabang 13
(B2 dan cabang 12 (A5 dan B1) memiliki indeks similaritas tinggi keempat yaitu 69,04%
(cabang 14). A4 dan cabang 14 ( A1 dan cabang 13) memilki nilai indeks similaritas paling

tinggi kelima yaitu 58,49% (cabang 15), diikutu B3 dan B5 pada posisi keenam yaitu
55,58% (cabang 16). Cabang 11 dan cabang 15 memiliki nilai indeks similaritas paling besar
ke tujuh sebesar 51,29% (cabang 17). B4 dan cabang 16 memiliki tingkat indeks similaritas
paling besar ke delapan yaitu 48,18% (cabang 18), indeks similaritas yang paling kecil adalah
cabang 17 dan cabang 18 dengan nilai 38,96% (cabang 19).
SEMAI
Group average
Resemblance: S17 Bray Curtis similarity

20

Similarity

40

60

IX

VIII

VII

IV

VI

II

III

100

80

Samples

Gambar 3.12 Dendogram Plot 1 x 1 m


Berdasarkan hasil semai yang didapatkan dalam pengamatan dan uji terlihat stasiun
A5 dan A3 indeks similaritas yang paling tinggi, yaitu 75.28%, kedua adalah stasiun A2 dan
A1 sebesar 74,93%, ketiga stasiun B1 dan B5 dengan nilai indeks similaritas sebesar 65,71%,
cabang 11 dan 12 memiliki nilai indeks similaritas paling tinggi selanjutnya yaitu 52,69%.
Stasiun A1 memiliki kemiripan dengan cabang 13 dengan nilai indeks similaritas 50,73%,
stasiun yang memiliki indeks nilai similaritas yang paling besar selanjutnya adalah titik
percabangan 14 dan 15 (A1, B1 dan B5) 41,83%. Indeks similaritas pada statiun A5 dan

cabang 16 adalah 41,24, stasiun B3 dan B4 memiliki nilai indeks similaritas 33,82%. Stasiun
yang memiliki indeks similaritas paling kecil adalah cabang 17 dan 18 denga nilai 24,75%.
Perbedaan antara hasil cluster pada semai dan pancang dapat diakibatkan oleh
fisiografi pantai, pasang surut air laut, iklim yang ekstrim, salinitas dan oksigen terlarut.
Menurut Hutching dan Saenger (2000) fisiografi pantai dapat mempengaruhi komposisi,
distribusi spesies dan lebar hutan mangrove. Pantai yang landai memiliki komposisi
ekosistem mangrove lebih beragam jika dibandingkan dengan pantai yang terjal. Hal ini
disebabkan karena pantai landai menyediakan ruang yang lebih luas untuk tumbuhnya
mangrove sehingga distribusi spesies menjadi semakin luas dan lebar. Pasang yang terjadi di
kawasan mangrove sangat menentukan zonasi tumbuhan dan komunitas hewan yang
berasosiasi dengan ekosistem mangrove. Lama terjadinya pasang di kawasan mangrove dapat
mempengaruhi perubahan salinitas air dimana salinitas akanmeningkat pada saat pasang dan
sebaliknya akan menurun pada saat air laut surut. Perubahan salinitas yang terjadi sebagai
akibat lama terjadinya pasang merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi distribusi
spesies secara horizontal. Perpindahan massa air antara air tawar dengan air laut
mempengaruhi distribusi vertikal organisme. Pantai yang terjal komposisi, distribusi dan
lebar hutan mangrove lebih kecil karena kontur yang terjal menyulitkan pohon mangrove
untuk tumbuh. Setyawan et al., (2005) menyatakan sedikitnya jumlah spesies mangrove
disebabkan besarnya pengaruh antropogenik yang mengubah habitat mangrove untuk
kepentingan lain seperti pembukaan lahan untuk pertambakan dan pemukiman. Purnobasuki
(2005) menambahkan bahwa rendahnya keanekaragaman menandakan ekosistem mengalami
tekanan atau kondisinya mengalami penurunan, hal ini bisa disebabkan karena mangrove
hidup pada lingkungan ekstrim seperti kadar garam yang tinggi serta substrat yang
berlumpur, oleh karena itu untuk dapat hidup harus melalui seleksi yang sangat ketat dan
daya adaptasi yang tinggi.

Вам также может понравиться