Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ISI
Kimia analitik berubungan dengan teori dan praktek dari metode-metode yang dipakai
untuk menetapkan koposisi bahan. Kimia analitik bisa dibagi menjadi bidang-bidang yang
disebut analisis kualitatif dan analisis kuantitatif (Day dan Underwood, 2002).
Analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang
terkandung dalam suatu sampel. zat yang ditetapkan tersebut, yang seringkali dinyatakan
sebagai konstituen atau analit, menyusun enta sebagian kecil atau sebagian besar sampel yang
dianalisis (Day dan Underwood, 2002).
2.1 Stoikiometri
Dalam bahasa yunani, kata stoicheion berarti unsur. Istilah stoikiometri
(stoichiometry) seara harfia berarti mengukur unsur-tetapi dari sudut pandang praktis,
stoikiometri meliputi semua hubungan kuantitatif yang melibatkan massa atom dan
massa rumus, rumus kimia, dan persamaan kimia (petrucci, dkk.2011)
Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur dalam
senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia secara stoikiometri,
biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia.
Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan dengan bidang kimia. Konsep
paling fundamental dalam kimia adalah hukum konservasi massa, yang menyatakan
bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu reaksi kimia biasa. Fisika
modern menunjukkan bahwa sebenarnya yang terjadi adalah konservasi energi, dan
bahwa energi dan massa saling berhubungan suatu konsep yang menjadi penting dalam
kimia nuklir. Konservasi energi menuntun ke suatu konsep-konsep penting mengenai
kesetimbangan, termodinamika, dan kinetika.
Jawab :
Massa C =
Ar C
Mr CaC O3 massa CaCO3
12
100 50 gram
= 6 gram
Kadar C =
massa C
massaCaC O 3 100%
6
50 100%
= 12%
3. Hukum Perbandingan Berganda = Hukum Dalton
"Bila dua buah unsur dapat membentuk dua atau lebih senyawa untuk massa
salah satu unsur yang sama banyaknya maka perbandingan massa unsur kedua akan
berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana".
Contoh soal:
Bila unsur nitrogen dan oksigen disenyawakan dapat terbentuk,
NO dimana massa
N : O = 14 : 16 = 7 : 8
N : O = 14 : 32 = 7 : 16
Untuk massa nitrogen yang sama banyaknya maka perbandingan massa Oksigen pada
senyawa NO : NO2 = 8 :16 = 1 : 2
4. Hukum-Hukum Gas
Untuk gas ideal berlaku persamaan :
PV = nRT
dimana:
P = tekanan gas (atm)
3
d. Hukum Avogadro
"Pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang volumenya sama mengandung
jumlah mol yang sama".
Dari pernyataan ini ditentukan bahwa pada keadaan STP (0 oC 1 atm) 1 mol
setiap gas, volumenya 22,4 liter. Volume ini disebut sebagai volume molar gas.
Contoh soal:
Berapa volume 8,5 gram amoniak (NH3) pada suhu 27 oC dan tekanan 1 atm ?
(Ar: H = 1 ; N = 14)
Jawab:
8,5 g amoniak =
8,5
17 = 0,5 mol
1. V 2
1.112,1
=
273
(273+27)
V2 = 12,31 liter
2.2 Konsep Mol Dan Molar
Satu mol adalah adalah jumlah zat yang mengandung partikel-partikel elementer,
sebanyak jumlah atom dalam 0,012 kg karbon-12 yang mempunyai massa 12 sma
(Azizah, 2004).
a) Jumlah partikel
Jumlah partikel (atom, molekul, ion) dalam satu mol disebut bilangan Avogadro
dengan lambang L. Berdasarkan penelitian yang dilakukan salah satunya dengan cara
elektrolisis diperoleh harga 1 mol adalah 6,02 x 10 23. Untuk menentukan jumlah
partikel dalam satu mol digunakan rumus sebagai berikut
Jumlah partikel = Jumlah mol x bilangan Avogadro
b) Massa molar
Massa molar (molar mass), didefinisikan sebagai massa (dalam garam atau kilogram)
dari 1 mol entitas (seperti atom atau molekul) zat (Raymond C.,2004). Massa molar
adalah bilangan yang sama dengan massa atom relatif atau massa molekul relatif,
tetapi ditunjukkan dalam satuan g/mol.
Massa molar A = mol zat A x
massa A (gram)
1 mol zat A
c) Volume molar
1. Volume molar gas dalam keadaan standar
Karena volume gas sangat dipengaruhi oleh suhu dan tekanan, dalam stoikiometri
para ahli kimia menetapkan suatu kondisi acuan dalam penentuan volume molar.
Kondisi acuan ini adalah 0 C (273 K) dan 1 atm. Kondisi ini disebut kondisi
standar atau STP (Standard Temperature and Pressure). Pada kondisi STP, volume
molar gas adalah 22,4 L. Hubungan volume molar dan jumlah mol gas pada
keadaan standar sebagai berikut:
Volume gas = Jumlah mol (n) x 22,4 L
ek
V
ek =
g
g
sehingga N =
BE
BE x V
Yang mana :
N
: Normalitas
Ek
: banyaknya ekivalen
BE
Berat ekivalen sama dengan berat molekul (BM) dibagi dengan valensi atau :
BE=
BM
n
gx n
BM x V
Cara penentuan valensi tergantung pada reaksi yang terjadi. Berikut ini adalah cara
penentuannya:
1. Reaksi asam basa
Pada reaksi asam basa, valensinya ditentukan berdasarkan banyaknya mol H + atau
OH- yang dihasilkan tiap mol asam atau basa.
Misal :
HCl akan terurai menurut reaksi HClH+ + Cl- maka valensi untuk HCl
adala 1 sebab 1 mol HCl ekivalen (setara) dengan 1 mol H + sehingga berat
ekivalen (BE) HCl sama dengan berat molekulnya (BM-nya). Demikian
Rohman, 2007).
2. Reaksi redoks
Pada reaksi oksidasi-reduksi (redoks, valensinya ditentukan oleh banyaknya
elektron yang hilang atau timbul pada reaksi oksidasi-reduksi. Sebagai contoh
reaksi I2 + 2e 2I- maka valensinya adalahh 2, sebab 1 mol I2 ekivalen dengan 2
elektron sehingga berat ekivalennya (BE) sama dengan setengah BM-nya (Gandjar
dan Rohman, 2007).
8
Sekarang jika 0,100 mol HOAc dilarutkan dalam 0,100 liter larutan encer dan terurai
menjadi 1,3 %, larutan tersebut tidak menjadi 0,100 M dalam molekul HOAc,
melainkan 0,0987 M dalam molekul HOAc dan 0,0013 M dalam ion OAc - dan H3O+.
Dalam banyak kasus, kimiawan menggunakan istilah formalitas (F) atau konsentrasi
9
analitis2 (Cx) untuk mengindikasikan total konsentrasi spesies yang muncul dari asam
asetat. Dalam contoh ini
F = C = [HOAc] + [OAc-]
F = C = 0,0987 + 0,0013 = 0,100
Formalitas didefinisikan sebagai
F=
nf
V
Dimana nf adalah jumlah dari berat rumus larutan dan V adalah volume larutan tersebut
dalam liter. Karena
g
nf
BR
Di mana g adalah jumlah dari gram larutan dan BR adalah berat rumus, sehingga
g
F=
BR V
Contoh berikut ini menggambarkan sistem konsentrasi ini.
Sebuah contoh asam dikloroasetat, Cl2CHCOOH (BR 128,94), dengan berat 6,447 g
dilarutkan dalam 500 mL larutan. Pada konsentrasi ini asam akan terurai sekitar 45%:
Cl CHCOOH H+ + Cl CHCOO2
Hitung formalitas dari asam diklorosaetat dan molaritas dari dua spesies Cl2CHCOOH
dan Cl2CHCOO-.
g
F=
BR V
F=
6,447 g
g
128,94
0,500 liter
BR
F=0,100 BR /liter
Ini adalah total konsentrasi dari spesies yang muncul dari asam dikloroasetat.
Konsentrasi setimbang dari molekul dikloroasetat dan ion dikloroasetat adalah
[Cl2CHCOO-] = 0,100 0,45 = 0,045 M
[Cl2CHCOOH] = 0,100 0,55 = 0,055 M
10
Konentrasi semacam itu dinyatakan sebagai moralitas dan diindikasikan oleh molekul
atau ion yang berada di dalam tanda kurung. Maka
F=c = [Cl CHCOOH] + [Cl CHCOO-]
2
2
F=c
Dalam kebanyakan contoh kita akan menemukan bahwa dalam buku teks,
molaritas dan formalitas dapat dipergunakan bergantian. Dalam kasus-kasus kecil di
mana perbedaan dibutuhkan, hal ini akan diperhatikan (Day and Underwood, 2002).
2.5 Bobot Ekivalen
Menurut Day and Underwood (2002), berat gram-ekivaken yang biasa disingkat
berat ekivalen, BE) dari sebuah asam atau basa didefinisikan sebagai berat yang
diperlukan dalam gram untuk melengkapi atau bereaksi dengan 1 mol H+ (1,008 g). BE
dari substansi tersebut dinamakan ekivalen (eq), sama seperti BE yang dinamakan mol.
Satu milli ekivalen (meq) adalah seperseribu dari satu ekivalen, atau
1000 meq = 1 eq
Jika n adalah jumlah mol H+ yang dilengkapi oleh 1 mol asam, atau yang
direaksikan dengan 1 mol basa, hubungan antara berat molekul dan berat ekivalen
adalah
BE=
BM
n
Untuk HCl dan NaOH, n = 1 dan BM dan BE adalah sama. Untuk H2SO4 dan
Ca(OH)2, n = 2 dan BE adalah setengah BM.
11
1
2
1
3
mol
+ +SO 4
SO 3 + H 2 O H 2 SO 4 2 H
Karena 1 mol SO3 bertanggung jawab atas kelengkapan 2 mol H+, dan
BE=
BM 80,06
=
2
2
BE=40,03 g/eq
Dalam pengerjaan tentu saja kita tidak selalu bekerja dengan larutan yang
mempunyai volume tepat 1 L. Hal ini tidak menjadi masalah sepanjang kita tidak
lupa untuk mengkonersi volume larutan menjadi satuan liter. Maka, sebanyak 500
ml larutan yang mengandung 0,730 mol C6H12O6 juga memiliki konsentrasi 1,46 M.
M = molaritas =
0,730 mol
0,500 L
Definisi fraksi mol adalah perbandingan banyaknya mol suatu zat dengan jumlah
mol seluruh zat yang ada dalam campuran tersebut. Apabila fraksi mol kita beri
tanda X, fraksi mol zat A dalam larutan dinyatakan sebagai XA (Brady,1999).
XA =
nA
n A +n B +nC +
Dengan nA, nB, dan seterusnya adalah banyaknya mol komponen zat-zat dalam
larutan. Misalkan, suatu larutan terdiri dari 2,0 mol air dan 3,0 etanol (C2H5OH).
Maka fraksi mol dari air, XH2O, adalah
XH2O =
2, o mol H 2 O
2,0 mol H 2 O+3,0 mol C 2 H 5 OH
2,0 mol
5,0 mol = 0,40
Dengan demikian juga, fraksi mol dari etanol dalam campuran adalah
3,0 mol
=0,60
X C2H5OH = 5,0 mol
Kita lihat bahwa jumlah fraksi mol dari zat terlarut dan pelarut harus sama
dengan satu (Brady,1999).
Istilah yang sering juga dipakai adalah persen mol ( disingkat % mol)
yang tidak lain adalah 100 x fraksi mol. Jadi, campuran di atas terdiri dari 40% mol
air dan 60% mol etanol. Untuk mudahnya, sering yang dimaksud dengan persen mol
adalah untuk menyatakan jumlah mol zat terlarut per 100 mol larutan. Misalnya 60%
mol larutan etanol mengandung 60 mol
(Brady,1999).
Molalitas
Molalitas didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut per kg pelarut. Berarti
merupakan perbandingan antara jumlah mol zat terlarut dengan kilogram
(Brady,1999).
14
molalitas=
contoh :
Berapakah molalitas NaOH yang dibuat dengan cara melarutkan g NaOH dalam
500 g aquades ?
Mol NaOH =
Jawab
4g
=0,1mol
40 g/mol
mol
0,1 mol
=
=0,2 m
kg pelarut 0,5 kg
15
V titran X N X BE
x 100
ml sampel x 1000
titran
BE ( berat ekivalen) sama dengan berat molekul sampel dibagi dengan valensinya.
2.8 Pengenceran
Menurut Day and Underwood (2002), prosedur laboratorium dalam kimia analitik
seringkali
mensyaratkan
pengambilan
alikuot
dari
sebuah
larutan
standar
mengencerkannya menjadi volume yang lebih besar dalam botol volumetrik. Teknik ini
terutama berguna dalam prosedur spektrofotometrik untuk menyesuaikan konsentrasi
zat terlarut sehingga galat pengukuran absorbansi larutan dapat diminialkan.
Perhitungan yang melibatkan pengenceran bersifat langsung dan simpel. Karena
tidak ada reaksi kimia yang terjadi, jumlah mol larutan dalam larutan asli harus sama
dengan mol dalam larutan final. Contoh berikut ini menggambarkan perhitungan
tersebut.
Larutan KMnO4 sebesar 0,0200 M dipersiapkan dengan melarutkan sejumlah
garam dalam 1 liter botol volumetrik, 25 mL alikuot dari larutan ini ditempatkan dalam
500 mL botol volumetrik, dan botol tersebut dipenuhi dengan air sampai tanda yang
ada. Hitung molaritas larutan ini dalam 500 mL botol.
Kita ketahui bahwa mmol1 = mmol2,
V1 X M1 = V2 X M2
Sehingga
25,0 x 0,0200 = 500 x M2
M2 = 0,00100 mmol/mL
Terkadang mahasiswa mungkin mendengar ungkapan larutan telah menjalani 20
kali pegenceran. Ini berarti bahwa konsentrasi telah dikurangi dengan faktor 25,0/500,
atau 1/20 (Day and Underwood, 2002).
16
Menurut Petrucci (2011), prinsip pengenceran adalah bahwa zat terlarut yang sama
dengan yang ada di sampel larutan stok terdistribusi di seluruh volume larutan
encernya.
2.9 Aturan Pembulatan
Angka penting disebut juga angka berarti atau angka signifikan,yaitu angka yang
menunukkan ketelitian atau ketidakpastian alat ukur yang digunakan. Angka penting pasti
diperoleh dari hasil pengukuran. Angka yang bukan berasal dari hasil pengukuran disebut
angka eksak,misalnya jumla siswa dalam satu kelas 30 orang. Angka penting terdiri atas
angka pasti dan angka taksiran (angka perkiraan atau angka diragukan).
a. Aturan angka penting
Sebuah angka adalah angka penting atau bukan dapat dilihat pada aturan angka penting
sebagai berikut.
1. Semua angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh: 12,55 mempunyai 4 angka penting.
2. Semua angka nol yang terletak di antara angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh: 4050,04 mempunyai 6 angka penting.
3. Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol tanpa tanda desimal adalah bukan angka
penting, kecuali diberi tanda khusus (garis bawah/atas).
Contoh: 502.000 mempunyai 3 angka penting
502.000 mempunyai 4 angka penting
502.000 Mempunyai 5 angka penting
4. Angka nol di sebelah kanan tanda desimal, dan di sebelah kiri angka bukan nol
adalah bukan angka penting.
Contoh: 0,0034 mempunyai 2 angka penting.
5. Semua angka di sebelah kanan tanda desimal dan mengikuti angka bukan nol
adalah angka penting.
Contoh: 12,00 mempunyai 4 angka penting
0,004200 mempunyai 4 angka penting.
b. Operasi Angka Penting
17
b. Jika satu kantong pupuk mempunyai massa 8,31 kg, berapakah massa 41
kantong pupuk?
Jawab :
a. 0,548
(3 angka penting)
0,2
(1 angka penting)
0,1196 maka hasilnya cukup ditulis 0,1 m2(mempunyai 1 angka penting)
b. 8,31
(3 angka penting)
41
(angka eksak)
341 ditulis 341 kg (3 angka penting).
2.10 Larutan Baku
Semua perhitungan dalam titrimetri didasarkan pada konsentrasi titran sehingga
konsentrasi titran harus dibuat secara teliti. Titrasi semacam ini disebut dengan larutan
baku (standar). Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan normalitas, molaritas, atau
bobot per volume (Gandjar dan Rohman, 2007).
Suatu larutan standar dapat dibuat dengan cara melarutkan sejumlah senyawa baku
tertentu yang sebelumnya senyawa tersebut ditimbang secara tepat dalam volume
larutan yang diukur dengan tepat. Larutan standar ada dua macam yaitu larutan baku
primer dan larutan baku sekunder. Larutan baku primer mempunyai kemurnian yang
tinggi. Larutan baku sekunder harus dibakukan dengan larutan baku primer. Suatu
proses yang mana larutan baku sekunder dibakkukan dengan larutan baku primer
disebut dengan standarisasi (Gandjar dan Rohman, 2007).
Suatu senyawa dapat digunakan sebagai baku primer jika memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a. Mudah didapat, dimurnikan, dikeringkan, dan disimpan dalam keadaan murni.
b. Mempunyai kemurnian yang sangat tinggi (100 0,02)% atau dapat dimurnikan
dengan penghabluran kembali.
c. Tidak berubah selama penimbangan (zat yang higroskopis bukan merupakan baku
primer).
d. Tidak teroksidasi oleh O2 dari udara dan tidak berubah oleh CO2 dari udara.
e. Susunan kimianya tepat sesuai jumlahnya.
f. Mempunyai berat ekivalen yang tinggi, sehingga kesalahan penimbangan akan
menjadi lebih kecil.
g. Mudah larrut
h. Reaksi dengan zat yang ditetapkan harus stoikiometri, cepat, dan terukur.
19
N HCl
mg Na2 CO 3 Valensi
354,2 2
N HCl =
=0,2211 N .
BM Na2 CO 3 mL HCl
106 30,23
20
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Stoikiometri (berasal dari bahasa yunani stoicheion = unsur dan metron = mengukur)
adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan bentuk kuantitatif dari reaksi dan
senyawa kimia.
The mol concept introduced and applicated to chemical can also be used to
calculate mass relationship in chemical reactions. The study of such mass
relationship is called stoichiometry, a word derived from the Greek stoicheion
21
Menurut Day and Underwood (2002), berat gram-ekivaken yang biasa disingkat
berat ekivalen, BE) dari sebuah asam atau basa didefinisikan sebagai berat yang
diperlukan dalam gram untuk melengkapi atau bereaksi dengan 1 mol H+ (1,008 g).
Untuk mengitung kadar suatu senyawa yang ditetapkan secara volumetri dapat
menggunakan rumus-rumus umum berikut:
a. Jika sampelnya padat : Kadar (%b/b) =
b. Jika sampelnya cair : Kadar (%b/v) =
V titran X N X BE
x 100
berat sampel(mg)
titran
V titran X N X BE
x 100
ml sampel x 1000
titran
Menurut Petrucci (2011), prinsip pengenceran adalah bahwa zat terlarut yang sama
dengan yang ada di sampel larutan stok terdistribusi di seluruh volume larutan
encernya.
Angka penting disebut juga angka berarti atau angka signifikan,yaitu angka yang
22
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A dan Underwood, A.L.2001. Analisis Kimia Kuantitas. Jakarta : Erlangga.
James E. Brady,KIMIA UNIVERSITAS Asas & Struktur Jilid 1, Jakarta: Binarupa Aksara
Petruci, Ralp H dan Suminar. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta :
Erlangga.
Spencer L Seager. Michael R. Slabaugh,. 2008.Chemistry For Today, Singapore : Thomson
Learning
Sukarna, I Made, JICA Kimia Dasar 1, Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam UNNES.
23