Вы находитесь на странице: 1из 23

BAB II

ISI

Kimia analitik berubungan dengan teori dan praktek dari metode-metode yang dipakai
untuk menetapkan koposisi bahan. Kimia analitik bisa dibagi menjadi bidang-bidang yang
disebut analisis kualitatif dan analisis kuantitatif (Day dan Underwood, 2002).
Analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang
terkandung dalam suatu sampel. zat yang ditetapkan tersebut, yang seringkali dinyatakan
sebagai konstituen atau analit, menyusun enta sebagian kecil atau sebagian besar sampel yang
dianalisis (Day dan Underwood, 2002).
2.1 Stoikiometri
Dalam bahasa yunani, kata stoicheion berarti unsur. Istilah stoikiometri
(stoichiometry) seara harfia berarti mengukur unsur-tetapi dari sudut pandang praktis,
stoikiometri meliputi semua hubungan kuantitatif yang melibatkan massa atom dan
massa rumus, rumus kimia, dan persamaan kimia (petrucci, dkk.2011)
Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur dalam
senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia secara stoikiometri,
biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia.
Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan dengan bidang kimia. Konsep
paling fundamental dalam kimia adalah hukum konservasi massa, yang menyatakan
bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu reaksi kimia biasa. Fisika
modern menunjukkan bahwa sebenarnya yang terjadi adalah konservasi energi, dan
bahwa energi dan massa saling berhubungan suatu konsep yang menjadi penting dalam
kimia nuklir. Konservasi energi menuntun ke suatu konsep-konsep penting mengenai
kesetimbangan, termodinamika, dan kinetika.

Hukum Hukum Dasar Kimia


1. Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier)
"Massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap".
Contoh soal:
2Mg + O2 2MgO
(4g) (32g) (36g)
2. Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)
"Perbandingan massa unsur-unsur dalam tiap-tiap senyawa adalah tetap"
Contoh soal:
a. Pada senyawa NH3 = massa N : massa H
= 1 Ar . N : 3 Ar . H
= 1 (14) : 3 (1)
= 14 : 3
b. Pada senyawa SO3 = massa S : massa O
= 1 Ar . S : 3 Ar . O
= 1 (32) : 3 (16)
= 32 : 48
=2:3
Keuntungan dari hukum Proust:
Bila diketahui massa suatu senyawa atau massa salah satu unsur yang membentuk
senyawa tersebut maka massa unsur lainnya dapat diketahui.
Contoh soal:
Berapa kadar C dalam 50 gram CaCO3 ? (Ar: C = 12; O = 16; Ca = 40)

Jawab :
Massa C =

Ar C
Mr CaC O3 massa CaCO3
12
100 50 gram

= 6 gram
Kadar C =

massa C
massaCaC O 3 100%
6
50 100%

= 12%
3. Hukum Perbandingan Berganda = Hukum Dalton
"Bila dua buah unsur dapat membentuk dua atau lebih senyawa untuk massa
salah satu unsur yang sama banyaknya maka perbandingan massa unsur kedua akan
berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana".
Contoh soal:
Bila unsur nitrogen dan oksigen disenyawakan dapat terbentuk,
NO dimana massa

N : O = 14 : 16 = 7 : 8

NO2 dimana massa

N : O = 14 : 32 = 7 : 16

Untuk massa nitrogen yang sama banyaknya maka perbandingan massa Oksigen pada
senyawa NO : NO2 = 8 :16 = 1 : 2
4. Hukum-Hukum Gas
Untuk gas ideal berlaku persamaan :
PV = nRT
dimana:
P = tekanan gas (atm)
3

V = volume gas (liter)


n = mol gas
R = tetapan gas universal = 0.082 liter.atm/mol Kelvin
T = suhu mutlak (Kelvin)
Perubahan-perubahan dari P, V, dan T dari keadaan 1 ke keadaan 2 dengan kondisikondisi tertentu dicerminkan dengan hukum-hukum berikut:
a. Hukum Boyle
Hukum ini diturunkan dari persamaan keadaan gas ideal dengan n1 = n2 dan T1 =
T2 ; sehingga diperoleh:
P1.V1 = P2.V2
b. Hukum Gay-Lussac
"Volume gas-gas yang bereaksi d an volume gas-gas hasil reaksi bila diukur pada
suhu dan tekanan yang sama, akan berbanding sebagai bilangan bulat dan
sederhana". Jadi untuk: P1 = P2 dan T1 = T2 berlaku:
V 1 n1
=
V 2 n2

c. Hukum Boyle-Gay Lussac


Hukum ini merupakan perluasan hukum terdahulu dan diturukan dengan keadaan
harga n1 = n2 sehingga diperoleh persamaan:
P1. V P2.V
=
T1
T2
1

d. Hukum Avogadro
"Pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang volumenya sama mengandung
jumlah mol yang sama".

Dari pernyataan ini ditentukan bahwa pada keadaan STP (0 oC 1 atm) 1 mol
setiap gas, volumenya 22,4 liter. Volume ini disebut sebagai volume molar gas.
Contoh soal:
Berapa volume 8,5 gram amoniak (NH3) pada suhu 27 oC dan tekanan 1 atm ?
(Ar: H = 1 ; N = 14)
Jawab:
8,5 g amoniak =

8,5
17 = 0,5 mol

Volume amoniak (STP) = 0,5 22,4 = 11,2 liter


Berdasarkan persamaan Boyle-Gay Lussac:
P1. V P2.V
=
T1
T2
1

1. V 2
1.112,1
=
273
(273+27)
V2 = 12,31 liter
2.2 Konsep Mol Dan Molar
Satu mol adalah adalah jumlah zat yang mengandung partikel-partikel elementer,
sebanyak jumlah atom dalam 0,012 kg karbon-12 yang mempunyai massa 12 sma
(Azizah, 2004).
a) Jumlah partikel
Jumlah partikel (atom, molekul, ion) dalam satu mol disebut bilangan Avogadro
dengan lambang L. Berdasarkan penelitian yang dilakukan salah satunya dengan cara
elektrolisis diperoleh harga 1 mol adalah 6,02 x 10 23. Untuk menentukan jumlah
partikel dalam satu mol digunakan rumus sebagai berikut
Jumlah partikel = Jumlah mol x bilangan Avogadro

b) Massa molar
Massa molar (molar mass), didefinisikan sebagai massa (dalam garam atau kilogram)
dari 1 mol entitas (seperti atom atau molekul) zat (Raymond C.,2004). Massa molar
adalah bilangan yang sama dengan massa atom relatif atau massa molekul relatif,
tetapi ditunjukkan dalam satuan g/mol.
Massa molar A = mol zat A x

massa A (gram)
1 mol zat A

c) Volume molar
1. Volume molar gas dalam keadaan standar
Karena volume gas sangat dipengaruhi oleh suhu dan tekanan, dalam stoikiometri
para ahli kimia menetapkan suatu kondisi acuan dalam penentuan volume molar.
Kondisi acuan ini adalah 0 C (273 K) dan 1 atm. Kondisi ini disebut kondisi
standar atau STP (Standard Temperature and Pressure). Pada kondisi STP, volume
molar gas adalah 22,4 L. Hubungan volume molar dan jumlah mol gas pada
keadaan standar sebagai berikut:
Volume gas = Jumlah mol (n) x 22,4 L

2. Volume gas pada keadaan sembarang

(tidak STP) pada persamaan gas ideal dinyatakan dengan:


PV = nRT
Keterangan
P = Tekanan gas (atm)
V = volume (liter)
n = jumlah mol gas (mol)
6

R = tetapan gas (0,082 L atm/mol K)


3. Volume gas diukur pada kondisi gas lain. Dengan Persamaan
n 1 n2
=
V1 V2
Keterangan
n1 = Jumlah mol gas 1
n2 = Jumlah mol gas 2
V1 = Volume gas 1
V2 = Volume gas 2
2.3 Normalitas
Normalitas merupakan banyaknya ekivalen (ek) zat terlarut (solute) tiap liter
larutan (Gandjar dan Rohman, 2007) atau :
N=

ek
V

ek =

g
g
sehingga N =
BE
BE x V

Yang mana :
N

: Normalitas

Ek

: banyaknya ekivalen

BE

: Berat ekivalen (gram ekivalen)

: Volume larutan (liter)

Berat ekivalen sama dengan berat molekul (BM) dibagi dengan valensi atau :
BE=

BM
n

Sehingga persamaan unuk mementukan Normalitas dapat dituliskan kembali menjadi ;


N=

gx n
BM x V

Yang mana n merupakan valensi.

Cara penentuan valensi tergantung pada reaksi yang terjadi. Berikut ini adalah cara
penentuannya:
1. Reaksi asam basa
Pada reaksi asam basa, valensinya ditentukan berdasarkan banyaknya mol H + atau
OH- yang dihasilkan tiap mol asam atau basa.
Misal :
HCl akan terurai menurut reaksi HClH+ + Cl- maka valensi untuk HCl
adala 1 sebab 1 mol HCl ekivalen (setara) dengan 1 mol H + sehingga berat
ekivalen (BE) HCl sama dengan berat molekulnya (BM-nya). Demikian

juga HBr, HI, dan CH3COOH.


Untuk H2SO4, H2CO3 dan H2CO4 valensinya adalah 2 sebab 1 mol asamasam tersebut ekivalen dengan 2 mol ion H+ sehingga BE senyawa-senyawa

ini setengah dari BM-nya


Untuk H3PO4 valensinya adalah 3 sebab 1 mol asam-asam tersebut ekivalen

dengan 3 mol ion H+ sehingga BE senyawa-senyawa ini adalah BM/3.


Untuk basa-basa, seperti NaOH, KOH, NH 4OH valensinya adalah 1 sebab 1
mol basa-basa ini ekivalen dengan 1 mol OH- sehingga BE-nya sama

dengan berat molekulnya.


Untuk basa-basa Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan Mg(OH)2 maka valensinya adalah 2
sebab 1 mol basa-basa ini ekivalen dengan 2 mol OH - sehingga BE-nya

sama dengan setengah BM-nya.


Untuk Al(OH)3 valensinya adalah 3 sebab 1 mol basa-basa ini ekivalen
dengan 3 mol OH- sehingga BE-nya sama dengan BM/3 (Gandjar dan

Rohman, 2007).
2. Reaksi redoks
Pada reaksi oksidasi-reduksi (redoks, valensinya ditentukan oleh banyaknya
elektron yang hilang atau timbul pada reaksi oksidasi-reduksi. Sebagai contoh
reaksi I2 + 2e 2I- maka valensinya adalahh 2, sebab 1 mol I2 ekivalen dengan 2
elektron sehingga berat ekivalennya (BE) sama dengan setengah BM-nya (Gandjar
dan Rohman, 2007).
8

Perlu diperhatikan bahwa banyak senyawwa yang dapatmengalami lebih dari


satu reaksi tunggal, akibatnya senyawa tersebut mempunyai lebih dari satu berat
ekivalen (Gandjar dan Rohman, 2007). Contoh dari senyawa ini adalah kalium
permanganat:
MnO4- + e- MnO42- , BE = BM
MnO4- + 4 H+ + 3e MnO2 + 2 H2O , BE = BM/3
MnO4- + 8 H+ + 4e Mn3+ + 4 H2O , BE = BM/4
MnO4- + 8 H+ + 5e Mn2+ + 4 H2O , BE = BM/5
Contoh perhitungan
Hitung berat ekivalen (BE) natrium oksalat (Na2C2O4) dan kalium bikromat
(K2Cr2O7) dalam reaksi berikut ini:
3 C2O42- + CrO72- +14 + 2Cr3+ + CO2 + 7 H2O
Jawab :
Jumlah elektron yang dilepaskan atau yang ditangkap oleh keduanya dapat dilihat
dari reaksi paronya, yaitu :
C2O42- 2CO2 + 2e
CrO72- +14 H+ + 6 e 2Cr3+ + 7 H2O
Ion oksalat melepaskan 2 elektron (valensinya 2), sementara itu ion bikromat
menangkap 6 elektron (valensinya 6), sehingga :
BE Na2C2O4 = BM Na2C2O4/2 = 134/2 BEC2O42- =67
BE K2Cr2O7 = BM K2Cr2O7 / 6 = 294,2 / 6 BE K2Cr2O7 = 49,03
2.4 Formalitas
Formalitas atau konsentrasi analitik merupakan sistem konsentrasi yang dapat
didefinisikan sebagai banyaknya bobot rumus zat terlarut per liter larutan.
Menurut Day and Underwood (2002), banyak senyawa menjalani penguraian atau
pembentukan kompleks ketika dilarutkan dalam suatu larutan. Sebagai contoh, sebuah
elektrolit lemah asam asetat (CH3COOH, atau HOAc) terurai secara perlahan menjadi
ion-ion ketika dilarutkan dalam air:

HOAc + H2O H3O+ + OAc-

Sekarang jika 0,100 mol HOAc dilarutkan dalam 0,100 liter larutan encer dan terurai
menjadi 1,3 %, larutan tersebut tidak menjadi 0,100 M dalam molekul HOAc,
melainkan 0,0987 M dalam molekul HOAc dan 0,0013 M dalam ion OAc - dan H3O+.
Dalam banyak kasus, kimiawan menggunakan istilah formalitas (F) atau konsentrasi
9

analitis2 (Cx) untuk mengindikasikan total konsentrasi spesies yang muncul dari asam
asetat. Dalam contoh ini
F = C = [HOAc] + [OAc-]
F = C = 0,0987 + 0,0013 = 0,100
Formalitas didefinisikan sebagai

F=

nf
V

Dimana nf adalah jumlah dari berat rumus larutan dan V adalah volume larutan tersebut
dalam liter. Karena
g
nf
BR
Di mana g adalah jumlah dari gram larutan dan BR adalah berat rumus, sehingga
g
F=
BR V
Contoh berikut ini menggambarkan sistem konsentrasi ini.
Sebuah contoh asam dikloroasetat, Cl2CHCOOH (BR 128,94), dengan berat 6,447 g
dilarutkan dalam 500 mL larutan. Pada konsentrasi ini asam akan terurai sekitar 45%:
Cl CHCOOH H+ + Cl CHCOO2

Hitung formalitas dari asam diklorosaetat dan molaritas dari dua spesies Cl2CHCOOH
dan Cl2CHCOO-.
g
F=
BR V
F=

6,447 g
g
128,94
0,500 liter
BR

F=0,100 BR /liter

Ini adalah total konsentrasi dari spesies yang muncul dari asam dikloroasetat.
Konsentrasi setimbang dari molekul dikloroasetat dan ion dikloroasetat adalah
[Cl2CHCOO-] = 0,100 0,45 = 0,045 M
[Cl2CHCOOH] = 0,100 0,55 = 0,055 M
10

Konentrasi semacam itu dinyatakan sebagai moralitas dan diindikasikan oleh molekul
atau ion yang berada di dalam tanda kurung. Maka
F=c = [Cl CHCOOH] + [Cl CHCOO-]
2
2
F=c

= 0,055 + 0,045 = 0,100

Dalam kebanyakan contoh kita akan menemukan bahwa dalam buku teks,
molaritas dan formalitas dapat dipergunakan bergantian. Dalam kasus-kasus kecil di
mana perbedaan dibutuhkan, hal ini akan diperhatikan (Day and Underwood, 2002).
2.5 Bobot Ekivalen
Menurut Day and Underwood (2002), berat gram-ekivaken yang biasa disingkat
berat ekivalen, BE) dari sebuah asam atau basa didefinisikan sebagai berat yang
diperlukan dalam gram untuk melengkapi atau bereaksi dengan 1 mol H+ (1,008 g). BE
dari substansi tersebut dinamakan ekivalen (eq), sama seperti BE yang dinamakan mol.
Satu milli ekivalen (meq) adalah seperseribu dari satu ekivalen, atau
1000 meq = 1 eq
Jika n adalah jumlah mol H+ yang dilengkapi oleh 1 mol asam, atau yang
direaksikan dengan 1 mol basa, hubungan antara berat molekul dan berat ekivalen
adalah

BE=

BM
n

Untuk HCl dan NaOH, n = 1 dan BM dan BE adalah sama. Untuk H2SO4 dan
Ca(OH)2, n = 2 dan BE adalah setengah BM.

11

Untuk reaksi oksidasi-reduksi berat gram ekivalen didefinisikan sebagai berat


(dalam gram) yang diperlukan untuk melengkapi atau bereaksi dengan satu mol
elektron. Untuk pengendapan dan reaksi formasi kompleks, berat gram ekivalen
didefinisikan sebagai berat substansi (dalam gram) yang diperlukan untuk melengkapi

atau bereaksi dengan 1 mol dari kation univalen,

1
2

mol kation divalen,

1
3

mol

kation trivalen, dst (Day and Underwood, 2002).


Berikut ini beberapa contoh yang menggambarkan perhitungan dari berat ekivalen.
Hitung BE dari berat SO3 yang dipergunakan sebagai asam dalam larutan encer.
SO3 adalah anhidrida dari asam sulfat H2SO4. Ketika asam yang terakhir
dititrasi dengan basa kuat, akan melengkapi 2 proton:
2

+ +SO 4
SO 3 + H 2 O H 2 SO 4 2 H

Karena 1 mol SO3 bertanggung jawab atas kelengkapan 2 mol H+, dan

BE=

BM 80,06
=
2
2

BE=40,03 g/eq

BE dari H2SO4 adalah setengah BM, atau 98,07/2 = 49,04 g/eq.


2.6 Konsentrasi
Sifat-sifat fisik dari suatu larutan ditentukan oleh perbandingan relatif atau
konsentrasi dari berbagai komponen larutannya. Telah dibicarakan beberapa cara
12

untuk menyatakan konsentrasi. Misalnya telah dipelajari mengenai molaritas dan


normalitas yang merupakan satuan konsentrasi yang berguna untuk memecahkan
soal-soal stoikiometri dari reaksi yang terjadi dalam suatu larutan. Molaritas dan
normalitas diciptakan khusus untuk maksud ini. Dengan cara yang sama telah
ditemukan bahwa beberapa satuan konsentrasi dapat dipakai untuk pengungkapan
sifat fisik dari larutan. Hal yang penting untuk diingat dari satuan konsentrasi adalah
bahwa satuan itu merupakan suatu perbandingan. Cara untuk menghafalnya adalah
harus diingat bahwa satuannya berhubungan dengan satu pembilang dan penyebut
(Brady,1999).
Konsentrasi larutan (consentration of a soltion) adalah jumlah zat terlarut yang
terdapat di dalam sejumlah tertentu pelarut atau larutan. Salah satu satuan
konsentrasi adalah molaritas (molarity) (M), atau konsentrasi molar, yaitu jumlah
mol zat terlarut dalam 1 liter larutan (Raymond C.,2004).
Molaritas didefinisikan oleh persamaan berikut :
M = molaritas =

mol zat terlarut


liter larutan

Dalam pengerjaan tentu saja kita tidak selalu bekerja dengan larutan yang
mempunyai volume tepat 1 L. Hal ini tidak menjadi masalah sepanjang kita tidak
lupa untuk mengkonersi volume larutan menjadi satuan liter. Maka, sebanyak 500
ml larutan yang mengandung 0,730 mol C6H12O6 juga memiliki konsentrasi 1,46 M.
M = molaritas =

0,730 mol
0,500 L

M = molaritas = 1,46 mol/L = 1,46 M

Fraksi mol dan persen mol


13

Definisi fraksi mol adalah perbandingan banyaknya mol suatu zat dengan jumlah
mol seluruh zat yang ada dalam campuran tersebut. Apabila fraksi mol kita beri
tanda X, fraksi mol zat A dalam larutan dinyatakan sebagai XA (Brady,1999).
XA =

nA
n A +n B +nC +

Dengan nA, nB, dan seterusnya adalah banyaknya mol komponen zat-zat dalam
larutan. Misalkan, suatu larutan terdiri dari 2,0 mol air dan 3,0 etanol (C2H5OH).
Maka fraksi mol dari air, XH2O, adalah
XH2O =

2, o mol H 2 O
2,0 mol H 2 O+3,0 mol C 2 H 5 OH

2,0 mol
5,0 mol = 0,40

Dengan demikian juga, fraksi mol dari etanol dalam campuran adalah
3,0 mol
=0,60
X C2H5OH = 5,0 mol
Kita lihat bahwa jumlah fraksi mol dari zat terlarut dan pelarut harus sama
dengan satu (Brady,1999).
Istilah yang sering juga dipakai adalah persen mol ( disingkat % mol)
yang tidak lain adalah 100 x fraksi mol. Jadi, campuran di atas terdiri dari 40% mol
air dan 60% mol etanol. Untuk mudahnya, sering yang dimaksud dengan persen mol
adalah untuk menyatakan jumlah mol zat terlarut per 100 mol larutan. Misalnya 60%
mol larutan etanol mengandung 60 mol

C 2H5OH untuk tiap 100 mol larutan

(Brady,1999).
Molalitas
Molalitas didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut per kg pelarut. Berarti
merupakan perbandingan antara jumlah mol zat terlarut dengan kilogram
(Brady,1999).
14

molalitas=

mol zat terlarut


kg pelarut

contoh :
Berapakah molalitas NaOH yang dibuat dengan cara melarutkan g NaOH dalam
500 g aquades ?
Mol NaOH =

Jawab

4g
=0,1mol
40 g/mol

Massa pelarut = 500 g = 0,5 kg


molalitas=

mol
0,1 mol
=
=0,2 m
kg pelarut 0,5 kg

2.7 Perhitungan Kadar


Dalam larutan, kadar bahan yang terlarut (solut) dinyatakan dengan konsentrasi.
Istilah ini berarti banyaknya massa yang terlarut dihitung sebagai berat (gram) tiap
satuan volume (mililiter) atau tiap satuan larutan, sehingga satuan kadar seperti ini
adalah gram/mililiter. Cara ini disebut dengan cara berat/volume atau b/v. Disamping
cara ini, ada cara yang menyatakan kadar dengan gram zat terlarut tiap gram pelarut
atau tiap gram larutan yang disebut dengan cara berat/berat atau b/b (Gandjar dan
Rohman, 2007).
Untuk mengitung kadar suatu senyawa yang ditetapkan secara volumetri dapat
menggunakan rumus-rumus umum berikut:

Jika sampelnya padat (sampel ditara dengan menggunakan timbangan analitik)


maka rumus untuk mengitung kadar adalah sebagai berikut:
V titran X N X BE
Kadar (%b/b) = berat sampel( mg) x 100
titran

15

Jika sampelnya cair (sampel diambil secara kuantitatif misal dengan


menggunakan pipet volume) maka rumus untuk mengitung kadar adalah
sebagai berikut:
Kadar (%b/v) =

V titran X N X BE
x 100
ml sampel x 1000
titran

BE ( berat ekivalen) sama dengan berat molekul sampel dibagi dengan valensinya.
2.8 Pengenceran
Menurut Day and Underwood (2002), prosedur laboratorium dalam kimia analitik
seringkali

mensyaratkan

pengambilan

alikuot

dari

sebuah

larutan

standar

mengencerkannya menjadi volume yang lebih besar dalam botol volumetrik. Teknik ini
terutama berguna dalam prosedur spektrofotometrik untuk menyesuaikan konsentrasi
zat terlarut sehingga galat pengukuran absorbansi larutan dapat diminialkan.
Perhitungan yang melibatkan pengenceran bersifat langsung dan simpel. Karena
tidak ada reaksi kimia yang terjadi, jumlah mol larutan dalam larutan asli harus sama
dengan mol dalam larutan final. Contoh berikut ini menggambarkan perhitungan
tersebut.
Larutan KMnO4 sebesar 0,0200 M dipersiapkan dengan melarutkan sejumlah
garam dalam 1 liter botol volumetrik, 25 mL alikuot dari larutan ini ditempatkan dalam
500 mL botol volumetrik, dan botol tersebut dipenuhi dengan air sampai tanda yang
ada. Hitung molaritas larutan ini dalam 500 mL botol.
Kita ketahui bahwa mmol1 = mmol2,
V1 X M1 = V2 X M2
Sehingga
25,0 x 0,0200 = 500 x M2
M2 = 0,00100 mmol/mL
Terkadang mahasiswa mungkin mendengar ungkapan larutan telah menjalani 20
kali pegenceran. Ini berarti bahwa konsentrasi telah dikurangi dengan faktor 25,0/500,
atau 1/20 (Day and Underwood, 2002).

16

Menurut Petrucci (2011), prinsip pengenceran adalah bahwa zat terlarut yang sama
dengan yang ada di sampel larutan stok terdistribusi di seluruh volume larutan
encernya.
2.9 Aturan Pembulatan
Angka penting disebut juga angka berarti atau angka signifikan,yaitu angka yang
menunukkan ketelitian atau ketidakpastian alat ukur yang digunakan. Angka penting pasti
diperoleh dari hasil pengukuran. Angka yang bukan berasal dari hasil pengukuran disebut
angka eksak,misalnya jumla siswa dalam satu kelas 30 orang. Angka penting terdiri atas

angka pasti dan angka taksiran (angka perkiraan atau angka diragukan).
a. Aturan angka penting
Sebuah angka adalah angka penting atau bukan dapat dilihat pada aturan angka penting
sebagai berikut.
1. Semua angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh: 12,55 mempunyai 4 angka penting.
2. Semua angka nol yang terletak di antara angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh: 4050,04 mempunyai 6 angka penting.
3. Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol tanpa tanda desimal adalah bukan angka
penting, kecuali diberi tanda khusus (garis bawah/atas).
Contoh: 502.000 mempunyai 3 angka penting
502.000 mempunyai 4 angka penting
502.000 Mempunyai 5 angka penting

4. Angka nol di sebelah kanan tanda desimal, dan di sebelah kiri angka bukan nol
adalah bukan angka penting.
Contoh: 0,0034 mempunyai 2 angka penting.
5. Semua angka di sebelah kanan tanda desimal dan mengikuti angka bukan nol
adalah angka penting.
Contoh: 12,00 mempunyai 4 angka penting
0,004200 mempunyai 4 angka penting.
b. Operasi Angka Penting

17

Untuk menyelesaikan operasi bilangan yang melibatkan angka penting, diterapkan


beberapa aturan yang sedikit berbeda dengan operasi bilangan biasanya. Sebelum
membahasnya lebih lanjut, kita harus tahu prinsip pembulatan angka terlebih dahulu.
1. Pembulatan Angka
Pembulatan angka ini sering digunakan dalam materi-materi selanjutnya. Aturan
dalam pembulatan angka penting adalah sebagai berikut.
Angka lebih dari 5 dibulatkan ke atas dan angka kurang dari 5 dihilangkan.
Contoh: 456,67 dibulatkan menjadi 456,7
456,64 dibulatkan menjadi 456,6
Apabila tepat angka 5, dibulatkan ke atas jika angka sebelumnya angka ganjil,
dan dihilangkan jika angka sebelumnya angka genap.
Contoh: 456,65 dibulatkan menjadi 456,6
456,55 dibulatkan menjadi 456,6.
2. Penjumlahan dan Pengurangan Angka Penting
Operasi penjumlahan dan pengurangan angka penting mengikuti aturan:
Penulisan hasil operasi penjumlahan dan pengurangan mengikuti jumlah angka
taksiran yang paling sedikit dan pembulatan dilakukan sekali saja.
Contoh
a. Berapakah jumlah dari 16,256 g; 17,19 g; dan 9,3 g?
b. Seorang pendaki telah menempuh jarak dari kaki hingga puncak gunung
dengan waktu 121.234,3233 s. Jika selama perjalanan pendaki beristirahat
selama 2.563,98 s berapa lamakah pendaki tersebut berjalan?
Penyelesaian:
a. 16,256 + 17,19 + 9,3 = 42,7
16,256
(3 angka taksiran)
17,19
(2 angka taksiran)
9,3
+(1 angka taksiran)
42,7
(1 angka taksiran)
b. 121.234,3233 s 2.563,98 s = 118.670,34 s
3. Perkalian dan Pembagian Angka Penting
Jumlah angka penting pada hasil akhir harus mengikuti jumlah angka penting
yang paling sedikit. Untuk perkalian dan pembagian angka penting dengan angka
eksak, hasil akhir mengikuti jumlah angka penting tersebut.
Contoh :
a. Berapakah luas sebuah bidang berukuran 0,548 m 0,2 m?
18

b. Jika satu kantong pupuk mempunyai massa 8,31 kg, berapakah massa 41
kantong pupuk?
Jawab :
a. 0,548
(3 angka penting)
0,2

(1 angka penting)
0,1196 maka hasilnya cukup ditulis 0,1 m2(mempunyai 1 angka penting)
b. 8,31
(3 angka penting)
41

(angka eksak)
341 ditulis 341 kg (3 angka penting).
2.10 Larutan Baku
Semua perhitungan dalam titrimetri didasarkan pada konsentrasi titran sehingga
konsentrasi titran harus dibuat secara teliti. Titrasi semacam ini disebut dengan larutan
baku (standar). Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan normalitas, molaritas, atau
bobot per volume (Gandjar dan Rohman, 2007).
Suatu larutan standar dapat dibuat dengan cara melarutkan sejumlah senyawa baku
tertentu yang sebelumnya senyawa tersebut ditimbang secara tepat dalam volume
larutan yang diukur dengan tepat. Larutan standar ada dua macam yaitu larutan baku
primer dan larutan baku sekunder. Larutan baku primer mempunyai kemurnian yang
tinggi. Larutan baku sekunder harus dibakukan dengan larutan baku primer. Suatu
proses yang mana larutan baku sekunder dibakkukan dengan larutan baku primer
disebut dengan standarisasi (Gandjar dan Rohman, 2007).
Suatu senyawa dapat digunakan sebagai baku primer jika memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a. Mudah didapat, dimurnikan, dikeringkan, dan disimpan dalam keadaan murni.
b. Mempunyai kemurnian yang sangat tinggi (100 0,02)% atau dapat dimurnikan
dengan penghabluran kembali.
c. Tidak berubah selama penimbangan (zat yang higroskopis bukan merupakan baku
primer).
d. Tidak teroksidasi oleh O2 dari udara dan tidak berubah oleh CO2 dari udara.
e. Susunan kimianya tepat sesuai jumlahnya.
f. Mempunyai berat ekivalen yang tinggi, sehingga kesalahan penimbangan akan
menjadi lebih kecil.
g. Mudah larrut
h. Reaksi dengan zat yang ditetapkan harus stoikiometri, cepat, dan terukur.
19

Contoh-contoh berikut merupakan contoh perhitungan dalam standarisasi (pembakuan)


sebuah lautan.
Pembakuan HCl dilakukan dengan menggunakan baku primer natrium karbonat.
Sebanyak 354,2 mg natrium karbonat dilarutkan dalam air dan dititrasi dengan larutan
HCl (yang akan dibakukan) menggunakan indicator metil orange, dan sampai titik akhir
titrasi dibutuhkan volume HCl sebesar 30,23 mL. Hitunglah berapa normalitas HCl?
Jawab:
Pada pembakuan HCl dengan natrium karbonat menggunakan metil orange, reaksi
yang terjadi adalah:
Na2CO3 + 2HCl 2NaCl + H2O + CO2
Dari reaksi ini dapat diketahui bahwa tiap mol natrium karbonat bereaksi dengan 2 mol
HCl dan setara dengan 2 gramion H+ sehingga valensinya adalah 2. Sebagaimana kita
ketahui, pada saat titik ekivalen:
mgrek HCl = mgrek Na2CO3
mLHCl x NHCl = mmol Na2CO3 x Valensi
mLHCl x NHCl = mg Na2CO3/BM Na2CO3 x Valensi
Sehingga:

N HCl

mg Na2 CO 3 Valensi
354,2 2
N HCl =
=0,2211 N .
BM Na2 CO 3 mL HCl
106 30,23

20

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Stoikiometri (berasal dari bahasa yunani stoicheion = unsur dan metron = mengukur)
adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan bentuk kuantitatif dari reaksi dan

senyawa kimia.
The mol concept introduced and applicated to chemical can also be used to
calculate mass relationship in chemical reactions. The study of such mass
relationship is called stoichiometry, a word derived from the Greek stoicheion

(element) and metron (measure) (Spencer L. and Michael, 2008)


Normalitas merupakan banyaknya ekivalen (ek) zat terlarut (solute) tiap liter larutan

(Gandjar dan Rohman, 2007)


Formalitas atau konsentrasi analitik merupakan sistem konsentrasi yang dapat
didefinisikan sebagai banyaknya bobot rumus zat terlarut per liter larutan.

21

Menurut Day and Underwood (2002), berat gram-ekivaken yang biasa disingkat
berat ekivalen, BE) dari sebuah asam atau basa didefinisikan sebagai berat yang

diperlukan dalam gram untuk melengkapi atau bereaksi dengan 1 mol H+ (1,008 g).
Untuk mengitung kadar suatu senyawa yang ditetapkan secara volumetri dapat
menggunakan rumus-rumus umum berikut:
a. Jika sampelnya padat : Kadar (%b/b) =
b. Jika sampelnya cair : Kadar (%b/v) =

V titran X N X BE
x 100
berat sampel(mg)
titran

V titran X N X BE
x 100
ml sampel x 1000
titran

Menurut Petrucci (2011), prinsip pengenceran adalah bahwa zat terlarut yang sama
dengan yang ada di sampel larutan stok terdistribusi di seluruh volume larutan
encernya.
Angka penting disebut juga angka berarti atau angka signifikan,yaitu angka yang

menunukkan ketelitian atau ketidakpastian alat ukur yang digunakan.


Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui.
Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang
sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku.

22

DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A dan Underwood, A.L.2001. Analisis Kimia Kuantitas. Jakarta : Erlangga.
James E. Brady,KIMIA UNIVERSITAS Asas & Struktur Jilid 1, Jakarta: Binarupa Aksara
Petruci, Ralp H dan Suminar. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta :
Erlangga.
Spencer L Seager. Michael R. Slabaugh,. 2008.Chemistry For Today, Singapore : Thomson
Learning
Sukarna, I Made, JICA Kimia Dasar 1, Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam UNNES.

23

Вам также может понравиться

  • Materi Bimbel
    Materi Bimbel
    Документ98 страниц
    Materi Bimbel
    Sangkala Maros
    Оценок пока нет
  • MAKALAH
    MAKALAH
    Документ21 страница
    MAKALAH
    Dermawan Jr
    0% (1)
  • 6-7 Kimia Stoikiometri
    6-7 Kimia Stoikiometri
    Документ14 страниц
    6-7 Kimia Stoikiometri
    Izal Muridu
    Оценок пока нет
  • Stoikiometri (Kelompok 8)
    Stoikiometri (Kelompok 8)
    Документ25 страниц
    Stoikiometri (Kelompok 8)
    Andi Isna Yunita
    Оценок пока нет
  • Lecture - Note - Sesi-13 - STOIKIOMETRI
    Lecture - Note - Sesi-13 - STOIKIOMETRI
    Документ23 страницы
    Lecture - Note - Sesi-13 - STOIKIOMETRI
    berkasmengajardanang
    Оценок пока нет
  • Pertemuan II - Stoikiometri
    Pertemuan II - Stoikiometri
    Документ26 страниц
    Pertemuan II - Stoikiometri
    Maria Putri
    Оценок пока нет
  • 5 Stoikiometri
    5 Stoikiometri
    Документ25 страниц
    5 Stoikiometri
    Hidayatur Rasyidin
    Оценок пока нет
  • Kimia Dasar 2017
    Kimia Dasar 2017
    Документ63 страницы
    Kimia Dasar 2017
    Novia Anjani Safitri
    Оценок пока нет
  • Kimia
    Kimia
    Документ51 страница
    Kimia
    Si Doel
    Оценок пока нет
  • Lecture - Note - Sesi-13 - STOIKIOMETRI
    Lecture - Note - Sesi-13 - STOIKIOMETRI
    Документ23 страницы
    Lecture - Note - Sesi-13 - STOIKIOMETRI
    berkasmengajardanang
    Оценок пока нет
  • Hukum Kimia
    Hukum Kimia
    Документ5 страниц
    Hukum Kimia
    Kakek Sahli
    Оценок пока нет
  • Bab I Stoikiometri
    Bab I Stoikiometri
    Документ35 страниц
    Bab I Stoikiometri
    Muhammad Afnan M
    Оценок пока нет
  • Stoikiometri Kelompok 2
    Stoikiometri Kelompok 2
    Документ14 страниц
    Stoikiometri Kelompok 2
    Frianty Sihotang PSB D 22
    Оценок пока нет
  • Makalah Hukum Kimia Bab 1-3edit Terakhir
    Makalah Hukum Kimia Bab 1-3edit Terakhir
    Документ18 страниц
    Makalah Hukum Kimia Bab 1-3edit Terakhir
    edyducation
    33% (3)
  • Stoikiometri - Syamsiyatul Hidayati
    Stoikiometri - Syamsiyatul Hidayati
    Документ12 страниц
    Stoikiometri - Syamsiyatul Hidayati
    srilaili
    Оценок пока нет
  • Stokiometri
    Stokiometri
    Документ60 страниц
    Stokiometri
    khusnul
    Оценок пока нет
  • Modul Kimia
    Modul Kimia
    Документ52 страницы
    Modul Kimia
    Friedrich Rabin Situmorang
    Оценок пока нет
  • 02 Stoikiometri
    02 Stoikiometri
    Документ20 страниц
    02 Stoikiometri
    Nur Padila
    Оценок пока нет
  • Stokiometri
    Stokiometri
    Документ60 страниц
    Stokiometri
    Muhammad Naufal ibnu ilyas
    Оценок пока нет
  • Materi Kuliah Kimia Dasar
    Materi Kuliah Kimia Dasar
    Документ77 страниц
    Materi Kuliah Kimia Dasar
    Ricky Yakobus Kota
    Оценок пока нет
  • Perhitungan Kimia
    Perhitungan Kimia
    Документ9 страниц
    Perhitungan Kimia
    IP Man
    Оценок пока нет
  • Hukum Dasar Dan Stoikiometri
    Hukum Dasar Dan Stoikiometri
    Документ7 страниц
    Hukum Dasar Dan Stoikiometri
    Muhammad Firdaus Lana Ibnu Su'ud
    Оценок пока нет
  • Bab 2. Persamaan Kimia Dan Stoikiometri
    Bab 2. Persamaan Kimia Dan Stoikiometri
    Документ26 страниц
    Bab 2. Persamaan Kimia Dan Stoikiometri
    Racie YaNcie Farlopthy
    Оценок пока нет
  • 10 Hukum Kimia
    10 Hukum Kimia
    Документ7 страниц
    10 Hukum Kimia
    septiana
    Оценок пока нет
  • Resume Pertemuan 4 (Kelompok 1)
    Resume Pertemuan 4 (Kelompok 1)
    Документ4 страницы
    Resume Pertemuan 4 (Kelompok 1)
    Neng rani
    Оценок пока нет
  • Modul Kimia Kelas X SMT 2
    Modul Kimia Kelas X SMT 2
    Документ23 страницы
    Modul Kimia Kelas X SMT 2
    qolip
    Оценок пока нет
  • Materi Kuliah Kimia Dasar
    Materi Kuliah Kimia Dasar
    Документ100 страниц
    Materi Kuliah Kimia Dasar
    Chiquita's
    96% (92)
  • Materi Kuliah Kimia Dasar Baru
    Materi Kuliah Kimia Dasar Baru
    Документ98 страниц
    Materi Kuliah Kimia Dasar Baru
    Agung Haryanto
    Оценок пока нет
  • Tugas Kimia
    Tugas Kimia
    Документ16 страниц
    Tugas Kimia
    Dwi Sutikno
    Оценок пока нет
  • Stoikiometri 2
    Stoikiometri 2
    Документ5 страниц
    Stoikiometri 2
    Hera
    Оценок пока нет
  • STOIKIOMETRI
    STOIKIOMETRI
    Документ20 страниц
    STOIKIOMETRI
    maryana
    Оценок пока нет
  • Capaian Pembelajaran
    Capaian Pembelajaran
    Документ20 страниц
    Capaian Pembelajaran
    yunita
    Оценок пока нет
  • Asdasdasdasdasd
    Asdasdasdasdasd
    Документ7 страниц
    Asdasdasdasdasd
    ArdicWira
    Оценок пока нет
  • Hdmol Kim1 3
    Hdmol Kim1 3
    Документ4 страницы
    Hdmol Kim1 3
    Hildayanti Mustikasari
    Оценок пока нет
  • STOIKIOMETRI
    STOIKIOMETRI
    Документ55 страниц
    STOIKIOMETRI
    Nurul Aini
    100% (1)
  • Makalah Stokiometri
    Makalah Stokiometri
    Документ17 страниц
    Makalah Stokiometri
    Nona Tri Aulia
    Оценок пока нет
  • Rangkuman Hukum Dasar Kimia Dan Perhitungan Kimia
    Rangkuman Hukum Dasar Kimia Dan Perhitungan Kimia
    Документ6 страниц
    Rangkuman Hukum Dasar Kimia Dan Perhitungan Kimia
    Rostati Khadijah
    Оценок пока нет
  • Stoikiometri
    Stoikiometri
    Документ23 страницы
    Stoikiometri
    Putri Putey
    100% (1)
  • Tata Nama Senyawa
    Tata Nama Senyawa
    Документ10 страниц
    Tata Nama Senyawa
    M Abdi Abdul Afis
    Оценок пока нет
  • Materi Stoikiometri
    Materi Stoikiometri
    Документ16 страниц
    Materi Stoikiometri
    Hnsaaa Nisaa
    Оценок пока нет
  • Review Lengkap Stoikiometri
    Review Lengkap Stoikiometri
    Документ7 страниц
    Review Lengkap Stoikiometri
    faisal
    Оценок пока нет
  • Kelas X - Stoikiometri
    Kelas X - Stoikiometri
    Документ8 страниц
    Kelas X - Stoikiometri
    shintaukyseptiyani
    0% (1)
  • Reaksi Dan Stoikiometri
    Reaksi Dan Stoikiometri
    Документ25 страниц
    Reaksi Dan Stoikiometri
    Nur Hafizah
    Оценок пока нет
  • B. Kapsul
    B. Kapsul
    Документ30 страниц
    B. Kapsul
    Devri Windi Sari
    Оценок пока нет
  • A. Sustained Release
    A. Sustained Release
    Документ40 страниц
    A. Sustained Release
    Devri Windi Sari
    Оценок пока нет
  • B. Pengeringan
    B. Pengeringan
    Документ34 страницы
    B. Pengeringan
    Devri Windi Sari
    Оценок пока нет
  • Infusa & Destilasi
    Infusa & Destilasi
    Документ29 страниц
    Infusa & Destilasi
    Devri Windi Sari
    Оценок пока нет
  • Infus
    Infus
    Документ2 страницы
    Infus
    Devri Windi Sari
    Оценок пока нет
  • Pelarut
    Pelarut
    Документ3 страницы
    Pelarut
    Devri Windi Sari
    Оценок пока нет
  • Gravi Metri
    Gravi Metri
    Документ15 страниц
    Gravi Metri
    Devri Windi Sari
    Оценок пока нет
  • Analisis Asam Basa
    Analisis Asam Basa
    Документ35 страниц
    Analisis Asam Basa
    Devri Windi Sari
    100% (1)
  • DIAZOTASI
    DIAZOTASI
    Документ12 страниц
    DIAZOTASI
    Devri Windi Sari
    Оценок пока нет
  • REDOKS
    REDOKS
    Документ20 страниц
    REDOKS
    Devri Windi Sari
    Оценок пока нет
  • Eu & Pro
    Eu & Pro
    Документ22 страницы
    Eu & Pro
    Devri Windi Sari
    Оценок пока нет
  • Pengolahan Data Analisis
    Pengolahan Data Analisis
    Документ70 страниц
    Pengolahan Data Analisis
    Devri Windi Sari
    Оценок пока нет