Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1
hasil
panennya
dengan
maksimal
dan
efektif
dalam
Cara kerja dan bagian-bagian dari mesin pengering kacang tanah yang akan
di rancang sebagai berikut, Heater bagian ini berfungsi sebagai pemanas, heater
dalam alat ini di fungsikan sebagai komponen utama, rod yang berfungsi sebagai
pengaduk kacang tanah supaya hasil panas yang di hasilkan oleh heater dapat
merata, kipas alat ini di gunakan sebagai pembersih benda kerja dari kotorankotoran yang menempel pada bagian luar, conveyor bagian ini berfungsi sebagai
pengantar kacang tanah ke dalam wadah dan di gunakan juga sebagai tempat atau
ruang pembersihan terakhir kacang tanah dari tanah-tanah atau kotoran-kotoran
yang masih menempel. PLC (Programmable Logic Control) serta sensor atau
timer yang akan digunakan untuk mengatur kerja alat ini.
Cara kerja daripada mesin yang di rancang adalah, kacang dimasukan
kedalam ruang pemanas kemudian ruang pemanas ditutup rapat, kemudian
pemanas akan di atur dengan waktu yang diinginkan, pada saat berjalannya waktu
pemanasan kacang tanah, kemudian dengan perlahan-lahan bagian rod yang
bekerja dan digerakan dengan motor listrik yang berputar menggerakan pintu
yang di gunakan sebagai jalur keluarnya kacang tanah sesudah dipanaskan.
Kemudian alat ini akan bekerja untuk mengaduk kacang yang ada didalam ruang
pemanas tersebut. Setelah waktu yang diinginkan sudah tercapai kemudian pintu
dari ruang pemanas yang berada pada bagian bawah ruang ini akan terbuka secara
otomatis.
Dari ruang pemanas tersebut kemudian kacang tanah akan terjatuh dan
terbentur dengan panahan yang sudah di buat untuk alat perontok kotoran yang
masih menempel pada kacang yang sudah di panaskan dengan bantuan kipas yang
di pasang berdekatan dengan penahan, setelah melewati penahan tersebut
kemudian kacang tanah langsung terjatuh di bagian konveyor, kemudian kacang
tersebut di bawa atau diarahkan kedalam wadah terakhir, dalam proses perjalanan
konveyor terdapat dua kipas yang akan bekerja sebagai pembersihan terakhir,
pada bagian atap konveyor.
Identifikasi Masalah
Dengan melihat dari latar belakang maka dapat timbul berbagai
masalah yang dapat diidentifikasi, yaitu bagaimana cara rancang bangun mesin
pengering kacang secara otomatis, berapa kapasitas yang dapat dimuat oleh
ruang pemanas?, bagaimana cara perhitungan kecepatan putar dari pada
cylinder?, yang dipakai atau digunakan untuk memutar V-Belt ( sejenis mesh )
pada mesin konveyor?, berapa waktu yang akan di butuhkan untuk proses
pengeringan?, bagaimana cara kerja mesin pengering kacang?
1.4
Pembatasan Masalah
Agar penyusunan Tugas atau Proyek Akhir ini dapat dilaksanakan
dengan baik serta mengingat luasnya ruang permasalahan maka penelitian ini
dibatasi pada:
1. Rancang bangun mesin.
2. Pengujian mesin.
Metode Observasi
Yaitu metode untuk memperoleh datadata dengan mengamati
langsung dan mencatat hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan
secara lengkap dan sistematis. Sehingga hasil pengamatan tersebut dapat
digunakan dalam penulisan laporan.
2.
Wawancara
Metode wawancara adalah metode yang diperoleh langsung dari
sumber informasi dan mengupas habis tentang semua kendala dan keluhan
pada saat menggunakan sistem konvensional.
3.
Metode litelatur
Metode yang berfungsi sebagai pedoman dan landasan teori data-data
observasi dan tanya jawab yaitu dengan cara studi perpustakaan dan bukubuku yang ada kaitannya dengan hal yang akan dibahas.
4.
Metode Eksperimen
Rancang bangun Mesin pengering kacang akan dihasilkan setelah
dilakukan uji coba dan dilakukan pen gujian terhadap mesin tersebut.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan membahas teori tentang Sistem Kendali, MCB (Mini Circuit
Breaker), Heater, Temperature Control, Motor Listrik, Relay, bearing, Multi meter,
Led, Saklar tekan, Limit switch, fan, Konveyor.
2.1
Secara garis besar sistem kendali dibagi dalam dua kategori besar yaitu
sistem kendali loop tertutup dan sistem kendali loop terbuka.
2.1.1
Kelemahan:
1. Gangguan dan perubahan kalibrasi.
2. Untuk menjaga kualitas yang diingankan pada keluaran perlu
kalibrasi ulang dari waktu ke waktu.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik dari sistem kendali
loop terbuka adalah :
1. Output tidak diukur
2. Hubungan output dan input diketahui
3. Tidak terdapat gangguan internal dan gangguan eksternal.
4. Bergantung pada kalibrasi.
2.1.2
Gambar 2.4 Sistem Kendali Loop Tertutup Otomatis dari Sistem Termal
2.1.3
dari beberap aksi atau perubahan yang dikontrol, yang diarahkan secara
sistematis menuju ke suatu hasil atau keadaan akhir tertentu.
Sedangkan menurut Katsuhito Ogata Plant adalah seperangkat
peralatan, mungkin hanya terdiri dari bebrapa bagian mesin yang bekerja
bersama-sama, yang digunakan untuk melakukan suatu operasi tertentu.
Dapat diambil kesimpulan bahwa pada bagian ini (proses/plant)
merupakan peralatan, perangkat, atau proses yang menghasilkan luaran
(output, hasil, produk, output sinyal) karena dikendalikan oleh bagian
pengendali.
2. Bagian Pengendali (Controller)
Bagian pengedali (controller) adalah merupakan peralatan,
perangkat, atau proses yang menghasilkan isyarat kendali (control signal)
untuk mengendalikan kendalian.
2.2
2.2.1
setelah diadakan suatu penelitian sebagai pembatas arus, MCB sering melepas
arus melebihi kapasitas yang tertera pada alat tersebut.. Hal ini tentu sangat
berpengaruh terhadap perencanaan dalam penentuan besar dan kecilnya
diameter dari saluran (kabel) itu sendiri.
2.2.2
sebaiknya sebagai komsumen (pemakai) agar tidak sengaja untuk memilih alat
pengaman yang kurang bermutu atau tergiur oleh harga murah alat pengaman
tersebut. Jika harga terlalu murah sudah tentu kwalitasnyapun pasti diragukan.
Dengan ini sebagai alat pengaman seharusnya bermutu baik dan memiliki
waktu putus sesuai kapasitas yang tertera pada alat tersebut.
2.3 Heater
Sebagai seorang maintenance mungkin akan merasa pusing jika heater
yang dipasang sering putus atau rusak. Agar heater awet atau tahan lama ada
beberapa hal yang mesti diperhatikan.
1. Kesesuaian model dan jenis heater. Model dan jenis heater yang akan
digunakan harus sesuai dengan aplikasi dari heater yang bersangkutan.
utamanya lingkungan yang mengandung chemical maka bahan heater
hendaknya juga dipilih yang tahan chemical
2. Surface load. Surface load dapat diartikan sebgaim beban permukaan. artinya
heater yasng mempunyai surface load tinggi, maka beban permukaannya juga
akan tinggi, sehingga process pertukaran panas dari heater ke lingkungannnya
tidak optimal. maka heater lama-lama akan merah dan akhirnya akan
membakar dirinya sendiri. Akibatnya heater akan mudah rusak. oleh karena itu
pilih atau usahakan surface load heater yang anda pesan rendah.
2.5
Sensor
Sensor pada system ini adalah berfungsi mengetahui temperature dari
suhu panas pada ruangan, sensor yang digunakan adalah thermokopel tipe k.
sensor ini diletakan pada pintu masuk ruang pemanas, dan sensor ini
dihubungkan ini dihubungkan dengan thermokontroller.
Thermokopel adalah sambungan dua logam yang berbeda dan
mempunyai output tegangan yang sebanding dengan beda suhu antara
sambungan panas dan ujung kawat (sambungan dingin).
Pengontrol suhu digunakan untuk proses pengontrolan suhu dengan
cermat tanpa melibatkan penambahan operator. Pengontrol menerima sensor
suhu misalnya thermokopel atau RTD sebagai input, dan membandingkan
suhu yang sesungguhnya dengan suhu control yang dikehendaki, atau titik
penyetelen , dan menyediakan output pada elemen control.
2.6
Timer
Timer adalah menempatkan informasi sekitar waktu yang lewat pada
rangkaian
control.
Control
pemilihan
waktu
dapat
dicapai
dengan
Perbedaan dapat dibuat antara timer (pemilih waktu) dengan relay tunda
waktu. Umumnya relay tunda waktu adalah peranti yang mempunyai fungsi
pemilihan waktu setelah kumparan timer telah diberi tenaga atau dihilangkan
tenaganya. Timer yang digunakan pada alat ini adalah Timer OMRON H3Y-2
dan Timer OMRON H3CR-F8.
digunakan pada stasiun pembangkit tenaga listrik, dan telah ditangani oleh orang
yang telah ahli. Sedangkan pada motor listrik penggunaannya bermacam-macam
seperti pada mesin-mesin industri yang berhubungan langsung dengan gas,
debu, korosi, dan api. Sehingga motor listrik perlu diberi penutup
Gerakan motor didasarkan pada prinsip kaidah tangan kanan. Berikut
gambar yang menunjukan kaidah tangan kanan :
jarum jam disebabkan karena penghantar sebelah kiri ditekan ke bawah dan
penghatar sebelah kanan ditekan ke atas.
2.7.1
Daya Motor
Daya mekanis motor dinyatakan dalam horse power (hp) atau
watt (W), dimana 1 hp = 746 W. Torsi dan kecepatan merupakan dua faktor
penting dalam menentukan output daya mekanis. Torsi sendiri adalah besarnya
puntiran / daya pemutar, dinyatakan dalam pound-feet (lb/ft). Kecepatan motor
dinyatakan dalam putaran per menit. Sehingga horse power dapat dirumuskan
sebagai berikut.
Horse power = kecepatan (rpm) x torsi (lb/ft)
5252
Dari rumus diatas didapatkan keterangan bahwa untuk motor
horse power tergantung dari kecepatan, makin lambat motor bekerja makin
besar torsi motor yang harus dihasilkan untuk memberikan jumlah daya yang
sama. Motor yang lebih lambat biasanya lebih berat serta lebih mahal
dibandingkan dengan motor yang lebih cepat dengan kerja daya yang sama.
Motor yang dikenai beban lebih, rotor yang ditahan serta kondisi ventilasi
yang tidak cukup dapat menyebabkan timbulnya panas yang cepat, sehingga
mengakibatkan resiko kerusakan motor atau terbakar.
2.7.2
karena daya input pada motor ditransfer pada poros sebagai output daya atau
kerugian. Kerugian ini ditimbulkan karena panas yang keluar melalui body
motor.
Output
Input
Daya Output
Output daya + Kerugian
2.7.3
Motor Wiper
Motor DC yang bekerja dengan beban berat serta torsi tinggi, seperti
misalnya motor starter, seringkali terjadi aus pada bantalan poros angker
dinamo. Hal ini mengakibatkan putaran angker dinamo menyentuh medan
magnet atau kutub magnet. Poros angker dinamo yang bengkok juga bisa
menyebabkan hal tersebut. Istilah yang biasa digunakan untuk keadaan ini
adalah poling (pengutuban)
Pada kumparan motor DC poling mengakibatkan arus yang besar
mengalir melalui kumparan dan angker dinamo karena kecepatan motor yang
meningkat, demikian juga pada garis flux magnetik yang terpotong. Hal ini
menyebabkan turunnya e.m.f ,dan selama terdapat beban, terjadi peningkatan
arus melalui kumparan dan angker dinamo.Motor DC yang digunakan pada
rangkaian assesori biasanya bekerja dengan beban yang kecil. Bantalan poros
dan paking harus selalu diperiksa apakah sudah aus, karena kurangnya
pelumasan dan tidak tepatnya pemasangan dapat menyebabkan keausan
sebelum waktu yang normal.
Poling, angker dinamo yang bengkok atau hubungan singkat pada
angker dinamo atau kumparan dapat menyebabkan aliran arus yang besar.
Akibatnya saklar, konektor, kabel dan komponen lainnya akan mengalami
panas berlebihan.
Bantalan luncur
Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan
karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan
perantaraan lapisan pelumas.
Bantalan gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar
dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola, rol, dan rol bulat.
b.
b) Bantalan aksial
Arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros.
c) Bantalan gelinding khusus
Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak
lurus sumbu poros.
Meskipun bantalan gelinding menguntungkan, orang tetap memilih
bantalan luncur dalam hal tertentu, contohnya bila kebisingan bantalan
menggangu, pada kejutan yang kuat dalam putaran bebas.
Kerusakan bantalan
Kerusakan bantalan gelinding dapat disebabkan karena:
Kesalahan bahan (faktor produsen) yaitu retaknya bantalan setelah produksi
baik retak halus maupun berat, kesalahan tolransi, kesalahan celah bantalan.
Kesalahan pada saat pemasangan.
Terjadi pembenjolan pada jalur jalan atau pada roll sehingga bantalan
saat berputar akan tersendat-sendat.
Bahan pelumas yang tidak sesuai akibatnya akan terjadi korosi atau
penggumpalan pelumas yang dapat menghambat berputarnya
bantalan.
2.9 Relay
Dalam dunia elektronika, relay dikenal sebagai komponen yang dapat
mengimplementasikan logika switching. Sebelum tahun 70an, relay merupakan
otak dari rangkaian pengendali. Baru setelah itu muncul PLC yang mulai
menggantikan
posisi
relay.
Relay
yang
paling
sederhana
ialah
relay
Besarnya gaya magnet yang di tetapkan oleh medan yang ada pada celah udara
pada jangkar dan inti magnet, dan banyaknya lilitan kumparan, kuat arus yang
mengalir atau yang disebut dengan imperal lilitan dan pelawan magnet yang berada
pada sirkuit pemagnetan. Untuk memperkuat medan magnet di bentuk suatu sirkuit
Kontak-kontak atau kutub kutub dari relay umumnya memiliki tiga dasar
pemakaian yaitu :
a) Bila kumparan di aliri arus listrik maka kontaknya akan menutup dan
disebut sebagai kontak Normally Open (NO).
b) Bila kumparan dialiri listrik maka kontaknya akan membuka dan
disebut sebagai Normally Close (NC)
c) Tukar sambung (Change Over / NO), relay jenis ini mempunya
kontak tengah yang normalnya tertutup tetapi melepaskan diri dari
posisi dan membuat kontak dengan yang lain bila relay di aliri listik.
Berikut ini memperlihatkan beberapa bentuk kontak dari sebuah relay :
Normally Open
Normally Close
Change Over
Sifat-sifat relay :
a) Impedensi kumparan, biasanya ditentukan oleh tebal kawat oleh tebal kawat
yang di gunakan gunakan serta banyaknya lilitan.
b) Kuat arus yang di gunakan untuk menggerakkan relay, biasanya arus ini di
berikan oleh pabrik. Relay dengan perlawanan kecil memerlukan arus besar,
sedangkan relay dengan perlawanan besar memerlukan arus yang kecil.
a) Tegangan yang di perlukan untuk menggerakkan relay.
b) Daya yang diperlukan untuk mengoperasikan relay besarnya sama
dengan nilai tegangan di kalikan arus.
Banyaknya kontak-kontak jangkar dapat membuka dan menutup lebih dari
satu kontak sekaligus, tergantung dari pada kontak dan jenis ralaynya. Jarak
antara kontak-kontak menentukan besarnya tegangan maksimum yang di
izinkan antara kontak tersebut.
2.10
Multimeter
Multimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur tegangan arus listrik
pada komponen yang menggunakan tenaga listrik.
2.11
LED
LED adalah semikonduktor khusus yang dirancang untuk memancarkan
cahaya apabila dialiri arus. Bila dioda diberi prategangan maju, elektronelektron
bebas
akan
jatuh
kedalam
lubang-lubang (hole)
disekitar
41
2.12
Sakelar Tekan
Sakelar tombol tekan adalah suatu jenis peralatan kontrol yang
digunakan untuk menghubungkan atau memutuskan rangkaian listrik. Saklar
tombol tekan dioperasikan secara manual dengan cara menekan tombolnya.
Menurut kedudukan kontak-kontaknya tombol tekan dapat dibagi menjadi dua
yaitu: Normally Open (NO) dan Normally Close (NC). Kontak NO kedudukan
kontaknya dalam keadaan terbuka sebelum tombol
Dioperasikan/ditekan.
Apabila
kontak
NO
tersebut
42
2.13
Limit Switch
Sakelar batas atau Limit Switch (LS) merupakan sakelar yang dapat
dioperasikan baik secara otomatis maupun non otomatis. Limit switch yag bekerja
secara otomatis adalah jenis limit switch yang tidak mempertahankan kontak,
sedangkan limit switch yang bekerja nonotomatis adalah limit switch yang
mempertahankan kontak (Sumantri Omron 1993 : 34). Kontak-kontak pada limit
switch sama seperti kontakkontak yang terdapat pada tombol tekan, yaitu
mempunyai kontak Normally Open (NO) dan kontak Normally Closed (NC).
43
Kedudukan kontak dan bentuk dari limit switch dapat diperlihatkan seperti pada
gambar dibawah.
Limit switch yang tidak mempertahankan kontak akan bekerja apabila ada
benda yang menekan rollernya, sehingga kedudukan kontak NO menjadi NC dan
kontak NC menjadi NO. Jika benda sudah diangkat, roler dari limit switch kembali
keposisi semula, demikian pula kontakkontaknya. Jenis limit switch semacam ini
dapat digunakan untuk pengoprasian motor secara otomatis.
44
BAB III
RANCANG BANGUN MESIN
3.1
Desain Alat
45
46
Berikut ini adalah cara kerja mesin yang sudah dirancang dan sudah
diuji coba, cara kerja alat ini diurutkan sebagai berikut :
3.2.1
S1
H1
TC
Ac
220V
MCB
SW1
M
1
M
1
SW2
SW4
SW3
Finish
No
Uraian Kerja
Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
MCB on
Switch 1 ON
Thermo control On dan akan menghidupkan Heater
Menutup pintu Ruang pemanas dengan SW 4
Posisikan SW 3 pada keadaan On
Timer1 On (PeWaktu untuk pengeringan)
Timer2 On (Pewaktu untuk membuka pintu ruang
Auto
47
pemanas)
M2 On (Motor
9
10
11
12
13
pemanas)**
M3 On (Motor Listrik Penggerak Konveyor)**
M4 On (Kipas untuk menurunkan suhu)**
M5 On (Kipas untuk menurunkan suhu)**
Dilakukan penutupan pintu secara manual dengan SW4
Sesuai dengan timer yang sudah di atur, system akan
14
listrik
Pembuka
Pintu
Ruang
DC 24V
DC 24V
AC 220V
DC 24V
48
3.2.2
Start
MCB ON
SW 1 ON
TC ON
H1 & H2 ON
SW 4 ON
T
Pintu R.Pemanas tertutup
SW 3 ON
TM 1 ON
SW 2
TM 2 ON
M 2 ON
M 3 ON
M 4 ON
M 5 ON
Y
RESTART
T
Finish
49
Ruang Pemanas
Untuk proses pemanasan pada mesin ini digunakan Heater,
disini menggunakan 2 (dua) buah heater. Gambar ruang pemanas seperti
pada gambar yang tertera dibawah ini:
50
51
Heater
Heater adalah komponen yang utama pada ruang pemanas, heater yang
di gunakan adalah Elemen heater yang menggunakan daya listrik 220V
AC, 350 watt , pada mesin ini menggunakan dua elemen heater.
50 mm
130 mm
22 0V AC, 350 Watt
52
3.3.3
Poros Pengaduk
Poros pengaduk yang dibuat pada alat ini digunakan untuk meratakan
panas yang didapat oleh kacang, baik dari sumber panas konveksi ataupun
radiasi. Berikut gambar pengaduk yang ada pada mesin.
53
54
55
Diagram Pengkawatan
56
KETERANGAN :
1) MCB
2) SW1
3) SW2
4) SW3
Switch 3 automatis
5) SW4
Thermocontroller, Pengontrol
57
3.4.2
Kontrol Panel
Komponen-komponen elektronik yang digunakan untuk mengontrol
mekanik pada mesin pengering ini, ditempatkan pada satu kotak panel.
58
Keterangan
:
1. Timer ( Ruang Pemanas)
2. MCB
3. Relay
4. Timer (Pembuka pintu Ruang Pemanas)
5. Relay
6. Travo
7. Lampu indicator OFF proses pemanasan.
8. Lampu indicator ON proses pemanasan.
9. SW 1
10. SW 2
11. SW 3
12. Lampu Indikator Heater Run
13. SW 4
14. Temperature Controller
59
BAB IV
HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengujian
Pada proses pengeringan mesin pengering kacang tanah, telah dilakukan
beberapa pengujian. Adapun beberapa tahap pengujiannya adalah seperti
dibawah ini.
4.1.1
ini dilakukan
dengan
60
54
Sebelum
dikeringkan
Sesudah
dikeringkan
100
84.35
Waktu
(Menit)
Adukan
(1 X 15
Menit)
50
Selalu di
aduk
Total (gr)
Kacang
yang
utuh
Kacang
yang
pecah
5.35
79
= 15.65 gr
61
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
= 5.35
X 100 % = 6.34%
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
79
X 100 = 93.66%
84.35
4.1.2
tahap
pengujian
yang
pertama
ini
dilakukan
dengan
62
63
Berat (gr)
No
Sebelum
dikeringkan
Sesudah
dikeringkan
100
90
Waktu
(Menit)
Adukan
(1 X 15
Menit)
45
3X
Total (gr)
Kacang
yang
utuh
81.3
Kacang
yang
pecah
8.7
Dari hasil percobaan seperti tercantum pada table 4.1.2 maka dapat
dihitung pencapaian hasil yang dicapai sebagai berikut,
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
64
= 8.7
X 100 % = 9.67 %
90
c) Hasil yang dicapai (% kacang yang utuh)
Jumlah Kacang yang utuh
Jumlah kacang yang utuh =
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
79
90
4.1.3
X 100 = 87.78 %
tahap
pengujian
yang
pertama
ini
dilakukan
dengan
65
Sebelum
dikeringkan
Sesudah
dikeringkan
100
84.2
Waktu
(Menit)
Adukan
(1 X 15
Menit)
60
3X
Total (gr)
Kacang
yang
utuh
Kacang
yang
pecah
79.1
5.1
66
Dari hasil percobaan seperti tercantum pada table 4.1.3 maka dapat
dihitung pencapaian hasil yang dicapai sebagai berikut,
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
= 5.1
X 100 % = 6.06 %
84.2
c) Hasil yang dicapai (% kacang yang utuh)
Jumlah Kacang yang utuh
Jumlah kacang yang utuh =
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
79.1
84.2
X 100 = 93.94 %
67
4.1.4
tahap
pengujian
yang
pertama
ini
dilakukan
dengan
68
Berat (gr)
No
Sebelum
dikeringkan
Sesudah
dikeringkan
100
83.3
Waktu
(Menit)
Adukan
(1 X 15
Menit)
45
2X
Total (gr)
Kacang
yang
utuh
Kacang
yang
pecah
73.1
10.2
Dari hasil percobaan seperti tercantum pada table 4.1.4 maka dapat
dihitung pencapaian hasil yang dicapai sebagai berikut,
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
69
= 10.2
X 100 % = 12.24 %
83.3
c) Hasil yang dicapai (% kacang yang utuh)
Jumlah Kacang yang utuh
Jumlah kacang yang utuh =
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
73.1
83.3
4.1.5
X 100 = 87.76 %
tahap
pengujian
yang
pertama
ini
dilakukan
dengan
70
Sebelum
dikeringkan
Sesudah
dikeringkan
100
81.1
Waktu
(Menit)
Adukan
(1 X 15
Menit)
45
2X
Total (gr)
Kacang
yang
utuh
Kacang
yang
pecah
66.7
14.4
Dari hasil percobaan seperti tercantum pada table 4.1.5 maka dapat
dihitung pencapaian hasil yang dicapai sebagai berikut,
71
= 18.9 gr
b) Hasil yang dicapai ( % kacang yang pecah)
Jumlah Kacang yang pecah
Jumlah kacang yang utuh =
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
= 14.4
X 100 % = 17.76 %
81.1
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
66.7
81.1
4.1.6
X 100 = 82.24 %
tahap
pengujian
yang
pertama
ini
dilakukan
dengan
72
73
Berat (gr)
No
Waktu
(Menit)
Adukan
(1 X 15
Menit)
Kacang
yang
utuh
Kacang
yang
pecah
2 X
57.2
4.9
45
2 X
41.8
19.5
75.85
60
3X
60.5
15.35
61.35
60
3X
51.55
9.8
Sebelum
dikeringkan
Sesudah
dikeringkan
100
62.1
45
100
61.3
100
100
DDD
Total (gr)
74
= 37.9 gr
b) 1. Hasil yang dicapai ( % kacang yang pecah)
Jumlah Kacang yang pecah
Jumlah kacang yang utuh =
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
= 4.9
X 100 % = 7.89 %
62.1
c) 1. Hasil yang dicapai (% kacang yang utuh)
Jumlah Kacang yang utuh
Jumlah kacang yang utuh =
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
57.2
62.1
X 100 = 92.11 %
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
75
= 19.5
X 100 % = 31.81 %
61.3
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
41.8
61.3
X 100 = 68.19 %
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
= 15.35
75.85
X 100 % = 20.2373 %
76
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
60.85
75.85
X 100 = 80.2241
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
= 9.8
61.35
X 100 % = 15.974 %
77
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
51.55
61.35
4.1.7
X 100 = 84.0261 %
tahap
pengujian
yang
pertama
ini
dilakukan
dengan
78
79
Berat (gr)
No
Waktu
(Menit)
Adukan
(1 X 15
Menit)
Total (gr)
Kacang
yang
utuh
Kacang
yang
pecah
3X
28
2.6
60
3X
28.2
5.4
60
3X
24.2
5.8
Sebelum
dikeringkan
Sesudah
dikeringkan
50
30.6
60
50
33.6
50
30
DDari hasil percobaan seperti tercantum pada table 4.7 maka dapat
dihitung pencapaian hasil yang dicapai sebagai berikut,
80
= 2.6
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
X 100 % = 8.5 %
30.6
c) 1. Hasil yang dicapai (% kacang yang utuh)
Jumlah Kacang yang utuh
Jumlah kacang yang utuh =
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
28
30.6
X 100 = 91.5 %
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
= 5.4
X 100 % = 16.07 %
81
33.6
c) 2. Hasil yang dicapai (% kacang yang utuh)
Jumlah Kacang yang utuh
Jumlah kacang yang utuh =
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
28.2
33.6
X 100 = 83.93 %
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
= 5.8
X 100 % = 19.33 %
30
c) 3. Hasil yang dicapai (% kacang yang utuh)
Jumlah Kacang yang utuh
Jumlah kacang yang utuh =
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
82
24.2
4.1.8
Pengujian VIII
30
X 100 = 80.67 %
Menggunakan
temperature 90 oC
Pada
tahap
pengujian
yang
pertama
ini
dilakukan
dengan
83
Waktu
(Menit)
Adukan
(1 X 15
Menit)
Total (gr)
Kacang
yang
utuh
Kacang
yang
pecah
3X
27.8
8.2
60
3X
32.8
60
3X
20.2
Sebelum
dikeringkan
Sesudah
dikeringkan
50
36
60
50
33.8
50
25.2
Dari hasil percobaan seperti tercantum pada table 4.8 maka dapat dihitung
pencapaian hasil yang dicapai sebagai berikut,
a) 1. Jumlah kandungan air yang berhasil dikeringkan
84
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
= 8.2
X 100 % = 22.78 %
36
c) 1. Hasil yang dicapai (% kacang yang utuh)
Jumlah Kacang yang utuh
Jumlah kacang yang utuh =
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
27.8
36
X 100 = 77.22 %
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
85
= 1
X 100 % = 2.96 %
33.8
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
32.8
33.8
X 100 = 97.04 %
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
86
= 5
X 100 % = 16.67 %
30
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
20.2
30
4.1.9
X 100 = 80.16 %
tahap
pengujian
yang
pertama
ini
dilakukan
dengan
87
88
Berat (gr)
No
Waktu
(Menit)
Adukan
(1 X 15
Menit)
Total (gr)
Kacang
yang
utuh
Kacang
yang
pecah
3X
32.2
9.6
60
3X
29.7
5.4
60
3X
28.6
4.15
Sebelum
dikeringkan
Sesudah
dikeringkan
50
41.8
60
50
35.1
50
32.75
DDari hasil percobaan seperti tercantum pada table 4.9 maka dapat
dihitung pencapaian hasil yang dicapai sebagai berikut,
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
89
= 9.6
X 100 % = 22.97 %
41.8
c) 1. Hasil yang dicapai (% kacang yang utuh)
Jumlah Kacang yang utuh
Jumlah kacang yang utuh =
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
32.2
41.8
X 100 = 77.03 %
X
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
= 5.4
X 100 % = 15.38 %
90
35.1
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
29.7
35.1
X 100 = 84.62 %
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
= 4.15
32.75
X 100 % = 12.6718 %
91
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
28.6
32.75
X 100 = 87.328
tahap
pengujian
yang
pertama
ini
dilakukan
dengan
92
Waktu
(Menit)
Adukan
(1 X 15
Menit)
Total (gr)
Kacang
yang
utuh
Kacang
yang
pecah
2X
29.65
8.15
45
2X
37.2
1.3
45
2X
33.1
3.9
Sebelum
dikeringkan
Sesudah
dikeringkan
50
37.8
45
50
38.5
50
37
93
= 12.2 gr
b ) 1. Hasil yang dicapai ( % kacang yang pecah)
Jumlah Kacang yang pecah
Jumlah kacang yang utuh =
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
= 8.15
X 100 % = 21.561 %
37.8
c) 1. Hasil yang dicapai (% kacang yang utuh)
Jumlah Kacang yang utuh
Jumlah kacang yang utuh =
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
29.65
37.8
X 100 = 78.439
X
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
94
= 1.3
X 100 % = 3.38 %
38.5
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
37.2
38.5
X 100 = 96.62 %
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
95
= 3.9
X 100 % = 10.54 %
37
X 100 = %
Berat sesudah di keringkan
X
33.1
X 100 = 89.46 %
37
96
4.2 Pembahasan
4.2.1 Tabel Rekapitulasi Hasil Pengujian Mesin Pengering Kacang Tanah
4.2.1.1 Rekapitulasi Pengujian Dengan Menggunakan Kacang Tanah 100 gr Basah,
berikut Tabel dan diagram hasil pengujiannya,
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Kacang Tanah Berat 100 gr Kacang basah
Su
hu
(oC
)
Waktu
Pengeri
ngan
Frequensi
Adukan
Kacang
Utuh
Hasil Pengeringan
Kacang
Pecah
Total
( 1X 15
Menit)
(gr)
(%)
(gr)
(%)
(gr)
(%)
84.3
5
90.0
0
84.2
0
83.3
0
81.1
0
62.1
0
61.3
0
15.6
5
10.0
0
15.8
0
16.7
0
18.9
0
37.9
0
38.7
0
45
50.00
SELALU DI
ADUK
5.35
6.34
79
93.6
6
60
45.00
2X
81.30
90.33
8.7
9.67
60
60.00
3X
79.10
93.94
5.1
70
45.00
2X
73.10
87.76
10.2
80
45.00
2X
66.70
82.24
14.4
6.06
12.2
4
17.7
6
6-1
100
45.00
2X
57.2
92.11
4.9
6-2
100
45.00
2X
41.8
68.19
19.5
7.89
31.8
1
97
6-3
100
60.00
3X
60.5
79.76
15.35
6-4
100
60.00
3X
51.55
84.03
9.8
20.2
4
15.9
7
75.8
5
61.3
5
24.1
5
38.6
5
98
Suh
u
o
( C)
Waktu
Frequensi
Pengeri
ngan
Adukan
( 1X 15
Menit)
(gr)
(%)
Hasil Pengeringan
Kacang
Kacang Utuh
Pecah
(gr)
7-1
100
60.00
3X
28.00
91.50
2.6
7-2
100
60.00
3X
28.20
83.93
5.40
7-3
100
60.00
3X
24.20
80.67
5.8
8-1
90
60.00
3X
27.80
77.22
8.2
8-2
90
60.00
3X
32.80
97.04
8-3
90
60.00
3X
20.2
80.16
9-1
80
60.00
3X
32.2
77.03
9.6
9-2
80
60.00
3X
29.7
84.62
5.4
9-3
80
60.00
3X
28.6
87.33
4.15
10-1
80
45.00
2X
29.65
78.44
8.15
10-2
80
45.00
2X
37.2
96.62
1.3
10-3
80
45.00
2X
33.1
89.46
3.9
(%)
Total
(gr)
(%)
30.60
19.4
33.60
16.4
20
22.7
8
30.00
20
36.00
14
2.96
19.8
4
22.9
7
15.3
8
12.6
7
21.5
6
33.80
16.2
25.20
24.8
41.80
8.2
35.10
32.75
14.9
17.2
5
37.80
12.2
3.38
10.5
4
38.50
11.5
37.00
13
19.4
0
16.4
0
99
100
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
1. Dari penelitian dihasilkan rancang bangun Mesin Pengering Kacang Tanah
Otomatis.
2. Dari pengujian yang dilakukan terhadap Rancang Bangun Mesin Pengering
Kacang Otomatis, terhadap 100 gr dan 50 gr kacang tanah basah diperoleh
hasil pengeringan optimal pada percobaan 10 seperti pada table berikut:
Tabel 5.1 Pengujian 10 (Menggunakan Suhu 80oC)
N
O
2
BERAT (gr)
Sebelum
dikeringka
Sesudah
n
dikeringkan
50
38.5
WAKTU
( MENIT
)
ADUKA
N
( 1 X 15
Menit)
Jumlah kacang
yang utuh
(gr)
jumlah
kacang yang
pecah
45
2X
37.2
1.3
TOTAL
101
s
Gambar 5.1 Kacang Tanah Hasil Pengujian 10
a. Dari Tabel 5.1 Percobaan 10 (Menggunakan Suhu 80oC), diperoleh
hasil pengeringan sampai 11.5%
102
tanah otomatis ini layak digunakan oleh masyarakat dan para petani pada
khususnya
5.2
Saran
Dari hasil perancangan dan pengujian mesin, setelah dikaji ulang ternyata
terdapat beberapa saran yang perlu diungkapkan penulis:
1. Perlu ditambahkan lagi komponen automatisasi yang lebih ringkas seperti
PLC (Programable Logic Control).
2. Pada proses pengadukan alat ini ternyata masih belum bisa dioptimalkan,
mohon untuk dirancang kembali proses pengadukan yang mengarahkan
kepada hasil pengeringan yang lebih baik.
3. Perlu dikembangkan mesin pengering kacang tanah otomatis yang lebih
komplex dan lebih besar kapasitasnya agar secepatnya bisa diaplikasikan
langsung oleh masyarakat, para petani pada khususnya.
103
LAMPIRAN
Lampiran I : Gambar Alat
104
105
106
107
108
109
110