Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pendahuluan
Latar Belakang
Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001,
khususnya data pola penyebab kematian umum di Indonesia, disebutkan bahwa
penyakit jantung dan pembuluh darah dianggap sebagai penyakit pembunuh
nomor satu di Indonesia. Gangguan jantung dan pembuluh darah sering bermula
dari hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Perubahan struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri memberi
andil terhadap perubahan pola perubahan sosial ekonomi dan perubahan gaya
hidup terutama yang terlihat di kota-kota besar dimana terdapat stressor yang
tinggi, perubahan pola makan ke arah konsumsi tinggi lemak, kebiasaan merokok
dan yang lainnya yang berakibat pada perubahan pola penyakit pada masyarakat
dan semakin meningkatnya Penyakit Tidak Menular (PTM). Salah satu dari PTM
itu adalah hipertensi (Bustan, 2000).
Penyakit tidak menular disebut juga sebagai penyakit degeneratif karena
kejadiannya bersangkutan dengan proses degeneratif atau ketuaan sehingga PTM
banyak ditemukan pada lanjut usia, dan karena proses
lansia
Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala hipertensi khususnya pada
lansia
Mahasiswa dapat memahami faktor pencetus dan etiologi dari hipertensi
lansia
Mahasiswa dapat memahami perjalanan penyakit terjadinya hipertensi
pada lansia
Mahasiswa dapat mengetahui pencegahan hipertensi pada lansia
BAB II
Tinjauan Teori
1. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg (Wilson, 2005). Hipertensi
adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90
mmHg atau bila pasien memakai obat anti hipertensi (Mansjoer, dkk, 1999).
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada
populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg (Smeltzer, 2001).
Hipertensi di defenisikan oleh Joint Nasional Committee on Detection,
Evaluation, and Treatment of higt Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan darah
yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan di klasifikasikan sesuai derajad
keparahanya, mempunyai rentang dari tekanan darah normal, sedang, dan tinggi
(Dongoes, 2000).
Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi, yaitu
1)
4)
5)
Sistolik (mmHg)
140
Diastolik (mmHg)
90
140-159
90-94
160
95
160-179
95-140
Sistolik (mmHg)
<130
Diastolik (mmHg)
<85
130-139
85-89
Stadium 1
140-159
90-99
Stadium 2
160-179
100-109
Stadium 3
180-209
110-119
Stadium 4
>210
>120
Normal
Normal tinggi
Hipertensi:
2. Etiologi
Corwin (2000) menjelaskan bahwa hipertensi tergantung pada kecepatan
denyut jantung, valume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Maka
peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat
menyebabkan hipertensi.
Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan
abnormal saraf atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut
jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme.
Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh
penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak meninbulkan hipertensi.
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi
apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat
gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang
berlebihan. Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron maupun penurunan aliran
darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal.
Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik
akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah.
Peningkata preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik.
Peningkatan TPR yang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan
rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan
dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan
penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa
secara lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar,
untuk mendorong darah melintas pembuluh darah yang menyempit. Hal ini
disebut peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya berkaitan dengan
peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan afterload berlangsung lama,
maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar). Dengan
hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga
ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi
kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai tegang
melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan
kontraktilitas dan volume sekuncup.
3. Faktor Pencetus
Dibawah ini adalah faktor pencetus terjadinya hipertensi lansia:
a. Obesitas / kegemukan
b. Kebiasaan merokok
c. Minuman beralkohol
d. Penyakit kencing manis dan jantung
e. Wanita yang tidak menstruasi
f. Stress
g. Kurang olah raga
h. Diet yang tidak seimbang, makanan berlemak dan tinggi kolesterol
4.
Patofisiologi
Baik TDS maupun TDD meningkat sesuai dengan meningkatnya umur.
TDS meningkat secara progresif sampai umur 70-80 tahun, sedangkan TDD
meningkat sampai umur 50-60 tahun dan kemudian cenderung menetap atau
sedikit menurun. Kombinasi perubahan ini sangat mungkin mencerminkan adanya
pengakuan pembuluh darah dan penurunan kelenturan (compliance) arteri dan ini
mengakibatkan peningkatan tekanan nadi sesuai dengan umur. Seperti diketahui,
tekanan nadi merupakan predictok terbaik dari adanya perubahan struktural
didalam arteri. Mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya
jelas.
Efek utama dari ketuaan normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi
perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan
pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai
umur. Perubahan ini menyebabkan penurunan compliance aorta dan pembuluh
darah besar dan mengakibatkan pcningkatan TDS. Penurunan elastisitas pembuluh
darah menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer. Sensitivitas
baroreseptor juga berubah dengan umur.
Perubahan mekanisme reflex baroreseptor mungkin dapat menerangkan
adanya variabilitas tekanan darah yang terlihat pada pemantauan terus menerus.
Penurunan sensitivitas baroreseptor juga menyebabkan kegagalan refleks postural,
yang mengakibatkan hipertensi pada lanjut usia sering terjadi hipotensi ortostatik.
Perubahan keseimbangan antara vasodilatasi adrenergik, dan vasokonstriksi
adrenergik-a akan menyebabkan kecenderungan vasokontriksi dan selanjutnya
mengakibatkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan tekanan darah.
peranan
utama
pada
hipertensi
pada
lanjut
usia.2,4,9
darah
bersangkutan.
Perubahan
patologis
pada
ginjal
dapat
danada DM.
CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
ginjal,perbaikan ginjal.
Photo dada : Menunjukan
katup,pembesaran jantung.
7. Pathway
destruksi
kalsifikasi
pada
area
8. Pengkajian
Pengkajian Umum adalah :
a. Identitas Klien
perlu dikaji juga adalah berat badan klien mengalami obesitas atau tidak,
edema, kongesti vena, peningkatan JVP, dan glikosuria.
g. Neurosensori
Keluhan pusing atau sakit kepala, penglihatan kabur, diplopia dan
kelemahan pada satu sisi tubuh.
h. Nyeri dan ketidaknyamanan
Nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri
abdomen.
i. Pernafasan
Dispnea, takibnea,ortopnea, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok.
9. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul adalah :
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
b. Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
c. Resiko perubahan perfusi jaringan serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan tahanan pembuluh darah.
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan cardiac output
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri kepala
f. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
inadekuat
g. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya
hipertensi yang diderita klien.
10. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Diagnosa : Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
- Tujuan :
Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam.
- Kriteria hasil :
1. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
2. Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
3. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
- Intervensi :
1. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik
2.
3.
4.
5.
yang tepat
Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
Catat edema umum
pembatasan
aktivitas
seperti
istirahat
ditempat
tidur/kursi
8. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
9. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher,
meninggikan kepala tempat tidur.
10. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
11. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
12. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
13. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi seperti
klorotiazid, hidroklorotiazid, bumetanic,triamterene,dll
b. Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
- Tujuan :
Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
1. Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala
2. Pasien tampak nyaman
3. TTV dalam batas normal
Intervensi :
o Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit
o
o
o
o
penerangan
Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala
seperti kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, posisi
dapat ditoleransi.
Berikan bantuan sesuai kebutuhan
Instruksikan pasien tentang penghematan energy
Kaji respon pasien terhadap aktifitas
Monitor adanya diaforesis, pusing
Observasi TTV tiap 4 jam
Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur
untuk
1 x 24 jam
Kriteria hasil :
Klien menunjukkan peningkatan berat badan ideal
Menunjukkan perilaku meningkatkan atau mempertahankan berat
badan ideal
Intervensi :
Bicarakan kepada klien pentingnya menurunkan lemak, garam dan
gula sesuai dengan indikasi.
Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
Dorong klen untuk mempertahankan masukan makanan harian,
termasuk
kapan
dan
dimana
makan
dilakukan,
bagaimana
spesifik
dan
perasaanya
Berikan support mental pada klien
Anjurkan pada keluarga untuk memberikan dukungan pada klien
11. Evaluasi
Kriteria evaluasi adalah :
Apakah rasa nyeri pasien / sakit kepala berkurang ?
Apakah pasien sudah bisa beraktifitas sendiri / mandir?
Apakah pola nutrisi pasien seimbang atau normal ?
12. Pencegahan
a. Pencegahan primer
Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular.
Ketika hipertensi dikombinasikan dengan diabetes atau hiperlipidemia,
risiko meningkat secara dramatis. Pencegahan primer dari hipertensi terdiri
atas:
Mempertahankan berat badan ideal
Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan klien diet garam rendah
pada makanannya atau mengurangi garam pada makanan yang
diberikan kepada klien.
Anjurkan kepada keluarga untuk mengurangi atau menghindari klien
dari hal-hal yang dapat menimbulkan stress.
memiliki
tanggungjawab
untuk
menjelaskan
dan
untuk
menggambarkan
kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
Disusun oleh :
Dwi Ichsan Supardi G1D008071
Dessy Aprilia Ineko G1D008073
Ahwal Yanuar E.
G1D008075
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2011