Вы находитесь на странице: 1из 3

Pengolahan Data Dasar Seismik Refleksi

Salah satu metode geofisika adalah metode seismik, yaitu membuat getaran
dari suatu sumber getar yang merambat ke segala arah di bawah permukaan
sebagai gelombang getar. Gelombang yang datang mengenai lapisan-lapisan batuan
akan mengalami pemantulan, pembiasan, dan penyerapan dengan respon batuan
terhadap gelombang yang datang akan berbeda-beda tergantung dari sifat batuan
yang meliputi densitas, porositas, kepadatan, dan lainnya. Gelombang yang
dipantulkan akan ditangkap oleh geophone di permukaan dan diteruskan ke
instrumen untuk direkam. Hasil rekaman akan mendapatkan penampang seismik.
Survey seismik dapat dilakukan di lingkungan laut, lingkungan darat, maupun
transisi, perbedaan ini akan menghasilkan data dengan karakteristik yang berbedabeda. Pengolahan data seismic dilakukan untuk membuat gambaran bawah
permukaan yang lebih akurat dengan meminimalisir noise dan lainnya sehingga
didapatkan penampang seismic yang baik untuk diinterpretasi.

Gambar 1. Bagan alir pengolahan data dasar seismik


Sumber : http://e-collection.library.ethz.ch/eserv/eth:25462/eth-25462-18.pdf

Demultiplexing dan Geometri

Demultiplexing adalah tahapan untuk mengatur kembali atau mengurutkan


data berdasarkan kelompok trace/channel-nya. Format SEG A dan SEG B adalah
multipleks, SEG Y adalah format trace sequential, dan SEG D memiliki format
keduanya. Geometri mengasosiasikan identifier unik yang dire
Editing dan Muting

Tahapan editing merupakan tahapan untuk mengkoreksi amplitudo-amplitudo


yang dianggap buruk pada setiap trace seismiknya. Sedangkan muting adalah
tahapan untuk menghapus sinyal-sinyal gelombang langsung (direct wave) yang
terekam selama pengukuran dan gelombang-gelombang refraksi yang tidak
dibutuhkan.
Filtering
Dalam seismik refleksi, data lapangan yang terekam juga mengandung sinyal
(data yang membawa informasi dari objek yang diukur) dan noise (data yang
mengganggu hasil pengukuran dan menyebabkan terjadinya kesalahan dalam
pengukuran). Untuk menghilangkan noise tersebut dan untuk memperkuat sinyal
maka dilakukan tahapan filtering. Filter yang biasa digunakan dalam tahap ini antara
lain:
a. Filter Frekuensi (1D); filter yang bekerja meredam noise frekuensi tertentu.
Filter frekuensi berupa low pass filter, Hi-Pass Filter, Band Pass Filter, dan
Notch Filter.
b. Filter F-K (2D); filter yang digunakan untuk meredam noise frekuensi tertentu
yang sama dengan frekuensi sinyal data namun dengan bilangan gelombang
yang berbeda.
Dekonvolusi
Dekonvolusi merupakan tahapan untuk melakukan koreksi terhadap efek filter
bumi dimana berupa konvolusi yaitu proses filter mengakibatkan wavelet seismik
dari sumber seismik yang semula tajam dan memiliki amplitudo tinggi (dalam fungsi
waktu) menjadi lebih lebar, dengan amplitudo yang berkurang.

Gambar 3.Model konsep konvolusi

Normal Move Out


Koreksi Normal Move Out (NMO) merupakan tahapan yang diterapkan guna
mengkoreksi adanya efek yang disebabkan oleh jarak offset antara sumber
gelombang seismik dengan geophone pada suatu traceyang berasal dari satu CMP
(Common Mid Point) atau CDP (Common Depth Point). Oleh karena efek tersebut,
maka untuk satu titik CMP atau CDP akan terekam oleh sejumlah penerima sebagai
garis lengkung (hiperbola). Dengan menerapkan koreksi NMO ini maka gelombang
pantul yang terekam akan seolah-olah datang dalam arah vertikal (normal incident),
sehingga dalam tahap stacking berikutnya akan diperoleh hasil yang maksimal.

Stacking
Stacking merupakan proses penjumlahan trace seismik dalam satugather data
yang bertujuan untuk meningkatkan S/N ratio. Setelah semua trace dilakukan
koreksi-koreksi, maka dalam format CDP gathersetiap refleksinya menjadi horisontal,
dan
apabila
trace-trace
yang
telah
menjadi
horisontal
tersebut
dilakukan stacking dalam tiap-tiap CDP maka akan mampu meningkatkan S/N ratio.
Migrasi
Proses migrasi pada penerapannya merupakan satu tahapan alternatif dalam
proses pengolahan data seismik, namun proses migrasi pada umumnya diperlukan
karena perumusan pemantulan yang diturunkan pada CMP berasumsi pada model
lapisan datar (persamaan gelombang Snellius), sehingga apabila terdapat reflektor
miring maka letak titik-titik CMP akan bergeser. Oleh karena itu, proses migrasi
memiliki tujuan untuk memindahkan kedudukan reflektor pada posisi dan waktu
pantul yang sebenarnya, berdasarkan lintasan gelombang. Selain itu, proses migrasi
juga mampu untuk menghilangkan efek difraksi gelombang yang muncul sebagai
akibat dari adanya struktur-struktur seperti patahan, lipatan, dll, sehingga dapat
memperjelas gambaran struktur bawah permukaan secara lebih detail.
Migrasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, yaitu :
Metode Kirchof
Metode F-K
Metode Beda-Hingga (finite-differece)
Metode Reverse Time
Melalui proses migrasi akan diperoleh beberapa parameter yang berbeda sebagai
koreksi, antara lain :
Migrasi memperbesar sudut kemiringan
Migrasi memperpendek reflektor
Migrasi memindahkan reflektor ke arah up-dip
Migrasi memperbaiki resolusi vertical
Setelah dilakukan migrasi, dilakukan post-processing lalu printing/storagedan
didapatkan data seismik yang lebih baik untuk diinterpretasi.

Sumber :
Seismic Processing and Velocity Assessment (1999). USGS.
https://geohazard009.wordpress.com/2015/02/18/pengolahan-data-seismik-refleksi/

Вам также может понравиться