Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pendahuluan
Banyak perempuan di Indonesia yang masih belum menyadari bahwa
nyeri haid siklik maupun nyeri pelvic kronik yang dialami bukanlah
suatu proses yang biasa, melainkan suatu kelainan yang memerlukan
penanganan yang serius. Para dokter baik di Indonesia maupun di
Negara maju menyadari kalau nyeri haid siklik atau nyeri pelvic kronik
erat kaitannya dengan endometriosis maupun adenomiosis, namun
karena penyebab pastinya belum diktahui, maka pengobatannyapun
masih beranekaragam. Dalam suatu hal para ahli sepakat, bahwa
angka kejadian endometriosis maupun adenomiosis terus meningkat
dan pertumbuhan endometriosis dan adenemiosis dipicu oleh hormone
steroid terutama estrogen.
Nyeri haid yang ditimbulkan akibat endometriosis maupun
adenomiosis menyebabkan produktifitas perempuan menurun drastis,
dan kehilangan kesempatan kerja. Banyak remaja yang tidak masuk
sekolah dan untuk menghilangkan keluhan nyeri menkonsumsi obatobat antinyeri (1). Dampak lain dari endometriosis dan adenomiosis
adalah sulit mendapatkan keturunan, sehingga dapat berdampak
dalam kehidupan rumah tangga .
Untuk pengobatan endometriosis memang tersedia berbagai
jenis pengobatan medisinalis, sehingga para dokter memiliki banyak
pilihan, seperti sediaan progestogen, pil kontrasepsi kombinasi,
aromatase inhibitor dan Gn-RH agonis, namun demikian dari berbagai
jenis pengobatan medisinalis yang tersedia tersebut, baru GnRH
agonis yang memiliki efektivitas yang tinggi dan memiliki efek
samping yang relatif rendah., dan angka residif setelah pemberian GnRH agonis lebih rendah bila dibandingkan dengan pengobatan
medisinalis jenis lain.(2,3). Penggunaan aromatase inhibitor masih
dalam tahap penelitian awal. Prinsip pengobatan endometriosis adalah
memilih jenis pengobatan yang paling rendah angka kejadian
residifnya. Bagi adenomiosis hingga kini belum ditemukan pengobatan
yang memuaskan. Pengangkatan rahim dan ke dua ovarium
merupakan pengobatan yang paling banyak dianjurkan (2,4). Kadangkadang pada pasien yang belum mendapatkan keturunan dicoba
dilakukan reseksi jaringan adenomiosis, miskipun hasil yang diperoleh
sungguh tidak memuaskan. Angka kejadian residif pascareseksi
sangatlah tinggi, sehingga tidak jarang harus dilakukan operasi
berulang kali. Pemberian Gn-RH agonis maupun IUD LNG pada
penderita adenomiosis lebih ditujukan untuk menghilangkan keluhan
nyeri haid , atau perarahan abnormal (2,3).
Jaringan endometriosis dapat menyebar ke organ di luar pelvic,
seperti ke otak, paru-paru, usus, kandung kemih, mata dan organorgan tubuh yang lainnnya.(5). Penanganannya cukup dengan
3
2a
At least one well-designed controlled study without
randomization
2b
At least one other type of well-designed quasi
experimental study
3
Well-designed, non experimental, escriptive studies,
such as comparative studies
Correlation studies or cace studies
4
Expert comunittee reports or opinion and/or clinical
experience of respected authorities
Tabel II. Strength of evidence corresponding to each level of
recommendation
A
Directly based on level 1 evidence
B
Directly based on level 2 evidence or
recommendation from level 1 evidence
C
Directly baced on level 3 evidence or
recommendation either level 1or level 2
Evidence
D
Directly based on level 4 evidence or
recommendation ether level 1,2,3 evidence
GPP
Good practice point based upon the
Guideline Development Group
extrapolated
extrapolated
extrapolated
views of the