Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
di Indonesia
Kelompok 1
Desi Safitri S
Ganes Farhan AS
Igor M Farhan
Iqbal Ramdhani
Lusiana Kartika S
Meyza Nur
Nurul
Zulfa Indriyati A
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Illahirabhi karena atas izin dan rohmat-Nya
lah kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ini
tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Menyelesaikan makalah mengenai Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesian ini
merupakan suatu kebanggaan dan kepuasan tersendiri bagi kami, yang tak akan dapat
terwujud tanpa bimbingan dari Ibu Lia, yang juga telah memberikan kami tugas ini. Oleh
karena itu kami sangat berterimakasih kepada beliau. Karena tugas ini telah membuka
cakrawala kami mengenai betapa pentingnya sejarah Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
Saya berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan memacu bagi siapa saja
pembacanya untuk terus membanggun dan mempertahankan kebudayaan yang telah ada
dan selalu dapat menghargai sejarah.
Penyusun,
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
II
1
3
3
4
4
4
5
5
5
7
B. Kerajaan Aceh
1. Sejarah
2. Kehidupan Politik
3. Kehidupan Ekonomi
4. Kehidupan Sosial Budaya
5. Sultan
8
9
10
10
10
11
C. Kerajaan Demak
1. Letak Geografis.
2. Kehidupan Politik
3. Kehidupan Ekonomi
4. Kehidupan Sosial Budaya
5. Sebab- Sebab Runtuhnya Kerajaan Demak
12
12
12
16
17
18
D. Kerajaan Banten
1. Kehidupan Politik
2. Kehidupan Ekonomi
3. Kehidupan Sosial Budaya
4. Warisan Sejarah
19
19
21
21
22
II | K e r a j a a n I s l a m d i I n d o n e s i a
23
24
24
26
F. Kerajaan Cirebon
1. Sejarah
2. Keruntuhan Kerajaan Cirebon
3. Peninggalan
27
27
31
32
33
33
34
34
35
36
36
37
38
39
39
39
40
I. Banjar
41
J. Pajang
1. Asal Usul
2. Kerajaan Pajang
3. Perkembangan
4. Peran Wali Songo
5. Pemberontakan Mataram
6. Keruntuhan
7. Daftar Raja Pajang
43
43
43
44
44
45
45
46
III | K e r a j a a n I s l a m d i I n d o n e s i a
K. Kerajaan Palembang
1. Pendirian
2. Kehidupan Ekonomi
3. Peperangan
4. Daftar Sultan Palembang
48
48
48
49
49
50
50
50
M. Kerajaan Buton
1. Sejarah Awal
52
53
Daftar Pustaka
54
IV | K e r a j a a n I s l a m d i I n d o n e s i a
1. Pembentukan Awal
Berdasarkan Hikayat Raja-raja Pasai, menceritakan tentang pendirian Pasai oleh
Marah Silu, setelah sebelumnya ia menggantikan seorang raja yang bernama Sultan
Malik al-Nasser. Marah Silu ini sebelumnya berada pada satu kawasan yang disebut
dengan Semerlanga kemudian setelah naik tahta bergelar Sultan Malik as-Saleh, ia
wafat pada tahun 696 H atau 1297 M. Dalam
Hikayat Raja-raja Pasai maupun Sulalatus
Salatin nama Pasai dan Samudera telah
dipisahkan merujuk pada dua kawasan yang
berbeda, namun dalam catatan Tiongkok
nama-nama tersebut tidak dibedakan sama
sekali. Sementara Marco Polo dalam
lawatannya mencatat beberapa daftar
kerajaan yang ada di pantai timur Pulau
Sumatera waktu itu, dari selatan ke utara
terdapat nama Ferlec (Perlak), Basma dan
Samara (Samudera). Pemerintahan Sultan
Malik as-Saleh kemudian dilanjutkan oleh
putranya Sultan Muhammad Malik az-Zahir
dari perkawinannya dengan putri Raja
Perlak. Pada masa pemerintahan Sultan
Muhammad Malik az-Zahir, koin emas
sebagai mata uang telah diperkenalkan di
Pasai, seiring dengan berkembangnya Pasai
menjadi salah satu kawasan perdagangan
sekaligus tempat pengembangan dakwah
agama Islam. Kemudian sekitar tahun 1326
ia meninggal dunia dan digantikan oleh anaknya Sultan Mahmud Malik az-Zahir dan
memerintah sampai tahun 1345. Pada masa pemerintahannya, ia dikunjungi oleh Ibn
Batuthah, kemudian menceritakan bahwa sultan di negeri Samatrah (Samudera)
menyambutnya dengan penuh keramahan, dan penduduknya menganut Mazhab Syafi'i.
Selanjutnya pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Malik az-Zahir putra Sultan
Mahmud Malik az-Zahir, datang serangan dari Majapahit antara tahun 1345 dan 1350,
dan menyebabkan Sultan Pasai terpaksa melarikan diri dari ibukota kerajaan.
3. Pemerintahan
Pusat pemerintahan Kesultanan Pasai terletaknya antara Krueng Jambo Aye (Sungai
Jambu Air) dengan Krueng Pase (Sungai Pasai), Aceh Utara. Menurut ibn Batuthah yang
menghabiskan waktunya sekitar dua minggu di Pasai, menyebutkan bahwa kerajaan ini
tidak memiliki benteng pertahanan dari batu, namun telah memagari kotanya dengan
kayu, yang berjarak beberapa kilometer dari pelabuhannya. Pada kawasan inti kerajaan
ini terdapat masjid, dan pasar serta dilalui oleh sungai tawar yang bermuara ke laut. Ma
Huan menambahkan, walau muaranya besar namun ombaknya menggelora dan mudah
mengakibatkan kapal terbalik. Sehingga penamaan Lhokseumawe yang dapat
bermaksud teluk yang airnya berputar-putar kemungkinan berkaitan dengan ini.
Dalam struktur pemerintahan terdapat istilah menteri, syahbandar dan kadi. Sementara
anak-anak sultan baik lelaki maupun perempuan digelari dengan Tun, begitu juga
beberapa petinggi kerajaan. Kesultanan Pasai memiliki beberapa kerajaan bawahan,
dan penguasanya juga bergelar sultan.
Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, Kerajaan Perlak telah
menjadi bagian dari kedaulatan Pasai, kemudian ia juga menempatkan salah seorang
anaknya yaitu Sultan Mansur di Samudera. Namun pada masa Sultan Ahmad Malik azZahir, kawasan Samudera sudah menjadi satu kesatuan dengan nama Samudera Pasai
yang tetap berpusat di Pasai. Pada masa pemerintahan Sultan Zain al-Abidin Malik azZahir, Lide (Kerajaan Pedir) disebutkan menjadi kerajaan bawahan dari Pasai.
Sementara itu Pasai juga disebutkan memiliki hubungan yang buruk dengan Nakur,
puncaknya kerajaan ini menyerang Pasai dan mengakibatkan Sultan Pasai terbunuh.
4. Kehidupan Politik
Menurut Marco Polo (Venetia), raja pertama kerajaan ini adalah Marah Silu yang
bergelar Sultan Malik as-Saleh (12851297). Raja berikutnya berturut-turut adalah
Sultan Muhammad yang bergelar Sultan Malik at-Tahir I (12971326), Sultan Ahmad
yang bergelar Sultan Malik at-Tahir II (13261348). Tidak banyak catatan mengenai
kerajaan ini kecuali yang berasal dari Ibnu Batutah yang pernah datang berkunjung
tahun 1345. Ia memberitakan bahwa Samudera Pasai telah menjalin komunikasi dan
hubungan diplomasi dengan Kerajaan Delhi. Rajanya sangat dihormati rakyat
dan menjadi pemimpin agama dengan dibantu seorang patih yang bergelar Amir.
5. Kehidupan Ekonomi
Kehidupan ekonomi Kerajaan Samudera Pasai banyak dipengaruhi oleh aktivitas
perdagangan dan kedudukannya sebagai bandar pelabuhan. Apalagi pengaruh Pasai
semakin luas karena didukung oleh armada laut yang kuat. Komoditas yang
diperdagangkan antara lain lada, kapur barus, dan emas. Dalam catatan Ma Huan
disebutkan 100 kati lada dijual dengan harga perak 1 tahil. Dalam perdagangan
Kesultanan Pasai mengeluarkan koin emas sebagai alat transaksi pada masyarakatnya,
mata uang ini disebut deureuham (dirham) yang dibuat 70% emas murni dengan berat
0.60 gram, diameter 10 mm, mutu 17 karat.
Sementara masyarakat Pasai umumnya telah menanam padi di ladang, yang dipanen 2
kali setahun, serta memilki sapi perah untuk menghasilkan keju. Sedangkan rumah
penduduknya memiliki tinggi rata-rata 2.5 meter yang disekat menjadi beberapa bilik,
dengan lantai terbuat dari bilah-bilah kayu kelapa atau kayu pinang yang disusun
dengan rotan, dan di atasnya dihamparkan tikar rotan atau pandan.
Jambu Air. Sedangkan penyerbuan melalui jalan darat dilakukan lewat Paya Gajah yang
terletak di antara Perlak dan Pedawa. Serangan dari darat tersebut ternyata mengalami
kegagalan karena dihadang oleh tentara Kesultanan Samudera Pasai. Sementara
serangan yang dilakukan lewat jalur laut justru dapat mencapai istana.
Selain alasan faktor politis, serangan Majapahit ke Samudera Pasai dipicu juga karena
faktor kepentingan ekonomi. Kemajuan perdagangan dan kemakmuran rakyat
Kerajaaan Samudera Pasai telah membuat Gadjah Mada berkeinginan untuk dapat
menguasai kejayaan itu. Ekspansi Majapahit dalam rangka menguasai wilayah
Samudera Pasai telah dilakukan berulangkali dan Kesultanan Samudera Pasai pun masih
mampu bertahan sebelum akhirnya perlahan-lahan mulai surut seiring semakin
menguatnya pengaruh Majapahit di Selat Malaka.
Hingga menjelang abad ke-16, Kerajaan Samudera Pasai masih dapat mempertahankan
peranannya sebagai bandar yang mempunyai kegiatan perdagangan dengan luar negeri.
Para ahli sejarah yang menumpahkan minatnya pada perkembangan ekonomi mencatat
bahwa Kerajaan Samudera Pasai pernah menempati kedudukan sebagai sentrum
kegiatan dagang internasional di nusantara semenjak peranan Kedah berhasil
dipatahkan (Said, 1963:125).
Namun,kemudian peranan Kerajaan Samudera Pasai yang sebelumnya sangat penting
dalam arus perdagangan di kawasan Asia Tenggara dan dunia mengalami kemerosotan
dengan munculnya bandar perdagangan Malaka di Semenanjung Melayu (Ismail,
1997:24). Bandar Malaka segera menjadi primadona dalam bidang perdagangan dan
mulai menggeser kedudukan Pasai. Tidak lama setelah Malaka dibangun, kota itu dalam
waktu yang singkat segera dibanjiri perantau-perantau dari Jawa.
Akibat kemajuan pesat yang diperoleh Malaka tersebut, posisi dan peranan Kerajaan
Samudera Pasai kian lama semakin tersudut, nyaris seluruh kegiatan perniagaannya
menjadi kendor dan akhirnya benar-benar patah di tangan Malaka sejak tahun 1450.
Apalagi ditambah kedatangan Portugis yang berambisi menguasai perdagangan di
Semenanjung Melayu. Orang-orang Portugis yang pada 1521 berhasil menduduki
Kesultanan Samudera Pasai (Rusdi Sufi, 2004:57).
Tidak hanya itu, Kesultanan Samudera Pasai semakin lemah ketika di Aceh berdiri satu
lagi kerajaan yang mulai merintis menjadi sebuah peradaban yang besar dan maju.
Pemerintahan baru tersebut yakni Kerajaan Aceh Darussalam yang didirikan oleh Sultan
Ali Mughayat Syah. Kesultanan Aceh Darussalam sendiri dibangun di atas puing-puing
kerajaan-kerajaan yang pernah ada di Aceh pada masa pra Islam, seperti Kerajaan Indra
Purba, Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan Indrapura. Pada 1524,
Kerajaan Aceh Darussalam di bawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah menyerang
Kesultanan Samudera Pasai. Akibatnya, pamor kebesaran Kerajaan Samudera Pasai
semakin meredup sebelum benar-benar runtuh. Sejak saat itu, Kesultanan Samudera
Pasai berada di bawah kendali kuasa Kesultanan Aceh Darussalam.
9. Peninggalan Peninggalan
a. Deureuham atau Dirham
Dalam buku Ying Yai Sheng Lan karya Ma Huan, sang juru tulis dan penterjemah
Laksamana Muslim Cheng Ho dari Cina saat muhibah ke Sumatera Utara (1405 1433), disebutkan bahwa mata uang Samudera Pasai adalah Dinar emas dengan
kadar 70 persen dan mata uang keueh dari timah (1 Dinar = 1.600 keueh). Pasai
telah mencetak Dinar pertamanya pada masa Sultan Muhammad (1297-1326)
dengan satuan mas yang sepadan dengan 40 grains atau 2,6 gram.
b. Cakra Donya
Cakra Donya adalah lonceng yang berupa mahkota besi berbentuk stupa buatan
Cina 1409 M. dengan tinggi 125 cm. dan lebar 75 cm. Cakra berarti poros kereta,
lambang-lambang Wishnu, cakrawala atau matahari. Sedangkan Donya berarti
dunia. Pada bagian luar Cakra Donya terdapat hiasan dan simbol-simbol berbentuk
aksara Cina dan Arab. Aksara Cina bertuliskan Sing Fang Niat Tong Juut Kat Yat Tjo
(Sultan Sing Fa yang telah dituang dalam bulan 12 dari tahun ke 5). Sedangkan
aksara Arab tidak
dapat dibaca lagi
karena telah aus.
Pada dasarnya
Cakra Donya
adalah nama
sebuah kapal
perang Sultan