Вы находитесь на странице: 1из 5

Aditya Rasdi M

270110120049
Geologi E
CEKUNGAN SUMATERA UTARA

Cekungan adalah bentuk muka bumi yang lebih rendah dari permukaan bumi di
sekelilingnya. Dalam hal ini kita membicarakan cekungan sedimentasi yang menjadi sumber
hidrokarbon di Indonesia. Secara umum Indonesia memiliki lebih dari 60 cekungan , dengan
22 cekungan telah berproduksi dan terletak di Indonesia bagian barat dan 38 cekungan masih
pada tahap eksplorasi dan terletak di Indonesia bagian Timur. Cekungan-cekungan yang
berada di Indonesia Bagian barat umumnya merupakan cekungan belakang busur (back arc
basin). Beberapa contoh yang akan dibahas pada kali ini adalah Cekungan Sumatra Utara,
Cekungan Sumatra Tengah, dan Cekungan Sumatra Selatan.
Pulau Sumatra terletak pada bagian baratdaya dari mikrokontinen Sunda dan
merupakan jalur konvergensi antarlempeng yaitu lempeng Indo-Australia yang menyusup ke
lempeng Eurasia. Pulau Sumatra terbentuk akibat amalgamasi usur-unsur yang berasal dari
benua Asia dan Gondwana. Bagian Gondwana yang beramalgamasi dengan Asia dikenal
dengan istilah Sibumasu yaitu (Siam Burma Malaysia dan Sumatra).
Pulau Sumatra terbentuk akibat adanya kolisi dan suturing dari mikrokontinen pada
Akhir PraTersier. Secara geologi Pulau Sumatra dapat dibagi menjadi beberapa bagian
(Darman dan Sidi, 2000):
1. Busur luar sunda, berada sepanjang batas cekungan busur depan Sunda dan yang
memisahkan dari lereng trench.
2. Cekungan depan busur (fore arc basin), yang terbentang antara busur luar Sunda dengan
bagian bawah permukaan busur vulkanik belakang Sumatra,
3. Cekungan belakang busur (back arc basin) meliputi Cekungan Sumatra Utara, Cekungan
Sumatra Tengah, dan Cekungan Sumatra Selatan. Sistem ini berkembang sejalan dengan
depresi yang berbeda pada bagian bawah Bukit Barisan.
4. Bukit Barisan, terbentuk pada masa Perm-Kabon hingga batuan Mesozoik.
A.

Geologi Regional Cekungan Sumatera Utara


Daerah ini merupakan bagian dari Back-arc Basin lempeng Sunda yang meliputi suatu

jalur sempit yang terbentang dari Medan sapai ke Banda Aceh. Di sebelah barat jalur ini jelas
dibatasi oleh singkapan-singkapan pra-Tersier. Dapat dikatakan bahwa yang dikenal sebagai

lempung hitam (black clay) dan batupasir bermika (micaceous sandstone), mungkin
merupakan pengendapan non-marin. Transgresi baru dimulai dengan batupasir Peunulin atau
batupasir Belumai, yang tertindih oleh Formasi Telaga. Formasi regresi diwakili oleh Formasi
Keutapang dan Formasi Seureula yang merupakan lapisan resevoir utama. Daerah cekungan
ini juga terdiri dari cekungan yang dikendalikan oleh patahan batuan dasar. Semua cekungan
tersebut adalah pendalaman Paseh (Paseh deep). Di sini jugalah letak dearah terangkat blok
Arun, yang dibatasi oleh patahan yang menjurus ke utara-selatan.
Cekungan Paseh membuka ke arah utara ke lepas pantai, ke sebelah selatan tempat
depresi Tamiang dan depresi Medan. Di antara kedua depresi tersebut terdapat daerah tinggi,
dan di sana Formasi Peunulin/Telaga/Belumai langsung menutupi batuan dasar. Minyak
ditemui pada formasi ini (Diski, Batumandi), lebih ke selatan lagi terdapat depresi Siantara
dan kemudian daerah cekungan dibatasi oleh lengkung Asahan dari cekungan Sumatera
Tengah. Struktur daerah cekungan Sumatera Utara diwakili oleh berbagai lipatan yang relatif
ketat yang membujut barat laut-tenggara yang diikuti oleh sesar naik. Di sini diketahui bagian
barat relatif naik terhadap bagian timur. Perlipatan terjadi di Plio-Plistosen. Semua unsur
struktur yang lebih tua direfleksikan pada paleotopografi batuan dasar, seperti misalnya di
blik Arun yang menjurus ke utara-selatan.
Cekungan sumatera Utara secara tektonik terdiri dari berbagai elemen yang berupa
tinggian, cekungan maupun peralihannya, dimana cekungan ini terjadi setelah
berlangsungnya gerakan tektonik pada zaman Mesozoikum atau sebelum mulai
berlangsungnya pengendapan sedimen tersier dalam cekungan sumatera utara. Tektonik yang
terjadi pada akhir Tersier menghasilkan bentuk cekungan bulat memanjang dan berarah barat
laut tenggara. Proses sedimentasi yang terjadi selama Tersier secara umum dimulai dengan
trangressi, kemudian disusul dengan regresi dan diikuti gerakan tektonik pada akhir Tersier.
Pola struktur cekungan sumatera utara terlihat adanya perlipatan-perlipatan dan pergeseranpergeseran yang berarah lebih kurang lebih barat laut tenggara Sedimentasi dimulai dengan
sub cekungan yang terisolasi berarah utara pada bagian bertopografi rendah dan palung yang
tersesarkan. Pengendapan Tersier Bawah ditandai dengan adanya ketidak selarasan antara
sedimen dengan batuan dasar yang berumur Pra-tersier, merupakan hasil trangressi,
membentuk endapan berbutir kasar halus, batu lempung hitam, napal, batulempung
gampingan dan serpih.
Transgressi mencapai puncaknya pada Miosen Bawah, kemudian berhenti dan
lingkungan berubah menjadi tenang ditandai dengan adanya endapan napal yang kaya akan
fosil foraminifora planktonik dari formasi Peutu. Di bagian timur cekungan ini diendapkan

formasi Belumai yang berkembang menjadi 2 facies yaitu klastik dan karbonat. Kondisi
tenang terus berlangsung sampai Miosen tengah dengan pengendapan serpih dari formasi
Baong. Setelah pengendapan laut mencapai maksimum, kemudian terjadi proses regresi yang
mengendapkan sedimen klastik (formasi Keutapang, Seurula dan Julu Rayeuk) secara selaras
diendapkan diatas Formasi Baong, kemudian secara tidak selaras diatasnya diendapkan Tufa
Toba Alluvial.
B. Litostratigrafi Cekungan Sumatra Utara Litostratigrafi Cekungan Sumatra Utara
dari tua ke muda adalah :
1. Formasi Parapat Formasi Parapat yang diperkirakan berumur Oligosen, terdiri atas
batupasir berbutir kasar dan konglomerat di bagian bawah, terdapat sisipan serpih yang
diendapkan tidak selaras. Bagian bawah formasi parapet diendapkan dalam lingkungan
laut dangkal dibuktikan dengan adnya fosil Nummulites di Aceh. Tugas Geologi
Indonesia GL3203 3
2. Formasi Bamo Formasi ini berumur Oligosen- Miosen Awal, komposisi formasi ini adalah
serpih hitam dan tidak berlapis, berasosiasi dengan pirit dan gamping. Dijumpai lapisan
tipis batugamping, batulempung karbonatan dan mikaan. Pada formasi ini sangat sedikit
ditemukan keberadaan fosil, hal ini diakibatkan lingkungan pengendapannya yang berada
pada kondisi tertutup atau reduksi. Ketebalan formasi berbeda-beda Antara 100-2400m.
3. Formasi Belumai Formasi ini membentang pada bagian timur dari cekungan. Formasi
Belumai identik dengan Formasi Peutu yang berkembang di ceungan bagian barat dan
tengah. Komposisi utama formasi ini adalah batupasir glaukonit yang berselang-seling
dengan serpih dan batugamping. Didaerah Formasi Arun bagian atas berkembang lapisan
batugamping kalkarenit dan kalsilutit dengan selingan serpih. Formasi Belumai terdapat
secara selaras diatas Formasi Bampo dan juga selaras dengan formasi Baong, ketebalan
berkisar 200-700m. Formasi ini diperkirakan memiliki umur Miosen Awal dengan
lingkungan pengendapan laut dangkal.
4. Formasi Baong Formasi ini berumur Miosen Tengah hingga Miosen Atas. Formasi ini
terdiri atas batulempung abu-abu kehijauan, napalan, lanauan, pasiran. Terkayakan oleh
fosil Orbulina sp, berselang seling dengan lapisan pasir halus serpihan. Didaerah Laut
Aru terdapat batupasir glaukonitan serta batugamping yang terdapat di bagian tengah.
Formasi ini merupakan reservoir produktif. Gambar2 Litostratigrafi Sumatra Utara

(Kamioli dan Naim, 1973, Mulhadiono, 1975, Cameron dkk., 1980) Tugas Geologi
Indonesia GL3203 4
5. Formasi Kautapang Formasi Keutapang adalah siklus regresi Cekungan Sumatra Utara
yang memiliki lingkungan pengendapan deltai hingga laut dalam dengan umur Miosen
Akhir. Komposisi batuannya merupakan selang-seling Antara serpih, batulempung. Pada
bagian atas terdapat batugamping dan batupasir berlapis tebal dengan mineralogy kuarsa,
pirit, sedikit mika, dan karbonan yang terdapat pada bagian atas. Ketebalan formasi ini
antara 404-1534m.
6. Formasi Seurula Formasi ini hampir sama dengan formasi ketapang yang memiliki fase
regresi. Formasi ini diendapkan dalam lingkungan laut yang berumur Pliosen Awal
dengan ketebalan 397-720m. Litologi yang terlihat adalah batupasir, serpih dan dominan
batulempung. Formasi ini berbutir lebih kasar, mengandung banyak cangkang moluska
dan foramminifera dibandingkan dengan Formasi Keutapang.
7. Formasi Julu Rayeu Formasi ini merupakan formasi teratas dari siklus endapan laut
Cekungan Sumatra Utara. Ketebalan mencapai 1400m, lingkungan pengendapan laut
dangkal, dan berumur Pliosen sampai Plistosen. Litologi berupa batupasir halus sampai
kasar, batulempung dengan kandungan mika, dan pecahan cangkang moluska.
8. Vulkanik Toba Vulkanik toba merupakan tuff hasil kegiatan vulknisme Toba yang
berlangsung pada Plio-Plistosen. Tuff toba diendapkan secara tidak selaras diatas
Formasi Julu Rayeu. Ketebalan lapisan ini diperkirakan antara 150-200m
9. Aluvial Ketebalan satuan alluvial ini diperkirakan mencapai 20 meter. Satuan alluvial ini
terdiri dari endapan sungai (pasir, kerikil, batugamping dan batulempung ) dan endapan
pantai yaitu, pasir sampai lumpur.
Kesimpulan
Cekungan sumatera Utara secara tektonik terdiri dari berbagai elemen yang berupa
tinggian, cekungan maupun peralihannya, dimana cekungan ini terjadi setelah
berlangsungnya gerakan tektonik pada zaman Mesozoikum atau sebelum mulai
berlangsungnya pengendapan sedimen tersier dalam cekungan sumatera utara.
Dikaitkan dengan tektonik tumbukan lempeng, sesar mendatar yang berkembang di
Sumatra bersifat transpresional dan mengakar ke dalam (deep seated). Pola struktur seperti
ini hanya dapat terbentuk dalam habitat struktur strike slip dengan geometri menyerupai palm
structure (positive flower structure). Sesar mendatar di Sumatra sudah terbentuk jauh sebelum
terakumulasinya sedimen Tersier (prerift). Sejalan dengan terus aktifnya tumbukan

menyerong di daeran tersebut, menyebabkan terbentuknya sejumlah cekungan sedimentasi


yang mulai berlangsung pada awal Tersier, di bawah pengaruh system tegasan trantensional.
Selanjutnya pada akhir Tersier, system tegasan bersifat transpresional, yang menyebabkan
terangkat dan terlipatnya seluruh batuan di kawasan tersebut.
Tektonik yang terjadi pada akhir Tersier menghasilkan bentuk cekungan bulat
memanjang dan berarah barat laut tenggara. Proses sedimentasi yang terjadi selama Tersier
secara umum dimulai dengan trangressi, kemudian disusul dengan regresi dan diikuti gerakan
tektonik pada akhir Tersier. Pola struktur cekungan sumatera utara terlihat adanya perlipatanperlipatan dan pergeseran-pergeseran yang berarah lebih kurang lebih barat laut tenggara
Sedimentasi dimulai dengan sub cekungan yang terisolasi berarah utara pada bagian
bertopografi rendah dan palung yang tersesarkan.
Proses tektonik cekungan tersebut telah membuat stratigrafi regional cekungan Sumatera
Utara dengan urutan dari tua ke muda adalah sebagai berikut :
1.

Formasi Parapat

2.

Formasi Bampo

3.

Formasi Belumai

4.

Formasi Baong

5.

Formasi Keutapang

6.

Formasi Seurula

7.

Formasi Julu Rayeu

8.

Vulkanik Toba

9.

Alluvial

Вам также может понравиться