Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
2.2.1 Definisi
Trauma tumpul abdomen merupakan trauma pada perut tanpa penetrasi
kedalam rongga peritoneum. Benturan benda tumpul pada abdomen dapat
menimbulkan cedera pada organ berongga berupa perforasi, atau pada organ padat
berupa perdarahan.3
2.2.2 Insidensi
Satu tinjauan dari National Pediatric Trauma Registry oleh Cooper dkk
melaporkan bahwa 8% dari pasien (total = 25301) telah cedera abdominal. 83%
dari cedera mereka disebabkan karena mekanisme trauma tumpul. 59% dari
trauma tumpul tersebut berhubungan dengan kecelakaan mobil.
Tinjauan dari Singapura menjelaskan trauma sebagai penyebab kematian
terkemuka pada usia 1-44 tahun. Kecelakaan lalu lintas, luka bacokan, dan jatuh
dari ketinggian merupakan penyebab terjadinya trauma tersebut. Trauma tumpul
abdomen menyumbang 79% kasus tersebut. Berdasarkan data dari nasional dan
internasional angka kejadian pria dengan wanita adalah 60:40. Usia Puncak
insidensi terjadi pada usia 14-30 tahun.
2.2.3 Etiologi
Data internasional yang didapat dari
mengindikasikan penyebab utama dari trauma tumpul pada abdomen adalah jatuh
dari ketinggian kurang dari 5 meter dan kecelakaan mobil. Data ini mencakup
semua jenis luka, bukan luka akibat trauma tumpul abdomen saja. Penyebab
tersering dari trauma tumpul abdomen akibat kecelakaan kendaraan bermotor.
Penyebab-penyebab umum lainnya termasuk terjatuh dan kecelakaan industri atau
rekreasi. Trauma tumpul abdomen dapat disebabkan oleh: pukulan, benturan,
ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt).
2.2.4 Patofisiologi
41
b)
c)
41
tetap (misalnya, putaran belt, tulang belakang). Paling sering, kekuatan yang
menghancurkan ini menyebabkan perdarahan dan hematom subcapsular ke organ
dalam yang padat. Kekuatan ini juga dapat menyebabkan cacat pada organ
berongga dan meningkatkan tekanan intraluminal secara transient, sehingga
menyebabkan ruptur. Peningkatkan tekanan yang sementara ini merupakan
mekanisme trauma tumpul pada usus kecil.
Kekuatan deselerasi menyebabkan peregangan dan pemotongan linear
antara benda yang secara relatif tetap dan bebas. Pemotongan longitudinal ini
cenderung menyebabkan ruptur dari struktur penunjang pada penghubung antara
segmen bebas dan tetap. Cedera deselerasi klasik meliputi perdarahan hepatik
sepanjang ligamentum teres dan cedera intima pada arteri-arteri ginjal. Sebagai
loop usus yang berjalanan dari perlekatan mesenterik mereka, trombosis dan
perdarahan mesenterik, cedera pembuluh darah splanchnic dapat terjadi.
2.2.5 Klasifikasi
Cedera tumpul abdomen dibagi menjadi:3
a) Benturan benda tumpul, dengan akibat:
1) Perforasi pada organ visera berongga.
2) Perdarahan pada organ visera padat.
b) Cedera kompresi, dengan akibat:
1) Robekan dan hematom pada organ visera padat.
2) Ruptur pada organ visera berongga, karena peningkatan tekanan
intraluminer.
c) Cedera perlambatan (deselerasi), dengan akibat:
Peregangan dan ruptur pada jaringan ikat/penyokong
2.2.6 Komplikasi3
a)
Ruptur diaphragma
b)
c)
d)
41
e)
f)
Ruptur limpa
g)
Ruptur pankreas
h)
i)
j)
Hematoma retroperitoneum
k)
l)
m)
n)
o)
p)
q)
r)
2.2.7 Diagnosis
Anamnesis3,4
Pada anamnesis dapat ditemukan adanya riwayat seperti:
a)
b)
c)
d)
Selain itu, AMPLE merupakan elemen penting yang harus ditanyakan dalam
anamnesis pasien:4
a.
A llergies
b.
M edications
c.
d.
e.
41
Pemeriksaan Fisik3,4
a. Inspeksi
1)
2)
3)
4)
Cullen
sign
(ekimosis
periumbilikal)
mengindikasikan
b) Auskultasi
1) Bising usus bias normal, menurun, atau hilang.
2) Abdominal bruit menandakan adanya penyakit sistem vaskuler
yang
41
pemeriksaan
sensorik
dari
dada
dan
abdomen
untuk
2)
Tenderness
mengindikasikan
evaluasi
lebih
lanjut
dan
4)
5)
6)
Pemeriksaan Penunjang
41
a. Pemeriksaan Laboratorium3
Pemeriksaan yang umumnya direkomendasikan meliputi glukosa darah,
complete blood count (CBC), kimia darah, amylase serum, urinalisis, pemeriksaan
koagulasi, tipe golongan darah, etanol darah, analisa gas darah, dan tes kehamilan
(untuk wanita-wanita usia reproduksi).
Kenaikan
kadar
aspartate
aminotransferase
(AST)
or
alanine
41
Kenaikan kadar amilase dalam waktu 3-6 jam post trauma biasanya lebih
akurat untuk menentukan adany perlukaan pada pankreas.
Urinalisis
Periksa kadar serum atau urine pregnancy test pada wanita dengan masa
subur.
Skrining dan jenis darah dari semua pasien yang diduga cedera trauma
tumpul abdomen. Jika cedera sudah diidentifikasi, praktik ini sangat
mengurangi waktu yang diperlukan untuk crossmatch.
Lakukan crossmatch awal minimum 4-6 unit bagi pasien tersebut dengan
bukti
yang
jelas
dari
cedera
hemodinamik.
41
abdominal
dan
ketidakstabilan
b. Pemeriksaan Radiologi3
Foto Rontgen
punggung)
mungkin
berguna
untuk
mengetahui
udara
41
41
mengevaluasi
hemoperitoneum
dengan
cepat.
Studi
41
Gambar 2.3 Ultrasonic imaging for fluid in Morison's pouch has proven to be a
reliable method for detecting intra-abdominal hemorrhage. A. normal image. B.
This image demonstrates a fluid stripe between the right kidney and liver; this is
considered a positive study. Fluid may also be detected between loops of bowel,
as in C, or in the pelvis, as in D.
41
DPL
Menentukan
USG
adanya Menentukan
41
CT Scan
cairan Menentukan
organ
Keuntungan
Kerugian
tidak
- Akurasi 98%
dapat diulang
invasif,
dan cedera
- Akurasi 92-98%
- Akurasi 86-97%
Invasive, gagal untuk Tergantung operator Membutuhkan
mengetahui
Gagal
cedera
Tidak
Penatalaksanaan
Survei Primer
Survei ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure), survei ini
dikerjakan secara serentak dan harus selesai dalam 2-5 menit.3
Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bicara dan bernafas dengan bebas
atau tidak, jika ada obstruksi, lakukan :
a) Chin lift/ Jaw thrust
b) Suction
c) Guedel Airway
d) Intubasi trakea
Breathing
Bila jalan nafas tidak memadai, berikan oksigen
Circulation
Menilai sirkulasi/peredaran darah
a) Hentikan perdarahan external bila ada
b) Segera pasang dua jalur infus dgn jarum besar (14-16G)
c) Beri infus cairan
Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil
41
mengetahui
biaya
Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon
terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar, dapat menggunakan skor GCS atau
AVPU.
AWAKE
RESPON NYERI
Exposure
Lepaskan baju dan semua penutup tubuh pasien, supaya dapat dicari semua cidera
yang mungkin ada. Jika ada kecurigaan cedera leher atau tulang belakang, maka
immobilisasi in line harus dikerjakan.2
Alur Penanganan Trauma Tumpul Abdomen
41
Hemodinamik stabil
tidak
ya
ya
laparotomi
Tidak jelas
DPL
ya
tidak
Perubahan kesa
konservatif
Makroskopis he
HCt < 35 %
tidak
ya
CT-Scan
ya
tid
41
mengenai ginjal dapat merupakan cedera tumpul, luka tusuk, ataupun luka
tembak.5
2.3.3
Anatomi
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga
41
mayor akan bersatu membentuk pelvis renalis yang berbentuk corong. Pelvis
renalis akan mengumpulkan urin yang berasal dari calyces dan membawanya
menuju ureter.1,2
Patogenesis
Ruptur ginjal adalah robek atau koyaknya jaringan ginjal secara paksa.
Kategori
of Surgery)
Derajat Tingkat cedera
Tingkat cedera
41
MINOR
Kontusi
Laserasi
subkapsular
korteks
(tidak 2
meluas ke calyx)
II
MAJOR
Laserasi korteks (meluas ke
calyx)
CATHATROPHIC
Trauma sampai ke pedikulus
ginjal
IV
sampai
junction
SHATTERED KIDNEY
Perlukaan
hingga
corticomedullary
Ruptur ginjal
III
di
pelviureteric junction
Ginjal
terbelah
(shattered
kidney)
41
2.3.5 Diagnosis
Gambaran Klinis
Gambaran klinis yang ditunjukkan oleh pasien trauma ginjal sangat
bervariasi tergantung pada derajat trauma dan ada atau tidaknya trauma pada
organ lain yang menyertainya. Pada trauma derajat ringan mungkin hanya
didapatkan nyeri di daerah pinggang, terlihat jejas berupa ekimosis, dan terdapat
hematuria makroskopik ataupun mikroskopik.5
Derajat cedera pada ginjal tidak selalu berbanding lurus dengan parah
tidaknya hematuria yang terjadi; hematuria makroskopik dapat terjadi pada trauma
ginjal yang ringan dan hanya hematuria ringan pada trauma mayor.5
Pada trauma mayor atau rupture pedikel sering kali pasien datang dalam
keadaan syok berat dan terdapat hematoma di daerah pinggang yang makin lama
makin membesar. Dalam keadaan ini mungkin pasien tidak sempat menjalani
pemeriksaan IVP karena usaha untuk memperbaiki hemodinamik seringkali tidak
membuahkan hasil akibat perdarahan yang keluar dari ginjal cukup banyak. Untuk
itu harus segera dilakukan eksplorasi laparatomi untuk menghentikan perdarahan.5
Patut dicurigai adanya cedera pada ginjal jika terdapat:5
a) Trauma di daerah pinggang, punggung, dada sebelah bawah, dan perut bagian
b)
c)
d)
e)
atas dengan disertai nyeri atau didapatkan adanya jejas pada daerah itu
Hematuria
Fraktur costa bawah (T8-12) atau fraktur prosessus spinosus vertebra
Trauma tembus pada daerah abdomen atau pinggang
Cedera deselarasi yang berat akibat jatuh dari ketinggian atau kecelakaan lalu
lintas
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah urinalisis. Pada
pemeriksaan ini diperhatikan kekeruhan, warna, pH urin, protein, glukosa dan selsel. Hematuria makroskopik atau mikroskopik seringkali ditemukan pada
pemeriksaan ini. Jika hematuria tidak ada, maka dapat disarankan pemeriksaan
mikroskopik. Meskipun secara umum terdapat derajat hematuria yang
dihubungkan dengan trauma traktus urinarius, tetapi telah dilaporkan juga kalau
pada trauma (ruptur) ginjal dapat juga tidak disertai hematuria. Akan tetapi harus
41
tumpul
yang
berhubungan
dengan
perlukaan
ginjal
tinggi
sehingga harus
41
Gambar 2.7 Gambar radiografi ruptur ginjal spontan. (a) psoas line kiri terlihat
normal (panah hitam), psoas line kanan tidak terlihat (panah merah). (b,c) IVU
diambil pada menit ke-15 dan 45, terlihat ekstravasasi meluas di peripelvis dan
perirenal
Ultrasonografi (USG)
Tingkat keparahan pada trauma ginjal sangat beraneka ragam, oleh karena
itu terdapat kemungkinan terdeteksi dengan USG. Ada keadaan dimana ruptur
ginjal disebabkan oleh trauma langsung, sehingga akan didapatkan darah dan/atau
urin yang mengalami ekstravasasi ke perinephric space. Cairan-cairan tersebutlah
yang akan diidentifikasi oleh ultrasound. Jika terdapat urin maupun hematoma
yang banyak dapat dilakukan drainase secara percutaneus.5
Penggunaan USG Doppler berwarna juga dapat sangat berguna untuk
mendiagnosis ruptur ginjal. Pada pemeriksaan USG Doppler, akan terlihat seperti
semburan (jet effect) pada bagian sisi ginjal yang ruptur ketika ada sedikit
kompresi oleh urinoma.5
41
Gambar 2.8 Penampakan ruptur ginjal spontan. (a,b) terlihat defek berdiameter
4.5 mm pada pelvis renali. (c) penampakan USG Doppler berwarna, terlihat aliran
warna pada ginjal yang berhubungan dengan kompresi oleh urinoma
CT-Scan
Sejauh ini CT-Scan adalah modalitas yang paling baik untuk melihat
gambaran ruptur ginjal karena informasi yang diberikan berkaitan dengan
morfologi dan fungsional ginjal bisa didapatkan dalam satu kali pemeriksaan saja.
Pada pasien dengan trauma abdomen, pemeriksaan CT-scan lebih baik digunakan
untuk mengidentifikasi jenis dan luas perlukaan dan juga lebih bermanfaat untuk
melihat organ retroperitoneum, khususnya ginjal.5,6
Gambaran yang mungkin didapatkan pada ruptur ginjal adalah memar atau
kontusi ginjal, umunya muncul sebagai gambaran zona focal yang kurang
penyangatannya karena ekskresi tubular yang terganggu sementara. Jika terdapat
Hematoma intrarenal akan muncul sebagai area yang termarginasi sangat tipis
tanpa penyangatan. Untuk Hematoma subscapular biasanya memperlihatkan
bentuk lentikular sesuai dengan displacement yang terjadi pada korteks renalis.
Jika terdapat perdarahan minor, sisa pendarahan ekstrarenal akan tertahan pada
perirenal space dan meluas ke kompartemen-kompartemen retroperitoneal yang
saling berdekatan. Laserasi ginjal akan terlihat sebagai sebuah garis atau bentuk
irisan (wedge-shape) yang hipodens. Shattered kidney adalah laserasi
mengelilingi ginjal menghasilkan multiple fragmen.5,6
41
Gambar 2.9 Tampak ruptur renal bilateral pada pemeriksaan CT-scan potongan
axial
Gambar 2.10 Tampak hematoma mengelilingi ginjal kiri dan ekstravasasi material
kontras mengindikasikan ruptur renal
41
Gambar 2.12 Hematoma perinephric dan laserasi korteks renal <1 cm tanpa
ekstravasasi urin
MRI
Sebenarnya CT-scan adalah modalitas utama untuk menilai kasus
hematuria pada trauma abdomen akut. Walaupun hasil penelitian pada binatang
membuktikan bahwa MRI mempunyai keakuratan yang sama bahkan lebih
dibandingkan CT-scan, peralatan MRI ini kurang tersedia dimana-mana, serta
membutuhkan waktu yang lebih lama. Seperti halnya CT-scan, pada MRI juga
dapat terlihat ekstravasasi kontras, bahkan mampu membedakan hematoma
perirenal dan intrarenal.6
2.3.
6 Penatalaksanaan
41
vaskuler) atau tidak jarang harus dilakukan nefrektomi parsial bahkan nefrektomi
total karena kerusakan ginjal yang sangat berat.5
2.3.
7 Prognosis
Dengan follow-up yang dilakukan secara hati-hati, kebanyakan kasus
ruptur ginjal memiliki prognosis yang baik, dengan proses penyembuhan yang
berlangsung secara spontan dan mengembalikan fungsi ginjal. Pengawasan
terhadap excretory urography dan tekanan darah juga dapat menjamin deteksi dan
manajemen yang tepat akan kejadian hidronefrosis dan hipertensi.5
41