Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
HASIL
Dalam penelitian ini digunakan 25 ekor tikus putih jantan galur Wistar
(Rattus norvegicus), umur 3 bulan, berat 150-250 gram, dan sehat sebagai
sampel, yang terbagi menjadi 5 kelompok masing-masing berjumlah 5 ekor, yaitu
kelompok kontrol positif (salep sanoskin@) 9 hari, kelompok perlakuan 1(salep
ekstrak daun karamunting 2.5%) 9 hari, kelompok perlakuan 2 (salep ekstrak
daun karamunting 5%) 9 hari, kelompok perlakuan 3 (salep ekstrak daun
karamunting 10%) 9 hari, dan kelompok kontrol negatif (salep plasebo) 9 hari.
Dalam pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data, uji homogenitas data,
uji komparabilitas, dan uji efek perlakuan.
4.1.1
Karamunting
4.1.1.1
Pengambilan Sampel dan Determinasi
Sejumlah sampel tanaman yang diyakini spesies Rhodomyrtus
tomentosa dideterminasi di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Tanjungpura dan
diperoleh hasil dengan spesies Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk
dengan nama daerah karamunting (lampiran 2). Sampel diperoleh dari
Cagar Alam Mandor Kecamatan Mandor Kabupaten Landak Kalimantan
Barat. Bagian tumbuhan karamunting (Rhodomyrtus tomentosa (Aiton)
Hassk.) yang digunakan sebagai sampel adalah daun. Daun karamunting
dipanen pada pagi hari, saat fotosintesis berlangsung maksimal pada pukul
08.00-11.00 Waktu Indonesia Barat (WIB). Jumlah daun karamunting
yang terkumpul setelah disortasi basah yaitu sebanyak 2,1 kg.
4.1.1.2
Pengolahan Sampel
Daun karamunting yang telah dikumpulkan dibersihkan dari kotoran-
kotoran yang melekat pada daun dengan air bersih, ditiriskan, dan
dipotong-potong kecil untuk mempercepat pengeringan. Pengeringan daun
60
61
pada penelitian ini dilakukan dengan menjemur bahan baku secara tidak
langsung di bawah sinar matahari sampai kering. Selama proses
pengeringan, daun ditutup dengan kain untuk mencegah terkena debu.
Pengeringan dilakukan pada suhu kamar. Sampel yang telah kering
dihaluskan dengan blender dan ditimbang sebagai simplisia sebesar 1,15
kg, kemudian simplisia yang sudah halus dimasukan di wadah kering dan
tertutup.
4.1.2
4.1.3
62
No.
Uji
Pereaksi
1.
Steroid dan
Triterpenoid
2.
Flavonoid
3.
Tanin
4.
Alkaloid
5.
6.
Saponin
Glikosida
7.
Fenol
n-heksan +
CH3COO +
H2SO4
pekat
Mg + HCl
pekat
Gelatin 1%
+ NaCl 1%
Mayer
Wagner
Dragendroff
Aquadest
Molisch +
H2SO4
pekat
FeCl 1%
Tabung
I II III
+ +
+
+ +
+ +
+ +
+ +
+
+
+ +
Keterangan
Terbentuk cincin hijau
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Nama Bahan
Ekstrak daun karamunting
Metil paraben
Propil paraben
BHT
Cera Alba
Vaselin putih
Salep Sanoskin
Berat salep total
F0 (g)
0.15
0.02
0.01
4.75
90.07
95
Keterangan:
F0 : Formula salep plasebo tanpa bahan aktif
F(+)(g)
100
100
F1(g)
2.5
0.15
0.02
0.01
4.75
90.07
96,5
F2(g)
5
0.15
0.02
0.01
4.75
90.07
100
F3(g)
10
0.15
0.02
0.01
4.75
90.07
101,5
63
F(+)
F1
F2
F3
No.
1.
2.
Pemerian
Bentuk
sediaan
Warna
3.
Bau
4.
Homogenitas
F1
Setengah
padat
Kecoklatan
muda
Bau khas
daun
karamunting
Homogen
F2
Setengah
padat
Kecoklatan
Bau khas
daun
karamunting
Homogen
F3
Setengah
padat
Kecoklatan
Tua
Bau khas
daun
karamunting
Homogen
F0
Setengah
padat
Putih
Bau khas
vaselin
Homogen
Keterangan:
F0 : Formula salep plasebo tanpa bahan aktif
F(+) : Formula salep komersil
F1 : Formula 1 (salep dengan bahan aktif ekstrak daun karamunting 2.5 %)
F2 : Formula 2 (salep dengan bahan aktif ekstrak daun karamunting 5 %)
F3 : Formula 3 (salep dengan kombinasi bahan aktif ekstrak daun karamunting 10 %)
4.1.4.2
64
4.1.4.3
65
Gambar 4.1. Gambaran makroskopis luka tikus pada semua kelompok Hari ke-10. Kelompok
kontrol negatif (a) yang mendapatkan pelakuan salep plasebo topikal menunjukkan gambaran yang
masih tampak adanya bekas luka namun tidak terdapat berkas darah segar (
). Kelompok kontrol
positif (b) yang mendapatkan pelakuan salep sanoskin topikal menunjukkan gambaran yang masih
tampak adanya bekas luka (
). Kelompok perlakuan 1(c) yang mendapatkan pelakuan salep
ektrak daun karamunting 2,5% topikal menunjukkan gambaran bekas luka yang sudah memudar
(
). Kelompok perlakuan 2 (d) yang mendapatkan pelakuan salep ektrak daun karamunting 5%
topikal menunjukkan gambaran bekas luka yang sudah memudar dan hamper tidak terlihat (
).
Kelompok perlakuan 3 (e) yang mendapatkan pelakuan salep ektrak daun karamunting 10% topikal
Pengamatan
makroskopis
baik pada
menunjukkan gambaran
sudah tidak luka
tampaksecara
adanya bekas
luka (
).hari
(Data ke-10
Primer, 2015)
66
Gambar 4.2.Gambaran mikroskopik luka kulit tikus hari ke-10. Gambaran memperlihatkan struktur kulit
tikus (a) pada perbesaran 4x dan (b) perbesaran 10x. (c) Struktur kulit tikus pada perbesaran 40x memperlihatkan
tebal celah epitel (
) dan lebal celah epitel ( )
67
Gambar 4.3.Gambaran tebal celah epitel luka hari ke-10. Kelompok kontrol negatif (a) yang
mendapatkan pelakuan salep plasebo topikal menunjukkan gambaran celah epitel dengan lebar
rata-rata 110,13m dan tebal rata-rata 52,22m (
). Kelompok kontrol positif (b) yang
mendapatkan pelakuan salep sanoskin topikal menunjukkan gambaran celah epitel dengan lebar
rata-rata 83,84m dan tebal rata-rata 33,36m ( ). Kelompok perlakuan 1(c) yang mendapatkan
pelakuan salep ektrak daun karamunting 2,5% topikal menunjukkan gambaran celah epitel dengan
lebar rata-rata 96,79m dan tebal rata-rata 37,39m (
). Kelompok perlakuan 2 (d) yang
mendapatkan pelakuan salep ektrak daun karamunting 5% topikal menunjukkan gambaran celah
epitel dengan lebar rata-rata 80,86m dan tebal rata-rata 30,24m ( ). Kelompok perlakuan 3 (e)
yang mendapatkan pelakuan salep ektrak daun karamunting 10% topikal menunjukkan gambaran
celah epitel dengan lebar rata-rata 58,80m dan tebal rata-rata 23,20m ( ). (Data Primer, 2015)
Hasil penghitungan rerata tebal dan lebar celah epitel tiap kelompok pada
hari ke-10 dapat diamati pada gambar 4.4 dan gambar 4.5 di bawah ini (lihat pula
lampiran 9 dan 10).
68
60
52.22
50
37.39
33.36
30.24
40
Tebal Celah Epitel Kulit (m) 30
K(-)
K(+)
P1
P2
P3
23.2
20
10
1
0
Kelompok Uji
120
100
110.13
96.79
83.84
80
Lebar Celah Epitel (m)
80.86
K(-)
K(+)
58.8
60
P1
P2
40
P3
20
1
0
Kelompok Uji
69
berbeda bermakna dengan kelompok kontrol negatif akan tetapi tidak berbeda
bermakna dengan kelompok perlakuan 1, 3, dan kelompok control positif.
Sedangkan pada kelompok 1,3 dan kontrol negatif berbeda bermakna dengan
semua kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
70
4.2 Pembahasan
4.2.1
Pembahasan Ekstraksi dan Skrining Fitokimia Ekstrak Daun
Karamunting
4.2.1.1
Ekstraksi
Ektrak yang digunakan pada pembuatan formula salep hidrokarbon
berdasarkan rincian bahan yang mengacu pada penelitian Moerfiah 83,
adalah sebanyak 2,5 gram, 5 gram dan 10 gram dalam setiap formula
100 gram salep F1, F2 dan F3 secara berturut-turut.
Pembuatan ekstrak etanol daun karamuntig ini merujuk pada
penelitian sebelumnya oleh Patil35 dan Geetha et al86 dimana pelarut
tersebut merupakan pelarut semipolar yang dapat menarik senyawa polar
dan semipolar88 serta lebih banyak melarutkan phenolic compounds seperti
flavonoid, tanin dan saponin.16 Pelarut etanol 95% tidak digunakan dalam
penelitian ini karena terlalu banyak klorofil yang ikut terlarut sehingga
ekstrak yang diperoleh menjadi sangat lengket dan sulit untuk dikeringkan.
Selain itu etanol 95% jarang digunakan dalam industri ekstrak bahan obat
alami.87
4.2.1.2
Skrining Fitokimia
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hasil bahwa ekstrak etanol 70%
71
dikarenakan
reaksi
oksidasi
pada
golongan
triterpenoid
melalui
(Rhodomyrtus
11
72
11
memiliki gugus polar dan non polar yang akan membentuk misel. Pada
saat misel terbentuk maka gugus polar akan menghadap ke luar dan gugus
nonpolar menghadap ke dalam dan keadaan inilah yang tampak seperti
busa.91(lihat lampiran 5).
Pengujian glikosida dengan pereaksi molisch sebanyak 5 tetes dan
ditambahkan dengan 2 mL H2SO4 pekat melalui dinding tabung,
terbentuknya cincin ungu pada batas kedua cairan menunjukkan adanya
gula, dengan demikian menunjukkan adanya glikosida.82 Berdasarkan hasil
skrining fitokimia didapatkan ekstrak daun karamunting (Rhodomyrtus
tomentosa (Aiton) Hassk) mengandung glikosida yang ditandai dengan
terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas kedua cairan. Hal ini
dikarenakan glikosida dengan asam sulfat pekat menghasilkan senyawa
furfural, dan senyawa furfural dengan pereaksi alfa naftol menghasilkan
senyawa berwarna ungu yang menandakan adanya glikosida.93 Hasil
positif didapatkan pula pada penelitian Patil.35(lihat lampiran 5).
Senyawa fenol mempunyai cincin aromatik yang mengandung satu
atau dua penyulih hidroksil.92 Pada pemeriksaan kandungan metabolit
sekunder fenol, ekstrak ditambahkan dengan FeCl3 1%. Hasil positif
ditandai dengan perubahan warna menjadi warna hijau, merah, ungu, biru,
atau hitam yang kuat. Pemeriksaan senyawa fenol terhadap ekstrak daun
karamunting (Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk) menunjukkan hasil
73
dan Moerfiah83 seperti pada tabel 4.3 dan didapatkan salep seperti pada
lampiran 6. Formula salep dibuat untuk penggunaan topikal sebanyak 2
kali sehari selama 10 hari pada luka insisi (berbentuk memanjang) dengan
panjang 2 cm sedalaman 0,2 cm.
Vaselin putih adalah campuran yang dimurnikan dari hidrokarbon
setengah padat, diperoleh dari minyak bumi dan keseluruhan atau hampir
keseluruhan dihilangkan warnanya.95 Vaselin pada salep ini bertindak
sebagai basis sekaligus vehikulum untuk komponen lainnya dan
mengandung stabilisator yang sesuai.
Formula
salep
ini
menggunakan
bahan
tambah
preservatif
74
75
Absorbsi obat pada sediaan salep pada kulit (absorpsi perkutan) tidak
hanya tergantung pada sifat fisika dan kimia dari bahan obat saja tetapi
juga tergantung pada sifat pembawa serta kondisi kulit. Absorpsi perkutan
suatu obat dipengaruhi oleh konsentrasi obat, luas membran tempat
sediaan menyebar, derajat kelarutan bahan obat baik dalam minyak
maupun air,efek hidrasi kulit dan waktu obat menempel pada kulit.95
Pemilihan
sediaan
salep
dengan
basis
hidrokarbon
karena
76
Pembahasan
Kelompok
Epitelisasi adalah tahapan perbaikan luka, terjadi migrasi keratinosit,
proliferasi keratinosit, diferensiasi neoepitel menjadi epitel berlapis-lapis.17
Li et al.47 menyebutkan bahwa pembentukan kembali dermis di mulai kirakira
hari
ke
neovaskularisasi
3-4
dan
setelah
perlukaan,
penumpukan
dengan
fibroblas,
ciri
juga
pembentukan
laporan
yang
77
flavonoid,
saponin,
phenol
dan
triterpenoid.3
Kandungan
78
79