Вы находитесь на странице: 1из 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II

ANALISIS VOLUMETRI

OLEH:
ROSANTI S.T MBATU
1408105057
KELOMPOK 7B MEJA 17

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2015

TERMOKIMIA

I.

Tujuan Percobaan
1. Menentukan kadar asam asetat pada cuka perdagangan.
2. Menghitung normalitas asam oksalat.
3. Membakukan larutan baku sekunder NaOH dengan titrasi asam basa.
4. Menghitung normalitas NaOH.
5. Memahami prosedur titrasi asam basa.

II.

Dasar Teori
Analisis volumetri merupakan teknik penetapan jumlah sampel melalui
perhitungan volume. Sehingga dalam teknik, alat pengukur volume menjadi
bagian terpenting, dalam hal ini buret adalah alat pengukur volume yang
dipergunakan dalam analisis volumetri. Dapat juga diartikan, volumetri atau
titrimetri merupakan suatu metode analisis kuantitatif didasarkan pada
pengukuran volume titran yang bereaksi sempurna dengan analit. Titran
merupakan zat yang digunakan untuk mentitrasi. Analit adalah zat yang akan
ditentukan konsentrasi/kadarnya. Reaksi yang dapat digunakan dalam metode
volumetri adalah reaksi-reaksi kimia yang sesuai dengan persyaratan sebagai
berikut: reaksi harus berlangsung cepat, tidak terdapat reaksi samping, reaksi
harus stoikiometri yaitu diketahui dengan pasti reaktan dan produk serta
perbandingan mol / koefisien reaksinya, dan terdapat zat yang dapat digunakan
untuk mengetahui saat titrasi harus dihentikan (titik akhir titrasi) yang disebut zat
indikator.
Penetapan sampel dengan analisa volumetri didasari pada hubungan
stoikiometri sederhana dari reaksi-reaksi kimia dengan cara titrasi. Untuk proses
titrasi zat analit (A) dengan pereaksi (S) atau larutan standar, mengikuti reaksi:
a A + b S hasil
dimana a adalah molekul analit (A) yang bereaksi dengan b molekul pereaksi (S)
atau larutan standar. Pereaksi (S), disebut juga dengan titran. Posisi titran atau
larutan standar ada didalam buret, yang selanjutnya ditambahkan sedikit demi
sedikit ke dalam larutan analit (A) yang ada dalam erlenmeyer, dengan cara
membuka kran yang ada dalam buret. Dalam larutan analit (A), ditambahkan zat
indikator yang berfungsi untuk menunjukkan bahwa telah terjadi reaksi sempurna
dari analit dengan pereaksi dengan adanya perubahan warna dari indikator.

Indikator adalah suatu senyawa organik kompleks, merupakan pasangan asam


basa konjugasi dalam konsentrasi yang kecil. Indikator tidak akan mempengaruhi
pH larutan. Indikator memiliki dua warna yang berbeda ketika dalam bentuk
asam dan dalam bentuk basanya. Perubahan warna ini yang sangat bermanfaat,
sehingga dapat dipergunakan sebagai indikator pH dalam titrasi. Pada saat
perubahan warna, maka telah terjadi reaksi sempurna antara analit dengan
pereaksi dan pada kondisi ini terjadi kesetaraan jumlah molekul zat yang bereaksi
sesua dengan persamaan reaksinya. Dari percobaan seperti ini akan didapat
informasi awal, yaitu konsentrasi dan volume dari pereaksi atau larutan standar.
Perhitungan atau penetapan analit didasari pada keadaan ekivalen dimana ada
kesetaraan zat antara analit dengan pereaksi, sesuai dengan koofisien reaksinya.
Kesetaraan tersebut dapat disederhanakan kedalam persamaan:

dimana

N(s)

: Normalitas dari larutan standart (titran)

Volume(s)

: Volume larutan standar (titran) yang dipergunakan dan


terbaca dari buret.

N(A)

: Normalitas dari analit (yang dicari)

Volume(A)

: Volume analit, diketahui karena kita persiapkan

Normalitas didefinisikan sebagai banyaknya zat dalam gram ekivalen dalam satu
liter larutan. Secara sederhana gram ekivalen adalah jumlah gram zat
untukmendapat satu muatan.
Dalam volumetri terdapat 2 macam larutan baku, yaitu baku primer dan baku
sekunder:
1. Larutan baku primer, adalah larutan yang telah diketahui secara tepat
konsentrasinya melalui metode gravimetri atau merupakan larutan baku yang
sudah diketahui kadarnya dengan teliti. Dengan syarat-syarat larutan baku
primer yaitu: mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan dan disimpan dalam
keadaan murni, tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam

penimbangan di udara, zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji
kualitatif dan kepekaan tertentu, sedapat mungkin mempunyai massa relatif
dan massa ekivalen yang besar, sehingga kesalahan karena penimbangan
dapat diabaikan, zat tersebut mudah larut dalam pelarut yang dipilih, reaksi
yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus bersifat stokiometri dan
langsung.
2. Larutan baku sekunder, adalah larutan baku yang kadarnya distandarisasi
dengan larutan baku primer. Syarat-syarat larutan baku sekunder yaitu: derajat
kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer, mempunyai BE yang
tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan, larutan relatif stabil dalam
penyimpanan.

III.

Alat dan Bahan


III.1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Alat:
Buret
Pipet volume
Erlenmeyer
Gelas beker
Pipet tetes
Klem dan statif
Corong

III.2

IV.

Bahan:
Larutan asam oksalat
1.
Larutan NaOH
2.
Indikator phenolphthalein
3.
Larutan asam asetat
4.
Cara Kerja
IV.1
Percobaan 1: Membuat larutan baku primer asam oksalat
Asam oksalat dihidrat (H2C2O4.2H2O) dikeringkan dalam oven pada suhu 105
110oC selama 12 jam, kemudian didinginkan dalam desikator. Sebanyak 6,4327
gram asam oksalat itu ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam labu 1000 mL,
selanjutnya ditambahkan air suling sampai tanda terang. Normalitas larutan asam
oksalat tersebut dihitung sampai empat angka dibelakang koma.
4.2 Percobaan 2: Pembakuan larutan baku sekunder NaOH
10 mL larutan asam oksalat diambil menggunakan pipet volume dan dimasukkan
ke dalam erlenmeyer, lalu ditambahkan 23 tetes indikator phenolphthalein.

Larutan tersebut dititrasi dengan NaOH sampai timbul warna merah muda.
Volume NaOH yang digunakan dicatat dan diulangi percobaan dua kali lagi.
Normalitas rata-rata dari larutan NaOH dihitung.
4.3 Percobaan 3: Penentuan kadar asam asetat
10 mL larutan cuka perdagangan diambil menggunakan pipet volume, kemudian
dimasukkan ke dalam erlenmeyer, lalu ditambahkan 23 tetes indikator
phenolphthalein. Larutan tersebut dititrasi dengan NaOH sampai timbul warna
merah muda. Volume NaOH yang digunakan dicatat dan diulangi percobaan
sebanyak dua kali.

Kadar asam asetat dalam setiap percobaan dihitung dan

dihitung pula kadar asam asetat rata-rata dalam larutan cuka perdagangan tersebut.
V.

Data Pengamatan
5.1 Percobaan 1: Menentukan normalitas larutan baku primer asam oksalat.
Berat asam oksalat

: 3,1735 gram

Volume larutan asam oksalat

: 1000 mL = 1 L

5.2 Percobaan 2: Menentukan normalitas larutan baku sekunder NaOH.


Indikator yang digunakan
: Phenolphthalein
Perubahan warna yang terjadi
: Pink (merah muda)

Titrasi I
Titrasi II
Titrasi III

Volume asam oksalat (mL)


10
10
10

Volume NaOH (mL)


5,3
5,3
5,1

5.3 Percobaan 3: Menentukan kadar asam asetat


Indikator yang digunakan
: Phenolphthalein
Perubahan warna yang terjadi
: Pink (merah muda)

Titrasi I
Titrasi II
Titrasi III

VI.

Volume asam cuka (mL)


10
10
10

Volume NaOH (mL)


3,4
3,3
3,3

Perhitungan

a. Percobaan 1. Menentukan normalitas larutan baku primer asam oksalat.


Diketahui: Berat asam oksalat = 3,1735 gram

Volume asam oksalat = 1000 mL = 1 L


Mr asam oksalat

= 126 gr/mol

Ditanya

: Normalitas asam oksalat?

Jawab

:
massa 3,1735
=
Mr
126

Molalitas (m) =

= 0,0252 mol
Molaritas (M) =

mol 0,0252
=
L
1

= 0,0252 mol/L

H2C2O4

2H+ + C2O42-

1 grek = mol, dan 1 mol H2C2O4 = 2 grek


Oleh karena itu diperoleh:
N = M x ekuivalen
= 0,0252 mol/L x 2 grek/mol
= 0,0504 grek/L
= 0,0504 N
Maka normalitas asam oksalat yang digunakan adalah 0,05 N
b. Percobaan 2. Menentukan normalitas larutan baku sekunder NaOH.
Diketahui

: Volume asam oksalat (VA) = 10 mL


Normalitas H2C2O4 (NA)

= 0,0504 N

Volume NaOH I

= 5,3 mL

Ditanya

Volume NaOH II

= 5,2 mL

Volume NaOH III

= 5,1 mL

: a. Normalitas NaOH pada tiap percobaan?


b. Normalitas NaOH rata-rata?

Jawab
a.

Normalitas NaOH pada setiap percobaan.

Untuk titrasi I (volume NaOH = 5,3 mL).

VA . NA

= VB . NB

10 mL . 0,05 N = 5,60 mL . NB
NB=

0,504 N mL
5,3 mL

= 0,0951 N

Untuk titrasi II (volume NaOH = 5,2 mL).

VA . NA

= VB . NB

10 mL . 0,05 N = 5,60 mL . NB
NB =

0,504 N mL
5,2 mL

= 0,0969 N

Untuk titrasi III (volume NaOH = 5,2 mL).

VA . NA

= VB . NB

10 mL . 0,0504 N = 5,1 mL . NB
NB =

0,504 N mL
5,1 mL

= 0,0988 N

b. Normalitas NaOH rata-rata.

N NaOH

0,0951+ 0,0969+ 0,0988


= 0,0969 N
3

c. Percobaan 3. Menentukan kadar asam asetat


: CH3COOH CH3COO- + H+

Diketahui

Ditanya

Volume asam asetat

= 10 mL

Normalitas NaOH

= 0,0969 N

Volume NaOH I

= 3,4 mL

Volume NaOH II

= 3,3 mL

Volume NaOH III

= 3,3 mL

: a. Kadar asam asetat pada tiap percobaan?


b. Kadar asam asetat rata-rata?

Jawab

:
CH3COOH

CH3COO- + H+

1 mol CH3COOH = 1 grek


1 mol CH3COOH = 1 ekuivalen
a. Kadar asam asetat pada setiap percobaan.

Titrasi I
3

(V.N)CH

COOH

= (V. N) NaOH

10 mL . NCH

COOH

= 3,4 mL . 0,0969 N

3,4 mL . 0,0969 N
10 mL

NCH

COOH

= 0,0329 N

N
0,43
=
=0,043 M
mol
1

[CH3COOH] =

N
0,0329
=
ek u ivalen
1

= 0,0329 M
Pada asam asetat dilakukan pengenceran 100x, jadi:
0,0329 M
100

[CH3COOH] =

= 0,000329 M

Kadar CH3COOH = M . Mr
= 0,000329 mol/L . 60 gr/mol
= 0,0197 gr/L
=

0,00197 gr
100 mL

Titrasi II
3

(V.N)CH

COOH

= (V. N) NaOH

10 mL . NCH
3

NCH

COOH

COOH

= 3,3 mL . 0,0969 N

3,3 mL .0,0969 N
10 mL

= 0,0319 N

[CH3COOH] =

N
0,43
=
=0,043 M
mol
1

N
0,0319
=
ek u ivalen
1

= 0,0319 M
Pada asam asetat dilakukan pengenceran 100x, jadi:

0,0319 M
100

[CH3COOH] =

= 0,000319 M

Kadar CH3COOH = M . Mr
= 0,000319 mol/L . 60 gr/mol
= 0,0191 gr/L
=

0,00191 gr
100 mL

Titrasi III
3

(V.N)CH

COOH

= (V. N) NaOH

10 mL . NCH
3

NCH

COOH

COOH

= 3,3 mL . 0,0969 N

3,3 mL .0,0969 N
10 mL

= 0,0319 N

[CH3COOH] =

N
0,43
=
=0,043 M
mol
1

N
0,0319
=
ek u ivalen
1

= 0,0319 M
Pada asam asetat dilakukan pengenceran 100x, jadi:
[CH3COOH] =

0,0319 M
100

= 0,000319 M

Kadar CH3COOH = M . Mr
= 0,000319 mol/L . 60 gr/mol
= 0,0191 gr/L
=

0,00191 gr
100 mL

b. Kadar asam asetat rata-rata

Kadar rata-rata =

0,00197 gr 0,00191 gr 0,00191 gr


+
+
100 mL
100 mL
100 mL
3

0,00193 gr
100 mL

VII.

Pembahasan
Pada percobaan analisis volumetri ini, terdiri dari tiga percobaan. Percobaan
pertama mengenai penentuan kapasitas kalor suatu kalorimeter dan percobaan
kedua tentang penentuan kalor reaksi larutan.
Pada praktikum analisis volumetri ini bertujuan untuk menentukan

kadar asam asetat pada cuka perdagangan, menentukan normalitas larutan baku
sekunder NaOH dan menentukan kadar asam asetat. Dimana praktikum ini dilakukan
tiga kali percobaan yaitu percobaan pertama mengenai menentukan normalitas larutan
baku primer asam oksalat, percobaan kedua tentang menentukan normalitas larutan
baku sekunder NaOH dan yang ketiga percobaan menentukan kadar asam asetat.
Normalitas asam oksalat diketahui melalui rumus normalitas yang sebelumnya
dihitung terlebih dahulu molnya dengan membagi berat asam oksalat yang telah
diketahui dengan Mr-nya. Setelah didapatkan mol, maka dapat diketahui molaritasnya
sengan membagi mol dengan volume asam oksalat yang telah diketahui. Sehingga
dari data-data yang diketahui didapat diketahui normalitas asam oksalat dengan cara
menggalikan molaritas asam oksalat dengan berat ekivalennya. Sehingga pada
percobaan pertama ini didapatkan normalitas dari asam oksalat yaitu 0,05 N.
Untuk percobaan kedua dengan metode titrasi asam-basa dimana asam yang
digunakan adalah asam oksalat dengan basa natrium hidroksida dengan digunakan
penambahan indikator phenolphthalein. Pertama yang dilakukan adalah memasukkan
10 ml asam oksalat kedalam erlenmeyer dengan menggunakan peipet volume.
Digunakannya pipet volume untuk memasukkan asam oksalat kedalam erlenmeyer
agar tingkat keakuratan jumlah volume yang masuk kedalam erlenmeyer tepat 10 ml.
Setelah itu, asam oksalat tersebut dimasukkan kedalam erlenmeyer, lalu ditambahkan
2 sampai 3 tetes indikator phenolphthalein. Kemudian dilakukan titrasi dengan buret
yang sebelumnya telah diisi dengan 10 ml NaOH.
Volumetri atau titrasi dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah volume tertentu
di dalam buret, dimana dalam percobaan ini digunakan larutan basa kuat natrium hidroksida

dengan konsentraso 0,025 mol. Larutan standar ini diketahui konsentrasinya dengan pasti
yang diperlukan untuk bereaksi secara sempurna dengan larutan yang belum diketahui
konsentrasinya seperti asam oksalat dan asam asetat. Untuk mengetahui bahwa reaksi
berlangsung sempurna, maka digunakan larutan indikator phenolphthalein yang ditambahkan
ke dalam larutan yang dititrasi. Titrasi ini dilakukan dengan cara menyangga buret pada tiang
penyangga kemudian erlenmeyer yang telah diisi dengan asam oksalat dan tambahan 2
sampai 3 tetes indikator phenolphthalein, diletakkan dibawah buret. Penggunaan buret pada
titrasi bertujuan unutuk meneteskan sejumlah reagen cair dalam hal ini NaOH pada
eksperimen yang memerlukan ketelitian.
Dalam melakukan titrasi, NaOH pada buret dialirkan menuju erlenmeyer
dengan cara meneteskannya secara perlahan-lahan hingga larutan dalam erlenmeyer
berubah menjadi merah jambu. Penetesan dilakukan secara perlahan agar larutan
didalam erlenmeyer tidak berubah menjadi merah jambu yang terlalu pekat. Sehingga
pada saat perubahan warna, maka telah terjadi reaksi sempurna antara asam oksalat
dengan natrium hidroksida dan pada kondisi ini terjadi kesetaraan jumlah molekul zat
yang bereaksi sesuai dengan persamaan reaksinya. Dari percobaan seperti ini didapat
informasi awal, yaitu konsentrasi dan volume dari pereaksi atau larutan standar.
Dimana reaksi yang terjadi saat asam oksalat direaksikan dengan NaOH adalah:
H2C2O4 + 2 NaOH

Na2C2O4 + 2H2O

Pada percobaan kali ini dilakukan sebanyak dua kali dimana volume NaOH yang
dihabiskan pada setiap percobaan sebanyak 5,75 ml dan 5,60 ml. Sehingga dapat juga
dihitung normalitas NaOH pada setiap percobaan melalui rumus masing-masing sebesar
0,0869 N dan 0,0892 N sehingga rata-rata normalitas NaOH pada percobaan kali ini sebesar
0,0881 N.
Dilanjutkan dengan percobaan ketiga dimana titrasi asam-basa dimana dalam
percobaan ini asam yang digunakan yaitu asam cuka dengan basa natrium hidroksida. Sama
halnya dengan percobaan kedua, dimana langkah-langkah dan alat yang digunakan sama
seperti pada percobaan kedua. Dimana perubahan warna yang terjadi ketika mencapai titik
ekivalen yaitu warna merah jambu. Pada saat perubahan warna, telah terjadi reaksi sempurna
antara asam cuka dengan natrium hidroksida dan pada kondisi ini terjadi kesetaraan jumlah
molekul zat yang bereaksi sesuai dengan persamaan reaksinya.Peristiwa ini membuktikan
telah tercapainya titik ekuivalen di dalam titrasi asam lemah-basa kuat ini.

CH3COOH + NaOH

CH3COONa + H2O

Dan dari perhitungan yang dilakukan didapatkan hasil kadar cuka yang sama pada
pengulangan pertama dengan yang kedua yaitu sebesar 25,68% sehingga didapatkan
kadar rata-ratanya adalah 25,68%.

VIII. Kesimpulan
1. Pada percobaan pertama, pengamatan pertama, kapasitas kalor kalorimeter
sebesar 0,6034 kJ/C.
2. Pada percobaan pertama, pengamatan kedua kapasitas kalor sebesar 0,5182
kJ/0C.
3. Kapasitas kalor kalorimeter rata-rata percobaan pertama sebesar 0,5608 kJ/0C.
4. Pada percobaan kedua, pengamatan pertama dan pengamatan kedua, memiliki
kalor reaksi sebesar -7,1182 kJ.
5. Pada percobaan kedua, pengamatan pertama dan pengamatan kedua, memiliki
kalor reaksi pengenceran sebesar 3,9546 kJ.
6. Suhu maksimal yang dicapai larutan CaCl2 pada pengamatan pertama dan
kedua sebesar 40C.

DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2006. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid 2. Jakarta :
Erlangga.
Tim Laboratorium Kimia Dasar. 2015. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II.
Bukit Jimbaran: Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Udayana.
Keenan, Charles W, dkk. 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.
Zulfikar.
2010.
Volumetri.
Chem-is-try.org.
http://www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/volumetri/.
Diakses pada tanggal 25 April 2015.
Indonesia, Pharmacy.

2011. Analisa Volumetri.

Pharmacy Indonesia.

http://pharmacyindonesia.blogspot.com/2011/08/analisa-volumetri.html.
Diakses pada tanggal 25 April 2015.

Вам также может понравиться