Вы находитесь на странице: 1из 26

BAB I

KASUS
Nama Penderita

:M. Sultan

Umur

:3 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Status

: Belum menikah

Kewarganegaraan

: Indonesia

Agama

: Islam

1.1 ANAMNESIS
(Autoanamnesis pada tanggal 13 Mei 2015 pukul 11.30 WIB)
Keluhan utama
Kedua mata banyak kotoran.
Riwayat perjalanan penyakit
Seorang anak (3 tahun) datang ke Kalidoni, dengan keluhan kedua mata
banyak kotoran sejak 2 hari yang lalu.Kotoran ada ketika bangun tidur,
berwarna kekuningan kental.Kedua mata sedikit merah, gatal, tidak kabur,
berair, nyeri, sulit membuka mata setelah bangun tidur, demam.
Setelah bangun tidur hari ini os masih mengeluh kedua mata banyak
kotoran, berwarna kekuningan kental, mata berair, sedikit merah, tidak kabur,
nyeri, anak tidak demam lagi.
Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada

Riwayat pengobatan
Tidak ada
Riwayat sosial ekonomi
Sosial ekonomi menengah ke bawah.
Riwayat Alergi
Tidak ada
1.2 PEMERIKSAAN FISIK(tanggal 13 Mei 2015 pukul 11.45 WIB)
Status generalis
Keadaan Umum : Sakit ringan
Kesadaran

: Compos mentis

Nadi

: 90x/menit

RR

: 24x/menit

Suhu

: 36.8o C

Berat Badan

: 12kg

Tinggi Badan

: 90 cm

Status gizi

: gizi baik

Keadaan Spesifik

KBM

VOD: 6/6

VOS: 6/6

TIOD: N+0

TIOS: N+0

Simetris

GBM

Palpebra

Tenang

Konjungtiva Injeksi konjungtiva

Injeksi konjungtiva

Kornea

Jernih

Jernih

BMD

Sedang

Sedang

Iris

Gambaran baik

Gambaran baik

Lensa

Jernih

Jernih

Seg. Posterior

Tidak diperiksa

1.3 DIAGNOSIS BANDING


- Konjungtivitis akutec susp bakteri
- Konjungtivitis akut ec susp virus
1.4 DIAGNOSIS KERJA
Konjungtivitis akut ec susp bakteri

1.5 PENATALAKSANAAN
Non farmakologis:
- Menghindari faktor pencetus
- Menjaga kebersihan mata
- Kotoran mata di lap menggunakan tissue satu arah
Farmakologis
-

Kloramfenikol tetes mata 3dd1gtt


Amoxixilin tab 250mg 3dd1
Cetirizine 1dd1cth
Paracetamol syr 3dd1cth

1.6 PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad Sanationam

: bonam
: bonam
: bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konjungtiva
2.1.1. Anatomi
Secara anatomis konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan
dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva
palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva
palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus.
Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks
superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva
bulbaris. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbital di forniks dan
melipat berkali-kali. Adanya lipatan-lipatan ini memungkinkan bola mata
bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik.1

2.1.2. Histologi
Secara histologis, lapisan sel konjungtiva terdiri atas dua hingga lima
lapisan sel epitel silindris bertingkat, superfisial dan basal. 2 Sel-sel epitel
superfisial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus
yang diperlukan untuk dispersi air mata. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat
dibandingkan sel-sel superfisial dan dapat mengandung pigmen.1
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisialis) dan
satu lapisan fibrosa (profundus).Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid
dan tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Lapisan
fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus dan
tersusun longgar pada mata.1
2.1.3. Perdarahan dan Persarafan
Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteria siliaris anterior dan arteria
palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersama dengan
banyak vena konjungtiva membentuk jaringan vaskular konjungtiva yang sangat
banyak.1 Konjungtiva juga menerima persarafan dari percabangan pertama nervus
V dengan serabut nyeri yang relatif sedikit.3
2.2. Konjungtivitis

2.2.1. Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini
adalah penyakit mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya, konjungtiva
terpajan oleh banyak mikroorganisme dan faktor-faktor lingkungan lain yang
mengganggu.1 Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata
berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental.4
Jumlah agen-agen yang pathogen dan dapat menyebabkan infeksi pada
mata semakin banyak, disebabkan oleh meningkatnya penggunaan oat-obatan
topical dan agen imunosupresif sistemik, serta meningkatnya jumlah pasien
dengan infeksi HIV dan pasien yang menjalani transplantasi organ dan menjalani
terapi imunosupresif.5
2.2.2. Pembagian Konjungtivitis
2.2.2.1. Konjungtivitis Bakteri
A. Definisi
Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh
bakteri. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan keluhan mata
merah, sekret pada mata dan iritasi mata.6
B. Etiologi dan Faktor Resiko
Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu hiperakut,
akut, subakut dan kronik.Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya disebabkan
oleh N gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N meningitidis.Bentuk yang akut
biasanya disebabkan oleh Streptococcus pneumonia dan Haemophilus aegyptyus.
Penyebab yang paling sering pada bentuk konjungtivitis bakteri subakut adalah H
influenza dan Escherichia coli, sedangkan bentuk kronik paling sering terjadi
pada konjungtivitis sekunder atau pada pasien dengan obstruksi duktus
nasolakrimalis.7
Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian
mengenai mata yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang lain.
Penyakit ini biasanya terjadi pada orang yang terlalu sering kontak dengan
penderita, sinusitis dan keadaan imunodefisiensi.8
C. Patofisiologi

Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal seperti


streptococci,

staphylococci

dan

jenis

Corynebacterium.Perubahan

pada

mekanisme pertahanan tubuh ataupun pada jumlah koloni flora normal tersebut
dapat menyebabkan infeksi klinis. Perubahan pada flora normal dapat terjadi
karena adanya kontaminasi eksternal, penyebaran dari organ sekitar ataupun
melalui aliran darah.9
Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang merupakan salah satu
penyebab perubahan flora normal pada jaringan mata, serta resistensi terhadap
antibiotik.10
Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang
meliputi konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan sekundernya adalah
sistem imun yang berasal dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan imunoglobulin
yang terdapat pada lapisan air mata, mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan
berkedip. Adanya gangguan atau kerusakan pada mekanisme pertahanan ini dapat
menyebabkan infeksi pada konjungtiva.11
D. Gejala Klinis
Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai
injeksi konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada
kongjungtivitis bakteri biasanya lebih purulen daripada konjungtivitis jenis lain,
dan pada kasus yang ringan sering dijumpai edema pada kelopak mata.12
Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami gangguan pada
konjungtivitis bakteri namun mungkin sedikit kabur karena adanya sekret dan
debris pada lapisan air mata, sedangkan reaksi pupil masih normal. Gejala yang
paling khas adalah kelopak mata yang saling melekat pada pagi hari sewaktu
bangun tidur.3

E. Diagnosis
Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena mungkin
saja penyakit berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang
lebih tua. Pada pasien yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan penyakit

menular seksual dan riwayat penyakit pada pasangan seksual. Perlu juga
ditanyakan durasi lamanya penyakit, riwayat penyakit yang sama sebelumnya,
riwayat penyakit sistemik, obat-obatan, penggunaan obat-obat kemoterapi,
riwayat pekerjaan yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit, riwayat
alergi dan alergi terhadap obat-obatan, dan riwayat penggunaan lensa-kontak.10
F. Komplikasi
Blefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis bateri, kecuali
pada pasien yang sangat muda yang bukan sasaran blefaritis.Parut di konjungtiva
paling sering terjadi dan dapat merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan
menghilangkan duktulus kelenjar lakrimal.Hal ini dapat mengurangi komponen
akueosa dalam film air mata prakornea secara drastis dan juga komponen mukosa
karena kehilangan sebagian sel goblet. Luka parut juga dapat mengubah bentuk
palpebra superior dan menyebabkan trikiasis dan entropion sehingga bulu mata
dapat menggesek kornea dan menyebabkan ulserasi, infeksi dan parut pada
kornea.1
G. Penatalaksanaan
Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen
mikrobiologiknya.Terapi dapat dimulai dengan antimikroba topikal spektrum luas.
Pada setiap konjungtivitis purulen yang dicurigai disebabkan oleh diplokokus
gram-negatif harus segera dimulai terapi topical dan sistemik . Pada konjungtivitis
purulen dan mukopurulen, sakus konjungtivalis harus dibilas dengan larutan
saline untuk menghilangkan sekret konjungtiva.13

2.2.2.2. Konjungtivitis Virus


A. Definisi
Konjungtivitis viral adalah penyakit umum yang dapat disebabkan oleh
berbagai jenis virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan

cacat hingga infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung
lebih lama daripada konjungtivitis bakteri.1
B. Etiologi dan Faktor Resiko
Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapi
adenovirus adalah virus yang paling banyak menyebabkan penyakit ini, dan
herpes simplex virus yang paling membahayakan. Selain itu penyakit ini juga
dapat disebabkan oleh virus Varicella zoster, picornavirus (enterovirus 70,
Coxsackie A24), poxvirus, dan human immunodeficiency virus.2
Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering kontak dengan penderita dan
dapat menular melalu di droplet pernafasan, kontak dengan benda-benda yang
menyebarkan virus (fomites) dan berada di kolam renang yang terkontaminasi.13
C. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya konjungtivitis virus ini berbeda-beda pada setiap
jenis konjungtivitis ataupun mikroorganisme penyebabnya.9 Mikroorganisme yang
dapat menyebabkan penyakit ini dijelaskan pada etiologi.
D. Gejala Klinis
Gejala klinis pada konjungtivitis virus berbeda-beda sesuai dengan
etiologinya.Pada keratokonjungtivitis epidemik yang disebabkan oleh adenovirus
biasanya dijumpai demam dan mata seperti kelilipan, mata berair berat dan
kadang dijumpai pseudomembran. Selain itu dijumpai infiltrat subepitel kornea
atau keratitis setelah terjadi konjungtivitis dan bertahan selama lebih dari 2 bulan. 1
Pada konjungtivitis ini biasanya pasien juga mengeluhkan gejala pada saluran
pernafasan atas dan gejala infeksi umum lainnya seperti sakit kepala dan demam.14
Pada konjungtivitis herpetic yang disebabkan oleh virus herpes simpleks
(HSV) yang biasanya mengenai anak kecil dijumpai injeksi unilateral, iritasi,
sekret mukoid, nyeri, fotofobia ringan dan sering disertai keratitis herpes.
Konjungtivitis

hemoragika

akut

yang

biasanya

disebabkan

oleh

enterovirus dan coxsackie virus memiliki gejala klinis nyeri, fotofobia, sensasi
benda asing, hipersekresi airmata, kemerahan, edema palpebra dan perdarahan
subkonjungtiva dan kadang-kadang dapat terjadi kimosis.12

E. Diagnosis
Diagnosis pada konjungtivitis virus bervariasi tergantung etiologinya,
karena itu diagnosisnya difokuskan pada gejala-gejala yang membedakan tipe-tipe
menurut penyebabnya. Dibutuhkan informasi mengenai, durasi dan gejala-gejala
sistemik maupun ocular, keparahan dan frekuensi gejala, faktor-faktor resiko dan
keadaan lingkungan sekitar untuk menetapkan diagnosis konjungtivitis virus.12
Pada anamnesis penting juga untuk ditanyakan onset, dan juga apakah hanya
sebelah mata atau kedua mata yang terinfeksi.4
Konjungtivitis virus sulit untuk dibedakan dengan konjungtivitis bakteri
berdasarkan gejala klinisnya dan untuk itu harus dilakukan pemeriksaan lanjutan,
tetapi pemeriksaan lanjutan jarang dilakukan karena menghabiskan waktu dan
biaya.11
F. Komplikasi
Konjungtivitis

virus

bisa

berkembang

menjadi

kronis,

seperti

blefarokonjungtivitis. Komplikasi lainnya bisa berupa timbulnya pseudomembran,


dan timbul parut linear halus atau parut datar, dan keterlibatan kornea serta timbul
vesikel pada kulit.1
G. Penatalaksanaan
Konjungtivitis virus yang terjadi pada anak di atas 1 tahun atau pada orang
dewasa umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak diperlukan terapi, namun
antivirus topikal atau sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya
kornea.3 Pasien

konjungtivitis

juga

diberikan

instruksi

hygiene

untuk

meminimalkan penyebaran infeksi.5


2.2.2.3. Konjungtivitis Alergi
A. Definisi
Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paing sering dan
disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem

imun.6 Reaksi hipersensitivitas yang paling sering terlibat pada alergi di


konjungtiva adalah reaksi hipersensitivitas tipe 1.8
B. Etiologi dan Faktor Resiko
Konjungtivitis alergi dibedakan atas lima subkategori, yaitu konjungtivitis
alergi musiman dan konjungtivitis alergi tumbuh-tumbuhan yang biasanya
dikelompokkan dalam satu grup, keratokonjungtivitis vernal, keratokonjungtivitis
atopik dan konjungtivitis papilar raksasa.1
Etiologi dan faktor resiko pada konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai
dengan subkategorinya.Misalnya konjungtivitis alergi musiman dan tumbuhtumbuhan biasanya disebabkan oleh alergi tepung sari, rumput, bulu hewan, dan
disertai dengan rinitis alergi serta timbul pada waktu-waktu tertentu.Vernal
konjungtivitis sering disertai dengan riwayat asma, eksema dan rinitis alergi
musiman. Konjungtivitis atopik terjadi pada pasien dengan riwayat dermatitis
atopic, sedangkan konjungtivitis papilar rak pada pengguna lensa-kontak atau
mata buatan dari plastic.7
C. Gejala Klinis
Gejala klinis konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai dengan subkategorinya.Pada konjungtivitis alergi musiman dan alergi tumbuh-tumbuhan
keluhan utama adalah gatal, kemerahan, air mata, injeksi ringan konjungtiva, dan
sering ditemukan kemosis berat. Pasien dengan keratokonjungtivitis vernal sering
mengeluhkan mata sangat gatal dengan kotoran mata yang berserat, konjungtiva
tampak putih susu dan banyak papila halus di konjungtiva tarsalis inferior.
Sensasi terbakar, pengeluaran sekret mukoid, merah, dan fotofobia
merupakan keluhan yang paling sering pada keratokonjungtivitis atopik.
Ditemukan jupa tepian palpebra yang eritematosa dan konjungtiva tampak putih
susu. Pada kasus yang berat ketajaman penglihatan menurun, sedangkan pada
konjungtiviitis papilar raksasa dijumpai tanda dan gejala yang mirip konjungtivitis
vernal.1
D. Diagnosis

10

Diperlukan riwayat alergi baik pada pasien maupun keluarga pasien serta
observasi pada gejala klinis untuk menegakkan diagnosis konjungtivitis alergi.
Gejala yang paling penting untuk mendiagnosis penyakit ini adalah rasa gatal
pada mata, yang mungkin saja disertai mata berair, kemerahan dan fotofobia.10
E. Komplikasi
Komplikasi pada penyakit ini yang paling sering adalah ulkus pada kornea
dan infeksi sekunder.4
F. Penatalaksanaan
Penyakit ini dapat diterapi dengan tetesan vasokonstriktor-antihistamin
topikal dan kompres dingin untuk mengatasi gatal-gatal dan steroid topikal jangka
pendek untuk meredakan gejala lainnya.1
2.2.2.4. Konjungtivitis Jamur
Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan
merupakan infeksi yang jarang terjadi.Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak
putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem
imun yang terganggu. Selain Candida sp, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh
Sporothrix schenckii, Rhinosporidium serberi, dan Coccidioides immitis walaupun
jarang.1

2.2.2.5. Konjungtivitis Parasit


Konjungtivitis

parasit

dapat

disebabkan

oleh

infeksi

Thelazia

californiensis, Loa loa, Ascaris lumbricoides, Trichinella spiralis, Schistosoma


haematobium, Taenia solium dan Pthirus pubis walaupun jarang.1
2.2.2.6. Konjungtivitis kimia atau iritatif

11

Konjungtivitis kimia-iritatif adalah konjungtivitis yang terjadi oleh


pemajanan substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis. Substansisubstansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis dan dapat menyebabkan
konjungtivitis, seperti asam, alkali, asap dan angin, dapat menimbulkan gejalagejala berupa nyeri, pelebaran pembuluh darah, fotofobia, dan blefarospasme.
Selain itu penyakit ini dapat juga disebabkan oleh pemberian obat topikal
jangka panjang seperti dipivefrin, miotik, neomycin, dan obat-obat lain dengan
bahan pengawet yang toksik atau menimbulkan iritasi.
Konjungtivitis ini dapat diatasi dengan penghentian substansi penyebab
dan pemakaian tetesan ringan.1
2.2.2.7. Konjungtivitis lain
Selain disebabkan oleh bakteri, virus, alergi, jamur dan parasit,
konjungtivitis juga dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan penyakit
autoimun seperti penyakit tiroid, gout dan karsinoid. Terapi pada konjungtivitis
yang disebabkan oleh penyakit sistemik tersebut diarahkan pada pengendalian
penyakit utama atau penyebabnya.1
Konjungtivitis juga bisa terjadi sebagai komplikasi dari acne rosacea dan
dermatitis herpetiformis ataupun masalah kulit lainnya pada daerah wajah.12

BAB III
KESIMPULAN
Konjungtivitis merupakan inflamasi yang terjadi pada konjungtiva mata.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, mekanik/ zat iritatif/
toksik, dan sistem imun. Konjungtivitis merupakan penyakit yang ditemukan di
seluruh dunia dan dapat mengenai seluruh kelompok usia, strata sosial dan jenis
12

kelamin. Pada konjungtivitis mata nampak merah sehingga sering disebut mata
merah.Semua orang dapat tertular konjungtivis, bahkan bayi yang baru
lahir sekalipun. Yang bisa ditularkan adalah konjungtivitis yang disebabkan
oleh bakteri dan virus. Penularan terjadi ketika seorangyang sehat bersentuhan
dengan seorang penderita atau dengan benda yang baru disentuholeh penderita
tersebut.
Pada

kasus

didapatkan

bahwa

pasien

ini

ditegakkan

diagnosis

konjungtivitis akut ec susp bakteri karena adanya keluhan kedua mata banyak
kotoran sejak 2 hari yang lalu. Kotoran ada ketika bangun tidur, berwarna
kekuningan kental.Kedua mata sedikit merah, tidak gatal, tidak kabur, berair, tidak
nyeri.Setelah bangun tidur hari ini os masih mengeluh agak sulit membuka
kelopak mata serta kedua mata banyak kotoran, berwarna kekuningan kental, mata
berair, sedikit merah, tidak kabur, tidak nyeri. Hal ini sesuai dengan kriteria
konjungtivitis akut ec susp bakteri berdasarkan gambaran atau gejala klinis. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan terdapat banyak sekret mata mukopurulen berwarna
kekuningan serta terdapat injeksi konjungtiva oculi dextra dan oculi sinistra. Hal
ini sesuai dengan hasil pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan pada pasien
konjungtivitis akut ec susp bakteri.
Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai
injeksi konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada
kongjungtivitis bakteri biasanya lebih purulen daripada konjungtivitis jenis lain,
dan pada kasus yang ringan sering dijumpai edema pada kelopak mata.Gejala
yang paling khas adalah kelopak mata yang saling melekat pada pagi hari sewaktu
bangun tidur.Terapi pengobatan yang diberikan adalah Terapi yang dimulai
dengan antimikroba topikal spektrum luas. Pada setiap konjungtivitis purulen
yang dicurigai disebabkan oleh diplokokus gram-negatif harus segera dimulai
terapi topical dan sistemik . Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, sakus
konjungtivalis harus dibilas dengan larutan saline untuk menghilangkan sekret
konjungtiva. Pasien konjungtivitis juga diberikan instruksi hygiene untuk
meminimalkan penyebaran infeksi.

13

14

BAB IV
PENCEGAHAN DAN PEMBINAAN
4.1 Genogram Keluarga Tn. W
Tn. W34 tahun

AL / 9th

Ny. S/32 tahun

A/ 8th

MS/ 3th

4.2 Analisis hasil home visit (9 Fungsi Keluarga)


1. Fungsi holistik
Fungsi holistik merupakan fungsi keluarga yang meliputi fungsi
biologis, fungsi psikologis, dan fungsi sosial ekonomis.
a. Fungsi Biologis
Keluarga Tn. W menyangkal adanya riwayat penyakit
hipertensi, kencing manis, maupun penyakit keturunan lainnya seperti
talasemia dan deformitas tubuh. Keluarga Tn. W juga menyangkal
pernah menderita penyakit yang menular skabies, panu, maupun
penyakit infeksi lain. Berdasarkan hasil pemeriksaan, seluruh anggota
keluarga Tn. W memiliki tanda-tanda vital dalam batas normal dan
keadaan spesifik tidak ditemukan kelainan selain pada Sultan, yakni

15

terdapat penyakit pada mata yaitu konjungtivitis akut.

Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa fungsi biologis keluarga Tn. W


cukup baik.
b. Fungsi Psikologis
Berdasarkan hasil wawancara, keluarga ini menyangkal adanya
kerenggangan hubungan antar anggota keluarga. Keluarga Tn. W
menyatakan bahwa terdapat kerjasama yang baik di dalam anggota
keluarga, baik dalam mencari penghasilan maupun dalam mengurus
rumah tangga. Apabila terdapat masalah, maka akan diselesaikan
dengan cara musyawarah. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa fungsi psikologis keluarga ini berjalan dengan baik.
c. Fungsi Sosial-Ekonomi
Tn.I bekerja sebagai tukang becak dan Ny. S adalah bekerja
sebagai pembantu rumah tangga. Ketiga anak Tn. W dan Ny. S masih
bersekolah, sedangkan yang bungsu belum sekolah karena masih kecil.
Anak pertama masih kelas 3 sedangkan anak ke dua di kelas 2 SD.
Dari sudut pandang ekonomi, ekonomi Tn. W tergolong sederhana.
Keluarga Tn. W mengaku tidak pernah mengalami konflik
dengan tetangga sekitar dan sering ikut berpartisipasi di dalam
kegiatan di sekitar rumahnya, seperti membantu memasak untuk
membantu persiapan acara resepsi pernikahan putri tetangga, aktif di
dalam mengikuti takziah bila terdapat tetangga yang meninggal. Dari
sudut pandang sosial, keluarga Tn. W memiliki sosialisasi yang baik.
2. Fungsi fisiologis
Fungsi fisiologis keluarga diukur dengan APGAR score. APGAR
score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau
dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan
anggota keluarga yang lain. APGAR score meliputi:

16

a. Adaptation
Keluarga ini mampu beradaptasi antar sesama anggota keluarga,
saling mendukung, saling menerima, dan memberikan saran satu sama
yang lainnya.
b. Partnership
Komunikasi dalam keluarga ini sudah baik, mereka saling
berbagi informasi, saling mengisi antar anggota keluarga dalam setiap
masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.
c. Growth
Keluarga ini juga saling memberikan dukungan antar anggota
keluarga akan hal-hal yang baru yang dilakukan anggota keluarga
tersebut.
d. Affection
Interaksi dan hubungan kasih sayang antar anggota keluarga ini
sudah terjalin dengan cukup baik.
e. Resolve
Keluarga ini memiliki rasa kebersamaan yang sangat tinggi dan
selalu menghabiskan waktu bersama-sama dengan anggota keluarga
lainnya. Adapun skor APGAR keluarga ini adalah 9,2 dengan
interpretasi Baik. (Data terlampir).
3. Fungsi patologis
Fungsi patologis dinilai dengan SCREEM score, dengan rincian
sebagai berikut.
a. Social, interaksi keluarga ini dengan tetangga sekitar cukup baik.
b. Culture, keluarga ini memberikan apresiasi dan kepuasan yang baik
terhadap budaya, tata karma, dan perhatian terhadap sopan santun.
c. Religious, keluarga ini cukup taat menjalankan ibadah sesuai dengan
ajaran agama yang dianutnya.
d. Economic, status ekonomi keluarga ini terbilang cukup.

17

e. Educational, tingkat pendidikan keluarga ini tergolong rendah. Tn. W


adalah tamatan SMP dan Ny. S adalah tamatan SD. Akan tetapi anakanak mereka masih bersekolah.
f. Medical, keluarga ini tergolong cukup mendapat pelayanan kesehatan
yang memadai dan segera mencari pengobatan ke puskesmas bila
mengalami penurunan kondisi kesehatan.
4. Fungsi hubungan antarmanusia
Hubungan interaksi antar anggota keluarga maupun antar keluarga
dengan masyarakat sekitar sudah terjalin dengan baik dibuktikan dengan
seringnya keluarga Tn. W berpartisipasi di dalam kegiatan sosial di
lingkungan tempat tinggal.
5. Fungsi Keturunan (genogram)
Keluarga Tn. W menyangkal adanya penyakit keturunan hipertensi,
diabetes mellitus, talasemia, deformitas tubuh. Dari hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital dan keadaan spesifik, semuanya dalam batas normal.
6. Fungsi perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) health literacy
Health literacy merupakan kapasitas seseorang untuk memperoleh,
mengolah, dan memahami informasi dan pelayanan kesehatan sehingga ia
dapat membuat keputusan kesehatan terbaik secara mandiri bagi dirinya
sendiri.
Dari hasil wawancara untuk mengetahui health literacy, diperoleh
bahwa Keluarga Tn. W berperan serta di dalam kegiatan yang merupakan
program rutin Puskesmas Kalidoni. Tn. W dan Ny.S rajin memeriksakan
anak mereka ke . Selain itu, keluarga Tn. W telah mengetahui pola makan
yang sehat dan pola hidup bersih (10 indikator pola hidup bersih dan
sehat).Dalam pengobatan penyakit pun keluarga Tn.W terbilang patuh,
mereka sering memeriksakan diri ke puskesmas jika mereka merasa
kurang sehat.
7. Fungsi nonperilaku (Lingkungan, pelayanan kesehatan, keturunan)
18

Lingkungan

cukupmemprihatinkan

karena

banyak

sampah

berserakan di samping rumah Tn. W, yang merupakan rumah paling ujung


di bedeng ini.Para tetangga bisa menjalin kerjasama dengan baik, keluarga
ini juga aktif memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan, jarak
rumah dengan puskesmas/rumah sakit tidak terlalu jauh.
8. Fungsi indoor
Gambaran lingkungan di dalam rumah patut medapat perhatian.
Kondisi rumah gelap, hanya memiliki 2 ruangan yang disekat dengan
dinding kayu. Lantai cukup bersih, ventilasi kurang, sirkulasi udara dan
pencahayaan juga kurang baik, sumber air bersih berasal dari ledeng, wc
berada di luar rumah, bergabung bersama warga yang lain, pengelolaan
sampah dan limbah sudah tidak cukup baik.
9. Fungsi outdoor
Gambaran lingkungan di luar rumah masih kurang baik, jarak
rumah dengan jalan raya cukup jauh, tidak ada kebisingan di sekitar
rumah, jarak rumah dengan sungai juga cukup jauh, demikian pula dengan
tempat pembuangan sampah umum.
4.3 Upaya Pencegahan dan Pembinaan
Upaya pencegahan dan pembinaan yang saya ajukan selaku Pembina
kesehatan keluarga Tn. W dapat ditinjau dari beberapa aspek.
a. Diseased-oriented point of view
Dalam rangka tatalaksana

penyakit

Sultan

yang

berupa

konjungtivitis akut, saya membagi penatalaksanaan menjadi dua bagian


utama, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus. Pada penatalaksanaan
umum, saya menekan pada konsep komunikasi, informasi, dan edukasi
(KIE). Penjelasan mengenai penyakit yang diderita, penyebab penyakit,
dan hal-hal yang dapat memperparah penyakit saya berikan kepada
pasien. Saya juga menekankan pentingnya kepatuhan di dalam
penatalaksanaan di dalam mencapai kesembuhan yang optimal.
19

Penatalaksanaan khusus yang saya berikan pada Sultan meliputi topikal


dan sistemik. Penatalaksanaan topikal saya berikan berupa tetes mata
antibiotic

kloramfenikol.

Sebelum

dilakukan

pemberian

salep,

dilantibiotik ini bekerja secara broadspectrum dan sehingga dapat


diberikan pada tatalaksana awal. Penatalaksanaan sistemik yang saya
berikan adalah tablet amoksisilin 250 mg 3 x 1. Cetirizine merupakan
antihistamin yang dapat mengurangi keluhan gatal pada daerah mata.
b. Preventive medicine point of view
Dalam rangka meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan
pasien, saya mengedukasi pentingnya pencegahan primer pada pasien.
Dan apabila telah terjadi penyakit, maka segeralah berobat ke puskesmas
untuk diagnosis dini dan penanganan awal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Leibowitz HM. The red eye. New England Journal of Medicine


2000;343(5):345-351.

20

2. Patel, P.B., et al., 2007. Clinical Features of Bacterial Conjunctivitis in


Children. Divission of Pediatric Emergency Medicine-Dupont Hospital for
Children. http://journals.lww.com/pjdi/Abstract/2009/01000/aspx. Akses
15 Februari 2012.
3. Budiati W, Budi. Konjungtivitis. Sari Pediatri. Vol.5, No.4, Maret 2004;
160-164.
4. Haas, W., et al., 2009. Major Age Group-Specific Differences in
Conjuntival Bacteria and Evolution of Antimicrobial Resistence. Revealed
by

Laboratory

Data

Surveilance.Availableat:httpwww.ncbi.nlm.nih.

Gov/pubmed/19085372. Akses 22 September 2012.


5. Pavan-Langston D. Manual of Ocular Diagnosis and Treatment.
Philadelphia: Lippincott, Williams, and Wilkins; 2002. Also available in
Spanish.
6. Meltzer JA, Kunkov S, Crain EF. Identifying children at low risk for
bacterial conjunctivitis. Arch Pediatr Adolesc Med. Mar 2010;164(3):2637.
7. Friedlaender MH. A review of the causes and treatment of bacterial and
allergic conjunctivitis. Clinical Therapeutics. 1995; 17(5): 800-810.
8. American Academy of Ophthalmology Cornea/External Disease Panel.San
Francisco, Calif. Preferred Practice Pattern Guidelines. Conjunctivitis.
2008;Available from: American Academy of Ophthalmology. Accessed
April

25,

2011.

Available

at

http://one.aao.org/CE/PracticeGuidelines/PPP_Content.aspx?
cid=9d9650fb-39a3-439c-9225-5fbb013cf472.
9. Bertino JS, Zhang JZ. Besifloxacin, a new ophthalmic fluoroquinolone for
the treatment of bacterial conjunctivitis. Expert Opin Pharmacother. Oct
2009;10(15):2545-54
10. Hammersmith KM, Cohen EJ, Blake TD, et al. Blepharoconjunctivitis in
children. Arch Ophthalmol. 2005;123(12):1667-1670.
11. Bartlett JD, Karpecki P, Melton R, Thomas R. Diagnostic and Treatment
Algorithms for Ocular Surface Disease States: New paradigms in the
understanding and management of ocular allergy (Updated Edition). Rev
Ophthalmol. June 2011.
12. Sambursky RP, Fram N, Cohen EJ. The prevalence of adenoviral
conjunctivitis at the Wills Eye Hospital Emergency Room. Optometry.
2007;78(5):236-239.
21

13. Marangon FB. Laboratory results in ocular viral diseases: Implications in


clinical-laboratory correlation. Arq Bras Oftalmol. 2007;70(2):189-194.
14. Dosso AA, Runger-Brandle E. Clinical course of epidemic
keratoconjunctivitis: Evaluation by in vivo confocal microscopy. Cornea.
2008;27(3):263-268.

LAMPIRAN 1
DENAH RUMAH

Ruang Keluarga & ruang


tamu

Dapur

Tempat cuci baju


dan

Kamar tidur
alat

5m

22

makan

WC
(gabung
dengan
tetangga
)

8m
Analisis Keadaan Rumah :

1
2
3
4
5
6
7

Letak rumah di daerah


: Padat penduduk
Bentuk bangunan rumah
: 1 lantai
Kepemilikan rumah
: Kontrak
Luas rumah
: 5 x 8 m,
Jumlah orang dalam satu rumah : 7 orang
Luas halaman rumah
: Tidak terdapat halaman rumah
Lantai rumah dari
: lantai semen
Dinding rumah dari : tembok + papan
Atap rumah
:Semen (lantai rumah atas)
Pembagian ruangan rumah : ruang tamu + ruang keluarga, kamar tidur +

dapur
8 Jendela rumah : ada 2 buah
Penerangan di dalam rumah: kurang
9 Listrik di rumah : ada, 220 watt
10 Lubang ventilasi :
- Ruang tamu
: ada 1 buah
Kelembaban dalam rumah : terasa lembab
Kesan ventilasi di dalam rumah : kurang

11
12
13
14
15
16

Kebersihan dalam rumah : kurang baik


Sumber air minum dari : air ledeng
Kamar mandi : ada di luar
Limbah rumah tangga di alirkan ke : got (saluran limbah)
Tempat sampah diluar rumah : tidak ada
Jalan di depan rumah lebarnya : 1 meter, terbuat dari : semen
Kesan kebersihan lingkungan pemukiman : kurang baik

23

LAMPIRAN 2
APGAR SCORE
Skor untuk masing-masing kategori adalah :
0 = Jarang/tidak sama sekali
1 = Kadang-kadang
2 = Sering/selalu
Tiga kategori penilaian yaitu :
5 = Kurang
6-7 = Cukup
8-10 = Baik
Rata-rata APGAR score pada keluarga ini = 9 (Baik)
Variabel

APGAR

APGAR

APGAR APGAR

APGAR

Penilaian
Adaptation

Ayah
2

Ibu
2

Anak I
2

Anak II
2

Anak III
2

Partnership

Growth

2
1

2
2

1
2

Affection
Resolve

2
2

2
2

Total

10

24

LAMPIRAN 3
SCREEM SCORE
Variabel Penilaian
Social

Penilaian
Interaksi keluarga ini dengan tetangga sekitar cukup
baik.

Culture

Keluarga ini memberikan apresiasi dan kepuasan yang


baik terhadap budaya, tata karma, dan perhatian

Religious

terhadap sopan santun.


Keluarga ini cukup taat menjalankan ibadah sesuai

Economic
Educational

dengan ajaran agama yang dianutnya.


Status ekonomi keluarga ini cukup.
tingkat pendidikan keluarga ini tergolong rendah. Tn.
W adalah tamatan SMP dan Ny. S adalah tamatan SD.
Akan tetapi anak-anak mereka masih bersekolah.

Medical

Keluarga ini tergolong cukup mendapat pelayanan


kesehatan yang memadai.

25

26

Вам также может понравиться