Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KASUS
Nama Penderita
:M. Sultan
Umur
:3 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status
: Belum menikah
Kewarganegaraan
: Indonesia
Agama
: Islam
1.1 ANAMNESIS
(Autoanamnesis pada tanggal 13 Mei 2015 pukul 11.30 WIB)
Keluhan utama
Kedua mata banyak kotoran.
Riwayat perjalanan penyakit
Seorang anak (3 tahun) datang ke Kalidoni, dengan keluhan kedua mata
banyak kotoran sejak 2 hari yang lalu.Kotoran ada ketika bangun tidur,
berwarna kekuningan kental.Kedua mata sedikit merah, gatal, tidak kabur,
berair, nyeri, sulit membuka mata setelah bangun tidur, demam.
Setelah bangun tidur hari ini os masih mengeluh kedua mata banyak
kotoran, berwarna kekuningan kental, mata berair, sedikit merah, tidak kabur,
nyeri, anak tidak demam lagi.
Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada
Riwayat pengobatan
Tidak ada
Riwayat sosial ekonomi
Sosial ekonomi menengah ke bawah.
Riwayat Alergi
Tidak ada
1.2 PEMERIKSAAN FISIK(tanggal 13 Mei 2015 pukul 11.45 WIB)
Status generalis
Keadaan Umum : Sakit ringan
Kesadaran
: Compos mentis
Nadi
: 90x/menit
RR
: 24x/menit
Suhu
: 36.8o C
Berat Badan
: 12kg
Tinggi Badan
: 90 cm
Status gizi
: gizi baik
Keadaan Spesifik
KBM
VOD: 6/6
VOS: 6/6
TIOD: N+0
TIOS: N+0
Simetris
GBM
Palpebra
Tenang
Injeksi konjungtiva
Kornea
Jernih
Jernih
BMD
Sedang
Sedang
Iris
Gambaran baik
Gambaran baik
Lensa
Jernih
Jernih
Seg. Posterior
Tidak diperiksa
1.5 PENATALAKSANAAN
Non farmakologis:
- Menghindari faktor pencetus
- Menjaga kebersihan mata
- Kotoran mata di lap menggunakan tissue satu arah
Farmakologis
-
1.6 PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad Sanationam
: bonam
: bonam
: bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konjungtiva
2.1.1. Anatomi
Secara anatomis konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan
dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva
palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva
palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus.
Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks
superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva
bulbaris. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbital di forniks dan
melipat berkali-kali. Adanya lipatan-lipatan ini memungkinkan bola mata
bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik.1
2.1.2. Histologi
Secara histologis, lapisan sel konjungtiva terdiri atas dua hingga lima
lapisan sel epitel silindris bertingkat, superfisial dan basal. 2 Sel-sel epitel
superfisial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus
yang diperlukan untuk dispersi air mata. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat
dibandingkan sel-sel superfisial dan dapat mengandung pigmen.1
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisialis) dan
satu lapisan fibrosa (profundus).Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid
dan tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Lapisan
fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus dan
tersusun longgar pada mata.1
2.1.3. Perdarahan dan Persarafan
Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteria siliaris anterior dan arteria
palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersama dengan
banyak vena konjungtiva membentuk jaringan vaskular konjungtiva yang sangat
banyak.1 Konjungtiva juga menerima persarafan dari percabangan pertama nervus
V dengan serabut nyeri yang relatif sedikit.3
2.2. Konjungtivitis
2.2.1. Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini
adalah penyakit mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya, konjungtiva
terpajan oleh banyak mikroorganisme dan faktor-faktor lingkungan lain yang
mengganggu.1 Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata
berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental.4
Jumlah agen-agen yang pathogen dan dapat menyebabkan infeksi pada
mata semakin banyak, disebabkan oleh meningkatnya penggunaan oat-obatan
topical dan agen imunosupresif sistemik, serta meningkatnya jumlah pasien
dengan infeksi HIV dan pasien yang menjalani transplantasi organ dan menjalani
terapi imunosupresif.5
2.2.2. Pembagian Konjungtivitis
2.2.2.1. Konjungtivitis Bakteri
A. Definisi
Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh
bakteri. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan keluhan mata
merah, sekret pada mata dan iritasi mata.6
B. Etiologi dan Faktor Resiko
Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu hiperakut,
akut, subakut dan kronik.Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya disebabkan
oleh N gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N meningitidis.Bentuk yang akut
biasanya disebabkan oleh Streptococcus pneumonia dan Haemophilus aegyptyus.
Penyebab yang paling sering pada bentuk konjungtivitis bakteri subakut adalah H
influenza dan Escherichia coli, sedangkan bentuk kronik paling sering terjadi
pada konjungtivitis sekunder atau pada pasien dengan obstruksi duktus
nasolakrimalis.7
Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian
mengenai mata yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang lain.
Penyakit ini biasanya terjadi pada orang yang terlalu sering kontak dengan
penderita, sinusitis dan keadaan imunodefisiensi.8
C. Patofisiologi
staphylococci
dan
jenis
Corynebacterium.Perubahan
pada
mekanisme pertahanan tubuh ataupun pada jumlah koloni flora normal tersebut
dapat menyebabkan infeksi klinis. Perubahan pada flora normal dapat terjadi
karena adanya kontaminasi eksternal, penyebaran dari organ sekitar ataupun
melalui aliran darah.9
Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang merupakan salah satu
penyebab perubahan flora normal pada jaringan mata, serta resistensi terhadap
antibiotik.10
Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang
meliputi konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan sekundernya adalah
sistem imun yang berasal dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan imunoglobulin
yang terdapat pada lapisan air mata, mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan
berkedip. Adanya gangguan atau kerusakan pada mekanisme pertahanan ini dapat
menyebabkan infeksi pada konjungtiva.11
D. Gejala Klinis
Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai
injeksi konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada
kongjungtivitis bakteri biasanya lebih purulen daripada konjungtivitis jenis lain,
dan pada kasus yang ringan sering dijumpai edema pada kelopak mata.12
Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami gangguan pada
konjungtivitis bakteri namun mungkin sedikit kabur karena adanya sekret dan
debris pada lapisan air mata, sedangkan reaksi pupil masih normal. Gejala yang
paling khas adalah kelopak mata yang saling melekat pada pagi hari sewaktu
bangun tidur.3
E. Diagnosis
Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena mungkin
saja penyakit berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang
lebih tua. Pada pasien yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan penyakit
menular seksual dan riwayat penyakit pada pasangan seksual. Perlu juga
ditanyakan durasi lamanya penyakit, riwayat penyakit yang sama sebelumnya,
riwayat penyakit sistemik, obat-obatan, penggunaan obat-obat kemoterapi,
riwayat pekerjaan yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit, riwayat
alergi dan alergi terhadap obat-obatan, dan riwayat penggunaan lensa-kontak.10
F. Komplikasi
Blefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis bateri, kecuali
pada pasien yang sangat muda yang bukan sasaran blefaritis.Parut di konjungtiva
paling sering terjadi dan dapat merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan
menghilangkan duktulus kelenjar lakrimal.Hal ini dapat mengurangi komponen
akueosa dalam film air mata prakornea secara drastis dan juga komponen mukosa
karena kehilangan sebagian sel goblet. Luka parut juga dapat mengubah bentuk
palpebra superior dan menyebabkan trikiasis dan entropion sehingga bulu mata
dapat menggesek kornea dan menyebabkan ulserasi, infeksi dan parut pada
kornea.1
G. Penatalaksanaan
Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen
mikrobiologiknya.Terapi dapat dimulai dengan antimikroba topikal spektrum luas.
Pada setiap konjungtivitis purulen yang dicurigai disebabkan oleh diplokokus
gram-negatif harus segera dimulai terapi topical dan sistemik . Pada konjungtivitis
purulen dan mukopurulen, sakus konjungtivalis harus dibilas dengan larutan
saline untuk menghilangkan sekret konjungtiva.13
cacat hingga infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung
lebih lama daripada konjungtivitis bakteri.1
B. Etiologi dan Faktor Resiko
Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapi
adenovirus adalah virus yang paling banyak menyebabkan penyakit ini, dan
herpes simplex virus yang paling membahayakan. Selain itu penyakit ini juga
dapat disebabkan oleh virus Varicella zoster, picornavirus (enterovirus 70,
Coxsackie A24), poxvirus, dan human immunodeficiency virus.2
Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering kontak dengan penderita dan
dapat menular melalu di droplet pernafasan, kontak dengan benda-benda yang
menyebarkan virus (fomites) dan berada di kolam renang yang terkontaminasi.13
C. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya konjungtivitis virus ini berbeda-beda pada setiap
jenis konjungtivitis ataupun mikroorganisme penyebabnya.9 Mikroorganisme yang
dapat menyebabkan penyakit ini dijelaskan pada etiologi.
D. Gejala Klinis
Gejala klinis pada konjungtivitis virus berbeda-beda sesuai dengan
etiologinya.Pada keratokonjungtivitis epidemik yang disebabkan oleh adenovirus
biasanya dijumpai demam dan mata seperti kelilipan, mata berair berat dan
kadang dijumpai pseudomembran. Selain itu dijumpai infiltrat subepitel kornea
atau keratitis setelah terjadi konjungtivitis dan bertahan selama lebih dari 2 bulan. 1
Pada konjungtivitis ini biasanya pasien juga mengeluhkan gejala pada saluran
pernafasan atas dan gejala infeksi umum lainnya seperti sakit kepala dan demam.14
Pada konjungtivitis herpetic yang disebabkan oleh virus herpes simpleks
(HSV) yang biasanya mengenai anak kecil dijumpai injeksi unilateral, iritasi,
sekret mukoid, nyeri, fotofobia ringan dan sering disertai keratitis herpes.
Konjungtivitis
hemoragika
akut
yang
biasanya
disebabkan
oleh
enterovirus dan coxsackie virus memiliki gejala klinis nyeri, fotofobia, sensasi
benda asing, hipersekresi airmata, kemerahan, edema palpebra dan perdarahan
subkonjungtiva dan kadang-kadang dapat terjadi kimosis.12
E. Diagnosis
Diagnosis pada konjungtivitis virus bervariasi tergantung etiologinya,
karena itu diagnosisnya difokuskan pada gejala-gejala yang membedakan tipe-tipe
menurut penyebabnya. Dibutuhkan informasi mengenai, durasi dan gejala-gejala
sistemik maupun ocular, keparahan dan frekuensi gejala, faktor-faktor resiko dan
keadaan lingkungan sekitar untuk menetapkan diagnosis konjungtivitis virus.12
Pada anamnesis penting juga untuk ditanyakan onset, dan juga apakah hanya
sebelah mata atau kedua mata yang terinfeksi.4
Konjungtivitis virus sulit untuk dibedakan dengan konjungtivitis bakteri
berdasarkan gejala klinisnya dan untuk itu harus dilakukan pemeriksaan lanjutan,
tetapi pemeriksaan lanjutan jarang dilakukan karena menghabiskan waktu dan
biaya.11
F. Komplikasi
Konjungtivitis
virus
bisa
berkembang
menjadi
kronis,
seperti
konjungtivitis
juga
diberikan
instruksi
hygiene
untuk
10
Diperlukan riwayat alergi baik pada pasien maupun keluarga pasien serta
observasi pada gejala klinis untuk menegakkan diagnosis konjungtivitis alergi.
Gejala yang paling penting untuk mendiagnosis penyakit ini adalah rasa gatal
pada mata, yang mungkin saja disertai mata berair, kemerahan dan fotofobia.10
E. Komplikasi
Komplikasi pada penyakit ini yang paling sering adalah ulkus pada kornea
dan infeksi sekunder.4
F. Penatalaksanaan
Penyakit ini dapat diterapi dengan tetesan vasokonstriktor-antihistamin
topikal dan kompres dingin untuk mengatasi gatal-gatal dan steroid topikal jangka
pendek untuk meredakan gejala lainnya.1
2.2.2.4. Konjungtivitis Jamur
Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan
merupakan infeksi yang jarang terjadi.Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak
putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem
imun yang terganggu. Selain Candida sp, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh
Sporothrix schenckii, Rhinosporidium serberi, dan Coccidioides immitis walaupun
jarang.1
parasit
dapat
disebabkan
oleh
infeksi
Thelazia
11
BAB III
KESIMPULAN
Konjungtivitis merupakan inflamasi yang terjadi pada konjungtiva mata.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, mekanik/ zat iritatif/
toksik, dan sistem imun. Konjungtivitis merupakan penyakit yang ditemukan di
seluruh dunia dan dapat mengenai seluruh kelompok usia, strata sosial dan jenis
12
kelamin. Pada konjungtivitis mata nampak merah sehingga sering disebut mata
merah.Semua orang dapat tertular konjungtivis, bahkan bayi yang baru
lahir sekalipun. Yang bisa ditularkan adalah konjungtivitis yang disebabkan
oleh bakteri dan virus. Penularan terjadi ketika seorangyang sehat bersentuhan
dengan seorang penderita atau dengan benda yang baru disentuholeh penderita
tersebut.
Pada
kasus
didapatkan
bahwa
pasien
ini
ditegakkan
diagnosis
konjungtivitis akut ec susp bakteri karena adanya keluhan kedua mata banyak
kotoran sejak 2 hari yang lalu. Kotoran ada ketika bangun tidur, berwarna
kekuningan kental.Kedua mata sedikit merah, tidak gatal, tidak kabur, berair, tidak
nyeri.Setelah bangun tidur hari ini os masih mengeluh agak sulit membuka
kelopak mata serta kedua mata banyak kotoran, berwarna kekuningan kental, mata
berair, sedikit merah, tidak kabur, tidak nyeri. Hal ini sesuai dengan kriteria
konjungtivitis akut ec susp bakteri berdasarkan gambaran atau gejala klinis. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan terdapat banyak sekret mata mukopurulen berwarna
kekuningan serta terdapat injeksi konjungtiva oculi dextra dan oculi sinistra. Hal
ini sesuai dengan hasil pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan pada pasien
konjungtivitis akut ec susp bakteri.
Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai
injeksi konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada
kongjungtivitis bakteri biasanya lebih purulen daripada konjungtivitis jenis lain,
dan pada kasus yang ringan sering dijumpai edema pada kelopak mata.Gejala
yang paling khas adalah kelopak mata yang saling melekat pada pagi hari sewaktu
bangun tidur.Terapi pengobatan yang diberikan adalah Terapi yang dimulai
dengan antimikroba topikal spektrum luas. Pada setiap konjungtivitis purulen
yang dicurigai disebabkan oleh diplokokus gram-negatif harus segera dimulai
terapi topical dan sistemik . Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, sakus
konjungtivalis harus dibilas dengan larutan saline untuk menghilangkan sekret
konjungtiva. Pasien konjungtivitis juga diberikan instruksi hygiene untuk
meminimalkan penyebaran infeksi.
13
14
BAB IV
PENCEGAHAN DAN PEMBINAAN
4.1 Genogram Keluarga Tn. W
Tn. W34 tahun
AL / 9th
A/ 8th
MS/ 3th
15
Dengan
16
a. Adaptation
Keluarga ini mampu beradaptasi antar sesama anggota keluarga,
saling mendukung, saling menerima, dan memberikan saran satu sama
yang lainnya.
b. Partnership
Komunikasi dalam keluarga ini sudah baik, mereka saling
berbagi informasi, saling mengisi antar anggota keluarga dalam setiap
masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.
c. Growth
Keluarga ini juga saling memberikan dukungan antar anggota
keluarga akan hal-hal yang baru yang dilakukan anggota keluarga
tersebut.
d. Affection
Interaksi dan hubungan kasih sayang antar anggota keluarga ini
sudah terjalin dengan cukup baik.
e. Resolve
Keluarga ini memiliki rasa kebersamaan yang sangat tinggi dan
selalu menghabiskan waktu bersama-sama dengan anggota keluarga
lainnya. Adapun skor APGAR keluarga ini adalah 9,2 dengan
interpretasi Baik. (Data terlampir).
3. Fungsi patologis
Fungsi patologis dinilai dengan SCREEM score, dengan rincian
sebagai berikut.
a. Social, interaksi keluarga ini dengan tetangga sekitar cukup baik.
b. Culture, keluarga ini memberikan apresiasi dan kepuasan yang baik
terhadap budaya, tata karma, dan perhatian terhadap sopan santun.
c. Religious, keluarga ini cukup taat menjalankan ibadah sesuai dengan
ajaran agama yang dianutnya.
d. Economic, status ekonomi keluarga ini terbilang cukup.
17
Lingkungan
cukupmemprihatinkan
karena
banyak
sampah
penyakit
Sultan
yang
berupa
kloramfenikol.
Sebelum
dilakukan
pemberian
salep,
DAFTAR PUSTAKA
20
Laboratory
Data
Surveilance.Availableat:httpwww.ncbi.nlm.nih.
25,
2011.
Available
at
http://one.aao.org/CE/PracticeGuidelines/PPP_Content.aspx?
cid=9d9650fb-39a3-439c-9225-5fbb013cf472.
9. Bertino JS, Zhang JZ. Besifloxacin, a new ophthalmic fluoroquinolone for
the treatment of bacterial conjunctivitis. Expert Opin Pharmacother. Oct
2009;10(15):2545-54
10. Hammersmith KM, Cohen EJ, Blake TD, et al. Blepharoconjunctivitis in
children. Arch Ophthalmol. 2005;123(12):1667-1670.
11. Bartlett JD, Karpecki P, Melton R, Thomas R. Diagnostic and Treatment
Algorithms for Ocular Surface Disease States: New paradigms in the
understanding and management of ocular allergy (Updated Edition). Rev
Ophthalmol. June 2011.
12. Sambursky RP, Fram N, Cohen EJ. The prevalence of adenoviral
conjunctivitis at the Wills Eye Hospital Emergency Room. Optometry.
2007;78(5):236-239.
21
LAMPIRAN 1
DENAH RUMAH
Dapur
Kamar tidur
alat
5m
22
makan
WC
(gabung
dengan
tetangga
)
8m
Analisis Keadaan Rumah :
1
2
3
4
5
6
7
dapur
8 Jendela rumah : ada 2 buah
Penerangan di dalam rumah: kurang
9 Listrik di rumah : ada, 220 watt
10 Lubang ventilasi :
- Ruang tamu
: ada 1 buah
Kelembaban dalam rumah : terasa lembab
Kesan ventilasi di dalam rumah : kurang
11
12
13
14
15
16
23
LAMPIRAN 2
APGAR SCORE
Skor untuk masing-masing kategori adalah :
0 = Jarang/tidak sama sekali
1 = Kadang-kadang
2 = Sering/selalu
Tiga kategori penilaian yaitu :
5 = Kurang
6-7 = Cukup
8-10 = Baik
Rata-rata APGAR score pada keluarga ini = 9 (Baik)
Variabel
APGAR
APGAR
APGAR APGAR
APGAR
Penilaian
Adaptation
Ayah
2
Ibu
2
Anak I
2
Anak II
2
Anak III
2
Partnership
Growth
2
1
2
2
1
2
Affection
Resolve
2
2
2
2
Total
10
24
LAMPIRAN 3
SCREEM SCORE
Variabel Penilaian
Social
Penilaian
Interaksi keluarga ini dengan tetangga sekitar cukup
baik.
Culture
Religious
Economic
Educational
Medical
25
26