Вы находитесь на странице: 1из 23

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Fraktur adalah retaknya tulang, yang biasanya disertai dengan cedera di

jaringan sekitarnya. Clavicula merupakan salah satu tulang yang paling sering
mengalami fraktur apabila terjadi cedera pada bahu karena letaknya yang
superfisial. Pada tulang ini bisa terjadi banyak proses patologik sama seperti pada
tulang yang lainnya yaitu bisa ada kelainan congenital, trauma (fraktur), inflamasi,
neoplasia, kelainan metabolik tulang dan yang lainnya. Fraktur clavicula bisa
disebabkan oleh benturan ataupun kompressi yang berkekuatan rendah sampai
yang berkekuatan tinggi yang bisa menyebabkan terjadinya fraktur tertutup
ataupun multiple trauma (Hahn, 2007).5
Clavicula adalah tulang yang paling pertama mengalami pertumbuhan
pada masa fetus, terbentuk melalui 2 pusat ossifikasi atau pertulangan primer
yaitu medial dan lateral clavicula, dimana terjadi saat minggu ke-5 dan ke-6 masa
intrauterin. Kemudian ossifikasi sekunder pada epifise medial clavicula
berlangsung pada usia 18 tahun sampai 20 tahun, dan epifise terakhir bersatu pada
usia 25 tahun sampai 26 tahun (Housner and Kuhn, 2003).3
Menurut data epidemiologi pada orang dewasa insiden fraktur clavicula
sekitar 40 kasus dari 100.000 orang, dengan perbandingan laki-laki perempuan
adalah 2:1. Fraktur pada midclavicula yang paling sering terjadi yaitu sekitar 85%
dari semua fraktur clavicula, sementara fraktur bagian distal sekitar 10% dan
bagian proximal sekitar 5% (Crowther CL, 2004).5

Sekitar 2% sampai 5% dari semua jenis fraktur merupakan fraktur


clavicula. Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeon, frekuensi fraktur
clavicula sekitar 1 kasus dari 1000 orang dalam satu tahun. Fraktur clavicula juga
merupakan kasus trauma pada kasus obstetrik dengan prevalensi 1 kasus dari 213
kasus kelahiran anak yang hidup (Browner BD et al, 2003). 2
Penyebab fraktur clavicula biasanya disebabkan oleh trauma pada bahu
akibat kecelakaan apakah itu karena jatuh atau kecelakaan kendaraan bermotor,
namun kadang dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non traumatik. Berikut
beberapa penyebab pada fraktur clavicula yaitu, pada bayi baru lahir akibat
tekanan pada bahu oleh simphisis pubis selama proses melahirkan, kecelakaan
termasuk kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh dari ketinggian dan yang lainnya,
kompresi pada bahu dalam jangka waktu lama, misalnya pada pelajar yang
menggunakan tas yang terlalu berat, proses patologik, misalnya pada pasien post
radioterapi, keganasan dan lain-lain (Mettler, 1996).1

BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1

IDENTITAS PASIEN

Nama
: Nn. P
MR : 05.40.36
Usia
: 14 tahun
Ruangan : Vip Melati
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Syamtalira bayu
Tanggal Masuk
: 21September 2015
Tanggal keluar
: 24 September 2015
Masuk Pukul
: 20.30 Wib
Pekerjaan
: Pelajar
Agama
: Islam
2.2 ANAMNESA
1. Keluhan Utama
: Nyeri di daerah bahu kiri & tidak bisa digerakkan
2. Keluhan Tambahan
: muntah, nyeri pada kepala bagian kiri
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri di bahu kiri yang sudah dirasakan
setelah kejadian kecelakaan yang dialami satu hari sebelum masuk rumah
sakit. Nyeri dirasakan pasien ketika ingin menggerakkan lengan ke kiri
kekanan serta keatas dan kebawah. Nyeri tidak dirasakan menjalar ke
bagian tubuh yang lain. Pasien sebelumnya mengalami kecelakaan yang
menyebabkan motor yang dikendarai mengimpit daerah bahu dan daerah
kepala terbentur mengenai parit/got. Pasien tidak pingsan pada saat
kejadian , hanya luka robek pada kepala kiri dan curiga patah pada bahu.
Pasien juga mengeluhkan muntah yang terjadi setelah di rawat di RS yang
dialami sebanyak 5 kali dalam satu hari. Penurunan kesadaran (-), pusing
(-), deman (-), BAB/BAK (N).
4. Riwayat Penyakit Dahulu : tidak ada
5. Riwayat Penyakit Keluarga
-

Riwayat alergi obat di sangkal oleh pasien

Riwayat asma disangkal

2.3
1

Riwayat Penyakit jantung disangkal

Riwayat Hipertensi disangkal

Riwayat Diabetes Melitus disangkal

PEMERIKSAAN UMUM
Primary Survey
A: Clear
B: pergerakan dada simetris,bentuk dada normal, RR 22 x/menit
C: TD 120/70mmHg, N 88 x/menit, akral hangat
D: GCS 15 (E4V5M6), compos mentis, kekuatan otot (dbn)
E: Luka robek pada kepala bagian kiri, luka lecet pada lengan kanan atas,

luka lecet pada pipi dan dahi serta dibawah hidung.


1. Status Generalis
a. Kepala
: Normocephal
b. Mata
:
Konjungtiva/Sklera
: Conjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-,
Kornea
: Jernih pada kedua mata kanan dan kiri
Pupil
: Isokor +/+, refleks cahaya +/+
c. THT
:
Telinga
: Lubang telinga lapang , cairan (-), darah(-)
Bibir
: Vulnus(-), hematom (-)
Hidung
: Deformitas (-/-), sekret (-/-)
Tenggorokan : Hiperemis (-), Tonsil T0 T0
d. Leher
: trakea terletak di tengah, tidak ada deviasi, tidak
ada luka
e. Thoraks
:
Bentuk
: - Tidak ada kelainan, jejas (-)
Bentuk bahu kiri dan kanan asimetris kiri (tdbn)
Pergerakan
: Pergerakan hemithorax kiri dan kanan simetris
dalam keadaan statis dan dinamis
f. Jantung
Inspeksi
: Ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: Ictus cordis teraba, tidak kuat angkat
Perkusi
:
- Batas kanan atas
: ICS II LPS dextra
- Batas kiri atas
`: ICS II LPS sinistra
- Batas kanan bawah : ICS IV LPS dextra
- Batas kiri bawah
: ICS VI LMC sinistra 2 cm lateral
Auskultasi
: Bunyi jantung I II murni reguler, murmur (-),
` gallop (-)

g. Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Pergerakan dada simetris, statis dan dinamis


: Fremitus vokal : kanan = kiri
: Perkusi sonor pada seluruh lapang paru
: Suara nafas vesikular pada lapang paru kanan dan
kiri, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

h. Abdomen
Inspeksi
: Perut datar, jejas (-)
Auskultasi
: Bising usus (+) normal
Palpasi
: Defans muscular (-), nyeri tekan epigastrium (-)
Hepar
: Tidak teraba pembesaran
Lien
: Tidak teraba pembesaran
Perkusi
: Tympani, Nyeri ketuk (-)
2. Status Lokalis (clavikula sinistra 1/3 tengah)
Look
: Tampak bahu yang tidak simetris kiri lebih rendah dari
pada kanan
Feel

: Nyeri tekan (+) pada bahu kiri,

Move

: nyeri bahu kiri bila digerakkan

Pemeriksaan Penunjang
1.Hasil pemeriksaan laboratorium darah tanggal 22/09/2015
Pemeriksaan
Bleeding time

Nilai normal
1-5 menit

Hasil
-

Clothing time

5-11 menit

Leukosit

4-11x103 /mm3

10,4

Eritrosit

P : 3,8- 5,8 106 /mm3

4,1

Darah rutin :

Hemoglobin (Hb)

P : 12 16

11,1

Hematokrit (Ht)

L : 37 47

34,9

Trombosit

150.000 400.000

265.000

LED

L < 20 mm/jam

MCV

76-96 fl

84

MCH

27-32 pg

26,9

MCHC

30-35 g%

31,8

2. Hasil foto rontgen thoraks tanggal 23/09/2015

Resume
Nyeri dan sulit menggerakkan bahu kiri akibat terjatuh dari sepeda motor
sejak 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Keadaan umum tampak sakit sedang
dengan kesadaran compos mentis. Tekanan darah 120/70 , nadi 88x/mnt,
pernapasan 22 x/mnt, suhu 36,8o, status lokalis tampak bahu kiri sedikit tidak
semetris dengan bahu yang sehat dan nyeri bila di gerakkan.
2.4 DIAGNOSIS
Close fraktur e/r 1/3 tengah clavicula sinistra
2.5

PENATALAKSANAAN
6

1. Telah dilakukan pembersihan luka situasi baik luka robek maupun luka
lecet di IGD RSUD Cut Meutia pada tanggal 21/09/15
2. Pada tgl 24/09/15 dilakukan pemasangan perban elastis.
Laporan Operasi (tanggal 24 September 2015)
Ahli Bedah

: Dr.Adi Rizka Sp.B

Ahli Anestesi

: Dr. Kurnian Sp. An

Cara Pembiusan

:-

Diagnosis

: Close fraktur e/r clavicula sinistra 1/3 tengah

Macam Operasi

: pemasangan perban elastis

Laporan Kasus :
-

Pasien dalam posisi duduk


Dilakukan pembalutan dengan perban elastis pada bahu kiri melingkari hingga

bahu kanan
Balutan di jepit dan selesai

Instruksi Pasca operasi


RL 20 tetes/menit
Inj. Ketorolac/ 12jam
Inj. Ranitidin/12 jam

Follow up
Tanggal

Subjektif

Objektif

Analisis

Perencanaan

21/09/15 Os nyeri di

KU: baik

Fraktur

luka (+), bahu

Kes: CM

clavicula

kiri tidak bisa

TD: 100/70

(s)

digerakkan (+),

HR: 84/i

perdarahan (-),

RR: 23/i

BAB/BAK

Suhu: 37,5C

IVFD RL 20 tetes/ I
Injeksi
Cefotaxime/12
jam
Ranitidine/12
jam
Inj. Ketorolac/

(dbn)

12jam

22/09/15 Bahu kiri sulit

KU: baik

Fraktur

digerakkan (+)

Kes: CM

Clavicula

mual muntah

TD: 120/70

(s)

(-), BAB/BAK

HR: 80/i

(dbn)

RR: 22/i

IVFD RL 20 tetes/ I
Inj. Ketorolac/
12jam
Inj. Ranitidin/12
jam

Suhu: 37,6C
23/09/15 Sulit

KU:stabil

Fraktur

menggerakkan

Kes: CM

Clavicula

bahu kiri (+)

TD: 120/70

(s)

BAB/BAK

HR: 85/i

(dbn

RR: 22/i

IVFD RL 20 tetes/ I
Inj. Ketorolac/
12jam
Inj. Ranitidin/12
jam

Suhu: 36,3C

24/09/15 Dilakukan

KU:stabil

Fraktur

IVFD RL 20 tetes/ I
Inj. Ketorolac/

pemasangan

Kes: CM

Clavicula

perban elastis

TD: 110/70

(s)

HR: 85/i

12jam
Inj. Ranitidin/12
jam

RR: 22/i
Suhu: 36,3C

25/09/15 Bahu kiri

KU:stabil

Fraktur

masih sedikit

Kes: CM

Clavicula

sulit

TD: 110/70

(s)

digerakkan

HR: 78/i

Cyprofloxacin
Asam
mefenamat
Ranitidin
Vitamin
PBJ

RR: 18/i
Suhu: 36,7C

2.6 KOMPLIKASI
Tidak ditemukan adanya komplikasi.
2.7 PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
Ad fungtional
: dubia ad bonam

BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1

Anatomi Clavicula
Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula adalah tulang yang

membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh.


Clavicula berbentuk kurva-ganda dan memanjang. Ini adalah satu-satunya tulang
yang memanjang horizontal dalam tubuh. Terletak di atas tulang rusuk pertama.
Pada ujung medial, clavicula bersendi pada manubrium dari sternum (tulang dada)
pada sendi sternoclavicularis. Pada bagian ujung lateral bersendi dengan acromion
dari scapula (tulang belikat) dengan sendi acromioclavicularis.3,1
Pada wanita, clavicula lebih pendek, tipis, kurang melengkung, dan
permukaannya lebih halus.

10

Gambar 1 : clavicula ( Atlas of Netter )


Fungsi clavicula berguna untuk:

Sebagai pengganjal untuk menjauhkan anggota gerak atas dari bagian dada
supaya lengan dapat bergerak leluasa.

Meneruskan goncangan dari anggota gerak atas ke kerangka tubuh


(aksial).

Walaupun dikelompokkan dalam tulang panjang, clavicula adalah tulang


satu-satunya yang tidak memiliki rongga sumsum tulang seperti pada tulang
panjang lainnya. Clavicula tersusun dari tulang spons.4
Perlekatan
Otot-otot dan ligamentum yang berlekatan pada clavicula:
Permukaan superior:

Otot deltoideus pada bagian tuberculum deltoideus

Otot trapezius

Permukaan inferior

Otot subclavius pada sulcus musculi subclavii

Ligamentum

conoideum

(bagian

medial

dari

ligamentum

dari

ligamentum

coracoclaviculare) pada tuberculum conoideum

Ligamentum

trapzoideum

(bagian

coracoclaviculare pada linea trapezoidea


Batas anterior:

Otot pectoralis mayor

11

lateral

Otot deltoideus

Otot sternocleidomastoid

Otot sternohyoideus

Otot trapezius. 3,2

Perkembangan
Clavicula adalah tulang pertama yang mengalami proses pengerasan
osifikasi selama perkembangan embrio minggu ke-5 dan 6. Clavicula juga yang
merupakan tulang terakhir yang menyelesaikan proses pengerasan yakni pada usia
21 tahun. 6

Gambar 2 : clavicula muscle an ligament ( Atlas of Netter )


3.2 Definsi Fraktur Clavicula
Fraktur clavicula dapat terjadi sebagai akibat trauma langsung atau gaya
tak langsung yang dihantarkan melalui bahu. Kebanyakan fraktur klavikula
dijumpai pada separuh bagian distal, biasanya pada pertemuan 1/3 tengah dan 1/3
distal. Kira-kira 2/3 fraktur klavikula terjadi pada anak-anak. Fraktur klavikula

12

pada waktu lahir berkisar di antara greenstick sampai perpindahan komplet dan
harus dibedakan dengan dari pseudoartrosis kongenital. 7
Karena fiksasi relatif dari fragmen medial dan beratnya ekstremitas
superior, frakmen distal pindah ke bawah, kedepan dan ke arah garis tengah. Foto
rentgen anteroposterior harus selalu dibuat, tetapi proyeksi oblik kadang-kadang
lebih berguna. Meskipun cedera pada pleksus brakhialis atau arteri subklavia tidak
sering terjadi, komplikasi seperti itu biasanya dapat diperlihatkan pada
pemeriksaan fisik.7,2
A. Klasifikasi Fraktur Klavikula
1. Fraktur mid klavikula ( Fraktur 1/3 tengah klavikula)

paling banyak ditemui

terjadi medial ligament korako-klavikula ( antara medial dan 1/3 lateral)

mekanisme trauma berupa trauma langsung atau tak langsung ( dari


lateral bahu)

2. Fraktur 1/3 lateral klavikula


fraktur klavikula lateral dan ligament korako-kiavikula, yang dapat dibagi:

type 1: undisplaced jika ligament intak

type 2 displaced jika ligamen korako-kiavikula rupture.

type 3 : fraktur yang mengenai sendi akromioklavikularis.


Mekanisme trauma pada type 3 biasanya karena kompresi dari bahu.4

3. Fraktur 1/3 medial klavikula


Insiden jarang, hanya 5% dan seluruh fraktur klavikula. Mekanisme trauma
dapat berupa trauma langsung dan trauma tak langsung pada bagian lateral bahu
yang dapat menekan klavikula ke sternum . Jatuh dengan tangan terkadang dalam
posisi abduksi.3,5
3.3

Etiologi

13

Menurut sejarah fraktur pada klavikula merupakan cedera yang sering


terjadi akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/tertarik keluar (outstreched
hand) dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai klavikula,
namun baru-baru ini telah diungkapkan bahwa sebenarnya mekanisme secara
umum patah tulang klavikula adalah hantaman langsung ke bahu atau adanya
tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras. Data
ini dikemukankan oleh Nowak et a,l Nordqvist dan Peterson. Patah tulang
klavikula karena jatuh dengan posisi lengan tertarik keluar (outstreched hand)
hanya 6% terjadi pada kasus, sedangkan yang lainnya karena trauma bahu. Kasus
patah tulang ini ditemukan sekitar 70% adalah hasil dari trauma dari kecelakaan
lalu lintas. Kasus patah tulang klavikula termasuk kasus yang paling sering
dijumpai. Pada anak-anak sekitar 1016 % dari semua kejadian patah tulang,
sedangkan pada orang dewasa sekitar 2,65 %. 9
3.4

Patofisiologi
Pada fraktur sepertiga tengah klavikula otot stemokleidomastoideus akan

menarik fragmen medial keatas sedangkan beban lengannya akan menarik


fragmen lateral ke bawah. Jika fraktur terdapat pada ligament korako-klavikula
maka ujung medial klavikula sedikit bergeser karena ditahan ligament ini.
Fraktur yang terjadi kearah medial terhadap fragment maka ujung luar mungkin
tampak bergeser kearah belakang dan atas, sehingga membentuk benjolan
dibawah kulit. 9

14

Gambar 3 : mekanisme fraktur clavicula

3.5

Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita datang

dengan keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan
diperparah dengan setiap gerakan lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan
terasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan kadang-kadang terdengar krepitasi pada
setiap gerakan. Dapat juga terlihat kulit yang menonjol akibat desakan dari
fragmen patah tulang. Pembengkakan lokal akan terlihat disertai perubahan warna
lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti
fraktur.

Untuk memperjelas dan menegakkan diagnosis dapat dilakukan

pemeriksaan penunjang. 11
3.6
1.

Pemeriksaan penunjang
Laboratorium

15

Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui: Hb, hematokrit sering
rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan
jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P meengikat di dalam
darah. 5,11
2. Radiologi
-

X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.


Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan

untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.


Pemeriksaan rontgen: Untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur.
Scan tulang, CT-scan/ MRI: Memperlihatkan frakur dan
mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak. 11

3.8

Diagnosis Banding

1.

Shoulder Frozen
Frozen shoulder merupakan rasa nyeri yang mengakibatkan keterbatasan

lingkup gerak sendi (LGS) pada bahu. Mungkin timbul karena adanya trauma,
mungkin juga timbul secara perlahan-lahan tanpa tanda-tanda atau riwayat
trauma.Keluhan utama yang dialami adalah nyeri dan penurunan kekuatan otot
penggerak sendi bahu dan keterbatasan LGS terjadi baik secara aktif atau
pasif.Frozen shoulder secara pasti belum diketahui penyebabnya. Namun
kemungkinan terbesar penyebab dari frozen shoulder antara lain tendinitis,
rupture rotator cuff, capsulitis, post immobilisasi lama, trauma serta diabetes
mellitus. Respon autoimmunal terhadap rusaknya jaringan lokal yang diduga
menyebabkan penyakit tersebut (Appley,1993). Capsulitis adhesive ditandai

16

dengan adanya keterbatasan luas gerak sendi glenohumeral yang nyata, baik
gerakan aktif maupun pasif.Ini adalah suatu gambaran klinis yang dapat menyertai
tendonitis, infark miokard, diabetus mellitus, fraktur immobilisasi lama, atau
redukulus cervicalis (Heru P kuntono, 2004). 12
Tanda dan gejala :
a.
b.
c.
d.

nyeri
keterbatasan lingkup gerak sendi
penurunan kekuatan otot dan atrofi otot
gangguan aktifitas fungsional

2.

Impigement shoulder
Adalah robekan dan pmbengkakan pada rotator cuff ( otot dan tendon yang

menahan lengan atas di dalam sendi bahu). Penyebab paling sering adalah akibat
cedera olahraga dimana lengan harus digerakkan melampaui kepala secara
berulang, seperti melempar bola, menganggkat beban ke atas bahu, melakukan
sorve pada olahraga dengan raket dan berenang gaya bebas, gaya kupu-kupu atau
gaya punggung.
Menggerakkan

lengan

melampaui

kepla

secara

berulang

bisa

menyebabkan puncak dari tulang lengan bergesekan dengan sebagian sendi bahu
dan tendonnya, sehingga merobek serat-seratnya. 14
Tanda dan gejala:
Nyeri bahu yang pada awal dirasakan jika gerakan menganggkat tanag
melampaui kepala namun kelamaan nyeri ketika berjabat tangan, mendorong
benda namun jika menarik benda kearah tubuh penderita tidak menimbulkan
nyeri.

17

3.8

Penatalaksanaan
Pada prinsipnya penangan patah tulang klavikula adalah untuk mencapai

penyembuhan tulang dengan minimum tingkat morbiditas, hilangnya fungsi, dan


sisa kelainan bentuk. Kebanyakan patah tulang klavikula telah berhasil ditangani
dengan metode tanpa operasi. Perawatan nonoperative dengan cara mengurangi
gerakan di daerah patah tulang. Tujuan penanganan adalah menjaga bahu tetap
dalam posisi normalnya dengan cara reduksi tertutup dan imobilisasi. Modifikasi
spika bahu (gips klavikula) atau balutan berbentuk angka delapan atau strap
klavikula dapat digunakan untuk mereduksi fraktur ini, menarik bahu ke belakang,
dan mempertahankan dalam posisi ini. Bila dipergunakan strap klavikula, ketiak
harus diberi bantalan yang memadai untuk mencegah cedera kompresi terhadap
pleksus brakhialis dan arteri aksilaris. Peredaran darah dan saraf kedua lengan
harus dipantau. Fraktur 1/3 distal klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya
ligamen dapat ditangani dengan sling dan pembatasan gerakan lengan. Bila fraktur
1/3 distal disertai dengan terputusnya ligamen korakoklavikular, akan terjadi

18

pergeseran, yang harus ditangani dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna.
Selama imobilisasi pasien diperkenankan melakukan latihan gerakan tapi harus
menghindari aktivitas yang berat. Tindak lanjut perawatan dilakukan dengan
pemantauan yang dijadwalkan 1 hingga 2 minggu setelah cedera untuk menilai
gejala klinis dan kemudian setiap 2 hingga 3 minggu sampai pasien tanpa gejala
klinis. Pemeriksaan foto rontgen tidak perlu selama proses perawatan, tetapi akan
lebih baik dilakukan pada saat proses penyatuan tulang yang biasanya dapat
dilihat pada minggu ke 4 sampai minggu ke 6 (pada saat fase remodeling pada
proses penyembuhan tulang). Tanda klinis penyatuan tulang adalah berkurangnya
rasa sakit atau rasa sakit hilang, dapat melakukan gerakan bahu secara penuh, dan
kekuatan kembali normal. Tidakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi
hal-hal berikut :
-

fraktur terbuka;
terkait cedera vaskular;
defisit neurologis progresif;
kontaminasi kotoran dengan jaringan kulit yang kemungkinan akan

menyebabkan kerusakan kulit;


medialization signifikan dari sendi bahu;
robeknya ligamen coracoclavicular dengan fraktur distal;
fraktur ipsilateral dari klavikula dan skapula (bahu mengambang);
pasien cedera;
fraktur clavicular bilateral, dan kompleks, ipsilateral, ekstremitas atas fraktur
Pemberian obat pada kasus patah tulang dapat dilakukan untuk

mengurangi rasa nyeri. Obat-obat yang dapat digunakan adalah obat kategori
analgesik antiinflamasi seperti acetaminophen dan codeine dapat juga obat
golongan NSAIDs seperti ibuprofen. 10

19

3.9
1.

Komplikasi

Komplikasi dini
kerusakan pada pembuluh darah atau saraf ( jarang terjadi)

2.

Komplikasi lanjut

non-union : jarang terjadi dapat diterapi dengan fiksasi interna dan


pencangkokan tulang yang aman.

mal-union :
1. meninggalkan suatu benjolan, yang biasanya hilang pada
waktunya.
2. untuk memperoleh basil kosmetik yang baik dan cepat dapat
menjalani terapi yang lebih drastis yaitu fraktur direduksi dibawah
anastesi dan dipertahankan reduksinya dengan menggunakan gips
yang mengelilingi dada ( wirass)

kekakuan bahu sering ditemukan, hanya sementara, akibat rasa takut


untuk menggerakkan fraktur. Jari juga akan kaku dan membutuhkan
waktu berbulan-bulan untuk memperoleh kembali gerakan, kecuali
kalau dilatih.15

20

BAB 4
KESIMPULAN
Clavicula merupakan salah satu tulang yang paling sering mengalami
fraktur apabila terjadi cedera pada bahu karena letaknya yang superfisial. Pada
tulang ini bisa terjadi banyak proses patologik sama seperti pada tulang yang
lainnya yaitu bisa ada kelainan congenital, trauma (fraktur), inflamasi, neoplasia,
kelainan metabolik tulang dan yang lainnya. Fraktur clavicula bisa disebabkan
oleh benturan ataupun kompressi yang berkekuatan rendah sampai yang
berkekuatan tinggi yang bisa menyebabkan terjadinya fraktur tertutup ataupun
multiple trauma.
Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita datang
dengan keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan
diperparah dengan setiap gerakan lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan
terasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan kadang-kadang terdengar krepitasi pada
setiap gerakan.
Pada prinsipnya penangan patah tulang klavikula adalah untuk mencapai
penyembuhan tulang dengan minimum tingkat morbiditas, hilangnya fungsi, dan
sisa kelainan bentuk. Kebanyakan patah tulang klavikula telah berhasil ditangani
dengan metode tanpa operasi. Penanganan bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup, mengurangi progresivitas, mengurangi komplikasi yang dapat dilakukan
dengan pendekatan non bedah dan bedah.

21

DAFTAR PUSTAKA

1. Basmania CJ. IM Pin Fixation of Clavicle Frx. In: Clifford R. Wheeless,


editors

[online].

1993.

Available

from:

URL:

http://www.dukehealti.org/surgery/div orthopaedic.asp.
2. Browner BD, Levine AM, Jupiter JB, Trafton PG, editors. Skeletal Trauma:
Basic science, Management and reconstruction. 3th ed. Philadelphia:
Saunders Elsevier; 2003. p. 1633-47.
3. Bosson Nichole, 2011. Laryngeal Mask Airway. (online). Diakses dari
www.emedicine.medscape.com pada tanggal 10 Mei 2012
4. Crowther CL, editor. Primary Orthopedic Care. 2d ed. Philadelphia: Mosby
Elsevier; 2004. p. 46-7.
5. Hahn B. Clavicle, Fractures and Dislocations. In: Bruno MA, Coombs BD,
Pope TL, Krasny RM, Chew FS, editors [online]. 2007. Available
from:URL:http://www.emedicine.com.
6. Housner JA, Kuhn JE. Clavicle Fractures, 2003 December Vol 31. No 12.
Available from: URL:http://www.sportsmedicine.com.
7. Latief, SA., Suryadi, KA., Dachlan, MR. 2009. Petunjuk Praktis
Anestesiologi Edisi Kedua. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
8. Lee, CY. 2006. Manual of Anaesthesia. Faculty of Medicine. Universiti
Kebangsaan Malaysia: Mc Graw Hill.
9. Mettler FA, editor. Essentials of Radiology. I ed. Philadelphia: Saunders
Company; 1996. p.293-300
10. Morgan G., Mikhail M., Murray M,. 2005. Clinical Anesthesiology, 4 th
Edition. McGraw-Hill Medical. USA.
11. Muhimin M, Thaib R, Sunatrio S, Dahlan R., 1989. Anestesiologi. CV
Infomedika, Jakarta.

22

12. Nuckton TJ, Glidden DV, Browner WS, Claman DM. 2006). "Pemeriksaan
fisik: Mallampati skor sebagai prediktor independen dari apnea tidur
obstruktif". Tidur 29 (7): 903-8.
13. Trurnble TE, Budoff JE, Cornwall R, editors. Hand, Elbow and Shoulder:
Core Knowledge in orthopaedics. I ed. Philadelphia: Mosby Elsevier;
2006. p. 623-7.
14. Wirjoatmodjo K, 2000. Anestesi dan Reanimasi Modul dasar untuk
Pendidikan

S1

Kedokteran.

www.asahq.org/For-Members/Clinical-

Information/ASA-Physical-Status Classification-System.aspx (online) pada


10 Mei 2012
15. Wrobel, M., Werth. M. 2011. Anasthesie-Fibel. Munchen: Elsevier GmbH.

Anesthesiology,4thEdition

Clinical

23

Вам также может понравиться