Вы находитесь на странице: 1из 29

LAPORAN KASUS

____________________________________________________________________
BATU PYELUM GINJAL KANAN, MULTIPLE BATU PYELUM KIRI DAN
MULTIPLE
BATU
POLE
GINJAL
KIRI
BAWAH
DISERTAI
HIDRONEFROSIS BILATERAL
Muhammad Danniel,Faisal Lukman,Achmad Palirungi
Divisi Bedah Urologi, Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Hassanuddin, Makassar

ABSTRAK

Kata Kunci: nyeri pinggang, nefrolith


RIGHT PYELUM STONE KIDNEY, MULTIPLE LEFT PYELUM STONE
KIDNEY AND MULTIPLE LEFT LOWER POLE STONE ACCOMPANY
WITH HYDRONEPHROSIS
Muhammad Danniel,Faisal Lukman,Achmad Palirungi
Urology Department of Medical Faculty, Universitas Hasanuddin
ABSTRACT
A 47-year-old woman was admitted to hospital with complaint of right flank
pain experienced since 2 years ago. Pain on the right flank worsen since 2 months
ago, intermittent not influenced by physical activities and doen not reduced after
taking anti-pain medication. Pain is felt in anterior abdominal area and propagates
in the area around the navel. Pain on the left flank worsen since 1 and half months
ago, intermittent not influenced by physical activities and does not reduced after
taking anti-pain medication.Pain is felt in anterior abdominal area and propagates in
the area around the navel. There is no nausea and vomit ever occurred.There is no
history of crystals in urine. History of fever does not exist. There is history of
hypertension and but controlled regularly at Puskesmas.History of Diabetes Mellitus

is denied.Upon physical examination, pain is felt on the left costovertebral region.


Laboratory results showed normal hemoglobin of 10, 8 g / dl with white blood cell
count 12000 / ml and normal kidney function where ureum 25 mg/dl dan creatinine
0,97 mg / dl. On urinalysis, analysis obtained pH of urine 5 and the presence
microscopic hematuria .In plain-film abdominal radiography there is radiopague
imaging detected as high as Costae Vertebrae L-3 with estimated size on the right
around 37mm x 24 mm and on the left 18mm x 17 mm along the urinary tract.
Ultrasound

examination

suggests

bilateral

hydronephrosis

and

bilateral

nephrolith.On urography CT scan, the impression right pyelum kidney stone,multiple


left pyelum kidney stone, multiple pole kidney stone inferior accompanied with
hidronephrosis bilateral.
Keyword: flank pain, nephrolith
Pendahuluan
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga
retroperitoneum bagian kiri dan kanan atas. Secara umum, ginjal kanan berada di
ruang antara bagian atas L1 hingga ke bagian bawah L3 sedangkan ginjal kiri
menempati ruang yang lebih tinggi dari tubuh yaitu dari T12 sampai ke L2.Bentuknya
menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke medial. Kedua-dua ginjal
terselubung dengan lapisan fascia Gerota dan ditutupi oleh glandula adrenalis pada
bagian superior. Terdapat hilus ginjal yaitu tempat-tempat struktur pembuluh darah,
sistem limfatik, sistem saraf, dan ureter menuju dan meninggalkan ginjal.2, 5
Pada autopsi klinis didapatkan bahwa ukuran ginjal orang dewasa rata-rata
adalah 11, 5 cm (panjang) x 6 cm (lebar) x 3, 5 cm (tebal). Berat ginjal orang dewasa
adalah 120 170 gram, atau kurang lebih 0, 4% dari berat badan. 2, 5
Faktor resiko yang sangat berpengaruh dalam pembentukan batu ginjal
termasuk kurangnya asupan cairan dan tingginya konsentrasi urin. Obat-obatan
tertentu seperti triamterene (Dyrenium), indinavir (Crixivan), an acetazolamide
(Diamox) juga sering dihubungkan dengan kejadian pembentukan batu ginjal. 10
2

Batu ginjal merupakan kristal agregrat yang terbentuk lebih dari satu
komponen, paling sering kalsium oksalat. Batu ginjal jenis lain termasuk batu asam
urat, batu cystinedan batu struvite. Batu kalsium biasanya disebabkan oleh
penyerapan kalsium yang berlebihan dalam usus. Kondisi ini menyebabkan jumlah
kalsium dalam darah tinggi sehingga sekresi kalsium lebih banyak dalam urin.
Sementara batu asam urat penyebabnya antara lain kurang ekskresi atau terlalu
banyak produksi asam urat, volume urine yang rendah dan keadaan pH urin yang
asam terus menerus. Batu cystine terbentuk oleh kondisi yang disebut cystinuria,
yaitu suatu kelainan kongenital yang jarang di mana asam amino cystine dikeluarkan
dalam ginjal dan menjadi kristal, membentuk batu. Batu struvite terdiri dari
magnesium, ammonium dan fosfat.3, 8

Laporan Kasus
Seorang pasien 47 tahun masuk ke rumah sakit dengan keluhan nyeri
pinggang kanan yang dialami sejak 2 tahun yang lalu dan memberat sejak 2 bulan
yang terakhir dirasakan hilang timbul ,menjalar ke pusat, mual dan muntah tidak ada,
timbulnya nyeri tidak dipengaruhi oleh aktivitas dan berkurang dengan konsumsi obat
anti-nyeri. Sejak 1 bulan terakhir nyeri dirasakan pada pinggang kiri, hilang
timbul ,menjalar ke pusat, timbulnya nyeri tidak dipengaruhi oleh aktivitas dan
berkurang dengan konsumsi obat anti-nyeri. Keluhan buang air kecil berpasir tidak
ada. Keluhan buang air kecil keluar batu tidak ada. Keluhan buang air kecil
bercampur darah tidak ada. Keluhan nyeri buang air kecil tidak ada. Keluhan demam
tidak ada. Keluhan penyakit hipertensi sejak 2 tahun yang lalu dan berobat teratur di
Puskesmas. Riwayat diabetes tidak ada.

Gambar 1. Foto pasien

Pemeriksaan status urologi didapatkan nyeri tekan dan nyeri ketok pada regio
costovertebra kanan, ballotement ginjal kanan teraba , konsistensi kistik, batas
medial 2 cm dari linea mediana , batas inferior 4cm dari SIAS, batas superior sulit
dinilai, dan massa tumor tidak teraba. Pada pemeriksaan fisis di regio costvertebra
kiri terdapat nyeri tekan dan nyeri ketok dan

ballotement ginjal kiri teraba,

konsistensi kistik, batas medial 2 cm dari linea mediana, batas inferior 5cm dari SIAS
dan batas superior sulit dinilai. Pada bagian regio suprapubik dan regio genitalia
eksterna yaitu pada vulva dan perineum tidak ditemukan kelainan. Dari anamnesis
dan pemeriksaan fisis, diagnosis kerja pada pasien ini adalah suspek batu ginjal
bilateral dan suspek hidronefrosis bilateral.

Gambar 2. Gambaran abdomen anterior

Gambar 3. Gambaran abdomen lateral

Pada evaluasi radiologi, dilakukan pemeriksaan foto polos abdomen dan didapatkan
gambaran radiopague bilateral setinggi Costae Lumbar 3 dengan ukuran 37mm x 24
mm pada ginjal kanan dan ginjal kiri dengan ukuran terbesar 18mm x 17mm
sepanjang traktus urinarius (Gambar 4). Pemeriksaan ultrasonografi abdomen pada
ginjal kiri. menunjukkan adanya echo batu ukuran 13 mm dengan dilatasi
pelvicocalyses sistem, tidak tampak space-occupying lesion (SOL), ukuran dan echo
korteks menipis. Pada ginjal kanan didapatkan ukuran membesar, echo cortex
menipis, dilatasi pelvicocalyces sistem , tampak batu dengan ukuran 22 mm tanpa
SOL . Pada buli-buli, tidak ada kelainan ditemukan (Gambar 5). CT scan urografi
menunjukkan pada ginjal kiri terdapat dilatasi pelvicocalyses sistem dengan korteks
masih baik, tampak multiple densitas batu pada pole bawah pelvis renalis ukuran
terbesar 21 mm x 20 mm. Pada ginjal. kanan tampak densitas batu pada calyces
bawah ukuran 27mm x 35mm pada ginjal dengan dilatasi Pelvicocalyses sistem.Pada
pemeriksaan foto IVP (Gambar 7) pada ginjal kanan tampak fungsi ginjal kanan
sedikit terlambat manakala pada ginjal kiri fungsi eksternal masih baik serta Batu
Pyelum ginjal kanan, multiple batu pyelum ginjal kiri, serta multiple batu pole bawah
ginjal kiri.
Pada evaluasi laboratorium, didapatkan kesan hemoglobin normal (Hb: 10,
8 gr/dl), leukositosis (white blood cell: 12000/l) dan ureum 25 mg/dl dan kreatinin
0,97 mg/dl. Pada pemeriksaan urinalisa, didapatkan pH urin 5 dan adanya hematuri
mikroskopik.

Gambar 4. Foto polos abdomen

Gambar 5. USG abdomen

Gambar 6. CT scan urografi

Gambar 7. Foto IVP

Diagnosis pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan


pemeriksaan diagnostik. Hasil foto telah menunjukkan lokasi yang spesifik dari batu,
maka diagnosa akhir pasien adalah batu pyelum ginjal kiri dengan hidronefrosis kiri

dan batu pole bawah kanan. Kemudian diputuskan melakukan tindakan extended
pielolitotomi kanan untuk evakuasi batu Pyelum ginjal dextra.
Diagnosa akhir
-

Batu Pyelum ginjal kanan

multiple batu pyelum ginjal kiri

multiple batu pole bawah ginjal kiri

Hidronefrosis Bilateral

DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA


I.

Anatomi

Ren terletak di dalam rongga retroperitoneal abdomen di samping vertebra lumbal


atas. Membentang dari setinggi vertebra Thoracal 11-12 sampai lumbal 3. Ren dextra
lebih rendah letaknya dari ren sinistra, karena tertekan oleh hepar. Ren mempunyai
dua buah kutub yaitu superior yang mempunyai glandula suprarenalis, dan inferior.
Ren juga mempunyai dua permukaan: di anterior yang berlekuk dan di posterior yang
rata. Selain itu ren mempunya dua tepi: tepi lateral yang berbentuk cembung, dan tepi
medial yang berbentuk cekung dan mempunyai suatu hilus renalis, tempat masuk
keluarnya pembuluh darah arteri dan vena, limfe, dan saraf. Ren di lindungi oleh
costa sebelas dan dua belas (bagian belakang) dan jaringan penyokong ginjal. Bila di
lihat dari dalam ke luar, ada capsula renalis yang melekat pada ren, capsula adipose
yaitu lemak perirenal, fascia renalis, dan juga lemak pararenal yang berfungsi sebagai
bantalan karena lemak agar ren tetap pada tempatnya. Potongan frontal ren
mempunyai dua lapisan yaitu bagian terang di luar yang di sebut cortex renalis, serta
bagian dalam yang di sebut medulla renalis dan terdiri atas piramid-piramid renalis.
Di ujung piramid renalis terdapat papilla renalis. Bagian cortex yang masuk ke
piramid tersebut di namakan columna renalis. Satu lobus ginjal terdiri dari satu
piramis renalis dan satu columna renalis. Dalam satu ren, biasanya terdapat 5 sampai
11 lobus. Papilla renalis bermuara di calyx minor lalu membentuk suatu calyx major.
Dari situ, ada suatu bagian superior ureter yang melebar yang di sebut pelvis renalis.
Jaringan ikat yang meliputi ren dikenal sebagai fascia renalis, terpisah dari capsula
fibrosa renalis oleh lemak perirenal (corpus adiposum perirenale) yang di hilum
renale bersinambung dengan lemak dalam sinus renalis. Disebelah luar fascia renalis
terdapat lemak pararenal (corpus adiposum pararenale) yang paling jelas disebelah
dorsal ren.2

Persarafan pada ren di atur oleh susunan saraf simpatis yaitu plexus renalis. Ukuran
ren sekitar 10-12 cm panjang, lebarnya 4-6 cm, dan tebalnya sekitar 3,5-5 cm.
II.

Etiologi

Penyebab dari batu terdiri daripada beberapa hal yang sangat kompleks dan
dijelaskan seperti berikut : 6

Diet
Defisiensi vitamin A menyebabkan terjadinya deskuamasi lapisan epitel sehingga
terbentuknya nidus yang terdeposisi menjadi batu. Mekanisme ini biasanya aktif

terjadi pada pembentukan batu bulu-bulu (vesikolithiasis).6


Gangguan pemendapan urin dan koloid
Dehidrasi mengakibatkan larutan urin terkonsentrasi sehingga terbentuk
persipitat. Kurangnya koloid urin yang berfungsi menyerap bahan larut, atau
mukoprotein,

yang

memecahkan

kalsium,

akan

terkristalisasi

sehingga

membentuk batu.6

Kekurangan sitrat pada urin


10

Adanya sitrat pada urin, sekitar 300 900 mg per 24 jam (1, 6 4, 7 mmol per 24
jam) yang terdiri dari asam sitrus menyebabkan kalsium fosfat tidak larut dan

mempertahankan sitrat dalam larutan.5, 6


Infeksi pada ginjal
Infeksi rentan menyebabkan pembentukan batu saluran kemih. Baik secara klinis
maupun eksperimental sudah membuktikan bahwa batu sangat sering terjadi
apaila air kemih terinfeksi dengan adanya

streptococci pemecah-urea,

staphylococci dan terutamanya Proteus spp.5, 6


Stasis Urin dan Inadequasi Drainase Urin
Secara teoritis batu dapat terbentuk di saluran kemih terutama pada tempat-tempat
yang sering mengalami hambatan aliran urin (stasis urin), yaitu pada sistem
kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada sistem pelvikalises
(stenosis uretero-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada
hiperplasia prostat benigna, striktura, dan buli-buli neurogenik merupakan

keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu. 5, 6


Immobilisasi yang Lama
Immobilisasi sangat rentan untuk menyebabkan dekalsifikasi tulang dan
meningkatkan ekskresi kalsium pada urin sehingga memicu pembentukan batu

kalsium fosfat.5, 6
Hiperparatiroidisme
Hiperparatiroidisme yang

mengakibatkan

terjadinya

hiperkalsemia

dan

hiperkalsuria ditemukan pada 5 persen atau kurang penderita BSK dengan


gambaran batu radiopak pada pemeriksaan foto polos abdomen. Pada kasus-kasus
batu rekuren atau batu multipel, penyebab ini harus disingkirkan dengan
pemeriksaan yang tertentu.5, 6
Pada kasus ini, kemungkinan terbesar yang menyebabkan batu adalah diet
karena berat badan pasien melebihi indeks massa tubuh normal. Obesitas
merupakan salah satu faktor resiko terbentuknya batu ginjal tetapi keadaan ini
selanjutnya membatasi tindakan diagnostik dan opsi penanganan. Untuk
mengetahui penyebab batu dengan lebih spesifik, dibutuhkan anamnesis yang
lebih lengkap termasuk kadar mineral dalam air di lingkungan tempat tinggal

11

pasien,

riwayat

infeksi

saluran

kemih

berulang,

riwayat

penyakit

hiperparatirodisme, jumlah intake air dalam sehari dan diet makanan sehari-hari.
III.

Patomekanisme

Pembentukan pyelolith pada pasien ini menurut teori dibagi dalam beberapa
tahap yaitu seperti berikut :
1. Nukleasi
Proses ini merupakan proses awal yang terjadi oleh karena suatu keadaan
supersaturasi, dimana keadaan ini merupakan hasil perbandingan antara actual ionactivity product (APsalt)dan solubility product (SPsalt). Jika nilai supersaturasi >1
maka faktor risiko pembentukan batu ginjal semakin tinggi. Pada nukleasi sekunder,
kristal-kistal baru akan terdeposisi pada permukaan kristal yang sejenis sehingga
menghasilkan produksi kristal yang berlebih. Pada proses dimana kristal satu
terdeposisi dengan kristal lain disebut proses epitaksi. 6, 8, 9
2. Pertumbuhan Kristal
Proses pertumbuhan kristal ditentukan oleh ukuran dan bentuk suatu molekul,
tingkatan supersaturasi, pH urin, dan defek yang mungkin terbentuk pada permukaan
kristal. Dalam proses ini, beberapa atom atau molekul lainnya, pada keadaan
supersaturasi, mulai membentuk klaster. Klaster yang berukuran kecil lebih
signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan kristal. 6, 8, 9
3. Agregasi Kristal
Agregasi dari partikel-partikel kristal akan membentuk kristal yang berukuran
lebih besar. Jarak yang kecil antar partikel akan mempengaruhi agregasi dan waktu
yang dibutuhkan untuk beragregasi hanya beberapa detik. Glikoprotein TammHorsfall dan molekul lainnya berperan sebagai lem dan meningkatkan derajat
viskositas pengikatan. 6, 8, 9
Retensi Kristal
Retensi kristal terjadi karena perlekatan kristal pada sel epitel tubulus ginjal.
Ekspresi asam hialuronat, uropontin, dan CD44 oleh sel tubulus yang mengalami
regenerasi atau cedera merupakan syarat terjadinya retensi kristal pada ginjal. 6, 8, 9
Berdasarkan faktor fisiko-kimiawi dikenal teori pembentukan batu saluran
kemih, yaitu:
12

1. Teori Supersaturasi
Supersaturasi urin dengan garam-garam pembentuk batu merupakan dasar
terpenting dan merupakan syarat terjadinya pengendapan. Apabila kelarutan suatu
produk tinggi dibandingkan titik endapannya maka terjadi supersaturasi sehingga
menimbulkan terbentuknya kristal dan pada akhirnya mengeras membentuk batu.
Supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi apabila ada penambahan suatu bahan
yang dapat mengkristal di dalam air dengan pH dan suhu tertentu. Tingkat saturasi
urin tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan pembentuk BSK yang larut,
tetapi juga oleh kekuatan ion yang menyatu bahan-bahan tersebut, pembentukan
kompleks dan pH urin.4, 5
2. Teori Infeksi
Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi dari bakteri
tertentu. Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK adalah teori terbentuknya batu
struvit yang dipengaruhi oleh pH urin > 7 dan terjadinya reaksi sintesis
ammonium dengan molekul magnesium dan fosfat sehingga terbentuk
magnesium ammonium fosfat (batu struvit) misalnya pada bakteri pemecah urea
yang menghasilkan urease. Bakteri yang menghasilkan urease yaitu Proteus spp,
Klebsiella, Serratia, Enterobacter, Pseudomonas, dan Staphylococcus.4, 5
3. Teori Inhibitor
Dikenal dua jenis inhibitor yaitu organik dan anorganik. Pada inhibitor organik
terdapat bahan yang sering terdapat dalam proses penghambat terjadinya batu
yaitu asam sitrat, nefrokalsin, dan tamma-horsefall glikoprotein sedangkan yang
jarang terdapat adalah gliko-samin glikans dan uropontin. Defisiensi zat-zat yang
berfungsi sebagai inhibitor batu merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya
batu saluran kemih. 4, 5
Ion magnesium (Mg2+) dikenal dapat menghambat pembentukan batu karena
jika berikatan dengan oksalat, membentuk garam magnesium oksalat sehingga
jumlah oksalat yang akan berikatan dengan kalsium (Ca2+) untuk membentuk
kalsium oksalat menurun. Pada inhibitor anorganik terdapat bahan pirofosfat dan
zinc tetapi inhibitor yang paling kuat adalah sitrat. Demikian pula sitrat jika

13

berikatan dengan ion kalsium (Ca2+) membentuk garam kalsium sitrat; sehingga
jumlah kalsium yang akan berikatan dengan oksalat ataupun fosfat berkurang. Hal
ini menyebabkan kristal kalsium oksalat atau kalsium fosfat jumlahnya
berkurang.4,5
Klasifikasi Batu Saluran Kemih
1) Batu kalsium
Kalsium adalah batu yang paling banyak menyebabkan BSK (70%-80%).
Dijumpai dalam bentuk batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat atau campuran.
Terbentuknya batu terkait kadar kalsium yang tinggi di dalam urine atau darah dan
akibat dari dehidrasi, overdosis vit D, gangguan kelenjar paratiroid, kanker, penyakit
ginjal. Batu kalsium terdiri dari dua tipe : 5

Whewellite (monohidrat): batu padat, konsentrasi as. oksalat tinggi pada air
kemih.

Kombinasi kalsium - magnesium menjadi weddllite (dehidrat): kuning, mudah


hancur5

Faktor terjadinya batu oksalat adalah sebagi berikut: 5

Hiperkalsiuri : kenaikan kadar kalsium urin > 250-300mg/24jam, disebabkan


oleh peningkatan absorbs kalsium melalui usus, gangguan reabsorbsi kalsium
oleh ginjal, dan peningkatan reabsorbsi tulang karena hiperparatiroid atau

tumor paratiroid.
Hiperoksaluri : peningkatan ekskresi oksalat > 45 gram/ hari, banyak diderita
oleh penderita yang mengalami kelainan usus karena post operasi, diet kaya
oksalat, (teh, kopi instant, minuman soft drinks, kokoa, jeruk, sitrun, dan

sayuran hijau terutama bayam.)


Hiperurikosuri : kadar asam urat urin > 850mg/ 24 jam. Asam urat urin yang
berlebihan bertindak sebagai inti batu terhadap pembentukan batu kalsium
oksalat. Sumber asam urat urin berasal dari makanan kaya purin maupun
berasal dari metabolisme endogen.

14

Hipositraturia : sitrat berikatan dengan kalsium di dalam urin sehingga


calsium tidak lagi terikat dengan oksalat maupun fosfat, karenanya merupakan
penghambat terjadinya batu tersebut. Kalsium sitrat mudah larut sehingga

hancur dan dikeluarkan melalui urin.


Hipomagnesia, magnesium juga merupakan penghambat seperti halnya sitrat.
Penyebab tersering hipomagnesuria ialah penyakit inflamasi usus diikuti
gangguan malabsorbsi. 5

2) Batu asam urat


Terjadi pada 5-10% penderita dengan komposisi asam urat. biasanya berusia >
60 tahun. Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam urat. Gout arthritis,
mieloproliferative, penggunaan kemoterapi, obat urikosurik sulfinpirazone, thiazide,
salisilat.pasien obesitas, alkoholik, diet tinggi protein, hiperurikosurik dan dehidrasi
berpeluang besar menderita BSK ini, karena meningkatkan ekskresi asam urat
sehingga pH air kemih menjadi rendah. Ukuran batu bervariasi dari kecil, besar
hingga membentuk staghorn (tanduk rusa). Batu asam urat ini adalah batu yang dapat
dipecah dengan obat. 90% berhasil dengan kemolisis. 5
3) Batu struvit (magnesium-amonium fosfat)
Batu struvit disebut juga batu infeksi, terbentuknya batu ini disebabkan
adanya ISK. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan kuman pemecah urea atau
urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi
bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman yang termasuk
pemecah urea di antaranya adalah : Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Pseudomonas, dan Staphiloccocus. Ditemukan sekitar 15-20% pada penderita BSK
ditandai dengan kadar amoniak urin tinggi, sering terjadi pada wanita daripada lakilaki. Pada batu struvit volume air kemih yang banyak sangat penting untuk membilas
bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat. 5

15

4) Batu Sistin
Batu Sistin terjadi saat kehamilan, disebabkan gangguan ginjal, kelainan
metabolism sistin yaitu kelainan absorpsi sistin di mukosa usus.. Merupakan batu
yang jarang dijumpai dengan insiden 1-2%. Reabsorbsi asam amino, sistin, arginin,
lysin dan ornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi. Disebabkan faktor
keturunan dan pH urine asam.4 Pembentukan batu dapat terjadi karena urine sangat
jenuh, individu yang memiliki riwayat batu sebelumnya, individu yang statis karena
imobilitas. Batu lainnya : batu xantin (defisiensi enzim xantin oksidase), triamteren,
silikat

Supersaturasi urin hiperoksaluria dan hiperkalsuria

Stress oksidatif
Sel apoptosis dan nekrosis
Cell injury dan ruptur
membrane sel
Nukleasi homogen dan heterogen

Pembentukan batu
Adhesi/retensi kristal
Interaksi kristal-sel

Pertumbuhan kristal

Agregrasi kristal
Figur

Bagan

pembentukan batu 9
IV.

Diagnosis

Diagnosis batu saluran kemih dapat kita tegakkan dengan cara anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis pasien, ditemukan

16

adanya nyeri pinggang sebelah kanan yang dirasakan hilang timbul, tidak dipengaruhi
oleh aktivitas dan dirasakan berkurang setelah minum obat anti-nyeri. Nyeri juga
dirasakan menjalar pada perut bagian depan di daerah sekitar pusar Keluhan nyeri
didapatkan pada lebih 75 persen penderita batu saluran kemih.
Keluhan nyeri yang disampaikan oleh pasien tergantung pada posisi atau letak
batu, besar batu, dan penyulit yang telah terjadi. Pada organ urogenitalia ada dua tipe
nyeri yaitu :
1. Nyeri lokal = local pain adalah nyeri yang dirasakan pada organ atau daerah
sekitar organ itu sendiri misalnya :
- Nyeri ginjal, terasa pada regio costovertebralis, mulai pada VT10- VT12, VL-1,
sudut costoverterablis, ke pinggang dan ke bawah kosta XII.1
2. Nyeri yang menjalar = Referred pain adalah rasa nyeri yang menjalar dan terasa
pada daerah atau organ yang jauh dari organ yang sebenarnya sakit. Misalnya
nyeri ureter akibat batu pada ureter proksimal akan terasa sakit yang hebat pada
testis dipihak yang sama disamping nyeri pada pinggang itu sendiri. Hal ini
terjadi karena testis dan ureter proksimal dari ginjal mempunyai pusat persarafan
pada segmen yang sama di medulla spinalis, hingga sakit pada ureter proksimal
dan ginjal akan terasa pula seperti dari testis. 1
Hubungan Lokasi Batu dan Gejala Urologi10
Lokasi Batu
Ginjal
Proksimal ureter

Gejala Umum
Nyeri pinggang, hematuria 8
Kolik renalis, nyeri pinggang, nyeri

Bagian 1/3 ureter medial

abdomen atas 8
Kolik renalis, nyeri abdomen anterior,

Distal ureter

nyeri pinggang 8
Kolik renal, disuria, frekuensi urin,
nyeri abdomen anterior, nyeri pinggang
yang menjalar ke organ genitalia,
ketidakstabilan kadung kemih 8

17

Sifat nyeri pada urologi dibagi dua :


1. Nyeri non kolik : Nyeri ini terjadi akibat peregangan kapsul ginjal disebabkan
oleh hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. 1, 4
2. Nyeri kolik : Nyeri kolik adalah suatu sensasi nyeri yang hebat yang bersifat
serangan, datang-datang dan berulang-ulang, kemudian hilang dengan atau tanpa
obat. Kolik ini terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises maupun
ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu pada saluran kemih.
Peningkatan peristaltik ini menyebabkan tekanan intraluminal meningkat
sehingga terjadi peregangan kapsul ginjal dari terminal saraf yang memberikan
nyeri intermiten. Hebat ringannnya suatu nyeri kolik tidak tergantung pada ukuran
batu. 1, 4
Keluhan mual dan muntah timbul karena rangsangan refleks renointestinal
dimana pusat persarafan otonom motorik dan sensorik dari kedua traktus berada pada
segmen medulla spinalis yang sama. Afferent stimuli dari kapsula ginjal atau otot
polos pelvis renalis oleh aksi refleks melalui efferent menuju ke lambung dan pylorus
sehingga terjadi pylorospasme terjadi gejala mual dan muntah atau perubahan
tonus usus kembung dan ileus paralitik.
Hal-hallainnya yang perlu ditanyakan saat anamnesis termasuk riwayat kencing
keluar batu, riwayat nyeri saat berkemih, riwayat kencing berdarah, riwayat infeksi
salurah kemih berulang, riwayat penyakit masa lalu atau riwayat keluarga dengan
batu, durasi dan perburukan gejala, dan tanda-tanda atau gejala sepsis.
Pada pemeriksaan fisik palpasi ditemukan nyeri ketok costovertebralis.Nyeri
ginjal adalah nyeri yang menetap di regio costovertebralis akibat keregangan yang
mendadak dari capsule propria ginjal misalnya pada pyelonephritis akuta atau
obstruksi ureter proksimal akuta. Nyeri ginjal juga dapat bersifat menjalar sampai
sepanjang subcostal ke umbilicus dan sampai kuadran lateral bawah dinding perut.
Pada pembesaran ginjal dan keregangan kapsul yang berlangsung kronis, misalnya
kanker, batu staghorn, hidronefrosis, kista ginjal, TBC ginjal, biasanya bersifat
tumpul (dull pain). 1, 4

18

Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglobin, leukosit,


laju endapdarah, hitung jenis leukosit, dan hitung trombosit. Pada penderita dengan
obstruksi saluran kemih lama dapat terjadi gangguan pada ginjal.Anemia sering
terjadi pada pasien-pasien dengan penyakit ginjal kronis. 80-90% pasien penyakit
ginjal kronik mengalami anemia. Penyebab utama anemia pada pasien dengan
penyakit ginjal kronik adalah kurangnya produksi eritropoietin (EPO) karena
penyakit ginjalnya. Faktor tambahan termasuk kekurangan zat besi, peradangan akut
dan kronik dengan gangguan penggunaan zat besi (anemia penyakit kronik),
hiperparatiroid berat dengan konsekuensi fibrosis sumsum tulang, pendeknya masa
hidup eritrosit akibat kondisi uremia. Namun pada pemeriksaan darah rutin, kadar
hemoglobin ditemukan normal menunjukkan obstruksi batu pada pasien ini bersifat
akut. 4, 6
Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah pemeriksaan kadar
kreatinin, kadar ureum atau BUN (blood urea nitrogen), dan creatinine clearance.
Kenaikan nilai ureum tidak spesifik, karena selain disebabkan oleh kelainan fungsi
ginjal dapat juga disebabkan oleh dehidrasi, asupan protein yang tinggi, dan proses
katabolisme yang meningkat seperti pada infeksi atau demam; sedangkan kadar
kreatinin, relatif tidak banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Pemeriksaan
dilakukan untuk mencari kemungkinan terjadinya penurunan faal ginjal dan untuk
mempersiapkan pasien menjalani pemeriksaan foto IVP ataupun operasi besar. Hasil
ureum kreatinin didapatkan meningkat akibat dari obstruksi batu pada sistem
pelvicokalises. 4, 6
Pemeriksaan

urinalisa

menunjukkan

adanya

mikrohematuria

tipikal,

leukosituria, proteinuria dan glucosuria. Leukosituria terjadi disebabkan oleh adanya


sedimen batu yang terbentuk dari komponen-komponen bakteri sekitar daerah
urogenitalia sedangkan mikrohematuri terjadi karena lokasi batu pada saluran ginjal
yang sempit.Proteinuria biasanya didapatkan pada kasus gagal ginjal baik akut
maupun kronik dan penyebabnya dapat berbagai mulai dari obstruksi batu sehingga

19

hipertensi kronik lama. Sedangkan glucosuria pada pasien ini berhubungan dengan
penyakit diabetes yang diketahui saat masuk rumah sakit.4, 5
Secara umumnya, pemeriksaan pH pada urinalisa merupakan suatu penilaian
tidak langsung terhadap keadaan asam basa pada serum.pH urin dapat bervariasi
antara 4, 5 sampai 8,0 namun pH rata-rata bervariasi antara 5,5 dan 6,5. Sebuah pH
urin antara 4,5 dan 5,5 dianggap asam, sedangkan pH antara 6,5 dan 8 dianggap
basa.Pada pemeriksaan pH urin ditemukan pH 5 dan dapat dicurigai kemungkinan
suatu batu asam urat atau sistin. Pasien dengan batu asam urat biasanya terbentuk dari
urin dengan pH asam dan batu yang terbentuk akibat infeksi biasanya bersifat alkali.
Pemeriksaan kultur urin mungkin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman
pemecah urea. Kuman-kuman pemecah urea di antaranya adalah: Proteus spp,
Klebsiella, Serratia, Enterobacter, Pseudomonas dan Staphylococcus.4,5
Untuk diagnosis pasti dari batu saluran kemih, dibutuhkan pemeriksaan
radiologik imaging untuk mengetahui ukuran dan lokasi pasti dari batu ginjal.
Diagnosis kolik renalis tidak dapat ditegakkan hanya dengan gejala klinis. Pada
pasien ini, telah dilakukan pemeriksaan foto polos abdomen, USG dan CT-scan tanpa
kontras.Umumnya, terdapat beberapa pemeriksaan yang dianjurkan yaitu : 5, 8
a) Foto polos abdomen
Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radioopak di traktus urinarius.
Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radioopak dan paling
sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat non-opak
(radiolusen). Pada pemeriksaan foto polos abdomen, tidak ditemukan gambaran batu
radioopak pada lintasan traktus urinarius sehingga memungkinkan kecurigaan bahwa
batu yang terbentuk merupakan suatu batu yang bersifat radiolusen.4, 8

Urutan radiopasitas beberapa batu saluran kemih seperti tabel berikut :5, 8
Jenis Batu
Kalsium

Radiopasitas
Opak
20

MAP
Urat/sistin

Semiopak
Non opak

b) Pielografi Intravena (IVP)


Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ekskresi dan
sekresi dari ginjal. Selain itu intravenous pielografi dapat mendeteksi adanya batu
semi-opak ataupun batu non-opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen.
Jika belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya
penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi
antegrade. Untuk pasien ini pemeriksaan intravenous pielografi tidak dimintakan
karena adanya peningkatan fungsi ginjal ureum dan kreatinin. Pada pasien gagal
ginjal, ditakutkan bahan kontras tidak dapat diekskresi oleh ginjal dan menyebabkan
kerusakan ginjal yang lebih parah karena kontras bersifat nefrotoksik.4, 5
c) Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi dimintakan

apabila

pasien

tidak

mungkin

menjalani

intravenous pielografi, yaitu pada keadaan keadaan dimana : adanya allergi


terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada wanitayang sedang
hamil. Pemeriksaan ultrasonografi dapat menilai adanya batu di ginjal atau di bulibuli (yang terlihat sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau
pengkerutan ginjal. 5
d) Computed-tomography
CT-scan merupakan modalitas diagnostik pilihan pada pasien dengan keluhan
nyeri kolik akut. Rongga peritoneum dan struktur retroperitoneal dapat terlihat secara
keseluruhan dan membantu pada saat diagnosis dari modalitas lain tidak dapat
menunjang klinis. Kelebihannya dibanding ultrasonografi adalah ketidaktergantungan
pemeriksaan pada pengalaman pemeriksa untuk menilai kelainan dan posisi anatomis
organ urologi. Namun harganya masih sangat mahal sehingga tidak semua rumah
sakit tersedia pemeriksaan ini. CT-scan menilai jenis, lokasi dan ukuran batu, sistem
pelvikokaliseal, dan anatomi ginjal walaupun tidak terlalu rinci dibanding
pemeriksaan pielografi. 4
21

V.

Penatalaksanaan
Penanganan pada batu ginjal tergantung pada jenis, lokasi dan ukuran batu.

Pada pasien ini telah dilakukan operasi extended pyelolithotomy karena ukuran batu
yang dilihat pada pemeriksaan CT-scan abdomen >2 cm sehingga tidak
memungkinkan suatu lithotripsy untuk dilakukan.Batu yang sudah menimbulkan
masalah pada saluran kemih secepatnya harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan
penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan/terapi pada batu saluran
kemih adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil
karena sesuatu indikasi sosial. Obstruksi karena batu saluran kemih yang telah
menimbulkan hidroureter atau hidronefrosis dan batu yang sudah menyebabkan
infeksi saluran kemih, harus segera dikeluarkan. Kadang kala batu saluran kemih
tidak menimbulkan penyulit seperti di atas tetapi diderita oleh seorang yang karena
pekerjaannya mempunyai resiko tinggi dapat menimbulkan sumbatan saluran kemih
pada saat yang bersangkutan sedang menjalakankan profesinya, dalam hal ini batu
harus dikeluarkan dari saluran kemih. Batu dapat dikeluarkan dengan cara
medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endourologi, bedah
laporoskopi, atau pembedahan terbuka.4, 5
1. Medikamentosa
Evakuasi batu secara spontan tergantung pada ukuran batu, bentuk batu,
lokasi batu, dan adanya tidak edema ureteral (tergantung lama waktu gejala klinis
tidak pernah ditindaki). Sebanyak 40 50% kalkuli ukuran 4 5 mm keluar spontan
tanpa perlu penanganan khusus. Inhibitor alfa, anti-inflamatorik non steroid (NSAID)
dengan atau tanpa steroid dosis rendah merupakan pengobatan standar untuk
membantu mengevakuasi batu secara spontan. Selain itu, terapi medikamentosa juga
bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan pemberian
diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar dari saluran
kemih. 3, 5

22

2. ESWL (Extrocorporeal Shockwave Lithotripsy)


Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh
Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal,
atau buli-buli tanpa melalui tindakan invasif atau tanpa ada pembiusan. Batu dipecah
menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.
Tidak jarang pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri
kolik dan menyebabkan hematuria.4, 5
3. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan
batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya
dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih.
Alat itu dimasukkan melalui urethra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan).
Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi
hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser. Beberapa tindakan
endourologi itu adalah:
PNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy): mengeluarkan batu yang berada di
dalam saluran ginjaldengan cara memasukkan alat endoskopi ke dalam sistem
kalises melalui insisi pada kulit. Batukemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih
dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil. 3, 5
Litotripsi: memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat
memecah batu(litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan
evakuator Ellik. 3, 5
Ureteroskopi atau uretero-renoskopi: memasukkan alat ureteroskopi peruretram
guna melihatkeadaan ureter atau sistem pielo-kaliks ginjal. Dengan memakai
energi tertentu, batu yangberada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises
dapat dipecah melalui tuntunan uteroskopiini. 3, 5
Ekstraksi Dormia : yaitu mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui
alat keranjang Dormia. 3, 5

23

4. Bedah Laparaskopi
Pembedahan laparaskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang
berkembang. Cara ini banyak dipakai pada operasi pengambilan batu ureter. 4, 5
5. Bedah terbuka (open surgery)
Pembedahan terbuka antara lain adalah open pielolitotomi atau nefrolitotomi
untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di ureter.
Tidak jarang juga pasien harus menjalani nefrektomi atau pengambilan ginjal akrena
ginjalnya sudah tidak berfungsi atau berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah
sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang
menimbulkan obstruksi dan infeksi menahun.

4,5

Contoh operasi terbuka seperti

Pielolithotomi merupakan prosedur bedah terbuka dalam kasus yang melibatkan batu
di dalam renal pelvis. Ini adalah prosedur umum sampai perkembangan pengobatan
extracorporeal shockwave, PNL, dan Ureteroscopic Laser lithotripsi. Namun,
pielolithotomi terus dilakukan ketika modalitas lainnya gagal atau ketika fasilitas
yang tepat tidak tersedia. Meskipun sekarang dianggap terlalu invasif untuk
penggunaan rutin, pyelolithotomi terus memiliki peran dalam kasus-kasus tertentu.
Kriteria meliputi ukuran batu, kebutuhan untuk operasi terbuka secara bersamaan,
dan tidak dapat diaksesnya ke ESWL atau PCN. Pedoman saat menganjurkan
pielolithotomi beban batu besar dari 2500 mm2.
Jenis operasi

Indikasi

Kekurangan

Komplikasi

Extracorporeal
shock
wave
lithotripsy

Kelebiha
n
Batu ginjal Minimal
< 2 cm
invasif
Batu ureter Prosedur
< 1 cm
rawat
jalan

Memerlukan
fragmen kristal
untuk
keluar
spontan
Kurang efektif
pada
pasien
obesitas dan batu
yang keras

Obstruksi
ureter
akibat
fragmen batu
post-operasi
Hematom
perinefrik

Ureteroskopi

Batu ureter

Invasif
Cedera ureter
Biasanya diikuti atau
striktur

Definitif
Prosedur

24

Ureterorenoskopi

Nefrolitotomi
perkutaneus

Open
Pielolithotomi

rawat
jalan
Batu ginjal Definitif
< 2 cm
Prosedur
rawat
jalan
Batu ginjal Definitif
> 2 cm
Batu
proksimal
ureter > 1
cm
Batu ginjal Definitif
> 2.5 cm

dengan
pemasangan stent
Fragmen kristal
susah dievakuasi
Biasanya diikuti
dengan
pemasangan stent
Invasif

Invasif

ureter
Cedera ureter
atau
striktur
ureter

Perdarahan
Cedera
pada
sistem koleksi
Cedera
pada
struktur
berdekatan
Perdarahan
Cedera
pada
sistem koleksi

Setelah tindakan pielolitotomi, pasien dipasangkan double-J stent pada ginjal


kiri. Stent adalah benda kecil, elastis yang berbentuk seperti 2 buah huruf Jyang
dimasukan pada daerah obstruksi. Alat ini dipasang di ureter, salah satu ujungnya
berada di sistem pelvikokaliseal ginjal dan satu lagi di kandung kemih.Fungsi dari
stent adalah untuk mempertahankan patensi aliran urin, mempermudah aliran kencing
dari ginjal ke kandung kencing, juga memudahkan terbawanya serpihan batu saluran
kencing. 4
Indikasi pemasangan DJ stent : 4
1.

Menyambung ureter yang terputus.

2.

Jika saat tindakan ureteroskopi lapisan dalam ureter terluka.

3.

Setelah operasi ureteroskopi batu ureter distal, karena dikhawatirkan muara


ureter bengkak sehingga urine tidak dapat keluar.

4.

Stenosis atau penyempitan ureter. DJ stent berfungsi agar setelah dipasang


penyempitan tersebut menjadi longgar.

25

5.

Setelah ureteroskopi dengan batu ureter tertanam, sehingga saat selesai


ureteroskopi lapisan dalam ureter kurang baik.

6.

Operasi batu ginjal yang jumlahnya banyak dan terdapat kemungkinan batu
sisa. Jika tidak dipasang dapat terjadi bocor urine berkepanjangan.

7.

Batu ginjal yang besar dan direncanakan extrocorporeal shockwave


lithotripsy. Seandainya tidak dipasang maka serpihan batu dapat menimbulkan
rasa nyeri.

8.

Untuk mengamankan saluran kencing pada pasien kanker cervix.

9.

Untuk mengamankan ginjal saat kedua ginjal/ureter tersumbat dan baru dapat
diterapi pada 1 sisi saja. Maka sisi yang lain dipasang DJ stent.

10.

Pada pasien gagal ginjal karena sumbatan kencing.

Resiko pemasangan DJ stent : 4


1.

Berlubangnya saluran kencing.

2.

Urosepsis yaitu kuman saluran kencing beredar di aliran darah.

3.

Munculnya batu di DJ stent, oleh karena itu DJ stent diangkat/diganti setelah


suatu waktu tertentu. Disarankan DJ stent dicabut atau diganti setelah 2 bulan.

4.

DJ stent tak dapat ditarik. Seandainya hal ini terjadi maka diperlukan operasi
terbuka.
Komplikasi sering terjadi dari pemasangan DJ stent adalah rasa tidak nyaman,

infeksi sekunder, terbentuknya batu sekunder yang mengendap di sekitar stent dan
sumbatan dari pecahan batu-batu kecil setelah litotripsi.3, 5
Antibiotik dapat diberikan pada pasien yang dicurigai mengalami infeksi
saluran kemih dan jenisnya diberikan sesuai dengan hasil tes kepekaan. Jika hasil
kepekaan steril, maka dapat diberikan antibiotik profilaksis seperti ampicillin atau
cephalosporin.5
VI.

Pencegahan

26

Cara penanggulangan batu ginjal dan kemih bervariasi. Yang utama dicari
kasusnya, letak dan ukuran batunya. Kemudian baru ditentukan diatasi dengan cara
yang mana yang paling tepat atau kombinasi berbagai cara. Kalau letak batu sulit
dijangkau atau terlalu besar, jalan satu-satunya dengan pembedahan. Kalau ginjal
yang ditumbuhi batu mulai rusak, harus diangkat, agar ginjal yang masih sehat tidak
ikut rusak.7, 10
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya batu ginjal
yaitu:4, 10
1. Obat diuretik thiazid (misalnya trichlormetazid) akan mengurangi pembentukan
batu yang baru.4, 10
2. Dianjurkan untuk banyak minum air putih (8-10 gelas per hari).4, 8
3. Diet rendah kalsium seperti ikan salam, sarden, keju, sayur kol. Makin tinggi
kalsium, kian tinggi pula eskresinya yang menambah pembentukan kristalisasi
garam-garam kapur.4, 10
4. Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentuk batu kalsium) di
dalam air kemih, diberikan kalsium sitrat.4, 10
5. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya batu
kalsium, merupakan akibat mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat (misalnya
bayam, coklat, kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh karena itu asupan
makanan tersebut dikurangi.4, 10
6. Pengobatan penyakit yang

dapat

menimbulkan

batu

ginjal

seperti

hyperparatiroidisme, sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis tubulus renalis


atau kanker.
7. Dianjurkan mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, jeroan karena makanan
tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam air kemih.
8. Untuk mengurangi pembentukan asam urat biasa diberikan allopurinol.
9. Kurangi minuman bersoda dan es teh karena mengandung asam fosfat yang akan
meningkatkan pembentukan batu dalam ginjal.
10. Mulailah berolahraga dan kurangi berat badan.

27

DAFTAR PUSTAKA
1. Palinrungi AM. Lecture Note on Batu Ginjal: Division of Urology, Department of
Surgery, Faculty of Medicine, Hasanuddin University; 2010.
2. Tanagho EA, Lue TF. Chapter 1: Anatomy of Genitourinary Tract
dalamMcAninch, editor. Smiths General Urology. 17 th Edition. United States of
America: McGraw Hill; 2008. hal. 12 27.
3. Stoller ML. Chapter 17: Urinary Stones Disease dalamMcAninch, editor. Smiths
General Urology. 17th Edition. United States of America : Mc Graw Hill; 2008.
hal.260 279.
4. Pearl MS, Yotan Y.Chapter 45: Urinary Lithiasis: Etiology, Epidemiology and
Pathogenesis dalam Wein JA, Kavoussi LR, Partin AW, Novick AC, Peters CA,
editors. Campbel-Walsh Urology. United state of America: Elsevier; 2012. hal.
1256 1270.

28

5. Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. 2nd ed. Malang: Sagung Seto; 2003.
6. Williams NS, Bulstrode CJ, dan OConnell PR. Chapter 74: Urinary Symptoms
and Investigations dalam Baileys and Love: Short Practice of Surgery. 26 th
edition. London: CRC Press; 2012. hal. 1271 1280.
7. Williams NS, Bulstrode CJ, dan OConnell PR. Chapter 75: The Kidneys and
Ureters dalam Baileys and Love: Short Practice of Surgery. 26 th edition. London
CRC Press; 2012. hal. 1282 1308.
8. Portis AJ, Sundaram CP. Diagnosis and Initial Management of Kidney Stones.
Washington University School of Medicine, St. Louis,Missouri. American Family
Physician, April 2001, Volume 67 No.7 hal.1329 1338. Available from :
www.aafp.org/afp(akses : 13 Maret 2015)
9. Aggrawal KP, Narula S, Kakkar M, Tandon C. Nephrolithiasis: Molecular

Mechanism of Renal Stone Formation and the Critical Role Played by


Modulators. Uttrakhand, India. Hindawi Publishing Corporation, BioMed
Research International, Volume 2013 hal. 2 14. Available from :
http://dx.doi.org/10.1155/2013/292953 (akses : 13 Maret 2015)

29

Вам также может понравиться