Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
____________________________________________________________________
BATU PYELUM GINJAL KANAN, MULTIPLE BATU PYELUM KIRI DAN
MULTIPLE
BATU
POLE
GINJAL
KIRI
BAWAH
DISERTAI
HIDRONEFROSIS BILATERAL
Muhammad Danniel,Faisal Lukman,Achmad Palirungi
Divisi Bedah Urologi, Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Hassanuddin, Makassar
ABSTRAK
examination
suggests
bilateral
hydronephrosis
and
bilateral
Batu ginjal merupakan kristal agregrat yang terbentuk lebih dari satu
komponen, paling sering kalsium oksalat. Batu ginjal jenis lain termasuk batu asam
urat, batu cystinedan batu struvite. Batu kalsium biasanya disebabkan oleh
penyerapan kalsium yang berlebihan dalam usus. Kondisi ini menyebabkan jumlah
kalsium dalam darah tinggi sehingga sekresi kalsium lebih banyak dalam urin.
Sementara batu asam urat penyebabnya antara lain kurang ekskresi atau terlalu
banyak produksi asam urat, volume urine yang rendah dan keadaan pH urin yang
asam terus menerus. Batu cystine terbentuk oleh kondisi yang disebut cystinuria,
yaitu suatu kelainan kongenital yang jarang di mana asam amino cystine dikeluarkan
dalam ginjal dan menjadi kristal, membentuk batu. Batu struvite terdiri dari
magnesium, ammonium dan fosfat.3, 8
Laporan Kasus
Seorang pasien 47 tahun masuk ke rumah sakit dengan keluhan nyeri
pinggang kanan yang dialami sejak 2 tahun yang lalu dan memberat sejak 2 bulan
yang terakhir dirasakan hilang timbul ,menjalar ke pusat, mual dan muntah tidak ada,
timbulnya nyeri tidak dipengaruhi oleh aktivitas dan berkurang dengan konsumsi obat
anti-nyeri. Sejak 1 bulan terakhir nyeri dirasakan pada pinggang kiri, hilang
timbul ,menjalar ke pusat, timbulnya nyeri tidak dipengaruhi oleh aktivitas dan
berkurang dengan konsumsi obat anti-nyeri. Keluhan buang air kecil berpasir tidak
ada. Keluhan buang air kecil keluar batu tidak ada. Keluhan buang air kecil
bercampur darah tidak ada. Keluhan nyeri buang air kecil tidak ada. Keluhan demam
tidak ada. Keluhan penyakit hipertensi sejak 2 tahun yang lalu dan berobat teratur di
Puskesmas. Riwayat diabetes tidak ada.
Pemeriksaan status urologi didapatkan nyeri tekan dan nyeri ketok pada regio
costovertebra kanan, ballotement ginjal kanan teraba , konsistensi kistik, batas
medial 2 cm dari linea mediana , batas inferior 4cm dari SIAS, batas superior sulit
dinilai, dan massa tumor tidak teraba. Pada pemeriksaan fisis di regio costvertebra
kiri terdapat nyeri tekan dan nyeri ketok dan
konsistensi kistik, batas medial 2 cm dari linea mediana, batas inferior 5cm dari SIAS
dan batas superior sulit dinilai. Pada bagian regio suprapubik dan regio genitalia
eksterna yaitu pada vulva dan perineum tidak ditemukan kelainan. Dari anamnesis
dan pemeriksaan fisis, diagnosis kerja pada pasien ini adalah suspek batu ginjal
bilateral dan suspek hidronefrosis bilateral.
Pada evaluasi radiologi, dilakukan pemeriksaan foto polos abdomen dan didapatkan
gambaran radiopague bilateral setinggi Costae Lumbar 3 dengan ukuran 37mm x 24
mm pada ginjal kanan dan ginjal kiri dengan ukuran terbesar 18mm x 17mm
sepanjang traktus urinarius (Gambar 4). Pemeriksaan ultrasonografi abdomen pada
ginjal kiri. menunjukkan adanya echo batu ukuran 13 mm dengan dilatasi
pelvicocalyses sistem, tidak tampak space-occupying lesion (SOL), ukuran dan echo
korteks menipis. Pada ginjal kanan didapatkan ukuran membesar, echo cortex
menipis, dilatasi pelvicocalyces sistem , tampak batu dengan ukuran 22 mm tanpa
SOL . Pada buli-buli, tidak ada kelainan ditemukan (Gambar 5). CT scan urografi
menunjukkan pada ginjal kiri terdapat dilatasi pelvicocalyses sistem dengan korteks
masih baik, tampak multiple densitas batu pada pole bawah pelvis renalis ukuran
terbesar 21 mm x 20 mm. Pada ginjal. kanan tampak densitas batu pada calyces
bawah ukuran 27mm x 35mm pada ginjal dengan dilatasi Pelvicocalyses sistem.Pada
pemeriksaan foto IVP (Gambar 7) pada ginjal kanan tampak fungsi ginjal kanan
sedikit terlambat manakala pada ginjal kiri fungsi eksternal masih baik serta Batu
Pyelum ginjal kanan, multiple batu pyelum ginjal kiri, serta multiple batu pole bawah
ginjal kiri.
Pada evaluasi laboratorium, didapatkan kesan hemoglobin normal (Hb: 10,
8 gr/dl), leukositosis (white blood cell: 12000/l) dan ureum 25 mg/dl dan kreatinin
0,97 mg/dl. Pada pemeriksaan urinalisa, didapatkan pH urin 5 dan adanya hematuri
mikroskopik.
dan batu pole bawah kanan. Kemudian diputuskan melakukan tindakan extended
pielolitotomi kanan untuk evakuasi batu Pyelum ginjal dextra.
Diagnosa akhir
-
Hidronefrosis Bilateral
Anatomi
Persarafan pada ren di atur oleh susunan saraf simpatis yaitu plexus renalis. Ukuran
ren sekitar 10-12 cm panjang, lebarnya 4-6 cm, dan tebalnya sekitar 3,5-5 cm.
II.
Etiologi
Penyebab dari batu terdiri daripada beberapa hal yang sangat kompleks dan
dijelaskan seperti berikut : 6
Diet
Defisiensi vitamin A menyebabkan terjadinya deskuamasi lapisan epitel sehingga
terbentuknya nidus yang terdeposisi menjadi batu. Mekanisme ini biasanya aktif
yang
memecahkan
kalsium,
akan
terkristalisasi
sehingga
membentuk batu.6
Adanya sitrat pada urin, sekitar 300 900 mg per 24 jam (1, 6 4, 7 mmol per 24
jam) yang terdiri dari asam sitrus menyebabkan kalsium fosfat tidak larut dan
streptococci pemecah-urea,
kalsium fosfat.5, 6
Hiperparatiroidisme
Hiperparatiroidisme yang
mengakibatkan
terjadinya
hiperkalsemia
dan
11
pasien,
riwayat
infeksi
saluran
kemih
berulang,
riwayat
penyakit
hiperparatirodisme, jumlah intake air dalam sehari dan diet makanan sehari-hari.
III.
Patomekanisme
Pembentukan pyelolith pada pasien ini menurut teori dibagi dalam beberapa
tahap yaitu seperti berikut :
1. Nukleasi
Proses ini merupakan proses awal yang terjadi oleh karena suatu keadaan
supersaturasi, dimana keadaan ini merupakan hasil perbandingan antara actual ionactivity product (APsalt)dan solubility product (SPsalt). Jika nilai supersaturasi >1
maka faktor risiko pembentukan batu ginjal semakin tinggi. Pada nukleasi sekunder,
kristal-kistal baru akan terdeposisi pada permukaan kristal yang sejenis sehingga
menghasilkan produksi kristal yang berlebih. Pada proses dimana kristal satu
terdeposisi dengan kristal lain disebut proses epitaksi. 6, 8, 9
2. Pertumbuhan Kristal
Proses pertumbuhan kristal ditentukan oleh ukuran dan bentuk suatu molekul,
tingkatan supersaturasi, pH urin, dan defek yang mungkin terbentuk pada permukaan
kristal. Dalam proses ini, beberapa atom atau molekul lainnya, pada keadaan
supersaturasi, mulai membentuk klaster. Klaster yang berukuran kecil lebih
signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan kristal. 6, 8, 9
3. Agregasi Kristal
Agregasi dari partikel-partikel kristal akan membentuk kristal yang berukuran
lebih besar. Jarak yang kecil antar partikel akan mempengaruhi agregasi dan waktu
yang dibutuhkan untuk beragregasi hanya beberapa detik. Glikoprotein TammHorsfall dan molekul lainnya berperan sebagai lem dan meningkatkan derajat
viskositas pengikatan. 6, 8, 9
Retensi Kristal
Retensi kristal terjadi karena perlekatan kristal pada sel epitel tubulus ginjal.
Ekspresi asam hialuronat, uropontin, dan CD44 oleh sel tubulus yang mengalami
regenerasi atau cedera merupakan syarat terjadinya retensi kristal pada ginjal. 6, 8, 9
Berdasarkan faktor fisiko-kimiawi dikenal teori pembentukan batu saluran
kemih, yaitu:
12
1. Teori Supersaturasi
Supersaturasi urin dengan garam-garam pembentuk batu merupakan dasar
terpenting dan merupakan syarat terjadinya pengendapan. Apabila kelarutan suatu
produk tinggi dibandingkan titik endapannya maka terjadi supersaturasi sehingga
menimbulkan terbentuknya kristal dan pada akhirnya mengeras membentuk batu.
Supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi apabila ada penambahan suatu bahan
yang dapat mengkristal di dalam air dengan pH dan suhu tertentu. Tingkat saturasi
urin tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan pembentuk BSK yang larut,
tetapi juga oleh kekuatan ion yang menyatu bahan-bahan tersebut, pembentukan
kompleks dan pH urin.4, 5
2. Teori Infeksi
Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi dari bakteri
tertentu. Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK adalah teori terbentuknya batu
struvit yang dipengaruhi oleh pH urin > 7 dan terjadinya reaksi sintesis
ammonium dengan molekul magnesium dan fosfat sehingga terbentuk
magnesium ammonium fosfat (batu struvit) misalnya pada bakteri pemecah urea
yang menghasilkan urease. Bakteri yang menghasilkan urease yaitu Proteus spp,
Klebsiella, Serratia, Enterobacter, Pseudomonas, dan Staphylococcus.4, 5
3. Teori Inhibitor
Dikenal dua jenis inhibitor yaitu organik dan anorganik. Pada inhibitor organik
terdapat bahan yang sering terdapat dalam proses penghambat terjadinya batu
yaitu asam sitrat, nefrokalsin, dan tamma-horsefall glikoprotein sedangkan yang
jarang terdapat adalah gliko-samin glikans dan uropontin. Defisiensi zat-zat yang
berfungsi sebagai inhibitor batu merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya
batu saluran kemih. 4, 5
Ion magnesium (Mg2+) dikenal dapat menghambat pembentukan batu karena
jika berikatan dengan oksalat, membentuk garam magnesium oksalat sehingga
jumlah oksalat yang akan berikatan dengan kalsium (Ca2+) untuk membentuk
kalsium oksalat menurun. Pada inhibitor anorganik terdapat bahan pirofosfat dan
zinc tetapi inhibitor yang paling kuat adalah sitrat. Demikian pula sitrat jika
13
berikatan dengan ion kalsium (Ca2+) membentuk garam kalsium sitrat; sehingga
jumlah kalsium yang akan berikatan dengan oksalat ataupun fosfat berkurang. Hal
ini menyebabkan kristal kalsium oksalat atau kalsium fosfat jumlahnya
berkurang.4,5
Klasifikasi Batu Saluran Kemih
1) Batu kalsium
Kalsium adalah batu yang paling banyak menyebabkan BSK (70%-80%).
Dijumpai dalam bentuk batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat atau campuran.
Terbentuknya batu terkait kadar kalsium yang tinggi di dalam urine atau darah dan
akibat dari dehidrasi, overdosis vit D, gangguan kelenjar paratiroid, kanker, penyakit
ginjal. Batu kalsium terdiri dari dua tipe : 5
Whewellite (monohidrat): batu padat, konsentrasi as. oksalat tinggi pada air
kemih.
tumor paratiroid.
Hiperoksaluri : peningkatan ekskresi oksalat > 45 gram/ hari, banyak diderita
oleh penderita yang mengalami kelainan usus karena post operasi, diet kaya
oksalat, (teh, kopi instant, minuman soft drinks, kokoa, jeruk, sitrun, dan
14
15
4) Batu Sistin
Batu Sistin terjadi saat kehamilan, disebabkan gangguan ginjal, kelainan
metabolism sistin yaitu kelainan absorpsi sistin di mukosa usus.. Merupakan batu
yang jarang dijumpai dengan insiden 1-2%. Reabsorbsi asam amino, sistin, arginin,
lysin dan ornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi. Disebabkan faktor
keturunan dan pH urine asam.4 Pembentukan batu dapat terjadi karena urine sangat
jenuh, individu yang memiliki riwayat batu sebelumnya, individu yang statis karena
imobilitas. Batu lainnya : batu xantin (defisiensi enzim xantin oksidase), triamteren,
silikat
Stress oksidatif
Sel apoptosis dan nekrosis
Cell injury dan ruptur
membrane sel
Nukleasi homogen dan heterogen
Pembentukan batu
Adhesi/retensi kristal
Interaksi kristal-sel
Pertumbuhan kristal
Agregrasi kristal
Figur
Bagan
pembentukan batu 9
IV.
Diagnosis
Diagnosis batu saluran kemih dapat kita tegakkan dengan cara anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis pasien, ditemukan
16
adanya nyeri pinggang sebelah kanan yang dirasakan hilang timbul, tidak dipengaruhi
oleh aktivitas dan dirasakan berkurang setelah minum obat anti-nyeri. Nyeri juga
dirasakan menjalar pada perut bagian depan di daerah sekitar pusar Keluhan nyeri
didapatkan pada lebih 75 persen penderita batu saluran kemih.
Keluhan nyeri yang disampaikan oleh pasien tergantung pada posisi atau letak
batu, besar batu, dan penyulit yang telah terjadi. Pada organ urogenitalia ada dua tipe
nyeri yaitu :
1. Nyeri lokal = local pain adalah nyeri yang dirasakan pada organ atau daerah
sekitar organ itu sendiri misalnya :
- Nyeri ginjal, terasa pada regio costovertebralis, mulai pada VT10- VT12, VL-1,
sudut costoverterablis, ke pinggang dan ke bawah kosta XII.1
2. Nyeri yang menjalar = Referred pain adalah rasa nyeri yang menjalar dan terasa
pada daerah atau organ yang jauh dari organ yang sebenarnya sakit. Misalnya
nyeri ureter akibat batu pada ureter proksimal akan terasa sakit yang hebat pada
testis dipihak yang sama disamping nyeri pada pinggang itu sendiri. Hal ini
terjadi karena testis dan ureter proksimal dari ginjal mempunyai pusat persarafan
pada segmen yang sama di medulla spinalis, hingga sakit pada ureter proksimal
dan ginjal akan terasa pula seperti dari testis. 1
Hubungan Lokasi Batu dan Gejala Urologi10
Lokasi Batu
Ginjal
Proksimal ureter
Gejala Umum
Nyeri pinggang, hematuria 8
Kolik renalis, nyeri pinggang, nyeri
abdomen atas 8
Kolik renalis, nyeri abdomen anterior,
Distal ureter
nyeri pinggang 8
Kolik renal, disuria, frekuensi urin,
nyeri abdomen anterior, nyeri pinggang
yang menjalar ke organ genitalia,
ketidakstabilan kadung kemih 8
17
18
urinalisa
menunjukkan
adanya
mikrohematuria
tipikal,
19
hipertensi kronik lama. Sedangkan glucosuria pada pasien ini berhubungan dengan
penyakit diabetes yang diketahui saat masuk rumah sakit.4, 5
Secara umumnya, pemeriksaan pH pada urinalisa merupakan suatu penilaian
tidak langsung terhadap keadaan asam basa pada serum.pH urin dapat bervariasi
antara 4, 5 sampai 8,0 namun pH rata-rata bervariasi antara 5,5 dan 6,5. Sebuah pH
urin antara 4,5 dan 5,5 dianggap asam, sedangkan pH antara 6,5 dan 8 dianggap
basa.Pada pemeriksaan pH urin ditemukan pH 5 dan dapat dicurigai kemungkinan
suatu batu asam urat atau sistin. Pasien dengan batu asam urat biasanya terbentuk dari
urin dengan pH asam dan batu yang terbentuk akibat infeksi biasanya bersifat alkali.
Pemeriksaan kultur urin mungkin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman
pemecah urea. Kuman-kuman pemecah urea di antaranya adalah: Proteus spp,
Klebsiella, Serratia, Enterobacter, Pseudomonas dan Staphylococcus.4,5
Untuk diagnosis pasti dari batu saluran kemih, dibutuhkan pemeriksaan
radiologik imaging untuk mengetahui ukuran dan lokasi pasti dari batu ginjal.
Diagnosis kolik renalis tidak dapat ditegakkan hanya dengan gejala klinis. Pada
pasien ini, telah dilakukan pemeriksaan foto polos abdomen, USG dan CT-scan tanpa
kontras.Umumnya, terdapat beberapa pemeriksaan yang dianjurkan yaitu : 5, 8
a) Foto polos abdomen
Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radioopak di traktus urinarius.
Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radioopak dan paling
sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat non-opak
(radiolusen). Pada pemeriksaan foto polos abdomen, tidak ditemukan gambaran batu
radioopak pada lintasan traktus urinarius sehingga memungkinkan kecurigaan bahwa
batu yang terbentuk merupakan suatu batu yang bersifat radiolusen.4, 8
Urutan radiopasitas beberapa batu saluran kemih seperti tabel berikut :5, 8
Jenis Batu
Kalsium
Radiopasitas
Opak
20
MAP
Urat/sistin
Semiopak
Non opak
apabila
pasien
tidak
mungkin
menjalani
V.
Penatalaksanaan
Penanganan pada batu ginjal tergantung pada jenis, lokasi dan ukuran batu.
Pada pasien ini telah dilakukan operasi extended pyelolithotomy karena ukuran batu
yang dilihat pada pemeriksaan CT-scan abdomen >2 cm sehingga tidak
memungkinkan suatu lithotripsy untuk dilakukan.Batu yang sudah menimbulkan
masalah pada saluran kemih secepatnya harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan
penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan/terapi pada batu saluran
kemih adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil
karena sesuatu indikasi sosial. Obstruksi karena batu saluran kemih yang telah
menimbulkan hidroureter atau hidronefrosis dan batu yang sudah menyebabkan
infeksi saluran kemih, harus segera dikeluarkan. Kadang kala batu saluran kemih
tidak menimbulkan penyulit seperti di atas tetapi diderita oleh seorang yang karena
pekerjaannya mempunyai resiko tinggi dapat menimbulkan sumbatan saluran kemih
pada saat yang bersangkutan sedang menjalakankan profesinya, dalam hal ini batu
harus dikeluarkan dari saluran kemih. Batu dapat dikeluarkan dengan cara
medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endourologi, bedah
laporoskopi, atau pembedahan terbuka.4, 5
1. Medikamentosa
Evakuasi batu secara spontan tergantung pada ukuran batu, bentuk batu,
lokasi batu, dan adanya tidak edema ureteral (tergantung lama waktu gejala klinis
tidak pernah ditindaki). Sebanyak 40 50% kalkuli ukuran 4 5 mm keluar spontan
tanpa perlu penanganan khusus. Inhibitor alfa, anti-inflamatorik non steroid (NSAID)
dengan atau tanpa steroid dosis rendah merupakan pengobatan standar untuk
membantu mengevakuasi batu secara spontan. Selain itu, terapi medikamentosa juga
bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan pemberian
diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar dari saluran
kemih. 3, 5
22
23
4. Bedah Laparaskopi
Pembedahan laparaskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang
berkembang. Cara ini banyak dipakai pada operasi pengambilan batu ureter. 4, 5
5. Bedah terbuka (open surgery)
Pembedahan terbuka antara lain adalah open pielolitotomi atau nefrolitotomi
untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di ureter.
Tidak jarang juga pasien harus menjalani nefrektomi atau pengambilan ginjal akrena
ginjalnya sudah tidak berfungsi atau berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah
sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang
menimbulkan obstruksi dan infeksi menahun.
4,5
Pielolithotomi merupakan prosedur bedah terbuka dalam kasus yang melibatkan batu
di dalam renal pelvis. Ini adalah prosedur umum sampai perkembangan pengobatan
extracorporeal shockwave, PNL, dan Ureteroscopic Laser lithotripsi. Namun,
pielolithotomi terus dilakukan ketika modalitas lainnya gagal atau ketika fasilitas
yang tepat tidak tersedia. Meskipun sekarang dianggap terlalu invasif untuk
penggunaan rutin, pyelolithotomi terus memiliki peran dalam kasus-kasus tertentu.
Kriteria meliputi ukuran batu, kebutuhan untuk operasi terbuka secara bersamaan,
dan tidak dapat diaksesnya ke ESWL atau PCN. Pedoman saat menganjurkan
pielolithotomi beban batu besar dari 2500 mm2.
Jenis operasi
Indikasi
Kekurangan
Komplikasi
Extracorporeal
shock
wave
lithotripsy
Kelebiha
n
Batu ginjal Minimal
< 2 cm
invasif
Batu ureter Prosedur
< 1 cm
rawat
jalan
Memerlukan
fragmen kristal
untuk
keluar
spontan
Kurang efektif
pada
pasien
obesitas dan batu
yang keras
Obstruksi
ureter
akibat
fragmen batu
post-operasi
Hematom
perinefrik
Ureteroskopi
Batu ureter
Invasif
Cedera ureter
Biasanya diikuti atau
striktur
Definitif
Prosedur
24
Ureterorenoskopi
Nefrolitotomi
perkutaneus
Open
Pielolithotomi
rawat
jalan
Batu ginjal Definitif
< 2 cm
Prosedur
rawat
jalan
Batu ginjal Definitif
> 2 cm
Batu
proksimal
ureter > 1
cm
Batu ginjal Definitif
> 2.5 cm
dengan
pemasangan stent
Fragmen kristal
susah dievakuasi
Biasanya diikuti
dengan
pemasangan stent
Invasif
Invasif
ureter
Cedera ureter
atau
striktur
ureter
Perdarahan
Cedera
pada
sistem koleksi
Cedera
pada
struktur
berdekatan
Perdarahan
Cedera
pada
sistem koleksi
2.
3.
4.
25
5.
6.
Operasi batu ginjal yang jumlahnya banyak dan terdapat kemungkinan batu
sisa. Jika tidak dipasang dapat terjadi bocor urine berkepanjangan.
7.
8.
9.
Untuk mengamankan ginjal saat kedua ginjal/ureter tersumbat dan baru dapat
diterapi pada 1 sisi saja. Maka sisi yang lain dipasang DJ stent.
10.
2.
3.
4.
DJ stent tak dapat ditarik. Seandainya hal ini terjadi maka diperlukan operasi
terbuka.
Komplikasi sering terjadi dari pemasangan DJ stent adalah rasa tidak nyaman,
infeksi sekunder, terbentuknya batu sekunder yang mengendap di sekitar stent dan
sumbatan dari pecahan batu-batu kecil setelah litotripsi.3, 5
Antibiotik dapat diberikan pada pasien yang dicurigai mengalami infeksi
saluran kemih dan jenisnya diberikan sesuai dengan hasil tes kepekaan. Jika hasil
kepekaan steril, maka dapat diberikan antibiotik profilaksis seperti ampicillin atau
cephalosporin.5
VI.
Pencegahan
26
Cara penanggulangan batu ginjal dan kemih bervariasi. Yang utama dicari
kasusnya, letak dan ukuran batunya. Kemudian baru ditentukan diatasi dengan cara
yang mana yang paling tepat atau kombinasi berbagai cara. Kalau letak batu sulit
dijangkau atau terlalu besar, jalan satu-satunya dengan pembedahan. Kalau ginjal
yang ditumbuhi batu mulai rusak, harus diangkat, agar ginjal yang masih sehat tidak
ikut rusak.7, 10
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya batu ginjal
yaitu:4, 10
1. Obat diuretik thiazid (misalnya trichlormetazid) akan mengurangi pembentukan
batu yang baru.4, 10
2. Dianjurkan untuk banyak minum air putih (8-10 gelas per hari).4, 8
3. Diet rendah kalsium seperti ikan salam, sarden, keju, sayur kol. Makin tinggi
kalsium, kian tinggi pula eskresinya yang menambah pembentukan kristalisasi
garam-garam kapur.4, 10
4. Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentuk batu kalsium) di
dalam air kemih, diberikan kalsium sitrat.4, 10
5. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya batu
kalsium, merupakan akibat mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat (misalnya
bayam, coklat, kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh karena itu asupan
makanan tersebut dikurangi.4, 10
6. Pengobatan penyakit yang
dapat
menimbulkan
batu
ginjal
seperti
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Palinrungi AM. Lecture Note on Batu Ginjal: Division of Urology, Department of
Surgery, Faculty of Medicine, Hasanuddin University; 2010.
2. Tanagho EA, Lue TF. Chapter 1: Anatomy of Genitourinary Tract
dalamMcAninch, editor. Smiths General Urology. 17 th Edition. United States of
America: McGraw Hill; 2008. hal. 12 27.
3. Stoller ML. Chapter 17: Urinary Stones Disease dalamMcAninch, editor. Smiths
General Urology. 17th Edition. United States of America : Mc Graw Hill; 2008.
hal.260 279.
4. Pearl MS, Yotan Y.Chapter 45: Urinary Lithiasis: Etiology, Epidemiology and
Pathogenesis dalam Wein JA, Kavoussi LR, Partin AW, Novick AC, Peters CA,
editors. Campbel-Walsh Urology. United state of America: Elsevier; 2012. hal.
1256 1270.
28
5. Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. 2nd ed. Malang: Sagung Seto; 2003.
6. Williams NS, Bulstrode CJ, dan OConnell PR. Chapter 74: Urinary Symptoms
and Investigations dalam Baileys and Love: Short Practice of Surgery. 26 th
edition. London: CRC Press; 2012. hal. 1271 1280.
7. Williams NS, Bulstrode CJ, dan OConnell PR. Chapter 75: The Kidneys and
Ureters dalam Baileys and Love: Short Practice of Surgery. 26 th edition. London
CRC Press; 2012. hal. 1282 1308.
8. Portis AJ, Sundaram CP. Diagnosis and Initial Management of Kidney Stones.
Washington University School of Medicine, St. Louis,Missouri. American Family
Physician, April 2001, Volume 67 No.7 hal.1329 1338. Available from :
www.aafp.org/afp(akses : 13 Maret 2015)
9. Aggrawal KP, Narula S, Kakkar M, Tandon C. Nephrolithiasis: Molecular
29