Вы находитесь на странице: 1из 22

LAPORAN PRAKTIKUM PERTANIAN BERLANJUT ASPEK BP

Daya Dukung Dan Recovery Unsur Hara

Kelompok 1 (100% Tanah)


1. Cumala Dewi
2. Opin Adelpho M
3. Nur Fatimah B
4. Agastya Arbi P
5. Raisah Nikmatul M
6. Sherli Amriyanti
7. Soniah Dian W
8. Ika Khurotul A
9. Cotimah Eka S
10. Nurul Istiqomah

: 125040201111271
: 135040200111047
: 135040200111147
: 135040200111187
: 135040201111017
: 135040201111023
: 135040201111125
: 135040201111139
: 135040201111143
: 135040201111163

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sistem pertanian di Indonesia diawali dari sistem pertanian
konvensional hingga yang sekarang sedang digalakkan adalah sistem
pertanian

berlanjut.

Banyak

hal

yang

terjadi

seiring

dengan

berubahnya sistem pertanian di Indonesia. Hal terbesar yang terjadi


adalah Revolusi Hijau yang salah satu program yang diterapkan di
dalamnya ialah pengaplikasian pupuk dan pestisida secara besarbesaran hingga dampaknya masih dirasakan hingga saat ini baik bagi
tanah, tanaman maupun manusia. Salah satu dampak yang muncul
bagi tanah ialah menurunnya kemampuan atau kapasitas lahan dalam
lingkup

agroekosistem

untuk

mendukung

pertumbuhan

dan

perkembangan tanaman di atasnya yang biasa disebut dengan daya


dukung (carrying capacity) (Astra dan Gunawan, 2012). Pengapliksian
pestisida anorganik maupun pupuk anorganik secara tidak bijak dapat
mencemari lingkungan baik udara, air maupun tanahnya. Selain itu
dampak dari penggunaan teknologi-teknologi modern juga dapat
mempengaruhi daya dukung lahan dalam penggunaan bercocok tanam
karena teknologi-teknologi modern dapat merusak sifat fisik tanah dan
mengurangi tingkat kesuburan tanah. Hal ini yang menjadi kendala
dalam proses pendayagunaan lahan secara maksimal.
Solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya dukung
lahan terhadap tanaman budidaya salah satunya adalah dengan
melakukan upaya recovery yang merupakan suatu kegiatan pemulihan
kondisi tanah dengan meminimalisir pengolahan dan pemakaian pupuk
anorganik. Hal ini penting untuk menunjang keberhasilan sistem
pertanian berlanjut. Teknik recovery yang dapat dilakukan antara lain
adalah dengan mengontrol unsur hara tanah. Upaya pembenahan
lahan dalam rangka menunjang daya dukung suatu lahan harus
dilakukan. dalam penelitian ini kualitas daya dukung suatu lahan akan
dilihat dari ketersediaan unsur hara dalam tanah untuk menunjang
tumbuh kembang tanaman.

1.2 Tujuan
-

Mengetahui dampak positif dan negatif dari carrying capacity.


Memahami analisis carrying capacity.
Mengetahui perbedaan fenomena kompetisi dan carrying capacity dan hubungannya

dengan pertanian berlanjut.


Memahami respon tanaman terhadap perlakuan media tanam.
II. Tinjauan Pustaka

2.1 Pengertian Daya Dukung


Daya dukung lahan adalah kemampuan bahan pada suatu satuan
lahan untuk mendukung kebutuhan-kebutuhan manusia dalam bentuk
penggunaan lahan, yang pada akhirnya tujuannya adalah untuk
memenuhi kebutuhan manusia terutama bahan makanan dan Daya
dukung lahan pertanian bukanlah besaran yang tetap, melainkan
berubah-ubah menurut waktu karena adanya perubahan teknologi dan
kebudayaan (Moniaga, 2011).
Kemampuan lahan menyiratkan daya dukung lahan. Kemampuan
lahan adalah mutu lahan yang dinilai secara menyeluruh dengan
pengertian merupakan suatu pengenal majemuk lahan dan nilai
kemampuan lahan berbeda untuk penggunaan yang berbeda. Dalam
kaitannya dalam pemenuhan kebutuhan manusia, maka kemampuan
lahan

terjabarkan

menjadi

pengertian

daya

dukung

lahan

(Notohadiprawiro, 1987)
Daya dukung mrupakan kemampuan lahan untuk menyediakan
secara kontinyu seluruh sumberdaya yang dikonsumsi saat ini dan
menyediakan kemampuan secara kontinyu dalam menyerap seluruh
limbah yang dihasilkan. Lahan tersebut saat ini berada di muka
bumi, walaupun sebagian dapat dipinjam dari masa lalu (misalnya :
energi fosil) dan sebagian lagi dialokasikan pada masa yang akan
datang

(yakni

dalam

bentuk

kontaminasi,

pohon

yang

pertumbuhannya terganggu karena peningkatan radiasi ultra violet,


dan degradasi lahan (Wackernagel dan Rees, 1992).

Otto Sumarwoto (1985) mendefinisikan bahwa daya dukung


menunjukkan besarnya kemampuan

lingkungan

untuk

mendukung

kehidupan hewan yang dinyatakan dalam jumlah ekor per satuan


luas lahan. Jumlah hewan yang dapat didukung kehidupannya itu
tergantung pada biomas yang tersedia untuk makanan hewan.
Dalam artian luas merupakan jumlah makhluk

hidup (tanaman dan

hewan) yang dapat didukung oleh lahan dan air pada

suatu waktu

tertentu
2.2 Dampak Negatif dan Positif Carrying Capacity
a. Dampak Negatif Carring Capacity
1. Alih fungsi lahan pertanian produktif menjadi lahan non pertanian seperti industri,
permukiman, prasarana umum, dan lain sebagainya. Secara keseluruhan, alih fungsi
lahan dari kawasan lindung menjadi kawasan budidaya (pertanian, industri, permukiman,
dan sebagainya) mencapai 50.000 ha/ tahun.
2. Penurunan secara signifikan luas hutan tropis sebagai kawasan resapan air. Pengurangan
ini terjadi baik akibat kebakaran maupun akibat penjarahan/ penggundulan. Apabila tidak
diambil langkah-langkah tepat maka kerusakan hutan akan menyebabkan run-off yang
besar pada kawasan hulu-hilir, meningkatkan resiko pendangkalan dan banjir pada
wilayah hilir, mengganggu siklus hidrologis, dan memperluas kelangkaan air bersih
dalam jangka panjang.
3. Meningkatnya satuan wilayah sungai (SWS) yang kritis. Pada tahun 1984, tercatat dari
total 89 SWS yang ada di Indonesia, 22 SWS berada dalam kondisi kritis. Kondisi ini
terus memburuk dimana pada tahun 1992 jumlah SWS yang kritis meningkat menjadi 39
SWS dan pada tahun 1998 membengkak menjadi 59 SWS.
b. Dampak Positif Carrying Capasity
Penggunaan lahan yang tepat adalah langkah pertama dalam praktek pertanian
modern, penerapan teknik konservasi tanah dan air yang memadai dan perencanaan
penggunaan lahan/tata ruang yang baik. Penggunaan lahan yang tepat adalah salah satu
bagian dari konservasi tanah dan air yang merupakan penempatan setiap bidang tanah
pada penggunaan yang sesuai dengan kemampuannya dan memperlakukannya sesuai
syarat-syarat yang diperlukan, sehingga tanah tersebut tidak rusak dan dapat menjamin
produktivitas yang tinggi secara lestari.
Dampak dari penggunaan teknologi-teknologi modern dapat mempengaruhi daya
dukung lahan dalam penggunaan bercocok tanam. Karena teknologi-teknologi modern
dapat merusak sifat fisik tanah dan mengurangi tingkat kesuburan tanah. Hal lainnya

yang dapat mempengaruhi lingkungan adalah penggunaan pestisida secara tidak bijak
sehingga dapat mencemari lingkungan baik udara, air maupun tanahnya. Hal ini yang
menjadi kendala dalam proses pendayagunaan lahan secara maksimal.
2.3 Definisi Analisa Carrying Capacity
Untuk mengatasi daya dukung lahan dalam penelitian ini digunakan analisis tekanan
penduduk terhadap lahan pertanian. Apa yang diukur adalah jumlah maksimal penduduk yang
dapat didukung oleh sumber daya alam yang tersedia. Dalam menganalisis tekanan penduduk
masyarakat agraris, ada masalah yang perlu diperhatikan yaitu : tersedianya lahan pertanian,
tingkat kepadatan penduduk dan permintaan lahan diluar sektor pertanian (Otto Soemarwoto,
1997: 191).
Tingginya laju pertumbuhan penduduk di beberapa bagian dunia ini menyebabkan
jumlah penduduk meningkat dengan cepat. Di beberapa bagian di dunia ini telah terjadi
kemiskinan dan kekurangan pangan. Fenomena ini menggelisahkan beberapa ahli, dan
masing-masing dari mereka berusaha mencari factor-faktor yang menyebabkan kemiskinan
tersebut. Kalau factor-faktor penyebab tersebut telah diketemukakan maka masalah
kemiskinan akan dapat diatasi (Ida Bagoes Mantra, 2003:49)

III. METODELOGI
3.1 Tempat dan Waktu Pengamatan
Tempat Pengamatan

: Depan Lapangan Merjosari

Waktu Pengamatan

: 5 Oktober sampai 16 November 2015

3.2 Alat dan Bahan


Dalam Praktikum pengamatan kacang tanah dan jagung untuk mengetahui
carrying capacity menggunakan beberapa alat yaitu sebagai berikut :
Tabel 1. Alat dan fungsi praktikum carrying capacity tanaman kacang tanah dan jagung
No
.

Nama alat

Jumlah

Fungsi

Polybag

6 Buah

Tempat untuk menanam kacangtanah & jagung

Cetok

1 Buah

Untuk mencampur media tanam dan


memasukkannya ke dalam polybag

Penggaris

1 Buah

Untuk mengukur tinggi tanaman kacangtanah &


jagung pada saat pengamatan

Timba

1 Buah

Untuk menyiram tanaman kacang tanah & jagung

Alat tulis

1 Buah

Untuk mencatat hasil pengamatan

Kamera

1 Buah

Untuk dokumentasi pengamatan

Plastik

6 Buah

Untuk tempat mengambil tanaman kacangtanah


& jagung yang akan diuji di laboratorium

Amplop coklat

12 Buah

Untuk tempat/bungkus tanaman ketika di oven

Timbangan

1 Buah

Untuk menimbang berat basah dan berat kering


tanaman kacangtanah di laboratorium

10

Oven

1 Buah

Untuk mengeringkan tanaman kacangtanah &


jagung guna mengetahui berat kering tanaman

Tabel 2. Bahan dan fungsi praktikum carrying capacity tanaman kacang tanah dan jagung
N
o

Nama

Fungsi
Benih yang akan ditanam dan kemudian menjadi
tanaman sampel yang akan diamati

Benih kacang tanah & jagung

Media Tanam dengan proporsi:


100% tanah
Sebagai media tanam

3
Air
Untuk menyiram tanaman
3.3 Cara Kerja
a. Metode Penanaman
Persiapan peralatan yaitu 6 polibag tanah. Mengisi polibag
sesuai dengan takaran dengan tanah dengan komposisi 100%
tanah. Polibag yang telah terisi tanah kemudian diberi tanda
(polibag

1,2,3,4,5,6)

lalu

ditanami

biji

kacang

tanah

secara

monokultur di polibag 1,2 & 3 selanjutnya polibag 4,5 & 6 ditanami


biji kacang tanag dan jagung secara polikultur. Dilakukan perawatan
selama 5 minggu. Selama perawatan dilakukan pengamatan pada
tanaman

dengan

variabel

tinggi

tanaman

dan

jumlah

duan

tanaman. Mencatat hasil pengamatan dan dokumentasi.


b. Metode Destruktif
Tanaman yang telah berumur 5 minggu dicabut per polibag.
Setelah tanaman dicabut tanaman dimasukkan ke dalam plastik.
Tanaman dikeluarkan dari plastik lalu ditimbang berat basahnya
secara keseluruhan. Kemudian ditimbang bagian akar, batang dan
daun. Catat hasil timbangan. Masukkan semua bagian tanaman
kedalam amplop coklat untuk dimasukkan ke dalam oven, setelah 3
hari ambil lalu timbang berat kering oven. Kemudian catat hasil
timbangan.

4. Hasil dan Pembahasan


4.1 Hasil (berisi tabel pengamatan minimal 4 minggu dan grafik rata-rata setiap
parameter pengamatan)
Perlakuan 100% tanah
Pengamatan Minggu Ke-1
Polybag

Jumlah Populasi

KeJagung
1.
2.
3.
4.
1
5.
2
6.
3
Keterangan :

Kacang
Tanah
2
3
4
1
2
3

7 Hari Setelah Tanam


Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
(cm)
Kacang
Kacang
Jagung
Jagung
Tanah
Tanah
5.1
8
4.6
5
1.5
2
10.3
4.6
2
8
11.8
4.5
3
8
9.3
3.8
2
5

Polybag 1-3 Monokultur (Kacang Tanah)


Polybag 4-6 Polykultur (Kacang Tanah + Jagung)

Pengamatan Minggu Ke-2


Polyba

Jumlah Populasi

g KeJagung
1.
2.
3.
4.
1
5.
2
6.
3
Keterangan :

Kacang
Tanah
2
3
4
1
2
3

14 Hari Setelah Tanam


Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
(cm)
Kacang
Kacang
Jagung
Jagung
Tanah
Tanah
12.65
13
10.73
12
7.35
5
29.5
7.7
4
8
30
10.45
4
19
21.06
8.83
3
12

Polybag 1-3 Monokultur (Kacang Tanah)


Polybag 4-6 Polykultur (Kacang Tanah + Jagung)

Pengamatan Minggu Ke-3


Polyb

Jumlah Populasi

ag KeJagung
1.
2.
3.
4.
1
5.
2
6.
3
Keterangan :

Kacang
Tanah
2
3
4
1
2
3

28 Hari Setelah Tanam


Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
(cm)
Kacang
Kacang
Jagung
Jagung
Tanah
Tanah
21.87
41
14.08
23
11.09
20
45.5
11.6
7
19
40.3
15.76
5
25
33
11
5
23

Polybag 1-3 Monokultur (Kacang Tanah)


Polybag 4-6 Polykultur (Kacang Tanah + Jagung)

Pengamatan Minggu Ke-4


Polyb

Jumlah Populasi

ag KeJagung
1.
2.
3.
4.
1
5.
2
6.
3
Keterangan :

Kacang
Tanah
2
3
4
1
2
3

35 Hari Setelah Tanam


Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
(cm)
Kacang
Kacang
Jagung
Jagung
Tanah
Tanah
24.75
52
16
27
15.87
27
57
15
8
20
43.5
19.25
6
28
36
14.5
6
28

Polybag 1-3 Monokultur (Kacang Tanah)


Polybag 4-6 Polykultur (Kacang Tanah + Jagung)

Pengamatan Minggu Ke-5


Polyb

42 Hari Setelah Tanam


Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
(cm)
Kacang
Kacang
Jagung
Jagung
Tanah
Tanah
28.5
58
21.33
36
20.75
28
73
21
10
16
53.5
27.5
8
36
39
18
7
27

Jumlah Populasi

ag KeJagung
1.
2.
3.
4.
1
5.
2
6.
3
Keterangan :

Kacang
Tanah
2
3
4
1
2
3

Polybag 1-3 Monokultur (Kacang Tanah)


Polybag 4-6 Polykultur (Kacang Tanah + Jagung)
Tabel Berat Basah Tanaman
Monokultur
Bata Dau
ng
n
7.5
9.3

polyb
ag
A

Ak
ar
3.1

1.4

9.6

1.4

14,0

1
polybag
21.6

polyb
ag
D

7.4

16.7

12,6

28,5

Polikultur
Batan Dau
g
n
13,5
15,
9
8,9
13,5
19,
4
7,2
6,4
10,
0
Ak
ar
5,7

1
polybag
33,5
38,5
24,0

Tabel Berat Kering Tanaman


Monokultur
Akar (g)
A
B
C

0,7
0,3
0,4

Batang
(g)
1,4
1,3
2,5

Daun (g)

Polikultur
Akar (g)

1,8
1,5
2,6

D
E
F

1,3
1,6
2,1

Batang
(g)
2,5
4,8
1,2

Daun (g)
3,2
4,8
2,1

Tinggi Tanaman kacang tanah monokultur


30
25
20
15
10
5
0
minggu 1

minggu 2
polybag 1

minggu 3
polybag2

minggu 4

minggu 5

polybag 3

Jumlah Daun Kacang Tanah Monokultur


70
60
50
40
30
20
10
0
minggu 1

minggu 2
polybag 1

minggu 3
polybag 2

minggu 4
polybag 3

minggu 5

jumlah daun kacang tanah polikultur


40
35
30
25
20
15
10
5
0
minggu 1

minggu 2
polybag 1

minggu 3
polybag 2

minggu 4

minggu 5

polybag 3

jumlah daun jagung polikultur


12
10
8
6
4
2
0
minggu 1

minggu 2
polybag 1

minggu 3
polybag 2

minggu 4
polybag 3

minggu 5

Tinggi tanaman jagung polikultur


80
70
60
50
40
30
20
10
0
minggu 1

minggu 2
polybag 1

minggu 3
polybag 2

minggu 4

minggu 5

polybag 3

Tinggi Tanaman kacang tanah polikultur


30
25
20
15
10
5
0
minggu 1

minggu 2
polybag 1

minggu 3
polybag 2

minggu 4

minggu 5

polybag 3

4.2 Pembahasan
4.2.1 Monokultur Kacang Tanah
Berdasarkan pengamatan selama lima minggu yang telah
dilakukan dengan pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun
dengan media tanam 100%, didapatkan hasil yang menunjukkan
pertumbuhan tanaman kacang tanah mengalami penambahan
tinggi dan jumlah tanaman kacang tanah karena media tanam
tanah yang digunakan sebelum dimasukkan kedalam polibag diolah
terlebih dahulu agar tidak padat. Hal ini membuktikan bahwa tanah
merupakan salah satu komponen terpenting dalam kehidupan di
bumi ini, baik untuk bidang kehutanan, pertanian, perkebunan

maupun bidang-bidang lainnya. Menurut Hardjowigeno (1995),


media tumbuh merupakan komponen utama untuk bercocok tanam,
salah satunya yaitu tanah. media tumbuh yang akan digunakan
harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam.
Secara umum, media tumbuh harus dapat menjaga kelembaban
daerah

sekitar

akar,

menyediakan

menjamin ketersediaan unsur hara.


Media tumbuh yang baik

cukup

harus

udara,

memenuhi

dan

dapat

beberapa

persyaratan, salah satunya tidak terlalu, sehingga dapat membantu


pembentukan dan perkembangan akar tanaman. Selain itu, juga
mampu menyimpan air dan unsur hara secara baik, mempunyai
aerase yang baik, tidak menjadi sumber penyakit serta mudah
didapat dengan harga yang relatif murah. Jadi media tanam tanah
dapat digunakan secara baik untuk pertumbuhan tanaman kacang
tanah.
Kerapatan populasi tanaman terkait dengan pemanfaatan ruang media tumbuh.
Pada kerapatan rendah menyebabkan pemanfaatan sumberdaya lingkungan tidak
optimal, tetapi kerapatan tinggi menyebabkan tingginya tingkat kompetisi sehingga
pertumbuhan individu terhambat (Donald, 1963).
4.2.2 Polikultur Kacang Tanah dan Jagung
Berdasarkan perbandingan data kacang tanah dan jagung
(polikultur) dengan pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun.
Perlakuan pemberian jumlah benih yang berbeda mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Dilihat dari angka hasil pengamatan tinggi
tanaman dan jumlah daun. Tanaman jagung dan kacang tanah
dalam satu polibag dengan beberapa perlakuan media tanam 100%
tanah berdasarkan data diketahui pertumbuhan tanaman jagung
lebih cepat daripada tanaman kacang tanah. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat persaingan unsur hara, ini dapat dilihat mulai dari
hasil pengamatan minggu pertama sampai minggu kelima. Hal ini
menunjukkan terjadinya permasalahan yaitu persaingan diantara
dua atau lebih

spesies yang ditanam. Menurut De Wit (1960),

persaingan dapat mencakup air, hara, cahaya dan ruang. Menurut


Nugroho (1990) mengemukakan sebagai dampak persaingan, baik

tanaman utama maupun tanaman sela mengalami penurunan


pertumbuhan dan hasil dibanding pertumbuhan dan hasil tanaman
monokultur. Lebih lanjut Nugroho (1990) mengemukakan bahwa
spesies-spesies tanaman yang memiliki agresivitas tinggi lebih
mampu bersaing. Amin (2006) melaporkan bahwa tanaman jagung
lebih agresif dibanding tanaman kedelai dalam tumpangsari,
terutama jika ketersediaan hara cukup tersedia sehingga hasil
kedelai sangat turun drastis.
Kerapatan populasi tanaman dapat ditingkatkan sampai mencapai daya dukung
lingkungan karena keterbatasan lingkungan pada akhirnya akan menjadi pembatas
pertumbuhan tanaman. Menurut prinsip faktor pembatas leibig, materi esensial
yang tersedia minimum cenderung menjadi faktor pembatas pertumbuhan. Pengaturan
kerapatan populasi tanaman dan pengaturan jarak tanam pada tanaman budidaya
dimaksudkan untuk menekan kompetisi antara tanaman (Odum, 1959).
4.2.3 Berat Segar dan Berat Kering Akar, Batang, Daun Kacang
tanah (Monokultur) dengan Kacang tanah dan Jagung
(Polikultur)
Dari hasil penimbangan berat segar dengan pola tanam
monokultur tanaman kacang tanah di dapatkan berat rata rata
tertinggi pada polybag ke 3 dan berat segar tanaman dengan pola
tanam polikultur tanaman kacang tanah dan jagung didapatkan
berat rata rata tertinggi pada polybag ke2. Sedangkan berat kering
pada pola tanam monokultur di dapatkan berat rata rata tertinggi
pada polybag 3.
Hal ini di karenakan adanya perbedaan pola tanam yang
mempengaruhi populasi tanaman. Sesuai dengan pendapat Papenfus dan
Quin (1981) bahwa populasi yang padat dapat menurunkan berat kering tanaman.

V. Kesimpulan
Media

tumbuh

yang

baik

harus

memenuhi

beberapa

persyaratan, salah satunya tidak terlalu, sehingga dapat membantu


pembentukan dan perkembangan akar tanaman. Selain itu, juga
mampu menyimpan air dan unsur hara secara baik, mempunyai
aerase yang baik, tidak menjadi sumber penyakit serta mudah
didapat dengan harga yang relatif murah. Jadi media tanam tanah
dapat digunakan secara baik untuk pertumbuhan tanaman kacang
tanah.

Daftar Pustaka
Amin, Z. 2006. Minimalisasi Dampak Persaingan Tanaman Jagung-Kedelai
Tumpangsari melalui pengaturan penempatan dan Dosis Pupuk N,P,K
embrio. Jurnal-jurnal Ilmu Pertanian 3(2).71-82
Astra dan Gunawan, 2012 dalam Fahmi, 2012. Daya Dukung (Carrying
capacity).
(Online)
http://kickfahmi.blogspot.co.id/2012/09/dayadukung-carrying-capacity.html. diakses pada 9 Nopember 2015.
De Wit. 1960. On Competition Instr. For Biological and Chemical Research
on Field Crop andHerbage. Wagenigen Nerherlands.
Donald, C. M. 1963. Competition among Crop and Pasture Plant. Adv. Agron
15 : 1-118

Hardjowigeni, S. 1995. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika


Pressindo, Jakarta. 274 Halaman
Ida Bagoes Mantra. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Moniaga, 2011. Analisis Daya Dukung Lahan Pertanian. (Online)
https://www.google.co.id/?
gws_rd=cr,ssl&ei=nGdEVtmpGonO0gT2lZigBg#q=pengertian+daya
+dukung+lahan.pdf. Diakses pada 12 Nopember 2015.
Nugroho, W.H.1990. Statical Analysus and Interpretation at Intercropping
Research. Fac at Agriculture. Brawijaya Univ Malang.
Notohadiprawiro, 1987 dalam Moniaga. 2011. Analisis Daya Dukung
Lahan
Pertanian.
(Online)
https://www.google.co.id/?
gws_rd=cr,ssl&ei=nGdEVtmpGonO0gT2lZigBg#q=pengertian+daya
+dukung+lahan.pdf. Diakses pada 12 Nopember 2015.
Odum, E. P. 1959. Fundamentals of Ecology. 2nd. WB Saunders Co. London
Otto

soemarwoto.
1997.
Lingkungan.Yogyakarta : UGM.

Analisis

Mengenai

Dampak

Papenfus, H. D., dan F. M. Quin. 1984. Tobacco. The Physiology of Tropic al


Field Crops. P. R. Goldworthy and N. M. Fisher eds. John Willy and
Sons, Ltd. Chichester. p. 607-636
PPT Asprak PB, 2015. Carrying Capacity. Fak Pertanian Universitas
Brawjaya. 2015.
Wackernagel dan Rees, 1992
Anonimousa._______.Bab

dan

Otto
II

Sumarwoto, 1985 dalam


TinjauanPustaka.

(Online)https://www.google.co.id/?
gws_rd=cr,ssl&ei=nGdEVtmpGonO0gT2lZigBg#q=laporan+pertania
n+berlanjut++daya+dukung+lahan.pdf. Diakses pada 9 Nopember
2015.

Lampiran
Perlakuan 1 : Tanah 100%
Dokumentasi Pengamatan 7 HST

Polybag ke-1

Polybag ke-4

Polybag ke-2

Polybag ke-3

Polybag ke-5

Polybag ke-6

Dokumentasi Pengamatan 14 HST

Polybag ke-1

Polybag ke-2

Polybag ke-3

Polybag ke-4

Polybag ke-5

Polybag ke-6

Dokumentasi Pengamatan 21 HST

Polybag ke-1

Polybag ke-2

Polybag ke-3

Polybag ke-4

Polybag ke-5

Polybag ke-6

Dokumentasi Pengamatan 28 HST

Polybag ke-1

Polybag ke-4

Polybag ke-2

Polybag ke-5

Polybag ke-3

Polybag ke-6

Dokumentasi Pengamatan 35 HST

Polybag ke-1

Polybag ke-2

Polybag ke-3

Polybag ke-4

Polybag ke-5

Polybag ke-6

Dokumentasi Pengamatan 42 HST

Polybag ke-1

Polybag ke-2

Polybag ke-4

Polybag ke-5

Polybag ke-3

Polybag ke-6

Keterangan :
Polybag 1-3 Monokultur (Kacang Tanah)
Polybag 4-6 Polykultur (Kacang Tanah + Jagung)

Вам также может понравиться