Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
JARINGAN
1.1
Pemangkasan pohon
Pemangkasan pohon dilakukan untuk pemeliharaan jaringan SUTM dan
berhubungan dengan SAIDI dan SAIFI. Hal ini dilakukan untuk mengurangi banyaknya
gangguan feeder yang disebabkan oleh ranting ranting pohon yang menempel ataupun
jatuh ke jaringan SUTM. Bila gangguan ini dapat dikurangi maka, kontinyuitas
pengiriman tenaga listrik kepada konsumen dapat terjaga dan handal.
Hal hal utama yang perlu diperhatikan dalam pemangkasan pohon ini adalah :
a)
b)
c)
1.2
Kawat SUTM yang sudah lama teraliri arus listrik akan memuai dan rantas, hal ini
dapat menyebabkan mudah putusnya kawat tersebut dan dapat membahayakan
keselamatan manusia yang berada disekitarnya. Besarnya luas penampang dan beban
yang melalui kawat SUTM ini juga berpengaruh terhadap cepat lambatnya kawat SUTM
akan rantas atau pecah.
LUAS PENAMPANG
35 mm2
70 mm2
150 mm2
90
156 A
244 A
402 A
75
129 A
199 A
232 A
60
92 A
138 A
214 A
( C )
Bila kedapatan kawat SUTM yang rantas atau pecah, sebaiknya langsung diadakan
perencanaan penggantiannya dan menganalisa beban yang mengalir pada kawat tersebut.
Bila beban sudah melebihi batas daya hantar arusnya sebaiknya langsung dilakukan
uprating.
1.3
gangguan sesaat bila diterpa oleh angin yang kencang, sehingga akan mempengaruhi
jumlah gangguan pada feeder.
Pada Jaringan Tegangan Menengah ini pastinya akan ada andongan antar jarak
tiang. Andongan ini adalah jarak antara posisi terendah dari penghantar yang
direntangkan dengan posisi dimana penghantar tersebut disangga pada tiang. Pada daerah
atau lingkungan umum pada tiang 11 meter jarak andongan 8 meter dari tanah. Hal
hal yang mempengaruhi besarnya andongan ini adalah :
a) Berat penghantar
b) Jarak gawang
c) Tegangan mendatar kawat
Berikut persamaan untuk menentukan besaran andongan pada kawat JTM pada
daerah umum :
Bila dianalisa besar andongan melebihi dari jarak aman, maka jaringan tersebut
dapat dikatakan dengan JTM kendor.
1.4
Reconnector JTM
Reconnector pada JTM atau perbaikan connector pada JTM ini dilakukan untuk
mengurangi terjadinya korona pada jaringan. Korona ini salah satu yang menyebabkan
3
susut pada jaringan. Penggunaan parallel grove dikarenakan keadaan emergency inilah
yang sangat berpengaruh terhadap timbulnya korona. Oleh sebab itu reconnector JTM
dilakukan pada sambungan jaringan yang masih menggunakan parallel grove, dan
kemudian diganti dengan joint conector sesuai ukuran kawat JTM yang ada. Bahan dari
joint sleve juga disesuaikan dengan penghantar.
Penggantian sepatu sepatu kabel pada SKTM juga diperlukan, bila sepatu kabel
tersebut sudah tidak layak lagi atau sudah terjadi korona. Penggantian sepatu kabel ini
juga sama dengan penggantian joint conector, hal hal yang perlu diperhatikan antara
lain bahan dan luas penampang pada SKTM tersebut.
1.5
Pentanahan Jaringan
Sistem JTM 20 kV harus selalu mempunyai pentanahan. Hal ini dikarenakan
kemungkinan gagal sangat besar oleh tegangan lebih transien yang dikaitkan oleh busur
tanah ( arcing grounds). Pentanahan ini tidak membatasi arus gangguan tanah, oleh
karena itu diperlukan suatu pengaman yang cepat. Tindakan pengamanan harus dilakukan
sebaik baiknya agar tegangan sentuh yang terlalu tinggi akibat dari kegagalan isolasi
tidak terjadi dan membahayakan manusia serta peralatan itu sendiri.
Pada pentanahan peralatan tegangan sentuh yang sering adalah
tegangan sentuh tidak langsung, sebagaimana dijelaskan dalam PUIL
2000 (3.5.1.1). Disitu dijelaskan bahwa tegangan sentuh tidak langsung
adalah tegangan sentuh pada bagian konduktor terbuka (BKT).
Setiap
sistim
pentanahan
memerlukan
adanya
elektroda.
Gambar 1.5.4
Elektroda batang dan lapisan lapisan tanah di sekeliling
elektroda
Gambar 1.5.5
Pentanahan dengan dua batang konduktor (hubungan
parallel)
2. Elektroda berbentuk plat
Elektroda plat adalah elektroda dari plat logam. Pada
pemasangannya elektroda ini dapat ditanam tegak lurus atau
mendatar tergantung dari tujuan penggunaannya. Bila digunakan
sebagai elektroda pembumian pengaman maka cara
pemasanganya adalah tegak lurus dengan kedalaman kira kira 1
meter dibawah permukaan tanah dihitung dari sisi plat sebelah ata.
Bila digunakan sebagai elektroda pengatur yaitu mengatur
kecuraman gradient tegangan guna menghindari tegangan langkah
yang besar dan berbahaya, maka elektroda plat tersebut ditanam
mendatar.
10
Gambar 1.5.7
Jenis jenis elektroda pita dan cara pemasangannya
4. Elektroda lain
Bila persyaratan dipenuhi jaringan air minum dari logam dan
selubung
logam
kabel
yang
tidak
diisolasi
yang
langsung
BAB II
TRANSFORMATOR
2.1
Trafo Distribusi
Trafo Distribusi adalah peralatan pada tenaga listrik yang
berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik arus bolak balik dari 20
kV menjadi 220 V. Sedangkan prinsip kerjanya melalui kopling magnit
atau induksi magnit dan menghasilkan nilai tefangan dan arus yang
berbeda.
Berikut ini bagian bagian dari Transformator :
a. Inti Besi
Inti besi berfungsi untuk membangkitkan fluksi yang timbul karena
arus listrik dalam belitan atau kumparan trafo, sedangkan bahan ini
terbuat dari lempengan baja tipis, hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi panas yang diakibatkan oleh arus eddy (eddy current).
b. Kumparan Primer dan Kumparan Sekunder
11
d. Isolator Busing
Pada ujung kedua kumparan trafo, baik primer maupun sekunder
keluar menjadi terminal melalui isolator yang juga sebagai penyekat
antar kumparan dengan body badan trafo.
e. Tangki dan konservator
Bagian bagian trafo yang terendam minyak trafo berada dalam
tangki, sedangkan untuk pemuaian minyak tangki dilengkapi
dengan konservator yang berfungsi untuk menampung pemuaian
minyak akibat perubahan suhu.
f. Katub pembuangan dan pengisian
Katub pembuangan pada trafo berfungsi untuk menguras pada
penggantian minyak trafo, hal ini terdapat pada trafo diatas 100
KVA, sedangkan katub pengisian berfungsi untuk menambahkan
atau mengambil sample pada minyak trafo.
g. Oil Level
12
Fungsi dari oil level tersebut adalah untuk mengetahui minyak pada
tangki trafo, oil level inipun hanya terdapat pada trafo diatas 100
KVA.
h. Indikator Suhu Trafo
Untuk mengetahui serta memantau keberadaan temperature pada
oil trafo saat beroperasi, untuk trafo yang berkapasitas besar
indicator limit tersebut dihubungkan dengan rele temperature.
i. Pernafasan trafo
Karena naik turunnya beban trafo, maupun suhu udara luar, maka
suhu minyaknya akan berubah ubah mengikuti keadaan tersebut.
Bila suhu minyak tinggi, minyak akan memmuai dan mendesak
udara diatas permukaan minyak keluar dari tangki, sebaliknya bila
suhu turun, minyak akan menyusut bila suhu turun. Minyak akan
menyusut maka udara luar akan masuk ke dalam tangki. Proses
tersebut yang dinamakan pernafasan trafo, akibatnya permukaan
minyak akan bersinggungan dengan udara luar. Udara luar tersebut
lembab, oleh sebab itu pada ujung pernafasan diberikan alat
dengan bahan yang mampu menyerap kelembaban udara luar yang
disebut Kristal zat Hygrokopis.
j. Pendingin Trafo
Perubahan temperature akibat perubahan beban maka seluruh
komponen trafo akan menjadi panas, guna mengurangi panas pada
trafo dilakukan pendinginan pada trafo. Cara pendinginan trafo ada
dua macam, Alamiah/natural (onan) dan paksa/tekanan (onaf). Pada
pendingin alamiah melalui sirip sirip radiator yang bersirkulasikan
dengan pompa. Sedangkan pada pendinginan paksa pada sirip
sirip
trafo
terdapat
dan
yang
bekerjanya
sesuai
setting
temperaturnya.
k. Tap Changer Trafo (Perubahan Tap)
13
2.3
Flash Over
Flash Over ini dapat terjadi apabila muncul tegangan lebih pada jaringan
distribusi, seperti pada saat terjadi sambaran petir/surja hubung. Bila besar
surja tegangan yang timbul menyamai atau melebihi ketahanan impuls
isolator, maka kemungkinan akan terjadi flash over pada bushing. Pada
system 20 kV, ketahanan impuls isolator adalah 160 kV. Flash over
15
menyebabkan loncatan busur api antar konduktor dengan bodi trafo, sehingga
mengakibatkan hubung singkat phasa ke tanah.
Bushing kotor
Kotoran pada permukaan bushing dapat menyebabkan terbentuknya lapisan
penghantar di permukaan bushing. Kotoran ini dapat mengakibatkan jalannya
arus melalui permukaan bushing sehingga mencapai bodi trafo. Umumnya
kotoran ini tidak menjadi penghantar sampai endapan kotoran ini tersebut
basah karena hujan/embun.
2.4
Packing bocor, sehingga air masuk dan volume minyak trafo berkurang
Pengukuran nilai tahanan isolasi trafo pelu dilakukan menggunakan megger ( primer
body, sekunder body dan primer sekunder), sehingga dapat dipastikan jenis kerusakan
dan bagian mana dari trafo yang mengalami kerusakan.
Pengukuran
Hasil
Keterangan
R body
Tidak baik
S body
Tidak baik
T body
50
Sangat Rendah
Pengukuran
Hasil
Keterangan
r body
1200
Baik
s body
1200
Baik
t body
1200
Baik
Pengukuran
Hasil
Keterangan
Rr
1200
Baik
Ss
1200
Baik
T-t
1200
Baik
N-n
1200
Baik
17
2.5
2.6
Zat asam pada suhu minyak antara 60C - 80C bereaksi dengan minyak trafo,
sehingga terjadi persenyawaan kadar asam dan air dalam minyak trafo ini makin tinggi.
Bila minyak trafo berkadar asam tinggi bereaksi dengan kumparan dan bagian logam
18
trafo dari trafo akan membentuk garam garam yang tak dapat larut mengendap berupa
bintik bintik berwarna merah coklat.
Kondisi tersebut bila dibiarkan berlangsung terus, berakibat merusak kumparan
trafo dan minyak menjadi kental. Sehingga daya pendingin serta tegangan tembusnya
makin turun. Untuk mencegah hal tersebut diperlukan secara peeriodik pemeriksaan
minyak di laboratorium guna mengetahui :
Nilai viskositas
Dari hasil pemeriksaan itu, dapat digunakan untuk melakukan tindak lanjut :
o Minyak masih dapat dipakai
o Minyak harus disaring agar dapat dipakai
o Minyak harus diganti
2.7
Fuse Cut Out adalah suatu alat pengaman yang melindungi trafo terhadap arus
beban lebih (over load current) yang mengalir melebihi dari batas maksimum, yang
disebabkan karena hubung singkat (short circuit) atau beban lebih (over load).
Konstruksi dari fuse cut out ini jauh lebih sederhana bila dibandingkan dengan pemutus
beban (circuit breaker) yang terdapat di Gardu Induk. Akan tetapi fuse cut out ini
mempunyai kemampuan yang sama dengan pemutus beban tadi. Fuse cut out ini hanya
19
dapat memutuskan satu saluran kawat jaringan di dalam satu alat. Apabila diperlukan
pemutu saluran tiga fasa, maka dibutuhkan fuse cut out sebanyak tiga buah.
Penggunaan fuse cut out ini merupakan bagian yang terlemah didalam jaringan
distribusi, sebab fuse cot out boleh dikatakan hanya berupa sehelai kawat yang memiliki
penampang disesuaikan dengan besarnya arus maksimum yang diperkenankan mengalir
di dalam kawat tersebut. Pemilihan kawat yang digunakan pada fuse cut out ini
didasarkan pada factor lumer yang rendah dan harus memiliki daya hantar yang tinggi.
Faktor lumer ini ditentukan oleh temperature bahan tersebut. Biasanya bahan bahan
yang digunakan untuk fuse cut out ini adalah kawat perak, kawat tembaga, kawat seng,
kawat timbel atau kawat paduan dari bahan bahan tersebut. Mengingat kawat perak
memiliki konduktiviti 60.6 mho/cm lebih tinggi dari kawat tembaga, dan memiliki
temperature 960C, maka pada jaringan distribusi banyak digunakan. Kawat ini
dipasangkan di dalam tabung porselin yang diisi dengan pasir putih sebagai pemadam
busur api, dan menghubungkan kawat tersebut pada kawat fasa, sehingga arus mengalir
melaluinya.
Jenis fuse cut out ini untuk jaringan distribusi digunakan dengan saklar pemisah.
Pada ujung atas dihubungkan dengan kontak kontak yang berupa pisau yang dapat
dilepaskan. Sedangkan pada ujung bawah dihubungkan dengan sebuah engsel. Untuk
lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini.
20
Fuse Link
(A)
(KVA)
10
16
25
50
100
160
200
250
315
10
400
15
630
20
BAB III
PHB TR
22
3.1
Pengertian PHB TR
Adalah satu perangkat peralatan listrik berupa alat hubung, alat pengaman, alat
ukur dan alat indikator lainnya yang terpasang pada satu tempat yang disebut panel . Pada
sistem distribusi PHB-TR merupakan bagian dari gardu distribusi pada sisi tegangan
rendah.
Adapun fungsi pada PHB TR ini adalah :
a. Sebagai alat penghubung antara sumber tenaga listrik ( trafo distribusi ) dengan alat
pemanfaatan tenaga listrik melalui jaringan tegangan rendah ( JTR )
b. Sebagai alat pembagi tenaga listrik ke instalasi pemanfaatan tenaga listrik
PHB TR ini dipasang pada gardu -distribusi tegangan rendah atau sisi hulu dari
instalasi pemanfaatan tenaga listrik.
3.2
Konstruksi PHB TR
Konstruksi PHB TR dibagi menjadi dua :
a. PHB TR jenis lemari
Semua peralatan terpasang di dalam lemari yang terbuat dari pelat besi dan
kerangka dari bahan besi profil.
23
Semua peralatan terpasang pada konstruksi kerangka dari profil besi U atau L
Kapasitas saklas utama ini disesuaikan dengan daya trafo yang terpasang dan kapasitas
tegangan minimalnya 1000 V.
Untuk cara pengoperasiannya saklar utama ini dibagi menjadi dua :
1. Ditarik (untuk membuka) didorong (untuk memasukkan)
2. Putar kiri (untuk membuka) putar kanan (untuk memasukan)
3.4
3.5
25
3.6
Kapasitas
Trafo
NH Fuse
(A)
(KVA)
26
10
25
16
25
25
35
50
80
100
160
160
250
200
300
250
400
315
500
400
600
3.7
Fungsi pembumian :
Pada sistem distribusi dikenal ada 2 ( dua ) jenis pentanahan sistem, yaitu :
a. Sistem pembumian Pengaman ( Sistem PP atau Sistem TT ), yaitu menghubungkan
titik netral pada sistem tenaga listrik di sumbernya dan BKT( kerangka )
perlengkapan maupun instalasi . Pada sistem PP bekerjanya alat proteksi tergantung
dari besarnya nilai tahanan pentanahannya, semakin besar nilai alat proteksi, maka
nilai pentanahannya harus kecil. Sedangkan pada sistem PNP penghantar proteksi
( penghantar pentanahan ) digabungkan dengan penghantar netral
b. Sistem pembumian Netral Pengaman ( Sistem PNP atau Sistem TN ), yaitu
menghubungkan semua BKT perlengkapan maupun instalasi dengan penghantar
proteksi ke titik sistem tenaga listrik di sumbernya. Penghantar proteksi adalah
penghantar netral pada sumber yang dihubungkan dengan sistem pembumian.
3.8
Adanya
kotoran
pada
terminal-terminalnya,
bersihkan
dengan
menggunakan kain dan cairan yang mudah menguap dan bila terlalu tebal
gosok dengan sabut plastik hijau
Adanya kotoran pada alat-alat kontak (saklar jenis terbuka) lakukan hal
sama seperti di atas
28
Ukur tahanan isolasi antara fasa-fasa dan fasa-body, nilai minimal tahanan
isolasinya adalah 1.000 x tegangan kerja
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Setelah selesai dilakukannya pemeliharaan PHB TR ini, maka PHB TR ini siap
diopersikan kembali sesuai prosedur.
Prosedur pengoperasian kembali PHB-TR sesudah pemeliharaan
1.
Pasang kembali kabel / kawat pada terminal sisi masuk maupun keluar
2.
3.
4.
5.
Masukkan PMB 3
6.
Ukur tegangan dan urutan fasa TR, pastikan bahwa besarnya tegangan dan urutan
fasa sudah benar
7.
8.
Ukur tegangan pada busbar TR, yakinkan besarnya tegangan fasa netral maupun
fasa fasa benar
9.
Sebagian atau seluruh alat kontak hangus akibat terjadi busur api yang besar
Sebagian atau seluruh alat kontak kotor akibat terjadi loss kontak
Buka tutup alat kontak tidak serempak karena kerja alat mekan\is sudah tidak benar
lagi
Tahanan isolasi sudah turun dibawah batas minimal karena faktor usia atau
kebanjiran
Permukaan jepit (ground plate) dan alat kontak pelebur serta permukaan sepatu kabel
harus bersih dan dilapisi dengan vaselin jenis netral
Jenis sepatu kabel yang terhubung antara busbar, pelebur dan kabel jurusan harus
terbuat dari bahan yang sama dengan busbar dan kabel jurusan
Luas permukaan sepatu kabel yang terhubung dengan busbar minimal sama dengan
penampang kabelnya.
Luas penampang bagian dalam selongsong sepatu kabel minimal sama dengan
penampang kabelnya
Pengencangan mur baut untuk menghubungkan sepatu kabel dengan busbas harus
disesuaikan
31