Вы находитесь на странице: 1из 31

BAB I

JARINGAN
1.1

Pemangkasan pohon
Pemangkasan pohon dilakukan untuk pemeliharaan jaringan SUTM dan
berhubungan dengan SAIDI dan SAIFI. Hal ini dilakukan untuk mengurangi banyaknya
gangguan feeder yang disebabkan oleh ranting ranting pohon yang menempel ataupun
jatuh ke jaringan SUTM. Bila gangguan ini dapat dikurangi maka, kontinyuitas
pengiriman tenaga listrik kepada konsumen dapat terjaga dan handal.
Hal hal utama yang perlu diperhatikan dalam pemangkasan pohon ini adalah :
a)

Survey jaringan atau inspeksi jaringan


Inspeksi jaringan diperlukan untuk menentukan titik titik jaringan SUTM yang
rawan terhadap pohon. Inspeksi jaringan ini juga bisa dipergunakan untuk
menentukan volume pohon yang akan di pangkas dan jenis jenis pohon yang akan
dipangkas. Selain itu untuk menentukan jangka waktu pelaksanaan pemangkasan
pohon, inspeksi jaringan ini sangat diperlukan.

b)

Berkoordinasi dengan pihak dinas pertamanan kota


Hal ini perlu dilakukan untuk titik titik jaringan SUTM yang rawan terhadap
pohon pohon pelindung kota. Sehingga tidak terjadi kesalah pahaman antara pihak
dinas pertamanan kota dengan pihak PLN.

c)

Jarak aman SUTM dengan pohon


Jarak aman antara jaringan SUTM dengan ranting ranting pohon,
Jarak dari samping kanan dan kiri minimal 1,5 mtr
Jarak dari atas dan bawah minimal 3 mtr

1.2

Kawat SUTM rantas


1

Kawat SUTM yang sudah lama teraliri arus listrik akan memuai dan rantas, hal ini
dapat menyebabkan mudah putusnya kawat tersebut dan dapat membahayakan
keselamatan manusia yang berada disekitarnya. Besarnya luas penampang dan beban
yang melalui kawat SUTM ini juga berpengaruh terhadap cepat lambatnya kawat SUTM
akan rantas atau pecah.

DAYA HANTAR ARUS


KAWAT AAAC
SUHU

LUAS PENAMPANG
35 mm2

70 mm2

150 mm2

90

156 A

244 A

402 A

75

129 A

199 A

232 A

60

92 A

138 A

214 A

( C )

Tabel 1.1 Tabel Daya Hantar Arus AAAC

Bila kedapatan kawat SUTM yang rantas atau pecah, sebaiknya langsung diadakan
perencanaan penggantiannya dan menganalisa beban yang mengalir pada kawat tersebut.
Bila beban sudah melebihi batas daya hantar arusnya sebaiknya langsung dilakukan
uprating.

1.3

Penarikan JTM Kendor


Kawat JTM yang terlalu kendor akan membahayakan daerah sekitar ataupun
terhadap jaringan itu sendiri. Kawat JTM yang terlalu kendor dapat menimbulkan
2

gangguan sesaat bila diterpa oleh angin yang kencang, sehingga akan mempengaruhi
jumlah gangguan pada feeder.
Pada Jaringan Tegangan Menengah ini pastinya akan ada andongan antar jarak
tiang. Andongan ini adalah jarak antara posisi terendah dari penghantar yang
direntangkan dengan posisi dimana penghantar tersebut disangga pada tiang. Pada daerah
atau lingkungan umum pada tiang 11 meter jarak andongan 8 meter dari tanah. Hal
hal yang mempengaruhi besarnya andongan ini adalah :
a) Berat penghantar
b) Jarak gawang
c) Tegangan mendatar kawat
Berikut persamaan untuk menentukan besaran andongan pada kawat JTM pada
daerah umum :

Andongan = Berat penghantar (kg) x jarak gawang (m)


8 x tegangan mendatar kawat (kg)

Bila dianalisa besar andongan melebihi dari jarak aman, maka jaringan tersebut
dapat dikatakan dengan JTM kendor.

1.4

Reconnector JTM
Reconnector pada JTM atau perbaikan connector pada JTM ini dilakukan untuk
mengurangi terjadinya korona pada jaringan. Korona ini salah satu yang menyebabkan
3

susut pada jaringan. Penggunaan parallel grove dikarenakan keadaan emergency inilah
yang sangat berpengaruh terhadap timbulnya korona. Oleh sebab itu reconnector JTM
dilakukan pada sambungan jaringan yang masih menggunakan parallel grove, dan
kemudian diganti dengan joint conector sesuai ukuran kawat JTM yang ada. Bahan dari
joint sleve juga disesuaikan dengan penghantar.
Penggantian sepatu sepatu kabel pada SKTM juga diperlukan, bila sepatu kabel
tersebut sudah tidak layak lagi atau sudah terjadi korona. Penggantian sepatu kabel ini
juga sama dengan penggantian joint conector, hal hal yang perlu diperhatikan antara
lain bahan dan luas penampang pada SKTM tersebut.

1.5

Pentanahan Jaringan
Sistem JTM 20 kV harus selalu mempunyai pentanahan. Hal ini dikarenakan
kemungkinan gagal sangat besar oleh tegangan lebih transien yang dikaitkan oleh busur
tanah ( arcing grounds). Pentanahan ini tidak membatasi arus gangguan tanah, oleh
karena itu diperlukan suatu pengaman yang cepat. Tindakan pengamanan harus dilakukan
sebaik baiknya agar tegangan sentuh yang terlalu tinggi akibat dari kegagalan isolasi
tidak terjadi dan membahayakan manusia serta peralatan itu sendiri.
Pada pentanahan peralatan tegangan sentuh yang sering adalah
tegangan sentuh tidak langsung, sebagaimana dijelaskan dalam PUIL
2000 (3.5.1.1). Disitu dijelaskan bahwa tegangan sentuh tidak langsung
adalah tegangan sentuh pada bagian konduktor terbuka (BKT).

Berikut ini adalah beberapa gambar konstruksi pentanahan :


1. Pentanahan pada arrester pada tiang lurus (tangent)

Gambar 1.5.1 Pentanahan pada arrester pada tiang lurus


(tangent)

2. Pentanahan Capasitor Bank pada tiang lurus (tangent)

Gambar 1.5.2 Pentanahan Capasitor Bank pada tiang lurus


(tangent)

3. Sistem Pentanahan pada konstruksi Opstijg kabel

Gambar 1.5.3 Pentanahan Capasitor Bank pada tiang lurus


(tangent)

Setiap

sistim

pentanahan

memerlukan

adanya

elektroda.

Elektroda pentanahan adalah penghantar yang ditanam dalam tanah


dan membuat kontak langsung dengan tanah. Adanya kontak langsung
tersebut bertujuan agar diperoleh pelaluan arus yang sebaik baiknya,
sehingga apabila terjadi gangguan arus tersebut disalurkan ketanah.
Menurut PUIL 2000 (3.18.11) elektroda adalah penghantar yang
ditanamkan ke dalam tanah yang membuat kontak langsung dengan
tanah. Untuk bahan elektroda pentanahan biasanya digunakan bahan
tembaga atau baja yang bergalvanis atau dilapisi tembaga sepanjang
kondisi sentempat tidak mengharuskan memakai bahan lain.
Jenis jenis elektroda yang digunakan dalam pentanahan adalah
sebagai berikut :
1. Elektroda batang
Elektroda batang adalah elektroda dari pipa besi baja atau batang
logam lainnya yang dipancangkan ke dalam tanah secara dalam.
Panjang elektrda yang digunakan sesuai dengan pentanahan yang
diperlukan.

Gambar 1.5.4
Elektroda batang dan lapisan lapisan tanah di sekeliling
elektroda

Namun apabila setelah ditanam satu buah elektroda batang belum


juga didapati nilai tahanan yang diinginkan (5 ), maka tahanan
pentanahan dapat diperkecil dengan memperbanyak elektroda
yang ditanahkan dan dihubungkan parallel seperti pada gambar
berikut.

Gambar 1.5.5
Pentanahan dengan dua batang konduktor (hubungan
parallel)
2. Elektroda berbentuk plat
Elektroda plat adalah elektroda dari plat logam. Pada
pemasangannya elektroda ini dapat ditanam tegak lurus atau
mendatar tergantung dari tujuan penggunaannya. Bila digunakan
sebagai elektroda pembumian pengaman maka cara
pemasanganya adalah tegak lurus dengan kedalaman kira kira 1
meter dibawah permukaan tanah dihitung dari sisi plat sebelah ata.
Bila digunakan sebagai elektroda pengatur yaitu mengatur
kecuraman gradient tegangan guna menghindari tegangan langkah
yang besar dan berbahaya, maka elektroda plat tersebut ditanam
mendatar.

Gambar 1.5.6 Elektroda plat dipasang vertical


3. Elektroda berbentuk pita
Elektroda ini merupakan logam yang mempunyai penampang yang
berbentuk pita atau dapat juga berbentuk bulat, pita yang dipilin
atau dapat juga berbentuk kawat yang dipilin. Elektroda ini dapat
ditanam secara dangkal pada kedalaman antara 0,5 sampai 1 meter
dari permukaan tanah, tergantung dari kondisi dan jenis tanah.
Dalam pemasangannya elektroda pita ini dapat ditanam dalam
bentuk memanjang radial, melingkar atau kombinasi dari lingaran
dan radial.

10

Gambar 1.5.7
Jenis jenis elektroda pita dan cara pemasangannya
4. Elektroda lain
Bila persyaratan dipenuhi jaringan air minum dari logam dan
selubung

logam

kabel

yang

tidak

diisolasi

yang

langsung

ditanamkan kedalam tanah. Besi tulang beton atau konstruksi baja


bawah tanah lainnya boleh dipakai untuk elektroda.

BAB II
TRANSFORMATOR
2.1

Trafo Distribusi
Trafo Distribusi adalah peralatan pada tenaga listrik yang
berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik arus bolak balik dari 20
kV menjadi 220 V. Sedangkan prinsip kerjanya melalui kopling magnit
atau induksi magnit dan menghasilkan nilai tefangan dan arus yang
berbeda.
Berikut ini bagian bagian dari Transformator :
a. Inti Besi
Inti besi berfungsi untuk membangkitkan fluksi yang timbul karena
arus listrik dalam belitan atau kumparan trafo, sedangkan bahan ini
terbuat dari lempengan baja tipis, hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi panas yang diakibatkan oleh arus eddy (eddy current).
b. Kumparan Primer dan Kumparan Sekunder
11

Kawat email yang berisolasi berbentuk kumparan serta terisolasi


baik antar kumparan maupun antara kumparan dengan inti besi.
Terdapat dua kumparan pada inti tersebut, yaitu kumparan primer
dan kumparan sekunder, bila salah satu kumparan tersebut
diberikan tegangan maka pada kumparan akan membangkitkan
fluksi pada inti serta menginduksi kumparan lainnya, sehingga pada
kumparan sisi lain akan timbul tegangan.
c. Minyak trafo
Belitan primer dan sekunder pada inti besi dalam trafo terendam
minyak trafo, hal ini dimaksudkan agar panas yang terjadi pada
kedua kumaparan dan inti trafo dapat didinginkan. Selain itu minyak
trafo tersebut juga sebagai isolasi pada kumparan dan inti besi.

d. Isolator Busing
Pada ujung kedua kumparan trafo, baik primer maupun sekunder
keluar menjadi terminal melalui isolator yang juga sebagai penyekat
antar kumparan dengan body badan trafo.
e. Tangki dan konservator
Bagian bagian trafo yang terendam minyak trafo berada dalam
tangki, sedangkan untuk pemuaian minyak tangki dilengkapi
dengan konservator yang berfungsi untuk menampung pemuaian
minyak akibat perubahan suhu.
f. Katub pembuangan dan pengisian
Katub pembuangan pada trafo berfungsi untuk menguras pada
penggantian minyak trafo, hal ini terdapat pada trafo diatas 100
KVA, sedangkan katub pengisian berfungsi untuk menambahkan
atau mengambil sample pada minyak trafo.
g. Oil Level

12

Fungsi dari oil level tersebut adalah untuk mengetahui minyak pada
tangki trafo, oil level inipun hanya terdapat pada trafo diatas 100
KVA.
h. Indikator Suhu Trafo
Untuk mengetahui serta memantau keberadaan temperature pada
oil trafo saat beroperasi, untuk trafo yang berkapasitas besar
indicator limit tersebut dihubungkan dengan rele temperature.
i. Pernafasan trafo
Karena naik turunnya beban trafo, maupun suhu udara luar, maka
suhu minyaknya akan berubah ubah mengikuti keadaan tersebut.
Bila suhu minyak tinggi, minyak akan memmuai dan mendesak
udara diatas permukaan minyak keluar dari tangki, sebaliknya bila
suhu turun, minyak akan menyusut bila suhu turun. Minyak akan
menyusut maka udara luar akan masuk ke dalam tangki. Proses
tersebut yang dinamakan pernafasan trafo, akibatnya permukaan
minyak akan bersinggungan dengan udara luar. Udara luar tersebut
lembab, oleh sebab itu pada ujung pernafasan diberikan alat
dengan bahan yang mampu menyerap kelembaban udara luar yang
disebut Kristal zat Hygrokopis.

j. Pendingin Trafo
Perubahan temperature akibat perubahan beban maka seluruh
komponen trafo akan menjadi panas, guna mengurangi panas pada
trafo dilakukan pendinginan pada trafo. Cara pendinginan trafo ada
dua macam, Alamiah/natural (onan) dan paksa/tekanan (onaf). Pada
pendingin alamiah melalui sirip sirip radiator yang bersirkulasikan
dengan pompa. Sedangkan pada pendinginan paksa pada sirip
sirip

trafo

terdapat

dan

yang

bekerjanya

sesuai

setting

temperaturnya.
k. Tap Changer Trafo (Perubahan Tap)
13

Tap changer adalah alat perubahan pembanding tranformasi untuk


mendapatkan tegangan operasi sekunder yang sesuai dengan
tegangan sekunder yang diinginkan dari tegangan primer yang
berubah ubah. Tiap changer hanya dapat dioperasikan pada
keadaan trafo tidak bertegangan atau disebut dengan Off Load Tap
Changer serta dilakukan secara manual.
2.2

Tegangan Trafo Distribusi


Tegangan pada trafo distribusi selalu dinaikkan sampai dengan
5%. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengantisipasi terjadinya drop
tegangan pada saluran dengan rincian sbb:
a. Maksimum 3% hilang pada saluran antara trafo distribusi sampai
dengan sambungan rumah
b. Maksimum 1% hilang pada saluran antara sambungan rumah
sampai dengan kWh meter
c. Maksimum 1% hilang pada saluran antara kWh meter sampai
dengan panel pembagi dan alat listrik terjauh
Semakin besar rugi daya dalam persen, berarti semkin besar kerugian
yang terjadi.

2.3

Penyebab Gangguan Trafo


Hal hal yang utama penyebab terjadinya gangguan trafo :

a. Tegangan lebih akibat petir


Gangguan ini terjadi akibat sambaran petir yang mengenai kawat
phasa, sehingga menimbulkan gelombang berjalan yang merambat
melalui kawat phasa tersebut dan menimbulkan gangguan pada
trafo. Hal ini dapat terjadi karena arrester yang terpasang tidak
berfungsi dengan baik, akibat kerusakan peralatan/pentanahan
yang tidak ada. Pada kondisi normal, arrester akan mengalirkan
14

arus bertegangan lebih yang muncul akibat sambaran petir ke


tanah. Tetapi apabila terjadi kerusakan pada arrester, arus petir
tersebut tidak akan dialirkan ke tanah oleh arrester, sehingga
mengalir ke lilitan trafo. Jika tegangan lebih tersebut lebih besar
dari kemampuan isolasi trafo, maka tegangan lebih tersebut akan
merusak lilitan trafo dan mengakibatkan hubungan singkat antar
lilitan.
b. Overload dan beban tidak seimbang
Overload terjadi karena beban yang terpasang pada trafo melebihi
kapasitas maksimum yang dapat dipikul trafo, dimana arus beban
melebihi arus beban penuh (full load) dari trafo. Overload akan
menyebabkan trafo menjadi panas, dan kawat tidak sanggup lagi
menahan beban, sehingga timbul panas yang menyebabkan
naiknya suhu lilitan tersebut. Kenaikan ini menyebabkan rusaknya
isolasi lilitan pada kumparan trafo.
c. Loss Contact pada terminal bushing
Gangguan ini terjadi pada bushing trafo yang disebabkan terdapat
kelonggaran pada hubungan kawat phasa (sepatu kabel) dengan
terminal bushing. Hal ini mengakibatkan tidak stabilnya aliran listrik
yang diterima oleh trafo distribusi dan dapat juga menimbulkan
panas yang dapat menyebabkan kerusakan belitan trafo.
d. Isolator bocor/bushing pecah
Gangguan ini terjadi apabila disebabkan oleh :

Flash Over
Flash Over ini dapat terjadi apabila muncul tegangan lebih pada jaringan
distribusi, seperti pada saat terjadi sambaran petir/surja hubung. Bila besar
surja tegangan yang timbul menyamai atau melebihi ketahanan impuls
isolator, maka kemungkinan akan terjadi flash over pada bushing. Pada
system 20 kV, ketahanan impuls isolator adalah 160 kV. Flash over
15

menyebabkan loncatan busur api antar konduktor dengan bodi trafo, sehingga
mengakibatkan hubung singkat phasa ke tanah.

Bushing kotor
Kotoran pada permukaan bushing dapat menyebabkan terbentuknya lapisan
penghantar di permukaan bushing. Kotoran ini dapat mengakibatkan jalannya
arus melalui permukaan bushing sehingga mencapai bodi trafo. Umumnya
kotoran ini tidak menjadi penghantar sampai endapan kotoran ini tersebut
basah karena hujan/embun.

e. Kegagalan Isolasi Minyak Trafo/Packing Bocor


Kegagalan isolasi minyak trafo dapat terjadi akibat penurunan kualitas minyak trafo,
sehingga kekuatan dielektrisnya menurun. Hal ini disebabkan oleh :

2.4

Packing bocor, sehingga air masuk dan volume minyak trafo berkurang

Karena umur minyak trafo sudah lama

Pengukuran Nilai Tahanan Isolasi

Pengukuran nilai tahanan isolasi trafo pelu dilakukan menggunakan megger ( primer
body, sekunder body dan primer sekunder), sehingga dapat dipastikan jenis kerusakan
dan bagian mana dari trafo yang mengalami kerusakan.

Contoh pengukuran tahanan isolasi ini dilakukan dengan menggunakan megger10000V :


16

Pengukuran

Hasil

Keterangan

R body

Tidak baik

S body

Tidak baik

T body

50

Sangat Rendah

Tabel 2.4.1 Hasil Megger Kumparan Primer - Body

Pengukuran

Hasil

Keterangan

r body

1200

Baik

s body

1200

Baik

t body

1200

Baik

Tabel 2.4.2 Hasil Megger Kumparan Sekunder Body

Pengukuran

Hasil

Keterangan

Rr

1200

Baik

Ss

1200

Baik

T-t

1200

Baik

N-n

1200

Baik

Tabel 2.4.3 Hasil Megger Kumparan Primer Sekunder


Dari data table tersebut dapat disimpulkan bahwa kerusakan yang terjadi adalah pada
kumparan primer body yang menunjukkan rendahnya tahanan isolasi.

17

2.5

Pengujian Ohm Meter

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada sambungan/rangkaian


belitan yang putus pada kumparan primer/sekunder. Pengujian ini bisa menggunakan
multimeter yang difungsikan sebagai ohm meter. Jika saat pengujian menunjukan angka
nol, berarti ada kawat dalam kumparan tersebut yang putus.

2.6

Pengukuran Tegangan Tembus Minyak Trafo

Mengukur tegangan tembus minyak trafo sangat penting sebagai ukuran


kemampuan menahan tegangan listrik tanpa mengalami kerusakan. Apabila tegangan
tembus hasil pengujian rendah, dapat disimpulkan bahwa adanya benda benda seperti
air, kotoran dan partikel sebagai penghantar dalam minyak. Tegangan tembus yang
diijinkan adalah 120 kV/cm, sedangkan untuk minyak yang terpakai minimal 80 kV/cm.
Sebagai cairan pendingin, nilai viskositas untuk minyak baru maksimal 18.50 milipoises,
sedangkan untuk minyak yang terpakai maksimal 19.24 miliposes. Titik nyala minimum
146C.
Trafo dalam keadaan berbeban akan timbul panas antara 60C - 80C pada
kumparan kumparan yang disalurkan minyaknya dengan cara konveksi dan radiasi ke
udara melalui system pendinginnya. Trafo dengan type conservator, minyak trafo
mempunyai kontak dengan udara luar yang mengandung asam. Dan inilah yang lambat
laun dapat merusak minyak trafo.

Zat asam pada suhu minyak antara 60C - 80C bereaksi dengan minyak trafo,
sehingga terjadi persenyawaan kadar asam dan air dalam minyak trafo ini makin tinggi.
Bila minyak trafo berkadar asam tinggi bereaksi dengan kumparan dan bagian logam
18

trafo dari trafo akan membentuk garam garam yang tak dapat larut mengendap berupa
bintik bintik berwarna merah coklat.
Kondisi tersebut bila dibiarkan berlangsung terus, berakibat merusak kumparan
trafo dan minyak menjadi kental. Sehingga daya pendingin serta tegangan tembusnya
makin turun. Untuk mencegah hal tersebut diperlukan secara peeriodik pemeriksaan
minyak di laboratorium guna mengetahui :

Nilai tegangan tembus

Kadar asam dan air

Nilai viskositas

Keadaan visual (warna, endapan, kejernihan)

Dari hasil pemeriksaan itu, dapat digunakan untuk melakukan tindak lanjut :
o Minyak masih dapat dipakai
o Minyak harus disaring agar dapat dipakai
o Minyak harus diganti

2.7

Pengaman Arus Lebih pada Trafo Distribusi

Fuse Cut Out adalah suatu alat pengaman yang melindungi trafo terhadap arus
beban lebih (over load current) yang mengalir melebihi dari batas maksimum, yang
disebabkan karena hubung singkat (short circuit) atau beban lebih (over load).
Konstruksi dari fuse cut out ini jauh lebih sederhana bila dibandingkan dengan pemutus
beban (circuit breaker) yang terdapat di Gardu Induk. Akan tetapi fuse cut out ini
mempunyai kemampuan yang sama dengan pemutus beban tadi. Fuse cut out ini hanya

19

dapat memutuskan satu saluran kawat jaringan di dalam satu alat. Apabila diperlukan
pemutu saluran tiga fasa, maka dibutuhkan fuse cut out sebanyak tiga buah.
Penggunaan fuse cut out ini merupakan bagian yang terlemah didalam jaringan
distribusi, sebab fuse cot out boleh dikatakan hanya berupa sehelai kawat yang memiliki
penampang disesuaikan dengan besarnya arus maksimum yang diperkenankan mengalir
di dalam kawat tersebut. Pemilihan kawat yang digunakan pada fuse cut out ini
didasarkan pada factor lumer yang rendah dan harus memiliki daya hantar yang tinggi.
Faktor lumer ini ditentukan oleh temperature bahan tersebut. Biasanya bahan bahan
yang digunakan untuk fuse cut out ini adalah kawat perak, kawat tembaga, kawat seng,
kawat timbel atau kawat paduan dari bahan bahan tersebut. Mengingat kawat perak
memiliki konduktiviti 60.6 mho/cm lebih tinggi dari kawat tembaga, dan memiliki
temperature 960C, maka pada jaringan distribusi banyak digunakan. Kawat ini
dipasangkan di dalam tabung porselin yang diisi dengan pasir putih sebagai pemadam
busur api, dan menghubungkan kawat tersebut pada kawat fasa, sehingga arus mengalir
melaluinya.
Jenis fuse cut out ini untuk jaringan distribusi digunakan dengan saklar pemisah.
Pada ujung atas dihubungkan dengan kontak kontak yang berupa pisau yang dapat
dilepaskan. Sedangkan pada ujung bawah dihubungkan dengan sebuah engsel. Untuk
lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini.

20

Gambar 2.7.1 Pengaman Fuse Cut Out


Kalau arus beban lebih melampaui batas yang diperkenankan, maka kawat perak
didalam tabung porselin akan putus dan arus yang membahayakan dapat dihentikan. Pada
waktu kawat putus terjadi busur api yang segera dipadamkan oleh pasir yang berada di
dalam tabung porselin. Karena udara yang berada di dalam porselin itu kecil, maka
kemungkinan timbulnya ledakkan akan berkurang karena diredam oleh pasir putih. Panas
yang ditimbulkan sebagian besar akan diserap oleh pasir putih tersebut. Apabila kawat
perak menjadi lumer karena renaga arus yang melebihi maksimum, maka waktu itu kawat
akan hancur. Karena adanya gaya hentakan, maka tabung porselin akan terlempar keluar
dari kontaknya. Dengan terlepasnya tabung porselin ini yang berfungsi sebagai sklar
pemisah, maka terhindarlah peralatan jaringan distribusi dari gangguan arus beban lebih
atau arus hubung singkat.
Umur dari fuse cut out ini tergantung pada arus yang melaluinya. Bila arus yang
melalui fuse cut out tersebut melebihi batas mksimum, maka umur fuse cut out lebih
pendek. Oleh karena itu pemasangan fuse cut out pada trafo distribusi hendaknya yang
memiliki kemampuan lebih besar dari kualitas tegangan trafo, lebih kurang tiga sampai
lima kali arus nominal yang diperkenalkan. Fuse cut out ini biasanya ditempatkan sebagai
pengaman trafo distribusi dan pengaman pada cabang cabang saluran feeder yang
menuju ke jaringan distribusi sekunder.
21

Berikut table batas pengaman trafo pada fuse cut out


Kapasitas
Trafo

Fuse Link
(A)

(KVA)
10

16

25

50

100

160

200

250

315

10

400

15

630

20

Tabel 2.7.1 Batas Pengaman Trafo

BAB III
PHB TR

22

3.1

Pengertian PHB TR
Adalah satu perangkat peralatan listrik berupa alat hubung, alat pengaman, alat
ukur dan alat indikator lainnya yang terpasang pada satu tempat yang disebut panel . Pada
sistem distribusi PHB-TR merupakan bagian dari gardu distribusi pada sisi tegangan
rendah.
Adapun fungsi pada PHB TR ini adalah :
a. Sebagai alat penghubung antara sumber tenaga listrik ( trafo distribusi ) dengan alat
pemanfaatan tenaga listrik melalui jaringan tegangan rendah ( JTR )
b. Sebagai alat pembagi tenaga listrik ke instalasi pemanfaatan tenaga listrik
PHB TR ini dipasang pada gardu -distribusi tegangan rendah atau sisi hulu dari
instalasi pemanfaatan tenaga listrik.

3.2

Konstruksi PHB TR
Konstruksi PHB TR dibagi menjadi dua :
a. PHB TR jenis lemari

Semua peralatan terpasang di dalam lemari yang terbuat dari pelat besi dan
kerangka dari bahan besi profil.

Dipasang pada tiang ( tiang tunggal atau portal )

Digunakan pada gardu pasangan luar (cantol / portal) dengan kapasitas


maksimal 400 KVA

23

Gambar 3.2.1 PHB TR Jenis Lemari

b. PHB TR jenis kerangka

Semua peralatan terpasang pada konstruksi kerangka dari profil besi U atau L

Digunakan pada gardu pasangan dalam sehingga PHB-TR nya berada di


dalam bangunan bersama dengan peralatan gardu lainnya

Kapasitas PHB-TR jenis tersebut adalah minimal 630 KVA

Gambar 3.2.2 PHB TR Jenis Kerangka


3.3

Saklar Utama PHB TR


Saklar utama pada PHB TR ini berfungsi untuk membuka sirkit tegangan dari
trafo ke busbar tegangan rendah. Saklar utama ini merupakan saklar 3 phasa dengan 3
atau 4 kutub. Saklar utama ada dua jenis :
a. Saklar utama jenis terbuka (NFB)
b. Saklar utama jenis tertutup (MCCB)
24

Kapasitas saklas utama ini disesuaikan dengan daya trafo yang terpasang dan kapasitas
tegangan minimalnya 1000 V.
Untuk cara pengoperasiannya saklar utama ini dibagi menjadi dua :
1. Ditarik (untuk membuka) didorong (untuk memasukkan)
2. Putar kiri (untuk membuka) putar kanan (untuk memasukan)

3.4

Busbar dan saluran pembagi


Busbar ini berfungsi untuk pengumpul dan pembagi tenaga listrik, biasanya
berbahan dari plat tembaga dengan besar penampangnya disesuaikan kapasitas trafo yang
ada. Terpasang pada kerangka dekat sekat dari isolator bahan keramik bakelin atau
fiberglass. Jumlah saluran yang keluar biasanya 4 sampai dengan 8.

3.5

Penjepit fuse (ground plat)


Ground plat ini berbahan tembaga dengan kedudukannya terbuat dari bahan
isolasi keras (porselin, fiberglass). Ground plat ini mempunyai fungsi untuk menjepit fuse
atau NH fuse .

25

Gambar 3.5.1 Ground Plat

3.6

NH Fuse / Fuse Patron


Berfungsi sebagai pengaman saluran yang keluar dari PHB TR ke
konsumen. Terbuat dari bahan tembaga dan dilengkapi dengan serbuk, sebagai peredam.
Namun peredam ini hanya terdapat di NH fuse, sedangkan fuse patron dilindungi oleh
bahan padat berupa porselin. Kapasitas NH fuse ini disesuaikan dengan daya trafo dan
arus yang dialirkan.

Gambar 3.6.1 NH Fuse

Kapasitas
Trafo

NH Fuse
(A)

(KVA)
26

10

25

16

25

25

35

50

80

100

160

160

250

200

300

250

400

315

500

400

600

Tabel 3.6.1 NT Fuse Utama

3.7

Sistem Pembumian PHB TR


Bagian yang perlu dihubungkan dengan sistem pembumian adalah :
a. Pada titik netral sisi tegangan rendah trafo distribusi
b. Pada kawat netral jaringan tegangan rendah
c. Pada kawat netral instalasi listrik

Fungsi pembumian :

Mengalirkan arus gangguan

Membuang arus muatan statis ke bumi

Menstabilkan keseimbangan tegangan

Mengamankan terhadap bahaya tegangan sentuh atau tegangan langkah

Memproteksi peralatan dari tegangan lebih / arus lebih


27

Pada sistem distribusi dikenal ada 2 ( dua ) jenis pentanahan sistem, yaitu :
a. Sistem pembumian Pengaman ( Sistem PP atau Sistem TT ), yaitu menghubungkan
titik netral pada sistem tenaga listrik di sumbernya dan BKT( kerangka )
perlengkapan maupun instalasi . Pada sistem PP bekerjanya alat proteksi tergantung
dari besarnya nilai tahanan pentanahannya, semakin besar nilai alat proteksi, maka
nilai pentanahannya harus kecil. Sedangkan pada sistem PNP penghantar proteksi
( penghantar pentanahan ) digabungkan dengan penghantar netral
b. Sistem pembumian Netral Pengaman ( Sistem PNP atau Sistem TN ), yaitu
menghubungkan semua BKT perlengkapan maupun instalasi dengan penghantar
proteksi ke titik sistem tenaga listrik di sumbernya. Penghantar proteksi adalah
penghantar netral pada sumber yang dihubungkan dengan sistem pembumian.
3.8

Langkah pemeliharaan PHB-TR


1. Gunakan perkakas kerja dan perlengkapan k3 sesuai dengan kebutuhan
2. Yakinkan PHB-TR sudah bebas tegangan
3. Buka saklar utama
4. Lepas seluruh nh fuse
5. Periksa kondisi dan kerja saklar utama

Adanya

kotoran

pada

terminal-terminalnya,

bersihkan

dengan

menggunakan kain dan cairan yang mudah menguap dan bila terlalu tebal
gosok dengan sabut plastik hijau

Adanya kotoran pada alat-alat kontak (saklar jenis terbuka) lakukan hal
sama seperti di atas

Adanya ketidak serempakan buka-tutup alat hubung saklar utama, perbaiki


mekanisnya dan bila perlu ganti dengan yang baru

Ukur tahanan kontaknya, nilainya tidak boleh melebihi

100 micro ohm

28

Ukur tahanan isolasi antara fasa-fasa dan fasa-body, nilai minimal tahanan
isolasinya adalah 1.000 x tegangan kerja

Pemeliharaan terhadap NH-Fuse dan ground plate


1.

Periksa kesesuaian nilai fuse terhadap ground platenya

2.

Periksa kerapatan penjepit pisau nh fuse, setel kembali pernya

3.

Adanya kotoran pada penjepit ground plate dan pisau NH fuse


bersihkan dengan kuas atau kain lap dan cairan yang mudah menguap

4.

Adanya kotoran pada terminal ground plate lakukan hal yang


sama seperti di atas

5.

Ukur tahanan isolasi terminal masuk maupun keluar ground


plate terhadap body Catatan : Nilai tahanan isolasi minimal = 1000 x tegangan
kerja

6.

Periksa kondisi busbar dan isolator dudukannya

7.

Periksa kekencangan pengikatan mur-baut antara terminal


masuk ground-plate NH-Fuse dengan busbar

8.

Oleskan vaseline netral pada penjepit dan pisau fuse

Setelah selesai dilakukannya pemeliharaan PHB TR ini, maka PHB TR ini siap
diopersikan kembali sesuai prosedur.
Prosedur pengoperasian kembali PHB-TR sesudah pemeliharaan
1.

Pasang kembali kabel / kawat pada terminal sisi masuk maupun keluar

2.

Periksa keadaan disekitar trafo dan yakinkan PHB-TRaman dioperasikan

3.

Laporkan kepada pihak yang berwenang untuk pengoperasian kembali, sampai


jawaban izin pengoperasian keluar

4.

Lepaskan PMS bumi (PMS) 3


29

5.

Masukkan PMB 3

6.

Ukur tegangan dan urutan fasa TR, pastikan bahwa besarnya tegangan dan urutan
fasa sudah benar

7.

Masukkan saklar utama, amati ada kelainan - kelainan

8.

Ukur tegangan pada busbar TR, yakinkan besarnya tegangan fasa netral maupun
fasa fasa benar

9.

Operasikan saluran jurusan dengan cara :

Untuk pelanggan umum : masukkan saklar utama, menyusul


kemudian nh fuse satu persatu sambil di test kemungkinan adanya hubung
singkat pada saluran jurusan

Untuk pelanggan 3 fasa : masukkan saluran nh fuse, sebelum


saklar utama dimasukkan

Kelainan pada saklar utama PHB TR


Antara lain :

Sebagian atau seluruh alat kontak hangus akibat terjadi busur api yang besar

Sebagian atau seluruh alat kontak kotor akibat terjadi loss kontak

Buka tutup alat kontak tidak serempak karena kerja alat mekan\is sudah tidak benar
lagi

Tahanan isolasi sudah turun dibawah batas minimal karena faktor usia atau
kebanjiran

Penyebab gangguan / kerusakan pada fuse dan penjepitnya

Permukaan jepit (ground plate) dan alat kontak pelebur serta permukaan sepatu kabel
harus bersih dan dilapisi dengan vaselin jenis netral

Seluruh permukaan alat kontak pelebur harus terhubung dengan penjepitnya

Jenis sepatu kabel yang terhubung antara busbar, pelebur dan kabel jurusan harus
terbuat dari bahan yang sama dengan busbar dan kabel jurusan

Ukuran sepatu kabel harus sesuai dengan ukuran kabel


30

Luas permukaan sepatu kabel yang terhubung dengan busbar minimal sama dengan
penampang kabelnya.

Luas penampang bagian dalam selongsong sepatu kabel minimal sama dengan
penampang kabelnya

Pengencangan mur baut untuk menghubungkan sepatu kabel dengan busbas harus
disesuaikan

31

Вам также может понравиться