Вы находитесь на странице: 1из 20

Nilai:

LAPORAN PRAKTIKUM
MESIN DAN PERALATAN PENGOLAHAN PANGAN
(Mesin Pencampuran Mekanis: Mixer)

Oleh:
Nama

: Anisa Yanthy Rahayu

NPM

: 240110120080

Hari, Tanggal Praktikum

: Rabu, 11 Maret 2015

Waktu

: 15:00 17.00

Co. Ass

:1. Chintya L S
2. Dwi Rahayu
3. Gallerie Tjandra

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES


TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini banyak makanan di pasaran yang terbuat dari pencampuran berbagai
jenis bahan pangan. Contohnya kue, makanan jenis ini sangat diminati oleh semua
kalangan. Proses pembuatannya tidak mudah, perlu adanya pencampuran bahanbahan tertentu didalamnya. Pencampuran adalah suatu proses menghimpun dan
membaurkan bahan-bahan. Dalam hal ini diperlukan gaya mekanik untuk
menggerakkan alat pencampur supaya dapat berlangsung dengan baik. Tujuan
pencampuran dengan menggunakan alat pencampur adonan (mixer) adalah untuk
memperoleh adonan yang elastis dan menghasilkan pengembangan gluten yang
diinginkan. Adonan yang dihasilkan memiliki tingkat kehalusan yang berbedabeda sesuai dengan kecepatan yang digunakan.
Maka dari itu untuk mengetahui proses mencampuran dan jenis-jenis mesin
mixer yang digunakan dalam proses ini praktikan melakukan percobaan mengenai
Mesin

Pencampuran

Mekanis:

Mixer.

Sehingga

praktikan

mampu

membandingkan aliran turbulen yang terjadi pada setiap proses pencampuran


dengan menggunakan mesin mixer.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah:
1. Mengetahui jenis mixer, cara kerja dan bagian-bagian mixer yang digunakan
pada berbagai proses pencampuran dan bahan berbentuk granular.
2. Mampu menggambarkan dan membandingkan pola aliran turbulen yang
terjadi saat pencampuran menggunakan beberapa jenis pengaduk.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1

Mixing atau Pencampuran


Pencampuran merupakan proses mencampurkan satu atau lebih bahan dengan

menambahkan satu bahan ke bahan lainnya sehingga membuat suatu bentuk yang
seragam dari beberapa konstituen baik cair-padat, padat-padat, maupun cair-gas.
Komponen yang jumlahnya lebih banyak lebih banyak disebut fase kontinyu dan
yang lebih sedikit disebut fase disperse (Fellows, 1988).
Menurut Kusdarini (1997), tujuan pencampuran dengan menggunakan alat
pencampur adonan (mixer) adalah untuk memperoleh adonan yang elastis dan
menghasilkan pengembangan gluten yang diinginkan. Prinsip pencampuran bahan
banyak diturunkan dari prinsip mekanika fluida dan perpindahan bahan, karena
pencampuran bahan akan ada bila terjadi gerakan atau perpindahan bahan yang
akan dicampur baik secara horizontal ataupun vertikal. Ada dua jenis
pencampuran, yaitu (1) pencampuran sebagai proses terminal sehingga hasilnya
merupakan suatu bahan jadi yang siap pakai, dan (2) pencampuran merupakan
proses pelengkap atau proses yang mempercepat proses lainnya seperti
pemanasan, pendinginan atau reaksi kimia.
Peralatan pencampur dapat dibagi atau diklasifikasikan atas beberapa kategori,
yaitu:
a. Berdasarkan jenis bahan yang dicampur yaitu alat pencampur liquid, alat
pencampur padat, dan alat pencampur pasta.
b. Berdasarkan jenis agitator, yaitu double cone mixer, ribbon blender, planetary
mixers, dan propeller mixers.
Bahan cair diaduk untuk mencapai beberapa maksud, diantaranya (Mc Cabe et
al, 1985) :
a. Mensuspensikan patikel padatan.
b. Menggabungkan bahan cair yang dapat saling bercampur.
c. Mendispersikan gas dalam bentuk gelembung halus.
d. Mendispersikan bahan cair lain yang tidak dapat bercampur.
e. Meningkatkan pindah panas antara bahan cair dan sumber panas.
1.2 Mixer

Mixer merupakan salah satu alat pencampur dalam sistem emulsi sehingga
menghasilkan suatu dispersi yang seragam atau homogen. Terdapat dua jenis
mixer yang berdasarkan jumlah propeler-nya (turbin), yaitu mixer dengan satu
propeller dan mixer dengan dua propiller. Mixer dengan satu propeller adalah
mixer yang biasanya digunakan untuk cairan dengan viskositas rendah. Sedangkan
mixer dengan dua propiller umumnya diigunakan pada cairan dengan viskositas
tinggi. Hal ini karena satu propeller tidak mampu mensirkulasikan keseluruhan
massa dari bahan pencampur (emulsi), selain itu ketinggi emulsi bervariasi dari
waktu ke waktu (Suryani, dkk., 2002).
1.2 Bagian-Bagian Mixer
Bagian-bagian utama pada mixer diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Motor : tenaga penggerak.
b. Roda gigi : terletak di atas pengaduk dan ditahan oleh klem plat.
c. Pengaduk : pengaduk dapat berputar karena diputar oleh motor.
d. Kipas : dipasang dekat motor.
e. Sakelar : terletak di atas rumah mixer.
f. Kabel penghubung.
1.3 Jenis-jenis Mixer
Macam-macam peralatan pencampur yang diperagakan penggunaannya dan
dijelaskan mekanisme kerjanya didalam praktikum diantaranya adalah double
rotary mixer, planetary mixer, alexander werk, dan ribbon blender.
1.3.1 Mixer Spiral
Mesin spiral mixer merupakan pembuat adonan kental kapasitas besar,
dimana spiral beater dan bowl berputar bersamaan sehingga menghasilkan adonan
yang merata dan lembut.

Gambar 1. Spiral Beater


(Sumber : Suryani, 2002)

1.3.2

Mixer Heksagonal
Fungsi mesin ini adalah mencampur bumbu kering dengan snack,

mencampur tepung berbeda supaya homogen, dan juga bisa untuk mencampur
biji-bijian berbeda supaya homogen.

Gambar 2. Mixer Heksagonal


(Sumber : Suryani, 2002)

1.3.3

Mixer Powder Vertical


Mesin pengaduk vertikal ini untuk mengaduk/mencampur adonan kering

produk pertanian seperti tepung pelet, kompos, dan lain-lain. Dengan


menggunakan mixer ini, maka bahan-bahan yang diaduk bisa tercampur secara
homogen.

Gambar 3. Mixer Powder Vertikal


(Sumber : Suryani, 2002)

1.3.4

Mixer Pemanas
Mesin mixer pemanas berfungsi untuk mengaduk produk cair disertai

dengan pemanasan. Fungsi mesin mixer pemanas ini adalah mengaduk dan
memasak produk pada suhu konstan (terkontrol). Prinsip kerja mesin mixer
pemanas ini adalah mengaduk bahan secara merata disertai dengan pemanasan
dengan suhu terkontrol.

Gambar 4. Mixer Pemanas


(Sumber : Suryani, 2002)

1.3.5

Mixer Roti Planetary


Planetary Mixer merupakan alat pencampuran bahan viskous, seperti pasta.

Prinsip penerapan untuk mencampur bahan dengan viskositas yang tinggi dan
berbentuk pasta adalah kinerja yang tergantung pada kontak langsung antara
material pencampur dengan bahan yang akan dicampur. Dibandingkan dengan

pencampuran pada bahan cair, proses pencampuran bahan yang viskous


memerlukan tenaga yang lebih banyak. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa
pada bahan viskous tidak mungkin terbentuk arus aliran yang dapat memindahkan
bagian bahan yang belum tercampur ke daerah pencampuran di sekitar impeller
seperti pada pengadukan bahan cair. Sehingga proses pencampuran bahan pasta
itu menjadi relatif lebih rumit. Pada saat proses pencampuran berlangsung ruang
pencampuran berada dalam keadaan tertutup. Hal itu dimaksudkan agar bahan
yang sedang bercampur tidak sampai tumpah keluar karena perputaran dari
pengaduk.

Gambar 5. Planetary Mixer


(Sumber: Suryani, 2002)

1.3.6

Double Cone Blender


Alat ini merupakan alat pencampur sederhana, penggunaan energi dalam

pencampurannya kecil dan cocok digunakan untuk mencampur bahan yang halus
dan rapuh.
Spesifikasi alat :
1.
2.
3.
4.

Kapasitasnya antara 2 sampai 100.000 liter


Desainnya higienis dengan segel diluar alat
Muatannya bekerja secara otomatis melalui pneumatic conveying system
Dibuat berdasarkan permintaan konsumen

Gambar 8. Double Cone Mixer


(Sumber: Suryani, 2002)

1.3.7

Vertical Double Rotary Mixer


Vertical doublr rotary mixer digunakan untuk mencampurkan bahan yang

padat-padat.

Kecepatan

komponen-komponen

cairan

yang

dicampurkan

disebabkan oleh pengadukan, dan kecepatan pengadukan tersebut terdiri dari:


1. Kecepatan radial yang berfungsi sebagai arah ke pengaduk,
2. Kecepatan longitudinal, paralel dengan pengaduk, dan
3. Kecepatan rotasional, tangensial ke pengaduk.
Mixer ini digunakan untuk kontinyu adalah padat-padat dan padat-cair
pencampuran untuk medium untuk produksi besar secara terus menerus. Ini.
Mixer ganda memiliki poros pencampuran disesuaikan dengan dayung. Dalam
mixer vertikal tujuan pencampuran dapat diselesaikan di bawah gaya gravitasi
dengan dampak diasingkan. Aplikasi dilakukan dalam produk bahan kimia,
mineral, pupuk, semen, dan lain-lain.

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
1. Stand mixer dan hand mixer sebagai alat praktikum
2. Dough hooks dan dough beaters untuk membantu proses pengadukan
3. Wadah sebagai tempat ketika melakukan proses mixing
4. Kuas untuk membersihkan sisa-sisa bahan yang ada dalam mixer
5. Alat tulis untuk mencatat dan menggambar mixer dan aliran turbulen yang
terjadi
6. Gelas ukur untuk mengukur volume sampel
3.1.2
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bahan
Bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah:
Oat Meal
Tepung terigu
Minyak goreng
Telur
Air Hangat
Gula Pasir

3.2 Prosedur Percobaan


Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada saat melakukan praktikum ini
adalah:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mengidentifikasi bagian dari standing mixer dan hand mixer dan
menggambarnya dalam tampilan 2 dimensi bagian-bagian yang pada masingmasing jenis mixer tersebut
3. Membagi kelompok praktikum menjadi empat kelompok. Masing-masing
kelompok melakukan percobaan yang sama, tetapi bahan, jenis dough, dan
jenis mixer yang berbeda
Kelompo
k
1
2
3 dan 4

Bahan

Jenis Dough

Jenis Mixer

Oat + Terigu
Tepung terigu + air
Tepung Terigu + minyak

Hooks
Hooks
Beaters

Standing
Hand
Hand

4
4. Mengatur

Gula + Telur
letak

standing

mixer

Beaters
kemudian

Standing
mengoperasikan

proses

pencampuran Oat ( 200 gram) dengan Tepung Terigu ( 100 gram)


menggunakan batang pengaduk dough hooks.
5. Mengatur letak hand mixer kemudian memasang dough hooks untuk
mencampur tepung terigu ( 400 gram) dengan air hangat ( 400 ml).
6. Mengatur letak hand mixer kemudian memasang dough beater untuk
mencampur tepung terigu ( 200 gram) dengan minyak ( 200 ml).
7. Mengatur letak standing mixer kemudian mengoperasikan

proses

pencampuran Gula ( 150 gram) dengan Telur menggunakan batang pengaduk


dough beaters.
8. Menyalakan mixer dengan kecepatan tinggi yang sudah terhubung dengan
listrik selama 5 menit
9. Mengamati pola dan arah aliran yang terjadi pada bahan tersebut selama
dough berputar
10. Menggambar aliran turbulen yang telah diamati sebelumnya
11. Membandingkan hasil gambar aliran pada masing-masing bahan, jenis dough,
dan jenis mixer yang berbeda

BAB IV
HASIL PERCOBAAN
4.1 Hasil Percobaan Pencampuran
Tabel 1.Spesifikasi Alat
Hand Mixer
Standing Mixer
Mixer handing
Mixer standing
1. Merk: Cosmos hand mixer (CM1. Merk mixer : Miyako SM625
2.
3.
4.
5.

1379)
Dough: 2 hook dan 2 beater
Kecepatan: Lima variabel
Kebutuhan daya: 175 Watt
Kebutuhan listrik: Tegangan 220
V dan frekuensi 50/60 Hz

2.
3.
4.
5.
6.

White
Warna mixer : Putih
Adaptor daya AC : 190 Watt
Jumlah kecepatan : 5
Bowl kapasitas : 3,5 L
Tegangn : 220 VAC

(Sumber :Dok. Pribadi, 2015)

Tabel 2. Hasil Pengamatan


Kelompok

Kecepata

n
1

(200 g Oat + 100


g Terigu)

Proses Pencampuran

Gambar Aliran Turbulen

(400 g Terigu +
400

ml

Air

hangat )

3+4

(200 g Terigu +
200 ml Minyak )

5+6

(150 g Gula + 3
Butir telur)

4.2 Gambar Mixer dan Fungsinya

4.3 Spesifikasi Hand Mixer

BAB V

PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan percobaan mengenai Mesin
Pencampuran Mekanis: Mixer. Pada percobaan ini praktikan menggunakan dua
jenis mixer yang berbeda yaitu stand mixer dan hand mixer. Dan dough yang
digunakan juga berbeda untuk setiap mixer yaitu beaters dan hooks. Sedangkan
untuk bahan yang digunakan pada proses pencampuran adalah pencampuran
antara Oat Meal 200 gram dan tepung terigu 100g, tepung terigu 400 gram dan air
400 ml, Tepung Terigu 200 gram dan minyak 200 ml, dan yang terakhir gula pasir
150 gram dan 3 butir telur.
Percobaan pertama yang dilakukan adalah mencampurkan oat meal 200gram
dengan tepung terigu 100gram. Pencampuran dengan mixer dilakukan selama 5
menit dan setiap menit dinaikan speed pencampurannya lalu diamati
perbedaannya. Percobaan kedua praktikan mencampurkan tepung terigu 400 gram
dan air 400 ml. Perlakuan sama seperti percobaan pertama. Terlihat pada gambar
percobaan pada kecepatan 1 adonan belum halus, tetapi ketika kecepatan dinaikan
menjadi kecepatan 2, 3, 4, dan 5 terlihat adonannya semakin halus. Bentuk aliran
yang dihasilkannya lebih terlihat jelas dari percobaan pertama. Semakin cepat
proses pencampurannya maka semakin banyak garis aliran turbulen yang terlihat.
Pada proses pencampuran ini untuk membersihkan mesinnya lebih sulit karena
adonan sangat menempel pada mesin sehingga harus benar-benar teliti
membersihkannya.
Selanjutnya percobaan ketiga mencampur tepung terigu dengan minyak.
Berbeda dengan percobaan pertama dan kedua untuk kecepatan 1 adonan
langsung tercampur. Tepung terigu lebih merekat dengan minyak dibandingkan
dengan air. Proses pemcuciannya juga mudah karena tidak ada proses
pencampuran disitu sehingga lebih mudah untuk membersihkannya. Hanya saja
bekas minyaknya membuat mesin menjadi lengket. Aliran turbulen yang
dihasilkan sama seperti aliran turbulen lainnya, semakin besar kecepatan yang
diberikan maka garis alirannya akan terlihat lebih banyak.
Dan pada percobaan terakhir kami melakukan pencampuran gula pasir dan
telur. Terlihat pada gambar percobaan adonan lebih cair dari pada tepung terigu

yang dicampur dengan air. Jika kecepatan mixer ditambah terlihat bahwa adonan
akan semakin mencampur dan lebih halus. Pada setiap kecepatan, praktikan harus
menganalisis proses pencampuran dan aliran turbulennya. Pada proses
pembersihannya mudah karena bahannya cair sehingga lebih mudah untuk
dibersihkan. Dari keempat proses pencampuran tersebut adonan yang lebih sulit
dibersihkan adalah adonan yang menggunakan tepung terigu 400 gram dan air
hangat 400 ml. Karena adonan tersebut homogeny sehingga lebih lengket dari
pada adonan yang lainnya.
Berdasarkan keempat percobaan diatas, terlihat bahwa sifat bahan sangat
mempengaruhi proses mixing dan jenis mixer yang digunakan. Kecepatan mixer
dan waktu mixing juga berpengaruh pada proses mixing dan hasil yang diperoleh.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum ini dapat disimpulkan beberapa hal,
diantaranya:
1. Pencampuran merupakan proses mencampurkan satu atau lebih bahan dengan
menambahkan satu bahan ke bahan lainnya sehingga membuat suatu bentuk
yang seragam dari beberapa konstituen baik cair-padat, padat-padat, maupun
cair-gas.
2. Semakin besar speed yang diberikan oleh mixer maka semakin banyak garis
aliran turbulen yang dihasilkan pada proses pencampuran.
3. Semakin besar speed yang diberikan oleh mixer maka pencampuran bahan
akan semakin halus dan semakin merata (homogeny).
4. Sifat bahan sangat mempengaruhi proses mixing dan jenis mixer yang
digunakan.
5. Kecepatan mixer dan waktu mixing juga berpengaruh pada proses mixing dan
hasil yang diperoleh
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan diantaranya:
1. Sebaiknya praktikan benar-benar teliti mengamati aliran turbulen dari proses
pencampuran
2. Sebaiknya pada saat praktikum berlangsung, praktikan lebih teliti dan
kondusif.

DAFTAR PUSTAKA
Cabe, Mc. 1985. Unit Operation Of Chemical Engineering. Terjemahan. Jakarta:
Erlangga.
Handoko, Djarot. 1992. Perancangan dan Pengujian Performansi Prototipe Alat
Pengaduk Dodol. Skripsi. FATETA, IPB, Bogor.
Kusdarini, Endang. 1997. Kajian Kinerja Mesin Pengolah Kue Bawang. Skripsi.
FATETA, IPB, Bogor.
Suryani, A., Illah Sailah, dan Erliza Hambali. 2002. Teknologi Emulsi.
Departemen Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Anonim. 2010. Mesin Pengaduk. http://tokopusatmesin.com (Diakses pada
tanggal 17 Maret 2015 pada pukul 20.14 WIB).
Priowirjanto, Gator. 2003. Perawatan dan Perbaikan Peralatan Listrik Rumah
Tangga.
http://www.scribd.com/doc/29242785/42/Kerusakan-dan-caramemperbaiki-bagian-bagian-mixer (Diakses pada tanggal 17 Maret 2015
pada pukul 20.18 WIB).

LAMPIRAN

Gambar 1. Standing Mixer


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 2. Mixing Tepung Terigu + Air Hangat


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Вам также может понравиться