Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MAKALAH AIK IV
BAB II
PEMBAHASAN
A. ETIKA ISLAM DALAM PENERAPAN ILMU
1. Pengertian Etika
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata etika yaitu ethos
sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap,
cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.
Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang
oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul
kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang
adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).
Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953 mengutip
dari Bertens,2000), etika mempunyai arti sebagai : ilmu pengetahuan tentang asas-asas
akhlak (moral). Sedangkan kata etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 mengutip dari Bertens 2000), mempunyai
arti :
1. ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak);
2. kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3. nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Etika adalah studi tentang tingkah laku manusia, tidak hanya menentukan kebenarannya
sebagaimana adanya, tetapi juga menyelidiki manfaat atau kebaikan seluruh tingkah laku
manusia.
Apakah Ilmu itu ?
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari alima yalamu
yang berarti tahu atau mengetahui. Dalam bahasa Inggeris Ilmu
biasanya dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan dengan knowledge. Dalam
bahasa Indonesia kata science umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan
Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu paada makna yang sama. Untuk
lebih memahami pengertian Ilmu (science) di bawah ini akan dikemukakan beberapa
pengertian :
Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala
tertentu dibidang (pengetahuan) itu (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Dari pengertian di atas nampak bahwa Ilmu memang mengandung arti pengetahuan, tapi
pengetahuan dengan ciri-ciri khusus yaitu yang tersusun secara sistematis atau menurut Moh
Hatta (1954 : 5) Pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan disebut Ilmu.
Ilmu adalah kumpulan ( akumulasi ) dari banyak pengetahuan, sedangkan
pengetahuan merupakan kumpulan (akumulasi ) dari banyak informasi .
B. Kedudukan Ilmu Menurut Islam
Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam , hal ini terlihat dari
banyaknya ayat AL quran yang memandang orang berilmu dalam posisi yang tinggi dan
mulya disamping hadis-hadis nabi yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus
menuntut ilmu. Didalam Al quran , kata ilmu dan kata-kata jadianya di gunakan lebih dari
780 kali , ini bermakna bahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin dari AL quran sangat
kental dengan nuansa nuansa yang berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat menjadi ciri
penting dari agama Islam sebagamana dikemukakan oleh Dr Mahadi Ghulsyani9 (1995;; 39)
sebagai berikut ;Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah
penekanannya terhadap masalah ilmu (sains), Al quran dan Al sunah mengajak kaum
muslim untuk mencari dan mendapatkan Ilmu dan kearifan ,serta menempatkan orang-orang
yang berpengetahuan pada derajat tinggi
ALLah s.w.t berfirman dalam AL qur;an surat AL Mujadilah ayat 11
ALLah meninggikan baberapa derajat (tingkatan) orang-orang yang beriman
diantara kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi ilmupengetahuan).dan ALLAH maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan
Ayat di atas dengan jelas menunjukan bahwa orang yang beriman dan berilmu akan menjadi
memperoleh kedudukan yang tinggi. Keimanan yang dimiliki seseorang akan menjadi
pendorong untuk menuntut ILmu ,dan Ilmu yang dimiliki seseorang akan membuat dia sadar
betapa kecilnya manusia dihadapan ALLah ,sehingga akan tumbuh rasa kepada ALLah bila
melakukan hal-hal yang dilarangnya, hal ini sejalan dengan fuirman ALLah:
sesungguhnya yang takut kepada allah diantara hamba hambanya hanyaklah ulama
(orang berilmu) ; (surat faatir:28)
Disamping ayat ayat Quran yang memposisikan Ilmu dan orang berilmu sangat istimewa,
AL quran juga mendorong umat islam untuk berdoa agar ditambahi ilmu, seprti tercantum
dalam AL quran sursat Thaha ayayt 114
dan katakanlah, tuhanku ,tambahkanlah kepadaku ilmu penggetahuan .
Dalam hubungan inilah konsep membaca, sebagai salah satu wahana menambah ilmu
,menjadi sangat penting,dan islam telah sejak awal menekeankan pentingnya membaca ,
sebagaimana terlihat dari firman ALLah yang pertama diturunkan yaitu surat Al Alaq ayat
1sampai dengan ayat 5 yang artinya:
1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
Ayat ayat trersebut , jelas merupakan sumber motivasi bagi umat islam untuk tidak pernah
berhenti menuntut ilmu,untuk terus membaca ,sehingga posisi yang tinggi dihadapan ALLah
akan tetap terjaga, yang berearti juga rasa takut kepeada ALLah akan menjiwai seluruh
aktivitas kehidupan manusia untuk melakukan amal shaleh , dengan demikian nampak bahwa
keimanan yang dibarengi denga ilmu akan membuahkan amal ,sehingga Nurcholis Madjd
(1992: 130) meyebutkan bahwa keimanan dan amal perbuatan membentuk segi tiga pola
hidup yang kukuh ini seolah menengahi antara iman dan amal .
Ilmu sangat bermanfaat, tetapi juga bisa menimbulkan bencana bagi manusia dan alam
semesta tergantung dengan orang-orang yang menggunakannya. Untuk itu perlu ada etika,
ukuran-ukuran yang diyakini oleh para ilmuwan yang dapat menjadikan pengembangan ilmu
dan aplikasinya bagi kehidupan manusia agar tidak menimbulkan dampak negatif.
C. Peran Islam Dalam Perkembangan Iptek
1. Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma
inilah yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada
sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan
landasan pemikiran (qaidah fikriyah) bagi seluruh bangunan ilmu pengetahuan. Ini bukan
berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan,
melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang
sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan
dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan.
2. Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi
pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang
seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat
(pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini mengatur,
bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan halal-haram
(hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek, jika telah
dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek telah diharamkan oleh
Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan
manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia
D. Hal Hal Yang Berkaitan Peran Islam Dalam Perkembangan Iptek
mengapa di dalam sistem pendidikan yang diikuti orang Islam, diajarkan sistem ekonomi
kapitalis yang pragmatis serta tidak kenal halal haram. Eksistensi paradigma sekuler itu
menjelaskan pula mengapa tetap diajarkan konsep pengetahuan yang bertentangan dengan
keyakinan dan keimanan muslim. Misalnya Teori Darwin yang dusta dan sekaligus bertolak
belakang dengan Aqidah Islam.
Kekeliruan paradigmatis ini harus dikoreksi. Ini tentu perlu perubahan fundamental dan
perombakan total. Dengan cara mengganti paradigma sekuler yang ada saat ini, dengan
paradigma Islam yang memandang bahwa Aqidah Islam (bukan paham sekularisme) yang
seharusnya dijadikan basis bagi bangunan ilmu pengetahuan manusia. Namun di sini perlu
dipahami dengan seksama, bahwa ketika Aqidah Islam dijadikan landasan iptek, bukan
berarti konsep-konsep iptek harus bersumber dari al-Qur`an dan al-Hadits, tapi maksudnya
adalah konsep iptek harus distandardisasi benar salahnya dengan tolok ukur al-Qur`an dan alHadits dan tidak boleh bertentangan dengan keduanya (Al-Baghdadi, 1996: 12).
3. Syariah Islam Standar Pemanfaatan Iptek
Peran kedua Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan
standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib
dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang
boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang
tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam.
Keharusan tolok ukur syariah ini didasarkan pada banyak ayat dan juga hadits yang
mewajibkan umat Islam menyesuaikan perbuatannya (termasuk menggunakan iptek) dengan
ketentuan hukum Allah dan Rasul-Nya. Antara lain firman Allah:
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka
tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya. (Qs. an-Nisaa` [4]: 65).
Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti
pemimpin-pemimpin selain-Nya[528]. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran
(daripadanya). (Qs. al-Araaf [7]: 3). [528] Maksudnya: pemimpin-pemimpin yang
membawamu kepada kesesatan.
Sabda Rasulullah Saw:
Barangsiapa yang melakukan perbuatan yang tidak ada perintah kami atasnya, maka
perbuatan itu tertolak. [HR. Muslim].
Berikut ini akan dijelaskan tentang hubungan ilmu dan kemanusiaan,hubungan ilmu
dan kemaslahatan hidup,serta ayat-ayat alquran dan hadisnya.
A.
manusia tidak akan berkembang pesat sampai sekarang ini dan manusia tanpa ilmu juga tidak
dapat hidup untuk proses pemenuhan kebutuhan yang kompleks.
Walaupun pada zaman dahulu sering kita ketahui dalam sejarah peradaban manusia
saat itu memanfaatkan ilmu hanya untuk berperang dan menguasai daerah jajahan baru
sehingga peran serta ilmu itu sendiri jauh dari harapan manusia dalam segi nilai dan
moralitas. Dan inilah yang mengubah pemikiran manusia saat ini untuk mencapai hakekat
daripada keilmuan itu.
Kita ketahui juga ilmu saat ini berkembang dengan pesat yang mempengaruhi
reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri. Jadi, ilmu bukan saja menimbulkan gejala
dehumanisasi namun bahkan kemungkinan mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri, atau
dengan ilmu bukanlah sarana yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun
juga menciptakan tujuan hidup itu sendiri.[2]
Dengan ilmu manusia dapat memanfaatkan segala sesuatu didasari nilai yang positif
sehingga dalam kehidupan bersosialnya dapat terjalin hubungan yang serasi, seimbang,
selaras.
2.
telah terkandung sebagai benih di dalam nafsu alamiah yang gelap. (Harun Hadiwijoyo,
1990, hlm. 44-45). Oleh karena itu, tugas kesusilaan pertama ialah meningkatkan
perkembangan itu dalam diri manusia sendiri. Kesusilaan hanya berkaitan dengan batin kita.
[3]
C.
Dapat kita ketahui tentang ayat diatas bahwa Alloh menciptakan manusia dengan penuh kasih
sayang dan kesempurnaan baik secara fisik dan rohani. Dengan dibekali hal diatas maka
fungsi manusia terhadap ilmu adalah menemukan, mengembangkan, menciptakan, kemudian
mengevaluasi terhadap ilmu yang didapatnya melalui proses berpikir yang alami dan
sistematis. dengan pemikiran seperti itu manusia bisa membagi atau memetakan suatu ilmu
degan spesifikasi tertentu yang berkembang saat ini dan sudah dimanfaatkan oleh manusia.
Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu, meskipun
secara metodoloigis ilmu tidak membedakan ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial secara
garis besar.
Berhubungan dengan ilmu sosial maka ada keterkaitan antara manusia dengan
kemanusiaan sehingga melahirkan konsep ilmu itu sendiri yaitu :
1.
Interaksi
2.
saling ketergantungan
3.
4.
Keragaman/Kesamaan/Perbedaan
5.
6.
Pola (Pattern)
7.
8.
9.
Nilai Kepercayaan
bersama itu setiap individu (anggota persekutuan) saling berinteraksi atau bekerjasama satu
dengan yang lain guna tercapainya tujuan yang ingin dicapai.
Akan tetapi serentak pula tak dapat disangkal bahwa melalui kehidupan komunitas
kepribadian manusia dapat dibentuk melalui proses sosialisai dan internalisasi. Artinya,
melalui nilai-nilai yang dicapai dalam hidup komunitas itu disampaikan kepada setiap
individu (anggota persekutuan). Selanjutnya, nilai-nilai itu dijadikan oleh pegangan dalam
diri setiap individu.
Dalam hubungan dengan pembentukan manusia untuk hidup secara lebih baik, maka
pertanyaan yang patut dikemukakan adalah apakah kehidupan komunitas dapat membentuk
manusia untuk hidup secara lebih baik atau lebih bijaksana dan kritis?
Menjawab pertanyaan di atas maka dapat dikatakan bahwa kehidupan komunitas
dapat membentuk hidup manusia secara lebih baik. Dapat dikatakan demikian karena pada
dasarnya kodrat manusia adalah makhluk sosial. Itu berarti manusia selalu berada bersama
dengan sesamanya atau orang lain. Ia tidak berada sendirian, melainkan selalu berada
bersama dengan orang lain. Manusia selalu berada dengan orang lain dan membentuk suatu
persekutuan yang disebut sebagai komunitas. Mereka membentuk hidup besama karena ada
nilai yang ingin dicapai secara bersama. Nilai yang ingin dicapai adalah membentuk hidup
secara lebih baik. Nilaihidup secara lebih baik itu dicapai lewat interaksi atau kerja sama
setiap individu dalam komunitas. Selanjutnya, setelah mencapai nilai yang diinginkan itu
(membentuk hidup secara lebih baik), kemudian disosialisasikan kepada individu (anggota
komunitas) dan selanjutnya individu menjadikan nilai tersebut menjadi pegangan dalam
dirinya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui kehidupan komunitas dapat
membentuk hidup manusia secara lebih baik, lewat nilai yang ditemukan dalam kehidupan
komunitas itu. Nilai itulah yang membentuk manusia menjadi lebih baik, lebih bijaksana dan
kritis dalam hidup.
III. Agama membantu manusia hidup lebih baik
Arti budaya telah diangkat kembali oleh renesans dengan karakter naturalistik, yaitu
budaya dipahami sebagai pembentukan manusia dalam dunianya, yakni sebagai pembentukan
yang memperkenankan manusia hidup atas cara yang lebih bijaksana dan lebih sempurna
dalam dunia yang adalah dunianya. Dalam konteks ini, agama mendapat tempat dan peranan
penting. Agama dimengerti sebagai unsur integral dari budaya, terutama karena mengajarkan
bagaimana hidup dengan baik, hidup dengan bijaksana dan nilai-nilai universal lainnya.
Dalam agama terkandung ajaran-ajaran kebijaksanaan (dalam arti tertentu filsafat dipahami
sebagai kebijaksanaan) yang dapat mengarahkan manusia kepada hidup yang lebih baik.
Dengan demikian, hidup yang lebih baik dalam perspektif filsafat budaya adalah
pembentukan kebijaksanaan secara internal dalam diri manusia melalui ajaran-ajaran agama.
Manusia tidak dapat dilepaskan dari agama dalam kehidupannya. Maksudnya adalah
bahwa agama menjadi sarana di mana manusia dapat memenuhi keinginannya untuk dapat
hidup dengan lebih bijaksana. Dengan kata lain agama membantu manusia untuk dapat hidup
lebih baik. Melalui agama manusia dapat menjadi bijaksana untuk mencapai realisasi dirinya
yang lengkap sehingga menjadi suatu microcosmos yang sempurna dalam macrocosmos.
Setiap agama umumnya mengajarkan kepada para penganut atau pengikutnnya untuk
hidup sebagai orang yang saleh, baik di hadapan manusia maupun di hadapan yang ilahi.
Dengan demikian agama dapat mengarahkan manusia kepada hidup yang lebih baik. Agama
membentuk manusia untuk menjadi lebih baik, lebih bijaksana dengan menanamkan nilainilai universal dalam diri manusia itu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ilmu sangat bermanfaat, tetapi juga bisa menimbulkan bencana bagi manusia dan
alam semesta tergantung dengan orang-orang yang menggunakannya. Untuk itu perlu
ada etika, ukuran-ukuran yang diyakini oleh para ilmuwan yang dapat menjadikan
pengembangan ilmu dan aplikasinya bagi kehidupan manusia agar tidak menimbulkan
dampak negatif.
2. Peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya ada 2 (dua). Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan. Jadi,
paradigma Islam, dan bukannya paradigma sekuler, yang seharusnya diambil oleh umat
Islam dalam membangun struktur ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam
sebagai standar penggunaan iptek. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat
(utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolok ukur umat Islam dalam
mengaplikasikan iptek. Jika dua peran ini dapat dimainkan oleh umat Islam dengan baik,
insyaallah akan ada berbagai berkah dari Allah kepada umat Islam dan juga seluruh umat
manusia. Mari kita simak firman-Nya: Kalau sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya. (Qs. al-Araaf [7]: 96).