Вы находитесь на странице: 1из 14

TUGAS

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR


MODEL PEMBELAJARAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK (KELAS B)
MEGAWATI T.H. ROMU
RENI NUR
WIDI AGUSTINA
MASHUR
ABD. HAMZAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2015

Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)


A. Pengertian Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT, Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa
dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam
kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang
telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan
kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan
dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran
berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk
memecahkan masalah
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28)
dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran
kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1. Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai
latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan social

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang


dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang
lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan
sebagainya.
B. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Numbered Head Together
(NHT)
Menurut Lundgren (dalam Nardi, 2011) Numbered Heads Together (NHT)
memiliki kelebihan dan kekurangan.
1. Kelebihan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT), yaitu :
a. rasa harga diri menjadi lebih tinggi
b. memperbaiki kehadiran
c. penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
d. perilaku mengganggu lebih kecil
e. konflik antara pribadi berkurang
f. pemahaman yang lebih mendalam
g. meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
h. hasil belajar lebih tinggi
i. nilainilai kerja sama antar murid lebih tinggi
j. kreatifitas murid termotivasi dan wawasan murid berkembang, karena
mereka harus mencari informasi dari berbagai sumber.
Selain itu secara lebih umum lagi bahwa kelebihan dari model
Cooperative Learning tipe Numbered Heads together yaitu :
a. setiap siswa menjadi siap semua
b. dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
c. siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
d. tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok.
2. Kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Setiap model yang kita pilih, tentu memiliki kekurangan dan kelebihan
sendiri-sendiri. Salah satu kekurangan pembelajaran Numbered Heads Together
(NHT) adalah kelas cenderung jadi ramai jika guru tidak dapat mengkondisikan
dengan baik, keramaian itu dapat menjadi tidak terkendalikan. Sehingga mengganggu

proses belajar mengajar, tidak hanya di kelas sendiri tetapi bisa juga mengganggu
kelas lain. Terutama untuk kelas dengan jumlah siswa yang lebih banyak.
3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen
dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu : Pembentukan kelompok;
Diskusi masalah; Tukar jawaban antar kelompok. Langkah-langkah tersebut
kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai
berikut :
Langkah 1 : Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat
Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2 : Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam
kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan
percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan
kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes
awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3 : Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket
atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah
yang diberikan oleh guru.

Langkah 4 : Diskusi masalah


Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai
bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama
untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari
pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh
guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat
umum.
Langkah 5 : Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban
kepada siswa di kelas.
Langkah 6 : Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan
yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
4. Manfaat Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT
terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam
Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Rasa harga diri menjadi lebih tinggi


Memperbaiki kehadiran
Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
Konflik antara pribadi berkurang
Pemahaman yang lebih mendalam
Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
Hasil belajar lebih tinggi

5. Penerapan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dalam


Pembelajaran Kimia
Menurut kusuma (2011) Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbasis SAVI dapat meningkatkan
hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan Laju Reaksi; Menurut Wijayati (2008)
mengemukakan bahwa penggunaan model pembelajaran Numbered Heads Together
dapat meningkatkan hasil belajar kimia hidrokarbon; Menurut Setiawan Dkk (2013)
Berdasarkan hasil penelitian bahwa pembelajaran kimia dengan metode kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT) menghasilkan prestasi belajar yang lebih
tinggi dibandingkan dengan penggunaan metode kooperatif tipe TPS pada materi
pokok tata nama senyawa kimia dan persamaan reaksi kimia kelas X semester gasal
SMA Negeri 8 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013.

Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching Learning)


1. Definisi CTL
Contextual Teaching and Learning adalah suatu strategi pembelajaran yang
menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan
materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata,
sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
[1]

Dalam bahasa penulis, Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan


suatu proses pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami makna
materi pelajaran yang dipelajarinya dengan cara mengkaitkan materi tersebut dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural) sehingga
siswa memiliki pengetahuan (keterampilan) yang secara fleksibel dapat diterapkan
dari satu permasalahan (konteks) ke permasalahan (konteks) lainnya.
Dengan konsep tersebut, diharapkan hasil dari pembelajaran menjadi lebih
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa, bukan hanya monoton transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Dalam hal ini guru lebih mengutamakan srategi pembelajaran daripada hasil
pembelajaran. Sehingga, siswa akan dapat menemukan suatu hal yang baru dari
upayanya sendiri, bukan dari guru.
2. Konsep Dasar dan Karakteristik CTL
Terdapat tiga konsep dasar yang perlu diketahui dalam CTL[3]. Pertama, CTL
menekankan kepada proses keterlibatan siswa dalam menemukan materi, artinya
proses belajar dalam CTL tidak mengharapkan siswa hanya menerima pelajaran, akan
tetapi juga proses mencari dan menemukan materi pelajaran.
Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi
yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk
menghubungkan pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Dengan
begitu, materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga
tidak mudah untuk dilupakan.
Ketiga, CTL medorong siswa agar dapat menerapkan materi yang telah
ditemukannya dalam kehidupan nyata, artinya konteks CTL bukan untuk ditumpuk di

otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi
kehidupan nyata.
Selain itu, contekstual teaching learning (CTL) juga memiliki lima karakter
penting, diantaranya yakni :
1.

Pembelajaran merupakan pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activing


knowladge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang
telah dipelajari,

dengan demikian

pengetahuan

yang diperoleh adalah

pengetahuan utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.


2.

Pembelajaran yang kontesktual merupakan pembelajaran untuk memperoleh


pengetahuan baru (acquiring knowladge) dengan cara deduktif.

3.

Pemahaman pengetahuan (understanding knowladge), artinya pengetahuan


yang diperoleh tidak untuk dihafal, tetapi untuk dipahami dan dikembangkan.

4.

Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman (applying knowladge), artinya


pengetahuan yang diperoleh harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa.

5.

Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan


pengetahuan,

agar

terjadi

umpan

balik

dan

proses

perbaikan

dalam

penyempurnaan strategi.

3. Asas-asas CTL
CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas-asas ini
yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
CTL.asas-asas tersebut adalah:[4]

1.

Kontruktivisme (Contructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa

belajar tidak hanya sekedar menghafal atau mengingat pengetahuan, akan tetapi
belajar merupakan suatu proses dimana siswa sendiri aktif secara mental mebangun
pengetahuannya, dengan dilandasi oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya.
2.

Menemukan (Inquiri)
Inquiri merupakan proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan

penemuan sendiri materi pembelajaran melalui proses berfikir secara sistematis.


Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan dengan beberapa langkah,yaitu:
1.

Merumuskan masalah

2.

Mengajukan hepotesis

3.

Mengumpulkan data

4.

Menguji hepotesis berdasarkan data yang ditemukan

5.

Membuat kesimpulan
Penerapan proses inquiri dalam proses pembelajaran CTL dimulai dari adanya

kesadaran siswa akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan. Sehingga siswa
didorong untuk menemukan masalah. Melalui proses belajar yang sistematis,
diharapkan siswa memiliki sifat belajar ilmiah, rasional, dan logis, yang kesemuanya
diharapkan sebagai dasar pembentukan kreatifitas.
3.

Bertanya (questioning)

Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya


dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan
jawaban pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir. Dalam
proses pembelajaran melalui CTL, guru tidak hanya menyampaikan informasi begitu
saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Oleh karena itu,
peran bertanya sangat penting. Sebab dengan pertanyaan-pertanyaan, guru dapat
membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang
dipelajari.
Dalam suatu pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya sangat berguna
untuk:
1.

Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam peguasaan materi


pelajaran.

2.

Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar

3.

Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu yang di inginkan.

4.

Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan.

5.

Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.


Dalam setiap tahapan dan proses pembelajaran kegiatan, bertanya hampir

selalu digunakan. Oleh karena itu, kemampuan guru untuk mengembangkan teknikteknik dalam bertanya sangat diperlukan.
4.

Masyarakat belajar (Learning Community)


Konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran

diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerja sama itu dapat dilakukan

dengan berbagai bentuk, baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dengan
lingkungan yang terjadi secara alamiah. Dalam kelas CTL, penerapan asas
masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui
kelompok belajar .
5.

Pemodelan (modeling)
Pemodelan

pada

dasarnya

adalah

membahasakan

yang

dipikirkan,

mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan


malakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan.. Proses modeling tidak
terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga memanfaatkan siswa yang dianggap
mempunyai kemampuan.
6.

Refleksi (reflection)
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari, dengan

cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah


dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam
struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan
yang dimilikinya. Bila terjadi melalui proses refleksi, siswa akan memperbarui
pengetahuan yang etlah dibentuknya atau menambah pengetahuannya.
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, pada setiap akhir
proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung
atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya pada hari itu.
7.

Penilaian Nyata (Authentic Assessment)


Proses pembelajaran konvensional yang sering dilakukan guru pada saat ini,

biasanya ditekankan kepada perkembangan aspek intelektual, sehingga alat evaluasi


yang digunakan terbatas pada penggunaan tes. Dengan tes dapat diketahui seberapa

jauh siswa telah menguasai materi pelajaran. Dalam kontekstual teaching leaning,
keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan
intelektual saja, akan tetapi juga terhadap keberhasilan prosesnya. Oleh sebab itu,
penilaian keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti hasil
tes, akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian nyata.
Penilaian nyata (authentic assessment) adalah proses yang dilakukan guru
untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.
Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau
tidak, apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap
perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.
4. Implementasi dan Langkah-langkah Model Pembelajaran CTL
Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama. Kelas dikatakan
menerapkan

CTL

jika

menerapkan

ke

tujuh

komponen

tersebut

dalam

pembelajarannya. Secara garis besar langkah-langkah penerapatan CTL dalam kelas


sebagai berikut.
1.

Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya

2.

Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik

3.

Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

4.

Ciptakan masyaraka belajar (belajar dalam kelompok)

5.

Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran

6.

Lakukan refleksi di akhir pertemuan

7.

Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

5. Kelebihan dan Kekurangan CTL


a. Kelebihan
Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut
untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan
saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi
materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa,

sehingga tidak akan mudah dilupakan.


Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan
konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran
konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa

diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal.


b. Kekurangan/Kelemahan

Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru
tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang
sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang
akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman
yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai
instruktur atau penguasa yang memaksa kehendak melainkan guru
adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap
perkembangannya.

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau


menerapkan sendiri ideide dan mengajak siswa agar dengan menyadari
dan dengan sadar menggunakan strategi strategi mereka sendiri untuk
belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian
dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran
sesuai dengan apa yang diterapkan semula.

6. Penerapan CTL dalam Pembelajaran Kimia


Model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) dapat di
terapkan pada siswa dimana model pembelajaran ini adalah salah satu upaya
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran kimia pada
materi Hidrokarbon. Model pembelajaran CTL yang digunakan adalah yang berbasis
web. Metode ini membantu siswa menghubungkan antara materi yang mereka
pelajari dengan cara mempergunakan pengetahuan tersebut dalam kehidupan mereka
sehari-hari.

Вам также может понравиться