Вы находитесь на странице: 1из 11

MAKALAH

GELOMBANG DAN OPTIK


Pemantulan Pada Cermin Permukaan Sferis Dan Aberasi Sferis

Disusun Oleh:
Kelompok
: 5
Nama Anggota : Anthonius Yudha (A1C313027)
Diah Sari Dewi
(A1C313028)
Herizon Primadona
(A1C313026)
Murniawati
(A1C313024)
Umi Lestari
(A1C313025)
Dosen Pengampu:
Haerul Pathoni, S. Pd, M. P. Fis

PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cermin merupakan suatu bidang licin yang dapat memantulkan seluruh
cahaya yang jatuh padanya. Secara garis besar, cermin dapat dibagi menjadi dua
jenis yaitu cermin datar dan cermin lengkung. Yang termasuk kedalam cermin
lengkung adalah cermin cekung dan cermin cembung.

Cermin cekung merupakan cermin yang permukaannya melengkung ke arah


dalam. Contoh yang hampir mirip dengan cermin cekung adalah permukaan
sendok bagian dalam atau bagian reflektor sebuah senter. Sedangkan cermin
cembung merupakan cermin yang permukaannya melengkung kearah luar.
Cahaya tergolong suatu gelombang namun cahaya tidak tergolong gelombang
mekanik, seperti halnya gelombang air atau gelombang tali melainkan gelombang
elektromagnetik. Suatu cahaya yang mengenai cermin datar akan mengalami
pemantulan, terdapat hukum-hukum dalam proses pemantulannya. Lalu
bagaimana bila cahaya mengenai cermin lengkung? bagaimana pemantulan
cahaya pada cermin lengkung? Bagaimana bentuk bayangan yang dihasilkan dan
apakah terdapat kemungkinan bayangan yang terbentuk cacat atau gagal.
Untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut, maka penulis akan
membahasnya dalam makalah ini. Penulis membahas mengenai pemantulan pada
cermin lengkung dan aberasi (cacat bayangan) pada cermin lengkung.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Bagaimana pemantulan pada cermin permukaan lengkung?
2. Bagaimana aberasi yang terjadi pada cermin permukaan lengkung?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalh ini adalah :
1. Memenuhi tugas dari mata kuliah gelombang dan optik
2. Sebagai media belajar bagi mahasiswa pendidikan fisik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pemantulan Dan Pembiasan Pada Cermin Lengkung
Cara pemantulan cahaya pada permukaan lengkung sama seperti pada
cermin permukaan datar. Ketika sudut bergantung terhadap jari-jari R pada
permukaan, seperti gambar 12.15. Saat ditempatkan sebuah sumber titik cahaya 0
pada jarak o dari cermin. Kita ingin menentukan bagaimana cahaya meninggalkan
sumber dan membentuk sudut terhadap sumbu . Jarak gambar atau bayangan
yang terbentuk dari cermin adalah i, kita gunakan geometri. Kita tentukan
+ 2= ,
+=

+ = + +2
+ = + +2

+ =2 2+ 2
+ =2

(12.8)

Disini kita membuat asumsi yang akan digunakan untuk bagian ini. Kita
asumsikan bahwa semua sudut , , itu kecil. Ketika kita mengukur dalam
radian, menjadi
, , 1
asumsi ini dapat dijadikan alternatif sebagai h, o, i, R dimana h adalah
ketinggian dari titik dimana sorotan cahaya mengenai cermin dan adalah
penyimpangan dari pusat cermin.

Jika , , kecil,
kita 12.
dapat
melakukan Pada
pendekatan
Gambar
15 Pemantulan
Permukaan Lengkung
tan , tan , tan
jika pengembangan taylor untuk tan x diberi pada bab 3
1
2
tan x=x + x 3+ x5
3
15
Tetapi

tan =

tan =

h
i

tan =

h
R

h
h

( o ) o ( o )

Substitusikan ke dalam persamaan (12.8), sehingga kita temukan


+ =2
h h
h 1
+ =2 .
o i
R h

1 1 2
+ =
o i R
Yangmana itu adalah rumus untuk cermin. Kita definisikan panjang fokus dari
cermin sebagai gambar yang terbentuk ketika sumber cahaya ditempatkan sejauh

tak berhingga, o,

f=

R
2

Menggunakan panjang fokus, rumus cermin menjadi (gambar 12.16)


1 1 1
+ = ( 12.10 )
o i f
Persamaan 12. 10 dapat menjadi persamaan umum, jika kita menafsirkan tanda (+
atau -) untuk semua kuantitas, o, i, dan f. Tanda dan perjanjian kita ambil
O, i 0 untuk objek dan gambar (bayangan) di depan cermin
O, i 0 untuk objek dan gambar (bayangan) di belakang cermin
f 0 untuk cermin cekung (R 0)
f 0 untuk cermin cembung (R0)

Gambar 12.6 Sinar datang sejajar terhadap sumbu dikumpulkan pada titik fokus

Gambar 12.17 contoh pada o = 30 cm, f = 10 cm


dan i = 15 cm

mari kita bekerja dari contoh di gambar 12. 17. Jika objek ditempatkan pada o=
+30 cm, gambar terbentuk pada i= +15 cm, untuk mempermudah kita tentukan

dari persamaan (12. 10). Di SMA kamu telah belajar metode sinar jiplakan,
asumsikan sebuah tinggi terbatas untuk objek/benda. Kerja ini sama seperti
formula yang kita dapatkan, saat di gambar 12. 18 kita memiliki
R
h'
i= +
2 tan 2
i
h' = h
o
tan =

h
R

Asumsikan lagi sebuah sudut kecil sehingga tan , kita dapat menentukan
1 1 2
+ =
o i R

(a)

(b)
Gambar 12. 18. Menentukan posisi bayangan oleh sinar tiruan. (a) cermin
cekung, (b) cermin cembung.
perbandingan antara tinggi h dan h disebut dengan perbesaran m. kita
mendefinisikan :
i
m = - o (12.11)
oleh karena itu m menjadi positif untuk bayangan tegak (pada arah panah yang
sama) dan m menjadi negatif untuk bayangn terbalik (pada arah panah yang
berlawanan). pada contoh sebelumnya :

15
m = 30

= - 0,5

di mana hal tersebut mengatakan pada kita bahwa ukuran bayangan adalah 1,5
dari ukuran objek dan bayangan terbalik.
ada satu lagi yang lebih kompleks. Sekarang anggap bahwa o = +5 cm pada
contoh sebelumnya. jika kita menggunakan secara langsung formula :
1
1
1
+
=
5
i
10
kita akan mendapatkan i = -10 cm (m = +2,0) di mana hal tersebut mengatakan
pada kita bahwa bayangan yang terbentuk di belakang cermin (i<0) (gambar
12.19). tetapi vahaya tidak akan pernah bisa jatuh ke daerah belakang cermin, dan
bayangan pada kasus ini tidak terbentuk dari sorotan cahaya nyata yang
memotong sumbu. bayangan terbentuk dari sorotan yang meluas ke arah bgian
belakang cermin (garis putus-putus pada gambar). bayangan seperti itu disebut
bayangan maya. dana bayangan yang terbentuk dari sinar cahaya nyata disebut
bayangan nyata.
contoh 4 :
objek maaya. anggap sinar cahaya jatuh pada cermin cekung yang ditunjukkan
pada gambar 12.20. untuk menemukan lokasi bayangan, gunakan persamaan
12.10 kita harus menafsirkan o = -30 cm, sejak sorotan berpotongan dengan
sumbu di belakang cermin. dari :
1
30

1
i

1
20

kita mendapatkan i = 12 cm

Gambar 12. 19. Contoh bayangan maya, i 0

Gambar 12. 20 Contoh 4

Gambar 12. 21 Sinar tiruan tanpa asumsi h R .


2.2 Aberasi (Cacat Bayangan) Pada Cermin Lengkung
Ada kalanya bayangan yan g terbentuk dari proses pemantulan maupun
pembiasan cahaya akan mengalami kecacatan, sehingga akan mengasilkan
bayangan yang cacat pula. Jika semua sinar dari sebuah objek titik tidak
difokuskan pada sebuah titik bayangan tunggal, bayangan buram yang dihasilkan
inilah yang disebut aberasi (Trippler, 2001). Ada banyak jenis aberasi yaang
terjadi, diantaranya aberasi speris.
Aberasi speris adalah gejala kesalahan terbentuknya bayangan yang
diakibatkan pengaruh kelengkungan lensa atau cermin. Aberasi semacam ini akan
menghasilkan bayangan yang tidak memenuhi hukum-hukum pemantulan atau
pembiasan. Ada dua jenis aberasi speris:
a. Aberasi speris aksial
Aberasi speris aksial menimbulkan ketidakpastian letak bayangan
sepanjang arah sumbu optik.
b. Aberasi speris lateral
Aberasi lateral menyebabkan kekaburan bayangan titik sumber sinar
berupa bundaran kekaburan pada arah tegak lurus sumbu optik.

Dari rumus cermin pada pembahasan sebelumnya, kita mengasumsikan h,


adalah jarak vertikal antara titik P dan sumbu utama berbanding terbalik dengan
kurva jari-jari R. Pada kondisi ini, sinar datang sejajar sumbu utama dipantulkan
i=

melalui titik fokus pada

R
2 .

Disini, kita menghapus asumsi ini dan menemukan dimana sinar paralel
menyentuh sumbu setelah dipantulkan. Nilai maksimum h adalah R.
Dari gambar 12. 21, kita dapatkan:
h
cos 2
i= +
=+h
tan 2
sin 2
R2=( R )2 +h 2
sin =

h
R

Eliminasi dan , kita dapatkan:


1
i=R 1
2 1( h/ R )2

R
i= =f
Jika h R , kita peroleh
. Jika h bertambah besar maka i lebih kecil
2
dan ketika h=3 maka i=0.

Gambar 12.22 peristiwa sinar sejajar terhadap sumbu yang tidak fokus jika
cermin bercelah besar (aberasi/ cacat bayangan pada cermin permukaan
lengkung).
Contoh soal :
Suatu cermin lengkung memiliki jarak fokus +20 cm. Sebuah benda ditempatkan
10 cm di depan cermin. Tentukan jarak bayangan, perbesaran dan jenis bayangan
(nyata atau semu, tegak atau terbalik) dari bayangan !
Jawab:
Diketahui
f = +20 cm
O = 10 cm
Ditanya
a)I
b)M
c)Sifat bayangan (maya atau nyata)
d)Sifat bayangan (tegak atau terbalik)
Jawab
a)I

1 1 1
+ =
o i f
1 1 1
=
i f o
1 1
1 12
1
= =
i 20 10 20 = 20
i=20 cm

b) m
m=

i
o

m=

20 cm
10 cm

m=2
c) i=20 cm
Karena i 0 ,
Maka bayangan bersifat maya
d) m=+2

Karena m= +, maka bayangan bersifat tegak

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) Benda yang diletakkan depan cermin lengkung memiliki sifat pemantulan
seperti pada cermin datar dan berlaku rumus
1 1 1
+ = ( 12.10 )
o i f

m=-

i
o

2) Aberasi sferis adalah cacat bayangan pada cermin yang diakibatkan oleh sinar
pantul yang tidak tepat di titik fokus.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Teori Aberasi. http://optikafisika. blogspot.co.id/2013/03/teoriaberasi.html. Diakses tanggal 18 November 2015.
Hirose, Akira dan Lonngren, Karl E. 1985. Introduction To Wave Phenomena. A
wiley Interscience Publication: Canada.
Sarojo, Ganijanti Aby. 2011. Gelombang dan Optika. Salemba Teknika: Jakarta.
TimFisika.2012.http://file.upi.edu/Directori/DUAL/MODES/KONSEP_DASAR_
FISIKA/BBM_8_(Cahaya_dan_alat_optik)_KD_Fisika.pdf. Diakses pada
tanggal 19 November 2015.

Вам также может понравиться