Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa Nifas adalah masa yang dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu.
Di masa nifas ini sering ditemukan komplikasi berupa infeksi yang dialami oleh
ibu seperti endometritis, peritonitis, luka perineum, mastitis, bendungan ASI, kelainan
pada puting susu, thromboflebitis yang sering disebabkan oleh Perdarahan, trauma
persalinan, partus lama, retensio plasenta, keadaan Umum ibu (anemia dan
malnutrition).
Untuk itu, asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini, karena merupakan
masa kritis, baik pada ibu maupun pada bayinya, diperkirakan bahwa 60%
diakibatkan kehamilan setelah persalinan dan setelah persalinan dan 50% kematian
masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2007).
Pada masa nifas harus terselenggara pelayanan bagi ibu meliputi upaya
pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin
terjadi, serta penyelidikan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan,
imunisasi, dan nutrisi bagi Ibu. Dengan meningkatkan kualitas pelayanan maternitas
diharapkan para petugas kesehatan dapat mengurangi tingkat infeksi pada masa nifas
sehingga dapat mengurangi AKI di Indonesia.
Peningkatan kualitas pelayanan maternitas dapat dicapai salah satunya dengan
manajemen asuhan kebidan dan dokumentasi yang baik dan benar, maka dari itu
dalam laporan ini kami mengambil kasus nifas fisiologis untuk mempelajari
manajemen dan dokumentasi asuhan kebidanan pada masa nifas sehingga kami dapat
meningkatkan pengetahuan dan pelayanan pada ibu nifas fisiologis.
1.2 Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis
dengan hipertiroid, menerapkan pola pikir manajemen asuhan kebidanan varney dan
melalui pendekatan dokumentasi kebidanan.
1.2.2
Tujuan Khusus
keterampilan
Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam melaksanakan asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan menerapkan pola pikir melalui pendekatan
dokumentasi kebidanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Hipertiroid
2.1.1 Definisi
Menurut American Thyroid Association dan American Association of Clinical
Endocrinologists, hipertiroidisme didefinisikan sebagai kondisi berupa peningkatan
kadar hormon tiroid yang disintesis dan disekresikan oleh kelenjar tiroid melebihi
normal (Bahn et al, 2011).
Hipertiroidisme merupakan salah satu bentuk thyrotoxicosis atau tingginya
kadar hormon tiroid, T4, T3 maupun kombinasi keduanya, di aliran darah.
Peningkatan kadar hormon tiroid menyebabkan paparan berlebihan pada 5
jaringan-jaringan tubuh yang menyebabkan munculnya berbagai manifestasi klinik
yang terkait dengan fungsi hormon tiroid dalam berbagai proses metabolisme
2.1.2
2.1.3
2.1.4
akan terjadi kerusakan sel hingga hormon yang tersimpan dalam folikel keluar
masuk dalam darah. Dapat pula karena pasien mengkonsumsi hormon tiroid
berlebihan. Dalam hal ini justru radioactive neck-uptake turun. Membedakan ini
perlu, sebab umumnya peristiwa kedua ini, toksikosis tanpa hipertiroidisme,
2.1.5
2.1.6
(Schteingart, 2006).
Manifestasi Klinis
1.
Umum
3.
4.
5.
Kulit : Rambut rontok, kulit basah, berkeringat, silky hair dan onikolisis.
6.
7.
8.
9.
Skelet
Osteoporosis,
(Djokomoeljanto, 2009).
2.1.7
Pemeriksaan Penunjang
epifisis
cepat
menutup
dan
nyeri
tulang.
Bagi
pasien dengan
1.
2.
Berdebar
+2
3.
Kelelahan
+3
4.
-5
5.
+5
6.
Keringat berlebihan
+3
7.
Gugup
+2
8.
+3
No.
Nilai
+1
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9
10.
9.
-3
10.
-3
11.
+3
Tanda
Tyroid Teraba
Bising Tyroid
Exoptalmus
Kelopak Mata Tertinggal Gerak Bola Mata
Hiperkinetik
Tremor Jari
Tangan Panas
Tangan Basah
Fibrilasi Atrial
Nadi Teratur
<80 x/menit
80-90 x/menit
>90 x/menit
Ada
+3
+2
+2
+1
+4
+1
+2
+1
+4
Tidak
-3
-2
-2
-2
-1
-
+3
-3
-
Hipertiroid : 20
Eutiroid: 11 - 18
Hipotiroid: <11
(Sumber: Anonim, 2011)
Uterus (Rahim)
Setelah persalinan uterus seberat 1 kg, karena involusio 1 minggu
kemudian beratnya sekitar 500 gram, dan pada akhir minggu kedua menjadi
300 gram dan segera sesudah minggu kedua menjadi 100 gram. Jumlah sel-sel
otot tidak berkurang banyak hanya saja ukuran selnya yang berubah.
Setelah persalinan tempat plasenta terdiri dari banyak pembuluh darah
yang mengalami trombus. Setelah kelahiran, ukuran pembuluh darah ekstra
uteri mengecil menjadi sama atau sekurang-kurangnya mendekati ukuran
sebelum hamil (Saifuddin, 2006).
Proses involusi uterus disertai dengan penurunan tinggi fundus uteri
(TFU). Pada hari pertama, TFU di atas simfisis pubis atau sekitar 12 cm.
proses ini terus berlangsung dengan penurunan TFU 1 cm setiap harinya,
sehingga pada hari ke-7 TFU berkisar 5 cm dan pada hari ke-10 TFU tidak
teraba di simfisis pubis (Suherni, 2009).
2) Serviks (Leher rahim)
Serviks menjadi tebal, kaku dan masih terbuka selama 3 hari. Namun
ada juga yang berpendapat sampai 1 minggu. Bentuk mulut serviks yang bulat
menjadi agak memanjang dan akan kembali normal dalam 3-4 bulan
(Saifuddin, 2006).
3) Vagina
Vagina yang bengkak serta lipatan (rugae) yang hilang akan kembali
seperti semula setelah 3-4 minggu (Saifuddin, 2006).
4) Abdomen
Perut akan menjadi lembek dan kendor. Proses involusio pada perut
sebaiknya diikuti olahraga atau senam penguatan otot-otot perut. Jika ada
garis-garis biru (striae) tidak akan hilang, kemudian perlahan-lahan akan
berubah warna menjadi keputihan (Saifuddin, 2006)
5) Payudara
Payudara menjadi besar, keras dan menghitam di sekitar putting susu, ini
menandakan dimulainya proses menyusui. Pada hari ke-2 hingga ke-3 akan
diproduksi kolostrum atau susu jolong yaitu ASI berwarna kuning keruh yang
kaya akan antibody dan protein yang sangat bagus untuk bayi (Suherni , 2009).
6)
Kulit
Setelah
melahirkan,
pigmentasi
akan
berkurang,
sehingga
b. Pengeluaran lochea
Cairan atau secret yang keluar pada masa nifas disebut dengan lochea.
Macam-macam lochea antara lain:
1) Lochea Rubra
(a)
Berasal dari robekan/ luka pada plasenta, liquor amni, mekonium, dan
darah
2) Lochea Sanguiolenta
(a)
Terdiri dari sedikit darah, banyak serum, selaput lender, dan kuman
3) Lochea Serosa
(a)
Lochea Alba
Setelah 2 minggu ( 10 sampai 15 hari)
Berisi selaput lendir, leucasisten, dan kuman penyakit yang telah mati
5) Lochea Perusenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
6) Locheastatis
Lochea tidak lancar keluar
c. Laktasi atau pengeluaran ASI
Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro-endokrin, rangsangan
sentuhan payudara (bayi mengisap) akan merangsang produksi oksitosin yang
menyebabkan kontraksi sel mioepitel. Hisapan bayi memicu pelepasan ASI
dari alveolus mammae melalui duktus ke sinus lactiverus.
Cairan pertama yang diperoleh bayi sesudah ibunya melahirkan adalah
kolostrum, yang mengandung campuran yang lebih kaya akan protein,
mineral, dan antibody daripada ASI yang telah mature. ASI yang mature
muncul kira-kira pada hari ketiga atau keempat setelah kelahiran
( Prawirohardjo, 2009 )
d. Perubahan sistem tubuh lain
1)
Endokrin
Endokrin diproduksi oleh kelenjar hypofise anterior, meningkat dan
Hemokonsentrasi
Volume darah yang meningkat saat hamil akan kembali normal dengan
adanya
mekanisme
kompensasi
yang
menimbulkan
hemokonsentrasi,
setinggi umbilikus sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta
akibat perenggangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada
multi paritas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur
yang salah. Selain itu, juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke arah
keturunan, sehingga ibu dan anak mengalami diastasis.
Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar celah
antara otot rektus; memasang penyangga tubigrip (berlapis dua jika perlu), dari
area xifoid sternum sampai di bawah panggul; latihan transversus dan pelvis
dasar sesering mungkin, pada semua posisi, kecuali posisi telungkup-lutut;
memastikan tidak melakukan latihan sit-up atau curl-up; mengatur ulang
kegiatan seharihari, menindaklanjuti pengkajian oleh ahli fisioterapi selama
diperlukan ( widyasih, 2009).
4)
Tanda Hofman
Sakit di betis dan area popliteal pada dorsofleksi pasif kaki,
menunjukkan trombosis vena dalam dari betis. Juga dikenal sebagai tanda
dorsofleksi. Faktor Pembekuan biasanya meningkat selama kehamilan. Dalam
hal ini, penurunan aktivitas setelah melahirkan sekunder untuk anestesi atau
trauma atau pengiriman operasi dapat meningkatkan risiko pengembangan
bekuan darah atau trombus. Penilaian tanda Hofman menyediakan informasi
tentang perkembangan trombi dan harus dievaluasi secara berkesinambungan.
Untuk melakukan tanda Hofman, pasien harus di tempat tidur dengan
kaki santai dan diperpanjang. Refleks dorsal kaki kuat (satu per satu) dan
mengevaluasi rasa sakit pada otot betis. Hasil positif adanya tanda Hofman
yaitu adanya rasa sakit yang tidak normal dan harus dilaporkan kepada
penyedia perawatan kesehatan segera. Indikator lain dari trombi mungkin
meliputi kehangatan, kemerahan atau nyeri di kaki dicurigai. Sedangkan hasil
negatif adanya tanda Hofman yaitu tidak adanya rasa sakit bilateral adalah
respon yang diinginkan ( widyasih, 2009 ).
2.2.1.4 Aspek Psikologis.
Dibagi dalam beberapa fase yaitu :
a. Fase Taking In
1)
2)
1-2 hari.
Ibu memperhatikan bayinya tetapi tidak menginginkan kontak dengan
3)
4)
5)
c. Fase Letting Go
1)
2)
3)
4)
a. Fase Honeymoon
Yaitu fase setelah anak lahir dimana terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah
dan anak pada fase ini.
1) Tidak memerlukan hal-hal yang romantis
2) Saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.
b. Bonding and Attachment
Menurut Nelson 2006 bonding adalah dimulainya interaksi emosi sensorik
fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir.
Menurut Nelson 2006 Attachment adalah ikatan aktif yang terjadi antara
individu.
c. Post Partum Blues
Adalah dimana wanita :
1)
2)
3)
4)
5)
depresi.
Dapat dicegah dengan memberikan penyuluhan sebelumnya bahwa hal
tersebut di atas adalah normal. (Suherni, 2009)
2)
Protein
Selama menyusui ibu membutuhkan tambahan protein di atas normal
sebesar 20 gram/hari. Maka dari itu ibu dianjurkan makan makanan
mengandung asam lemak omega 3 yang banyak terdapat di ikan kakap,
tongkol, dan lemuru. Asam ini akan diubah menjadi DHA yang akan keluar
sebagai ASI. Selain itu ibu dianjurkan makan makanan yang mengandung
kalsium , zat besi, vitamin C, B1, B2, B12, dan D
Selain nutrisi, ibu juga membutuhkan banyak cairan seperti air minum.
Dimana kebutuhan minum ibu 3 liter sehari ( 1 liter setiap 8 jam)
Beberapa anjuran yang berhubungan dengan pemenuhan gizi ibu menyusui
antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
3)
bayinya.
Ambulasi Dini
Ambulasi
dini
adalah
kebijaksanaan
untuk selekas
mungkin
1.
2.
3.
4.
Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah dapat buang
air kecil. Semakin lama urine ditahan, maka dapat mengakibatkan infeksi.
Maka dari itu bidan harus dapat meyakinkan ibu supaya segera buang air
kecil, karena biasany ibu malas buang air kecing karena takut akan merasa
sakit. Segera buang air kecil setelah melahirkan dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya komplikasi post partum.
Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus dapat buang air besar.
Buang air besar tidak akan memperparah luka jalan lahir, maka dari itu
buang air besar tidak boleh ditahan-tahan. Untuk memperlancar buang air
besar, anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat dan minum
air putih.
5)
Kebersihan Diri
Bidan harus bijaksana dalam memberikan motivasi ibu untuk
melakukan personal hygiene secara mandiri dan bantuan dari keluarga. Ada
beberapa langkah dalam perawatan diri ibu post partum, antara lain :
1.
Jaga kebersihan seluruh tubuh ibu untuk mencegah infeksi dan alergi
2.
3.
4.
5.
6)
1.
2.
3.
7)
Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke dalam
vagina tanpa rasa nyeri. Tetapi banyak budaya dan agama yang melarang
sampai masa waktu tertentu misalnya 40 hari atau 6 mingggu setelah
melahirkan. Namun kepiutusan itu etrgantung pada pasangan yang
bersangkutan.
8)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
mulut.
Posisi badan nungging, perut dan paha membentuk sudu 90 derejat.
Gerakan perut keatas sambil otot perut dan anus dikerutkan sekuat
mungkin, tahan selama 5 hitungan. Lakukan gerakan in sebanyak 15
kali, kemudian rileks selama 10 hitugan. (Sulistyawati 2009)
stasis limfatik dan vena. Hal ini terjadi saat pasokan air susu meningkat,
pada sekitar hari ketiga postpartum baik pada ibu menyusui maupun
tidak menyusui dan berakhir sekitar 24 hingga 48 jam.
4) Nyeri perineum
Beberapa tindakan dapat mengurangi ketidaknyamanan atau nyeri
akibat laserasi atau luka episiotomi dan jahitan laserasi atau episiotomi
tersebut. Sebelum tindakan dilakukan, penting untuk memeriksa
perineum
untuk
menyingkirkan
komplikasi
seperti
hematoma.
kecil, peras kassa hingga air tidak menetes, tetapi tetap basah,
lipat sekali dan letakkan di atas perineum.
o Cincin karet, penggunaan cincin karet mendapat kritik karena
kemungkinan mengganggu sirkulasi. Akan tetapi penggunaan
yang benar dapat memberikan pemulihan yang aman jika terjadi
penekanan akibat posisi di area perineum. Cincin karet sebaiknya
digembungkan
secukupnya
untuk
menghilangkan
tekanan
kontipasi
dapat
dikurangi
dengan
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan
spontan, mencegah asfiksia, menemukan kelainan , dan melakukan tindakan
atau merujuk sesuai kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani
hipotermi dan mencegah hipoglikemia dan infeksi.
3. Hasil
Bayi baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat untuk dapat memulai
pernafasan dengan baik.
1. Tujuan
Mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman selama
persalinan
kala
empat
untuk
memulihkan
kesehatan
ibu
dan
1. Tujuannya
Komplikasi pada masa nifassegera dideteksi dan dirujuk pada saat yang
tepat
Kebidanan).
2.2.1
kepada klien, sehingga menghindari adanya double action, hal ini penting untuk
data yang berkelanjutan/catatan perkembangan.
A. Subjektif
1. Identitas Klien
Bertujuan untuk mengidentifikasi/mengenal
penderita
dan
:
Semakin tua usia ibu lebih dari 35 tahun terlalu muda (> 20
thn ) mempunyai resiko pendarahan lebih besar karena organ
reproduksi belum atau tidak mencapai titik maksimal dan
menjalankan fungsi reproduksinya.
:
Agama
kebiasaan
kesehatan
pasien/klien.
Dengan
pendekatan
di
dalam
melaksanakan
asuhan
:
status
pendidikan
diperlukan
mengetahui
tingkat
dikaji
untuk
mengetahui
pengaruh
pekerjaan
terhadap
Suku/Bangsa :
untuk mengetahui ras, sehingga mengetahui resiko penyakit
yang mungkin menyangkut dengan ras, kebiasaan suatu bangsa
Alamat
2. Keluhan Utama
Merupakan alasan utama klien datang ke tempat bidan. Anamnesa
keluhan utama klien dipergunakan untuk membantu menentukan diagnosa
kebidanan. (Harry Oxorn & William R. Forte, Ilmu Kebidanan : Patologi
dan Fisiologi Persalinan).
Untuk mengetahui masalah yang di hadapi yang berkaitan dengan
masa nifas (Ambarwati, 2009). Putting susu dapat mengalami lecet, retak
atau terbentuk celah-celah. Putting susu lecet ini sering terjadi saat
minggu-minggu pertama setelah bayi lahir (Maryunani, 2009)
Afterpain adalah rasa sakit atau mules-mules yang disebabkan oleh
kontraksi rahim, berlangsung 2-4 jam. Tetapi, belum dirasakan
:Periode
Persalinan
Nifas
Anak
5. Riwayat kontrasepsi
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi
jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi
serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa
(Ambarwati, 2009)
6. Riwayat Persalinan Ini
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi
meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu di kaji untuk
mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang
bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini (Ambarwati, 2009)
7. Riwayat kesehatan sekarang
TBC, Jantung, Ginjal, DM, HT, Hepatitis, Kelainan Darah, Gemelli
sebagai
berikut.
a)
b)
d)
Pil zat besi harus diminum untuk menambah zatt gizi, setidaknya
Pola eliminasi
a)
b)
(Ambarwati, 2009)
Ibu diminta untuk buang air kecil minimal 6 jam post partum,
apabila setelah 8 jam post partum ibu belum dapat berkemih maka
ibu hendaknya dilakukan kateterisasi.Untuk pola buang air besar,
setelah 2 hari ibu diharapkan sudah dapat buang air besar, jika
pada hari ke 3 ibu belum dapat buang air besar maka ibu diberi
Pola Aktifitas
Segera setelah persalinan keaadan umum baik klien dapat melakukan
ambulasi dini, aktifitas santai yang berguna bagi semua sistem tubuh
terutama fungsi usus, kandung kemih . Sirkulasi darah dan paru
disamping membantu mencegah trombosit pada pembuluh darah
yang
akhirnya
bisa
menyebabkan
perdarahan
3) Depresi (Suherni etc.all, 2009)
Personal Higiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.
Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah
B. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Kesesuaian penampakan usia
b. Status gizi umum (malnutrisi atau obesitas)
c. Tingkat emosi, , adanya orientasi waktu, tempat, orang, ingatan,
proses logika, perilaku umum (bersahabat, kooperatif, menolak)
d. Temuan kegagalan sistem, seperti sianosis, distres pernafasan,
batuk persisten, abnormalitas suara dan bicara, wajah asimetris,
abnormalitas tulang
e. Postur tubuh, gaya berjalan, dan gerkan tubuh
f. Cara berjalan
: apakah klien berjalan normal atau
sempoyongan
Kesadaran :
1. COMPOS MENTIS : merespon dengan baik
2. APATIS : perhatian berkurang
3. SOMNOLENS : mudah tertidur walaupun sedang diajak bicara.
4. SOPOR : dengan rangsangan kuat masih memberi respons
gerakan.
5. SOPOR-COMATOUS : hanya tinggal reflex cornea (sentuhan
ujung kapas pada kornea, akan menutup kelopak mata).
6. COMA : tidak memberi repson sama sekali.
TTV:
Tensi
Suhu Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2C. sesudah
partus dapat naik kurang dari 0,5 C dari keadaan normal,
namun tidak akan melebihi 8C. Sesudah dua jam pertama
melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila
suhu ibu lebih dari 38C, mungkin terjadi infeksi pada klien
(Saleha, 2009)
Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit setelah
partus, dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan
berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita. Pada masa
nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu
tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah
partus kemudian kembali seperti keadaan semula (Saleha, 2009)
Respirasi (dapat diobservasi dari frekuensi permenit, kedalaman,
keteraturan, dan tanda-tanda yang menyertai, seperti bunyi
nafas dan bau nafas (Johnson Dan Taylor, 2005) frekuensi
pernafasan dalam keadaan istirahat pada yaitu 12-20 kali/menit
(Mandriawati, 2008))
BB ketika hamil
BB sekarang
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang dilakukan adalah periksaan yang fokus tergantung
keluhan dan kebutuhan klien.
Muka
:
untuk menilai apakah simetris atau tidak, pucat atau tidak, odem atau tidak
(Alimul, 2008)
Mata
:
adakah pucat pada kelopak bawah mata, adakah ikterus pada sklera. Untuk
menilai visus atau ketajaman penglihatan, untuk ibu anemia konjungtivanya
pucat (Alimul,2008)
Mulut dan gigi
Leher
pembuluh limfe
Dada dan payudara
:
Apakah payudara kanan dan kiri simetris, puting payudara menonjol atau
tidak, adakah kolostrum atau cairan lain yang keluar dari dalam puting susu.
Pada saat klien mengangkat tangan ke atas kepala, periksa, payudara untuk
mengetahui adanya retraksi, atau dimpling (Hanni, 2010). Pada saat klien
berbaring, lakukan palpasi secara sistemis dari arah payudara dan aksila,
kemungkinan terdapat: massa atau pembesaran pembuluh limfe.
Abdomen :
ukur TFU ibu.
Involusi uterus
Bayi lahir
: setinggi pusat
Uri lahir
Satu minggu
: pertengahan pusat-simfisis
Dua minggu
Enam minggu
: bertambah kecil
Delapan minggu
: sebesar normal
(Saleha, 2009
Genitalia :
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses pesalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8
minggu (Jannah, 2011).
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.lochia mempunyai
bau amismeskipun tidak terlalu menyengat dan volume nya berbeda-beda
pada setiap wanita (Saleha, 2009).
Lokia sanguilenta berwarna merah kunig bersih darah dan lender yang
keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pascapersalinan (Saleha, 2009).
Setelah persalinan perineum menjadi kendur karena teregang oleh tekanan
kepala yang bergerak maju, pulihnya otot perineum terjadi sekitar 5-6
minggu post partum. ( Jannah, 2011).
Dilihat juga jahitan luka perinium.
Ekstermitas :
diperiksa apakah ada oedema/bengkak, adakah varises dan kemerahan
(Saifudin,2002)
3. Pemeriksaan penunjang
2.2.3
Langkah
ini
membutuhkan
upaya
antisipasi,
atau
bila
2.2.4
2.2.5
Perencanaan tindakan.
Pada tahap ini, bidan merencanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan
menurut langkah-langkah sebelumnya. Tahap ini merupakan kelanjutan
langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya
meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap
masalah terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien
tersebut, seperti yang apa diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada
masalah yang berkaitan dengan kondisi sosial-ekonomi, budaya, atau
psikologis. (Saminem, 2010).
Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan merencanakan tindakan secara
komprehensif yang didasari atas rasional tindakan yang relevan dan diakui
kebenaranya, sesuai kondisi dan situasi berdasarkan analisa yang seharusnya
dikerjakan atau tidak oleh bidan, meliputi :
1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu.
2. Berikan KIE tentang :
Kebutuhan nutrisi
Kebutuhan istirahat
Personal hygiene
Perawatan payudara
3. Lakukan observasi
2.2.6
Pelaksanaan tindakan
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota kesehatan
lainnya.Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab
untuk mengarahan pelaksanaannya. Dalam upaya kolaborasi bersama dokter
untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, bidan bertanggung jawab
terhadapa pelkasanaan rencana asuhan bersama tersebut. Manajemen yang
efisien akan menghemat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu asuhan
klien. (Saminem, 2010).
2.2.7
Evaluasi
Bidan mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah
diberikan. Ini
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA NIFAS DENGAN
HIPERTIROID
Oleh :
ANNISA RACHMAWATI
NIM. 011211232018
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis dengan judul: ASUHAN
KEBIDANAN PADA NIFAS FISIOLOGIS DI PUSKESMAS WIYUNG.
Disusun oleh : Annisa Rachmawati 011211232018
Telah mendapat persetujuan dari Pembimbing Klinik dan Akademik pada :
Hari :
Tanggal :
Surabaya,
Juni 2015
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
Program Studi Pendidikan Bidan
FKUA
Pembimbing Klinik
Puskesmas Wiyung, Surabaya
Euvanggelia,S.Keb.Bd
NIK. 139131768
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Latar Belakang
Masa Nifas adalah masa yang dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu.
Di masa nifas ini sering ditemukan komplikasi berupa infeksi yang dialami oleh
ibu seperti endometritis, peritonitis, luka perineum, mastitis, bendungan ASI, kelainan
pada puting susu, thromboflebitis yang sering disebabkan oleh Perdarahan, trauma
persalinan, partus lama, retensio plasenta, keadaan Umum ibu (anemia dan
malnutrition).
Untuk itu, asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini, karena merupakan
masa kritis, baik pada ibu maupun pada bayinya, diperkirakan bahwa 60%
diakibatkan kehamilan setelah persalinan dan setelah persalinan dan 50% kematian
masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2007).
Pada masa nifas harus terselenggara pelayanan bagi ibu meliputi upaya
pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin
terjadi, serta penyelidikan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan,
imunisasi, dan nutrisi bagi Ibu. Dengan meningkatkan kualitas pelayanan maternitas
diharapkan para petugas kesehatan dapat mengurangi tingkat infeksi pada masa nifas
sehingga dapat mengurangi AKI di Indonesia.
Peningkatan kualitas pelayanan maternitas dapat dicapai salah satunya dengan
manajemen asuhan kebidan dan dokumentasi yang baik dan benar, maka dari itu
dalam laporan ini kami mengambil kasus nifas fisiologis untuk mempelajari
manajemen dan dokumentasi asuhan kebidanan pada masa nifas sehingga kami dapat
meningkatkan pengetahuan dan pelayanan pada ibu nifas fisiologis.
1.5 Tujuan
1.5.1
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis
Tujuan Khusus
Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam melaksanakan asuhan
kebidanan pada ibu nifas fisiologis dengan menerapkan pola pikir melalui
pendekatan dokumentasi kebidanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Konsep Dasar Nifas Fisologis.
2.3.1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Nifas Fisiologis.
2.3.1.1 Pengertian
Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai, dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru
pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
(Wiknjosastro, 2007).
Masa nifas didefinisikan sebagai periode selama dan setelah kelahiran.
Namun secara popular, diketahui istilah tersebut mencakup 6 minggu
berikutnya saat terjadi involusi kehamilan normal. (Cunningham, 2006).
Istilah puerperium (berasal dari kata puer artinya anak, parele artinya
melahirkan) menunjukkan periode 6 minggu yang berlangsung antara
berakhirnya periode persalinan dan kembalinya organ-organ reproduksi wanita
ke kondisi normal seperti sebelum hamil. (Maryunani, 2009).
2.3.1.2 Fisiologi.
Setelah plasenta dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera
setelah 1-2 hari plasenta lahir, tinggi fundus uteri kira-kira 3 jari di bawah
pusat,3-5 hari 1 jari di atas sympisis, 6-10 hari uterus sudah tidak teraba lagi.
Uterus menyerupai suatu buah advokat gepeng berukuran panjang 15 cm,
lebar 12 cm, dan tebal 10 cm. Sedangkan pada bekas implantasi plasenta
lebih tipis dari bagian lain. Korpus uteri sekarang sebagian besar merupakan
miometrium yang dibungkus serosa dan dilapisi desidua. Dinding anterior dan
posterior menempel dengan tebal masing-masing 4-5 cm.. Selama 2 hari
berikut uterus tetap dalam ukuran yang sama baru 2 minggu kemudian turun
ke rongga panggul dan tidak dapat diraba lagi diatas symfisis dan mencapai
ukuran normal dalam waktu 4 minggu.
Setelah persalinan uterus seberat 1 kg, karena involusio 1 minggu
kemudian beratnya sekitar 500 gram, dan pada akhir minggu kedua menjadi
300 gram dan segera sesudah minggu kedua menjadi 100 gram. Jumlah sel-sel
otot tidak berkurang banyak hanya saja ukuran selnya yang berubah.
Setelah 2 hari persalinan desidua yang tertinggal dalam uterus
berdeferensiasi menjadi 2 lapisan. Lapisan superficial menjadi nekrotik
terkelupas keluar bersama lochea sementara lapisan basalis tetap utuh menjadi
sumber pembentukan endometrium baru. Proses regenerasi endometrium
berlangsung cepat kecuali tempat plasenta. Seluruh endometrium pulih
kembali dalam minggu ketiga.
Segera setelah persalinan tempat plasenta kira-kira berukuran sebesar
telapak tangan. Pada akhir minggu kedua ukuran diameternya 2-4 cm.
Uterus (Rahim)
Setelah persalinan uterus seberat 1 kg, karena involusio 1 minggu
kemudian beratnya sekitar 500 gram, dan pada akhir minggu kedua menjadi
300 gram dan segera sesudah minggu kedua menjadi 100 gram. Jumlah sel-sel
otot tidak berkurang banyak hanya saja ukuran selnya yang berubah.
Setelah persalinan tempat plasenta terdiri dari banyak pembuluh darah
yang mengalami trombus. Setelah kelahiran, ukuran pembuluh darah ekstra
uteri mengecil menjadi sama atau sekurang-kurangnya mendekati ukuran
sebelum hamil (Saifuddin, 2006).
Proses involusi uterus disertai dengan penurunan tinggi fundus uteri
(TFU). Pada hari pertama, TFU di atas simfisis pubis atau sekitar 12 cm.
proses ini terus berlangsung dengan penurunan TFU 1 cm setiap harinya,
sehingga pada hari ke-7 TFU berkisar 5 cm dan pada hari ke-10 TFU tidak
teraba di simfisis pubis (Suherni, 2009).
2) Serviks (Leher rahim)
Serviks menjadi tebal, kaku dan masih terbuka selama 3 hari. Namun
ada juga yang berpendapat sampai 1 minggu. Bentuk mulut serviks yang bulat
menjadi agak memanjang dan akan kembali normal dalam 3-4 bulan
(Saifuddin, 2006).
3) Vagina
Vagina yang bengkak serta lipatan (rugae) yang hilang akan kembali
seperti semula setelah 3-4 minggu (Saifuddin, 2006).
4) Abdomen
Perut akan menjadi lembek dan kendor. Proses involusio pada perut
sebaiknya diikuti olahraga atau senam penguatan otot-otot perut. Jika ada
garis-garis biru (striae) tidak akan hilang, kemudian perlahan-lahan akan
berubah warna menjadi keputihan (Saifuddin, 2006)
5) Payudara
Payudara menjadi besar, keras dan menghitam di sekitar putting susu, ini
menandakan dimulainya proses menyusui. Pada hari ke-2 hingga ke-3 akan
diproduksi kolostrum atau susu jolong yaitu ASI berwarna kuning keruh yang
kaya akan antibody dan protein yang sangat bagus untuk bayi (Suherni , 2009).
6)
Kulit
Setelah
melahirkan,
pigmentasi
akan
berkurang,
sehingga
Berasal dari robekan/ luka pada plasenta, liquor amni, mekonium, dan
darah
2) Lochea Sanguiolenta
(a)
Terdiri dari sedikit darah, banyak serum, selaput lender, dan kuman
Lochea Alba
Setelah 2 minggu ( 10 sampai 15 hari)
Berisi selaput lendir, leucasisten, dan kuman penyakit yang telah mati
5) Lochea Perusenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
6) Locheastatis
Lochea tidak lancar keluar
c. Laktasi atau pengeluaran ASI
Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro-endokrin, rangsangan
sentuhan payudara (bayi mengisap) akan merangsang produksi oksitosin yang
menyebabkan kontraksi sel mioepitel. Hisapan bayi memicu pelepasan ASI
dari alveolus mammae melalui duktus ke sinus lactiverus.
Cairan pertama yang diperoleh bayi sesudah ibunya melahirkan adalah
kolostrum, yang mengandung campuran yang lebih kaya akan protein,
mineral, dan antibody daripada ASI yang telah mature. ASI yang mature
muncul kira-kira pada hari ketiga atau keempat setelah kelahiran
( Prawirohardjo, 2009 )
Endokrin
Endokrin diproduksi oleh kelenjar hypofise anterior, meningkat dan
Hemokonsentrasi
Volume darah yang meningkat saat hamil akan kembali normal dengan
adanya
mekanisme
kompensasi
yang
menimbulkan
hemokonsentrasi,
setinggi umbilikus sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta
akibat perenggangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada
multi paritas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur
yang salah. Selain itu, juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke arah
keturunan, sehingga ibu dan anak mengalami diastasis.
Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar celah
antara otot rektus; memasang penyangga tubigrip (berlapis dua jika perlu), dari
area xifoid sternum sampai di bawah panggul; latihan transversus dan pelvis
dasar sesering mungkin, pada semua posisi, kecuali posisi telungkup-lutut;
memastikan tidak melakukan latihan sit-up atau curl-up; mengatur ulang
kegiatan seharihari, menindaklanjuti pengkajian oleh ahli fisioterapi selama
diperlukan ( widyasih, 2009).
4)
Tanda Hofman
Sakit di betis dan area popliteal pada dorsofleksi pasif kaki,
menunjukkan trombosis vena dalam dari betis. Juga dikenal sebagai tanda
dorsofleksi. Faktor Pembekuan biasanya meningkat selama kehamilan. Dalam
hal ini, penurunan aktivitas setelah melahirkan sekunder untuk anestesi atau
trauma atau pengiriman operasi dapat meningkatkan risiko pengembangan
Fase Taking In
4)
5)
1-2 hari.
Ibu memperhatikan bayinya tetapi tidak menginginkan kontak dengan
6)
b.
4)
5)
c.
Fase Letting Go
5)
6)
7)
8)
a.
Fase Honeymoon
Yaitu fase setelah anak lahir dimana terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah
dan anak pada fase ini.
1)
2)
b.
sensorik fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir.
Menurut Nelson 2006 Attachment adalah ikatan aktif yang terjadi antara
individu.
c.
7)
8)
9)
10)
depresi.
Dapat dicegah dengan memberikan penyuluhan sebelumnya bahwa hal
tersebut di atas adalah normal. (Suherni, 2009)
10)
Protein
Selama menyusui ibu membutuhkan tambahan protein di atas normal
sebesar 20 gram/hari. Maka dari itu ibu dianjurkan makan makanan
mengandung asam lemak omega 3 yang banyak terdapat di ikan kakap,
tongkol, dan lemuru. Asam ini akan diubah menjadi DHA yang akan keluar
sebagai ASI. Selain itu ibu dianjurkan makan makanan yang mengandung
kalsium , zat besi, vitamin C, B1, B2, B12, dan D
Selain nutrisi, ibu juga membutuhkan banyak cairan seperti air minum.
Dimana kebutuhan minum ibu 3 liter sehari ( 1 liter setiap 8 jam)
Beberapa anjuran yang berhubungan dengan pemenuhan gizi ibu menyusui
antara lain :
bayinya.
Ambulasi Dini
Ambulasi
dini
adalah
kebijaksanaan
untuk selekas
mungkin
kepada ibu
12)
13)
Kebersihan Diri
Bidan harus bijaksana dalam memberikan motivasi ibu untuk
melakukan personal hygiene secara mandiri dan bantuan dari keluarga. Ada
beberapa langkah dalam perawatan diri ibu post partum, antara lain :
2. Membersihakan
4. Mencuci tangan denag sabun dan air setiap kali selesai membersihkan
daerah kemaluan
5. Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh daerah
14)
15)
Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke dalam
vagina tanpa rasa nyeri. Tetapi banyak budaya dan agama yang melarang
sampai masa waktu tertentu misalnya 40 hari atau 6 mingggu setelah
melahirkan. Namun kepiutusan itu etrgantung pada pasangan yang
bersangkutan.
16)
7. Tidur
12.
derejat. Gerakan perut keatas sambil otot perut dan anus dikerutkan
sekuat mungkin, tahan selama 5 hitungan. Lakukan gerakan in sebanyak
15 kali, kemudian rileks selama 10 hitugan. (Sulistyawati 2009)
2.3.1.6 Ketidaknyamanan Nifas dan Cara Menanganinya
Terdapat beberapa ketidaknyamanan pada masa nifas. Meskipun
dianggap normal, ketidaknyamanan tersebut dapat menyebabkan distres
fisik yang bermakna.
7) Nyeri setelah melahirkan
Nyeri setelah melahirkan disebabkan oleh kontraksi dan relaksasi
uterus yang berurutan yang terjadi secara terus menerus. Nyeri ini lebih
umum terjadi pada paritas tinggi dan pada wanita menyusui. Alasan
nyeri yang lebih berat pada wanita dengan paritas tinggi adalah
untuk
menyingkirkan
komplikasi
seperti
hematoma.
secukupnya
untuk
menghilangkan
tekanan
kontipasi
dapat
dikurangi
dengan
Bayi baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat untuk dapat memulai
pernafasan dengan baik.
2. Tujuan
Mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman selama
persalinan
kala
empat
untuk
memulihkan
kesehatan
ibu
dan
2. Tujuannya
Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah
persalinan dan memberikan penyuluhan ASI eksklusif.
3. Pernyataan standar
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan rumah
sakit atau melakukan kunjungan ke rumah pada hari ke-tiga, minggu ke dua
dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses
penatalaksanaan tali pusat yang benar, penemuan dini, penatalaksanaan atau
rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta
memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan
perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi baru lahir , pemberian ASI ,
imunisasi dan KB.
Hasil
Komplikasi pada masa nifassegera dideteksi dan dirujuk pada saat yang
tepat
Kebidanan).
2.2.8
penderita
dan
:
Semakin tua usia ibu lebih dari 35 tahun terlalu muda (> 20
thn ) mempunyai resiko pendarahan lebih besar karena organ
Agama
kebiasaan
kesehatan
pasien/klien.
Dengan
pendekatan
di
dalam
melaksanakan
asuhan
Data
status
pendidikan
diperlukan
mengetahui
tingkat
untuk
mengetahui
pengaruh
pekerjaan
terhadap
atau terbentuk celah-celah. Putting susu lecet ini sering terjadi saat
minggu-minggu pertama setelah bayi lahir (Maryunani, 2009)
Afterpain adalah rasa sakit atau mules-mules yang disebabkan oleh
kontraksi rahim, berlangsung 2-4 jam. Tetapi, belum dirasakan
:Periode
Persalinan
Nifas
Anak
Pola nutrisi
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius,
karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu
dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus
bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak
mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi
sebagai
berikut.
a)
b)
d)
Pil zat besi harus diminum untuk menambah zatt gizi, setidaknya
Pola eliminasi
a)
b)
(Ambarwati, 2009)
Ibu diminta untuk buang air kecil minimal 6 jam post partum,
apabila setelah 8 jam post partum ibu belum dapat berkemih maka
ibu hendaknya dilakukan kateterisasi.Untuk pola buang air besar,
setelah 2 hari ibu diharapkan sudah dapat buang air besar, jika
pada hari ke 3 ibu belum dapat buang air besar maka ibu diberi
c)
Pola Aktifitas
Segera setelah persalinan keaadan umum baik klien dapat melakukan
ambulasi dini, aktifitas santai yang berguna bagi semua sistem tubuh
terutama fungsi usus, kandung kemih . Sirkulasi darah dan paru
disamping membantu mencegah trombosit pada pembuluh darah
perdarahan
3)
Depresi (Suherni etc.all, 2009)
Personal Higiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.
Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah
terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan
D. OBJEKTIF
4. Pemeriksaan Umum
g. Kesesuaian penampakan usia
h. Status gizi umum (malnutrisi atau obesitas)
i. Tingkat emosi, , adanya orientasi waktu, tempat, orang, ingatan,
proses logika, perilaku umum (bersahabat, kooperatif, menolak)
Suhu Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2C. sesudah
partus dapat naik kurang dari 0,5 C dari keadaan normal,
namun tidak akan melebihi 8C. Sesudah dua jam pertama
melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila
suhu ibu lebih dari 38C, mungkin terjadi infeksi pada klien
(Saleha, 2009)
Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menii setelah
partus, dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan
berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita. Pada masa
nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu
tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah
partus kemudian kembali seperti keadaan semula (Saleha, 2009)
Respirasi
BB sekarang
5. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang dilakukan adalah periksaan yang fokus tergantung
keluhan dan kebutuhan klien.
Muka
:
untuk menilai apakah simetris atau tidak, pucat atau tidak, odem atau tidak
(Alimul, 2008)
Mata
:
adakah pucat pada kelopak bawah mata, adakah ikterus pada sklera. Untuk
menilai visus atau ketajaman penglihatan, untuk ibu anemia konjungtivanya
pucat (Alimul,2008)
Mulut dan gigi
pembuluh limfe
Dada dan payudara
:
Apakah payudara kanan dan kiri simetris, puting payudara menonjol atau
tidak, adakah kolostrum atau cairan lain yang keluar dari dalam puting susu.
Pada saat klien mengangkat tangan ke atas kepala, periksa, payudara untuk
mengetahui adanya retraksi, atau dimpling (Hanni, 2010). Pada saat klien
berbaring, lakukan palpasi secara sistemis dari arah payudara dan aksila,
kemungkinan terdapat: massa atau pembesaran pembuluh limfe.
Abdomen :
ukur TFU ibu.
Involusi uterus
Bayi lahir
: setinggi pusat
Uri lahir
Satu minggu
: pertengahan pusat-simfisis
Dua minggu
Enam minggu
: bertambah kecil
Delapan minggu
: sebesar normal
(Saleha, 2009
Genitalia :
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses pesalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8
minggu (Jannah, 2011).
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.lochia mempunyai
bau amismeskipun tidak terlalu menyengat dan volume nya berbeda-beda
pada setiap wanita (Saleha, 2009).
Lokia sanguilenta berwarna merah kunig bersih darah dan lender yang
keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pascapersalinan (Saleha, 2009).
Setelah persalinan perineum menjadi kendur karena teregang oleh tekanan
kepala yang bergerak maju, pulihnya otot perineum terjadi sekitar 5-6
minggu post partum. ( Jannah, 2011).
Dilihat juga jahitan luka perinium.
Ekstermitas :
diperiksa apakah ada oedema/bengkak, adakah varises dan kemerahan
(Saifudin,2002)
6. Pemeriksaan penunjang
Uji Laboratorium yang harus diperiksa adalah hemoglobin, hemtokrit, sel
darah putih (leukosit). Hemoglobin normal ; 12-14 g/dl, hemtokrit normal;
37-43%, leukosit normal 12.000/mm3, dan urin yang normal adalah 1500
cc.(Doenges, 2005)
2.2.9
g.
h.
i.
j.
keadaan nifas. kemudian ditegakkan dengan data dasar subjektif dan objektif.
Dengan masalah aktual yang bersangkutan dengan :
Afterpain
Nyeri akibat luka episiotomi
Kerigat berlebih
Pembesaran payudara
Konstipasi
Retensi urine
2.2.10 Identifikasi diagnosa dan masalah potensial.
Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi masalah dan diagnosis potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi
sebelumnya.
Langkah
ini
membutuhkan
upaya
antisipasi,
atau
bila
meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap
masalah terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien
tersebut, seperti yang apa diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada
masalah yang berkaitan dengan kondisi sosial-ekonomi, budaya, atau
psikologis. (Saminem, 2010).
Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan merencanakan tindakan
secara komprehensif yang didasari atas rasional tindakan yang
relevan dan diakui kebenaranya, sesuai kondisi dan situasi
berdasarkan analisa yang seharusnya dikerjakan atau tidak oleh
bidan, meliputi :
1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu.
2. Berikan KIE tentang :
Kebutuhan nutrisi
Kebutuhan istirahat
Personal hygiene
Perawatan payudara
diberikan. Ini
suatu kontinum, bidan perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang
tidak efektif melalui prosses manajemen untuk mengidentifikasikan mengapa
proses menajemen tersebut tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada
rencana asuhan. Langkah-langkah dalam proses manajemen umumnya
merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang memengaruhi
tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Proses manajemen tersebut
berlangsung di dalam tatanan klinis, dan dua langkah terkahir bergantung pada
klien dan situasi klinik. Oleh sebab itu, tidak mungkin proses manajemen ini
dievaluasi hanya dalam bentuk tulisan saja. (Saminem, 2010).
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Tanggal: 17 Juni 2015
Jam
: 14.15 WIB
: Annisa Rachmawati
No. Reg
: xxx
I SUBJEKTIF
A Identitas
Nama Ibu
: Ny. N
Nama Suami
: Tn. A
Umur
: 27 th
Umur
: 29 th
Suku/Bangsa
: Jawa
Suku/Bangsa
: Jawa
Agama
: Islam
Agama
:Islam
Pendidikan
: SMA
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Pekerjaan
: Berdagang
Alamat
: Lakarsantri
No. Telp
: 085xxx
B Keluhan Utama
Ibu mengatakan nyeri pada perut dan luka jahitan. Puting susu datar dan ASI tidak lancar.
C
Kehamilan
No
Suami
1.
Riwayat Obstetri
UK
8 bulan
40 mg
Persalinan
Peny
Tidak
ada
Tidak
ada
Jenis
Normal
Normal
Pnlg
Bidan
Bidan
Tmpt
BPM
PKM
Anak
Peny
Tidak
ada
Tidak
ada
Sex
BB/PB
2100
2900
Nifas
H
6,5 th
1 hari
M
hidup
hidup
Laktsi
Tidak
Tidak
KET
Peny
Tidak
ada
Tidak
ada
Mengu
nakan
KB pil
Riwayat Kontrasepsi
Sebelumnya ibu menggunakan KB pil. Ibu berencana untuk menggunakan kb pil setelah
40 hari PP.
G Riwayat Kesehatan
Ibu tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit hipertensi, diabetes melitus, ginjal,
jantung,, asma, TBC , HIV, IMS maupun hepatitis. Tidak ada riwayat alergi obat dan
makanan
H Riwayat Kesehatan keluarga
Dalam keluarga ibu tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit hipertensi, diabetes
melitus, ginjal, jantung, asma, TBC, HIV, IMS, hepatitis dan penyakit kejiwaan. Dalam
keluarga ibu tidak ada keturunan gemelli.
I
Data Fungsional
1 Nutrisi
5
gelas. Tidak ada pantangan.
2
3
4
5
Eliminasi
Istirahat
J Pola Kebiasaan
Tidak mengkonsumsi alkohol, jamu, obat-obat terlarang, dan merokok, serta tidak
memiliki binatang peliharaan.
K Riwayat Psikososial dan budaya
Persalinan ini adalah persalinan kedua. Hubungan ibu dengan keluarga baik. Pengambil
keputusan dalam keluarga adalah suami. Tidak ada adat budaya yang mempengaruhi masa
nifas ibu.
II
OBJEKTIF
A Pemeriksaan umum
KU
Kesadaran
TTV
Tekanan Darah
Suhu
Nadi
Pernafasan
: Baik
: Compos Mentis
:
: 100/70mmHg
: 361 C
: 82x/menit
: 20x/menit
B Pemeriksaan fisik
Wajah
Mata
Bibir
Payudara
Abdomen
Vulva
Anus
III
ANALISA
Ny N P2002 1 hari post-partum fisiologis dengan nyeri luka perinium dan puting datar.
IV
PENATALAKSANAAN
Tanggal 17 Juni 2015
14.45 WIB
15.00 WIB
15.30 WIB
17.30 WIB
18.00 WIB
18.30 WIB
tambahan roti. Minum air putih 2 gelas dan teh manis 1 gelas.
Personal hygiene
Evaluasi : ibu mandi 2x/hari di Puskesmas, dan sering mengganti
softex.
KB 40 hari PP
Evaluasi : ibu ingin menggunakan KB pil
20.00 WIB
7
21.00 WIB
23. 00 WIB
8
9
BAK/BAB: +/+.
Mendampingi ibu menyusui bayinya.
Evaluasi : puting susu ibu datar dan ASI sedikit sehingga bayi diberikan
PASI.
Memberi kesempatan ibu untuk tidur.
Evaluasi : ibu tidur 2 jam dan tidak nyenyak.
Melakukan observasi.
Evaluasi : TD : 100/70 mmHg, N : 80x/menit, Suhu: 36,1C, ASI : keluar
23. 15 WIB
24.00 WIB
BAB 4
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengkajian selanjutnya mengintrepertasi data. Dalam hal ini tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus. Diagnosa dalam kasus adalah P2002, hari
pertama post-partum dengan nyeri luka perinium dan puting datar. Masalah yang muncul
pada ibu adalah nyeri pada luka perinium. Untuk nyeri perineum terjadi akibat luka masih
dalam fase inflamasi sehingga manifestasi klinisnya adalah rubor, kalor, dolor. Sebagaimana
di jelaskan dalam (Rusda, 2004) Adanya luka robekan yang terjadi setelah episiotomi
biasanya akan menyebabkan rasa nyeri. Dan dimana biasanya proses penyembuhan
membutuhkan waktu yang cukup lama.
Pada kasus Ny N ASI ibu keluar sedikit. Hal ini wajar terjadi pada hari pertama post
partum, sehingga ibu diberi motivasi untuk terus memberikan ASI ekslusif tanpa PASI pada 6
bulan pertama. Namun pada prakteknya ibu kurang telaten dalam memberikan ASI pada
bayinya dan memberikan PASI tanpa sepengetahuan bidan jaga. Sehingga Ny N diberikan
KIE pemberian ASI + PASI yang benar dan dilakukan pendampingan ketika ibu menyusui
bayinya. Ny. N juga di ajarkan cara perawatan payudara untuk memperlancar ASInya.
Perawatan payudara adalah tidakan pengurutan atau rangsangan pada otot payudara pada
masa nifas untuk memperlancar pengeluaran ASI. (Pitriani, 2014)
Ny N diberikan KIE Personal Hygiene untuk menjaga kebersihan tubuh ibu dan
terpenting menjaga kebersihan genetalia untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan diri
ibu membanu mengurangi sumber infeksi. Mandi setiap hari sangat dianjurkan, setelah ibu
cukup kuat untuk beraktivitas untuk melakukan personal hygiene. Personal hygiene
dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan pada ibu, misalnya mengganti pembalut.
(Safrudin, 2009)
Tidak ada kontraindikasi dalam pemberian nutrisi setelah persalinan. Ibu harus
mendapat nutrisi yang lengkap untuk mempercepat pemulihan kesehatan, kekuatan,
meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI, serta mencegah infeksi. (Bahiyatun, 2009). Untuk
itu Ny N diberikan KIE tentang kebuthan nutrisi yang seimbang dan tidak melakukan tarak.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Masa nifas merupakan masa yang kritis bagi Ibu maupun bayi sehingga pemberian
asuhan kebidanan yang baik dan benar pada ibu nifas sangatlah dibutuhkan. Asuhan
Kebidanan diawali dari manajemen asuhan kebidanan yang baik dan benar, sehingga
pelayanan yang diberikan efektif dan sesuai kebutuhan ibu khususnya pada kasus nifas
fisiologis.
Tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus yang terjadi pada Ny N. Tanda
dan gejala yang terjadi pada ibu nifas meliputi perubahan perubahan fisiologis maupun
psikologis terjadi pada Ny N. Asuhan
kebutuhan Ny N.
Dalam kasus Ny N, ibu memberikan PASI pada bayinya secara diam-diam, ini
menunjukkan kegagalan dalam memberikan KIE tetang ASI ekslusif pada ibu.
Pemberian PASI juga dilakukan dengan cara yang salah, untuk itu dilakukan monitoring
yang lebih kepada Ny N untuk menghindari terjadinya tindakan ibu yang dapat
membahayakan bayinya.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi institusi
Laporan ini dapat menjadi tambahan kepustakaan atau bahan rujukan serta
menambah kajian baru tentang Asuhan Kebidanan nifas fisiologis pada
5.2.2
khususnya.
Bagi tempat praktik.
Laporan ini bisa dijadikan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pelayanan
5.2.3
Daftar Pustaka
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Ashuan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta :EGC
Handajati, Sutjiati Dwi. 2009. Manajemen Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Jannah, Nurul. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan :kehamilan.Yogyakarta: CV Andi OF
SET
Maryunani. 2009. Asuhan Ibu Nifas. Yogyakarta : Dian Press
Pitriani, Risa. 2014. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Nifas Normal.Yogyakarta :
Deepublish.
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP
Rusda, M. 2004. Anestesi Filtrasi Pada Episiotomi. USU. Medan
Saefudin AB.2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal.
Jakarta: EGC
Saminem. 2010. Dokumentasi Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Anonim,
2010. Hyperthyroidism
thyroid). http://www.mayoclinic.com(Diakses tanggal 19 Mei 2011).
(Overacting
Anonim,
2012. Hyperthyroidism. National
Endocrine
and
Metabolic Diseases
Information Service. http://www.endocrine.niddk.nih.gov (Diakses tanggal 18 Mei
2012)
Anonim, 2012. Penuntun Skills Lab Gangguan Hormon dan Metabolismenya. Tim
Pelaksana Skills Lab. FK Universitas Andalas: Padang.
Bararah,
V.F.,
2009. Waspadai
Gejala
Hipertiroid
Wanita. www.healthdetik.com(Diakses tanggal 18 Mei 2012)
Pada
to
Guyton, 1991. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi revisi. Department of
Physiologi and Biophysics. Mississippi.
Lee,
the
Thyroid
Paulev, P.E., 2011. Thyroid Hormones and Disorders. www.zuniv.net (Diakses tanggal
22 Juni 2012)
Rani, A.A., Soegondo, S., Nasir, A.U.Z., Wijaya, I.P., Nafrialdi., Mansjoer, A (Editors).,
2006. Paduan Pelayanan Medik dalam PAPDI. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal:1619.
Schteingart, D.E. 2006. Gangguan Kelenjar Tiroid. Dalam Huriawati H., Natalia S., Pita
W., Dewi A.M (Editors). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Dalam.
Penerbit Buku Kedokteran: EGC. Hal: 1225-3