Вы находитесь на странице: 1из 3

Nama : Fajri Ardiansyah

No. BP: 1110533014

Akuntansi Pajak Penghasilan


A Teori Private Enterprise
Akuntansi PPh saat ini telah meningkat menjadi masalah yang kompleks dalam profesi
akuntansi, walaupun telah berlaku PSAK No. 46. Tarif pajak semakin disepadankan dan
menurun (20% sejak 2009 dan 25% sejak 2010), serta pemberian keringanan tarif 50% untuk
badan yang beromset maksimal Rp50 miliyar atas bagian laba dari omset maksimal Rp4,8
miliyar setahun. Secara teoritis, PPh dapat dipandang apakah sebagai biaya menjalankan
bisnis atau sebagai distribusi laba antara lembaga pemerintah dan pemilik bisnis. Pasal 9 UU
PPh menolak teori biaya tersebut dan lebih cendrung pada teori pembagian laba. Karena
tidak pernah menyetor modal uang, tetapi mengharapkan pembagian laba, pemerintah sering
disebut sebagai Super Shareholder. Menurut Smith & Skousen (1983), teori private
enterprise di Amerika Serikat cenderung menerima pandangan pertama, artinya PPh adalah
pungutan yang dilakukan pemerintah pada semua bisnis dan oleh karenanya merupakan
biaya yang diperlukan (tidak dapt dihindari) untuk menjalankan bisnis dalam masyarakat dan
bernegara. Sesuai tarif yang berlaku berdasar teori private enterprise tersebut maka porsi
beban PPh adalah sekitar minimal 25% dari laba sebelum pajak.
B Perbedaan Laba Komersial dan Laba Fiskal, Perbedaan Permanen dan Waktu
Pengertian penghasilan kena pajak yang terdapt dalam Pasal 4(1) UU PPh dapat berbeda
dalam konsep, pegukuran dan pengakuan antara laba fiskal (pengahasilan kena pajak) dengan
laba komersial ( penghasilan menurut pembukuan).
Perbedaan antara laba fiskal dengan laba komersial dapat bersifat permanen dan sementara.
Perbedaan permanen terjadi karena : (1) pengurang penghasilan dan biaya merupakan

penghasilan kena pajak dan pengurang pengurang penghasilan kena pajak, tetapi tidak diakui
sebagai penghasilan dan biaya dalam pembukuan (akuntansi), (2) Penghasilan dan biaya
menurut pembukuan (akuntansi), tetapi bukan merupakan penghasilan kena pajak. Perbedaan
sementara timbul dari pendapatan dan beban yang diakui untuk pembukuan pada periode
yang lebih cepat atau lebihh lambat dari periode pengenaan pajaknya. Perbedaan permanen
merupakan perbedaan antara penghasilan kena pajak dengan laba komersial yang berasal
daritransaksi yang menurut ketentuan perpajakan tidak akan dipulihkan kembali dengan
perbedaan yang sama, atau turn around di tahun pajak lain. Perbedaan permanen dapat
disebabkan dari penghasilan bebas pajak atau dikecualikan dari pajak dan biaya yang tidak
dapt dikurangkan dari penghasilan kena pajak.
Perbedaan sementara dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1

Laba komersial lebih kecil dari laba fiskal karena (a) penghasilan ditangguhkan
pengakuannya untuk akuntansi komersial tetapi dilaporkan sebagai penghasilan kena
pajak tahun berjalan, dan (b) biaya diakui sebagai beban dalam pembukuan tetapi

ditangguhkan untuk perpajakan


Laba komersial lebih besar dari laba fiskal, karena (a) penghasilan telah diakui dan
dilaporkan secara komersial tetapi ditunda untuk tujuan perpajakan, dan (b) biaya yang
ditangguhkan untuk komersial, tetapi dikurangkan dari penghasilan kena pajak.

C Intra Period dan Inter Period Alokasi PPh Badan


Intra period tax allocation (alokasi beban pajak pada tahun yang sama)
nampaknya merupakan salah satu pendekatan pengungkapan (disclosure) dan pelaporan
suatu segmen penghasilan setelah dikurangi pajak penghasilannya sehingga nampak
berapa penghasilan setelah pajaknya. Kalau ada kerugian yang secara horizontal dapat
dikompensasikan dengan penghasilan kategori lain juga dihitung pengaruh pajaknya.
Perbedaan terif antar kategori penghasilan, termasuk tarif final, juga dipertimbangkan
dalam perhitungan pengaruh pajak. Sementara itu, interperiod tax allocation nampaknya
lebih berkepentingan dengan alokasi selisih pajak teoritis dan utang pajak
(SKP)nsehubungan dengan perbedaan waktu (timing difference).
D Pendekatan Alternatif Alokasi PPh Antar Periode

Sekurang-kurangnya menurut Smith & Skousen (1983) terdapat 2 (dua)


pendekatan yaitu pertama metode utang pajak dengan menganggap bahwa saldo kredit
akun pajak tangguhan merupakan utang (kewajiban) yang harus dibayar di masa datang,
sedangkan saldo debit sebagai pajak dibayar dimuka. Dalam metode ini jumlah yang
dilaporkan harus disesuaikan jika terjadi perubahan tarif yang menunjukkan jumlah lain
yang akan dibayar dimasa mendatang. Kedua, metode bersih dari pajak, yang sebetulnya
merupakan metode yang mengungkapkan pengaruh pajak atas perbedaan waktu yang
dihitung apakah berdasarkan metode pajak tangguhan atau utang pajak. Selisih antara
pajak terutang dan biaya PPh sehubungan dengan laba komersial tahun berjalan dicatat
sebagai penyesuaian langsung atas harta utang, pendapatan dan biaya ketimbang
penyesuaian atas biaya PPh Badan atau pada akun terpisah di neraca.

Вам также может понравиться