Вы находитесь на странице: 1из 11

MALPRAKTIK KEBIDANAN DALAM KASUS KEHAMILAN

MAKALAH INI DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS


ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

OLEH :
ANA SILFIA OCTAVIANI

201410105140

ANGGRAENI NURVITA W

201410105141

ANIS NADIROTUN S

201410105142

ANITA PUJI RAHAYU

201410105143

ANNA AMALIA PARDANI201410105144


DEFITA YOLANDA

201410105145

DENI SUPIANI

201410105146

DESI MIRANTHI

201410105147

D-III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH


YOGYAKARTA

20115
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu tanpa ada halangan sedikitpun.
Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika
dan Hukum Kesehatan tentang Kajian Khusus Malpraktik Dalam Malpraktik Kebidanan.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pembimbing yang telah
membimbing kita dalam menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih juga kami
sampaikan kepada orang tua yang telah memberikan dukungan bagi kami. Serta tak lupa
teman teman yang ikut bekerja sama menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna
maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Karena kesalahan adalah milik semua orang dan kesempurnaan hanya milik
Allah SWT. Semoga makalah ini dapat berguna dan membantu proses pembelajaran.

Yogyakarta, 14 Desember 2015

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
......................................................................................................................................1.1.
Latar Belakang.............................................................................................................. 1
......................................................................................................................................1.2.
nfaat Penulisan.............................................................................................................. 2
......................................................................................................................................1.3.
Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 2
BAB II ISI
......................................................................................................................................2.1.
Pengertian Malpraktik.................................................................................................. 3
......................................................................................................................................2.2.
Jenis jenis Malpraktik................................................................................................ 3
......................................................................................................................................2.3.
Kajian Kasus Malpraktik dan Pembahasan.................................................................. 5
......................................................................................................................................2.4.
Upaya Pencegahan Dalam Menghadapi Tuntutan Malpraktek.................................... 7
BAB III PENUTUP
......................................................................................................................................3.1.
Kesimpulan................................................................................................................... 8
......................................................................................................................................3.2.
Saran............................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA

Ma

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
World Health Organization (WHO) memperkirakan ada 20 juta kejadian aborsi tidak
aman (unsafe abortion) di dunia, 9,5 % (19 dari 20 juta tindakan aborsi tidak aman)
diantaranya terjadi di negara berkembang. Sekitar 13 % dari total perempuan yang
melakukan aborsi tidak aman berakhir dengan kematian. Resiko kematian akibat aborsi yang
tidak aman di wilayah Asia diperkirakan 1 berbanding 3700 dibanding dengan aborsi.
Diwilayah Asia Tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahun, dan
sekitar 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia, dimana 2.500 di antaranya berakhir
dengan kematian. Angka aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta pertahun. Sekitar
750.000 diantaranya dilakukan oleh remaja. (Medical-Journal, Soetjiningsih, 2004)
Menurut Parawansa (2000), menyatakan bahwa jumlah aborsi di Indonesia dilakukan
oleh 2 juta orang tiap tahun, dari jumlah itu, 70.000 dilakukan oleh remaja putri yang belum
menikah. Menurut Azwar,A (2000) menyatakan bahwa jumlah aborsi pertahun di Indonesia
sekitar 2,3 juta. Setahun kemudian terjadi kenaikan terjadi kenaikan cukup besar.
Menurut Nugraha,B,D, bahwa tiap tahun jumlah wanita yang melakukan aborsi sebanyak 2,5
juta. Menurut seminar yang diadakan tanggal 6 Agustus 2001 di Jakarta Utomo,B,
melaporkan hasil penelitian yang dilakukan di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia
tahun 2000, menyimpulkan bahwa di Indonesia terjadi 43 aborsi per 100 kelahiran hidup. Ia
juga menyampaikan bahwa sebagian besar aborsi adalah aborsi yang disengaja,ada
78 % wanita diperkotaan dan 40% di pedesaan yang melakukan aborsi dengan
sengaja. (Kusmaryanto, 2002).
Laporan yang disinyalir melaui Kapanlagi (25/08/2005) Tingkat aborsi (pengguguran
kandungan) di kalangan remaja di tanah air hingga tidak berbeda dengan angka-angka yang
disebutkan diatas, dimana diperkirakan dari hasil suvey dan penelitian pada tahun 2005 masih
cukup tinggi hingga mencapai 30%. Atau mencapai dua juta orang/tahun, dan 30%
diantaranya atau 600 ribu orang dari kalangan remaja.

Tingginya tingkat aborsi yang dilakukan kalangan remaja terjadi akibat perilaku
hubungan seksual sebelum menikah, bahkan banyak juga remaja yang terjangkit berbagai
jenis penyakit menular seksual (PSM).
Bahkan menurut Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII)
Yogyakarta, dr Titik Kuntari MPH. Menuturkan kepada inilah.com (30/06/2009). Angka
kejadian aborsi di Indonesia berkisar 2-2,6 juta kasus pertahun, atau 43 aborsi untuk setiap
100 kehamilan. Fakta ini berasal dari Sekitar 30% di antara kasus aborsi itu dilakukan oleh
penduduk usia 15-24, katanya di Yogyakarta.

Perkiraan yang sama ternyata tidak berbeda dengan hasil Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SKDI) 2004 tentang aborsi atau pengguguran kandungan, tingkat aborsi di
Indonesia sekitar 2 sampai 2,6 juta kasus pertahun, 30% dari aborsi tersebut dilakukan oleh
mereka di usia 15-24 tahun. (Yulia,Majalah KARTINI,edisi April 2006)
Apabila disimpulkan dengan kenaikan 100,000 kasus aborsi pertahun saja, maka denga
menggunakan data WHO ada tahun 2004 dimana kasus aborsi telah mencapai 2,5 juta kasus.
Maka di tahun 2010 kasus aborsi dapat diperkirakan telah mencapai 3,1 Juta kasus. Ini angka
fantastis. Dan apabila 30% dari pelaku aborsi adalah terjadi dikalangan remaja maka
kasusnya dapat mencapai 930.000 kasus pertahun. Dan mungkin saja akan berkembang terus
apabila tidak segera dicegah. Apalagi dampak kematian dari aborsi tersebut akan turut
meningkat.
Oleh karena itu kembali lagi, masalah pergaulan bebas sudah mengkhawairkan dan
menjadi tanggung jawab kita bersama. Kontrol orang tua, Lingkungan, Pendidik, Pemuka
Agama, Aparat Penegak Hukum hinga Para Dewan Tehormat, serta Pemerintah untuk
membuat regulasi yang berlaku tegas dan tanpa pandang bulu terhadap segala bentuk
penyimpangan sosial saat ini.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Membantu mahasiswa dalam mencari referensi guna pembelajaran
2. Membantu masyarakat mendapat informasi guna mengetahui perkembangan yang
ada di lingkungannya terutama pada peningkatan jumlah aborsi
1.3 Manfaat Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Bertambahnya pengetahuan mahasiswa terutama calon tenaga kesehatan tentang
peningkatan jumlah aborsi di Indonesia
2. Bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang aborsi dan ini dapat meminimalkan
tindakan aborsi

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Malpraktek
Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu
berkonotasi yuridis. Secara harfiah mal mempunyai arti salah sedangkan praktek
mempunyai arti pelaksanaan atau tindakan, sehingga malpraktek berarti pelaksanaan
atau tindakan yang salah. Meskipun arti harfiahnya demikian tetapi kebanyakan istilah
tersebut dipergunakan untuk menyatakan adanya tindakan yang salah dalam rangka
pelaksanaan suatu profesi.Sedangkan difinisi malpraktek profesi kesehatan adalah kelalaian
dari seseorang dokter atau bidan untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu
pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien
atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama (Valentin v. La Society de
Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956).
Berlakunya norma etika dan norma hukum dalam profesi kesehatan. Di dalam setiap
profesi termasuk profesi tenaga bidan berlaku norma etika dan norma hukum. Oleh sebab itu
apabila timbul dugaan adanya kesalahan praktek sudah seharusnyalah diukur atau dilihat dari
sudut pandang kedua norma tersebut. Kesalahan dari sudut pandang etika disebut ethical
malpractice dan dari sudut pandang hukum disebut yuridical malpractice.
2.2 Jenis-Jenis Malpraktek
Untuk malpraktek hukum atau yuridical malpractice dibagi dalam 3 kategori sesuai bidang
hukum yang dilanggar, yakni Criminal malpractice, Civil malpractice dan Administrative
malpractice.
1. Criminal malpractice
Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice manakala
perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana yakni :
a. Perbuatan tersebut merupakan perbuatan tercela.
b. Dilakukan dengan sikap batin yang salah yang berupa kesengajaan, kecerobohan.

Criminal malpractice yang bersifat sengaja misalnya melakukan euthanasia (pasal 344
KUHP), membuka rahasia jabatan (pasal 332 KUHP), membuat surat keterangan
palsu (pasal 263 KUHP), melakukan aborsi tanpa indikasi medis pasal 299 KUHP).
Criminal malpractice yang bersifat ceroboh misalnya melakukan tindakan medis
tanpa persetujuan pasien informed consent.
Criminal malpractice yang bersifat lalai misalnya kurang hati-hati mengakibatkan
luka, cacat atau meninggalnya pasien.
Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat
individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau
kepada rumah sakit/sarana kesehatan

2.

Civil malpractice
Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak
melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah
disepakati (ingkar janji).
Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan civil malpractice
antara lain:
a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.
b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat
melakukannya.
c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna.
d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.
Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat
pula dialihkan pihak lain berdasarkan principle of vicarius liability. Dengan prinsip ini maka
rumah sakit/sarana kesehatan dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan
karyawannya (tenaga kesehatan) selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka
melaksanakan tugas kewajibannya

3. Administrative malpractice
Tenaga bidan dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala tenaga
bidan tersebut telah melanggar hukum administrasi. Perlu diketahui bahwa dalam melakukan
police power, pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan di bidang
kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga bidan untuk menjalankan profesinya
(Surat Ijin Kerja, Surat Ijin Praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenaga bidan.
Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat
dipersalahkan melanggar hukum administrasi.

2.3 Kajian Kasus Malpraktek


Kasus ini terjadi di Medan. Terkait kasus dugaan melakukan melakukan aborsi
di salah satu rumah yang diduga dijadikan sebagai tempat praktek aborsi di Jalan Lubuk
Kuda Gang Marco Sentosa Lama yang digrebek anggota Reskrim Poltabes Medan, Sabtu
(Desember 2012) lalu, dua orang telah dijadikan tersangka dan masih ditahan di Mapoltabes
Medan. Kedua tersangka yakni Dr.J dan Bidan M. Untuk biaya aborsi, Ny. R (Ibu yang
berkeinginan di aborsi) di kenakan biaya 2 juta oleh tersangka. Diduga, Ny.R melakukan
aborsi atas kemauannya sendiri.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, penggrebekan itu berawal dari adanya laporan
masyarakat yang menyebutkan bahwa satu rumah di Jalan Lubuk Kuda Gang Marco Sentosa
Lama kerap kali dijadikan tempat praktik aborsi.
Pembahasan Kasus
1. Dari kasus di atas, kami dapat menyimpulkan bahwa kasus tersebut adalah
malpraktik karena aborsi tersebut dilakukan lebih dari satu kali dan bukan
termasuk tindakan yang tidak di sengaja tetapi ini adalah tindakan yang
disengaja. Memang tindakan aborsi ini dilakukan atas kemauan ibunya sendiri
(Ny.R) namun Dokter dan Bidan M yang melakukan tindakan ini tidak
mempertimbangkan terlebih dahulu untung ruginya dari tindakan ini apa. Dalam
UU kesehatan No 23 tahun 1992 juga dijelaskan bahwa tindakan medis dalam
bentuk apapun dan alas an apapun dilarang karena bertentangan dengan norma
hokum, norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam
kedaan darurat sebagai upaya menyelamatkan nyawa ibu atau janin dapat diambil
tindakan medis tertentu dan itupun harus dengan menggunakan indikasi medis.
2. Kasus ini termasuk ke dalam hukum pidana karena hukum pidana adalah hukum
yang mengacu pada aturan aturan dan dasar dasar negara . Dalam kategori
kasus ini, termasuk dalam tindakan yang dilarang, namun tetap dilaksanakan
sehingga dapat disimpulkan bahwa tindakan ini tidak sesuai dengan aturan yang
berlaku di Negara.
3. Untuk penyelesaian dari kasus ini bisa melalui organisasi profesi terlebih dahulu
untuk dilakukan mediasi walaupun sudah jelas pada kasus tersebut hukumnya
pidana yang berhubungan langsung dengan aturan dan dasar Negara. Dalam
mediasi akan dicari apa alasan atau hal yang mendorong ibu untuk melakukan
aborsi, padahal sudah jelas di UU kesehatan No 23 tahun 1992 aborsi tidak boleh
dilakukan jika tidak dengan menggunakan indikasi medis.

4. Karena dari kasus diatas termasuk tindakan piddana, tersangka Dr dan Bidan M
serta yang melakukan aborsi akan dikenakan sanksi seperti yang sudah tercantum
dalam UU KUHP Bab XIX Pasal 299, 349, dan 349 serta UU Kesehatan No. 23
tahun 1992 Pasal 80 ayat 1. Dan bidan tersebut dicabut izin praktiknya sedangkan
korban dijerat KUHP Pasal 346.
KUHP pasal 299 :
1. Barang siapa mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati ,
dengan diberitahukan dengan ditimbulkannya harapan, bahwa karena
pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia
seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. Jika
yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka
dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
KUHP pasal 348 :
1. Barangsiapa yang dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun enam bulan.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
KUHP pasal 349 :
Jika seorang tabib, biddan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang
tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu yang ditambah sepertiga dan dapat dicabut hak
untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
Pasal 80 :
Barangsiapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu
hamil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15
ayat 1 dan ayat 92, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan
pidana denda paling banyak Rp.500.000.000,00
2.4 Upaya Pencegahan Dalam Menghadapi Tuntutan Malpraktek
Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga bidan karena adanya
malpraktek diharapkan para bidan dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati,
yakni:
a. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena perjanjian
berbentuk daya upaya bukan perjanjian akan berhasil.
b. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.

c. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.


d. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.
e. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala kebutuhannya.
f. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari data kajian yang telah kita peroleh dapat disimpulkan bahwa seorang bidan

harus berhati-hati dalam memberikan pelayanan pada pasiennya. Sehingga pelayanan atau
tindakah yang kita berikan tidak merugikan pasien dan berdampak pada kesehatan pasien.
Oleh karena itu bidan harus selalu memperhatikan apa yang dibutuhkan pasien sehingga kita
mampu memberikan pelayanan yang komprehensif dan berkualitas. Bidan harus mempunyai
pengetahuan dan pemahaman yang cukup mendalam agar setiap tindakannya sesuai dengan
standar profesi dan kewenangannya.

3.2 Saran
Penulis menyadari walaupun sudah berusaha sekuat kemampuan yang maksimal,
mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki, makalah masih banyak
kekurangan dan kelemahanya, baik dari segi bahasa, pengolahan, maupun dalam penyusunan.
Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran sekecil apapun akan kami
perhatikan untuk menyempurnakan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Ameln,F., 1991, KapitaSelektaHukumKedokteran, Grafikatama Jaya, Jakarta
Dahlan., 2002, HukumKesehatan, BadanPenerbitUniversitasDiponegoro, Semarang

Вам также может понравиться