Вы находитесь на странице: 1из 121

i

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT, karena atas rakhmat-Nya Laporan
Akhir Praktikum Pengantar Fisiologi tanaman ini dapat diselesaikan.
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran
mengenai pelaksanaan praktikum serta sebagai bentuk evaluasi dari praktikum
yang telah dilaksanakan.
Laporan kegiatan ini semoga dapat menjadi bahan evaluasi dan tolok ukur
dalam pelaksanaan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman dan dan menjadi
bahan perbaikan untuk masa yang akan datang.
Semoga bermanfaat, terimakasih.

Bogor, Desember 2015


Kelompok 1 Praktikum 1 TIB 51

ii

DAFTAR ISI
Daftar Tabel......................................................................................................iii
Daftar Gambar..................................................................................................iv
Bab 1 Laju Transpirasi......................................................................................1
Bab 2 Osmosis..................................................................................................9
Bab 3 Transport Xylem....................................................................................21
Bab 4 Uji Kemasakan Buah..............................................................................43
Bab 5 Inisiasi Pembentukan Akar.....................................................................71
Bab 6 Laju Fotosintesis....................................................................................83
Bab 7 Nutrisi Tanaman.....................................................................................91
Bab 8 Kurva sigmoid........................................................................................107

iii

DAFTAR TABEL
Perubahan Volume Awal dan Volume Akhir Kentang .....................................
Perubahan Ukuran Kentang..............................................................................
Gambar Mikroskopik Jaringan Bawang Merah ...............................................
Tingkat Kelayuan Bunga Krisan Hari Ke-1......................................................
Tingkat Kelayuan Bunga Krisan Hari Ke-2......................................................
Tingkat Kelayuan Bunga Krisan Hari Ke-3......................................................
Tingkat Kelayuan Bunga Krisan Hari Ke-4......................................................
Tingkat Kelayuan Bunga Krisan Hari Ke-5......................................................
Muncul Akar pada Induksi Pembentukan Akar Tanaman Coleus sp................
Data Pengamatan Panjang Akar........................................................................
Data Pengamatan Jumlah Daun........................................................................
Data Pengamatan Jumlah Akar.........................................................................
Data Pengamatan Skor Warna Daun.................................................................

14
14
14
24
25
26
27
28
74
97
97
97
97

iv

DAFTAR GAMBAR
Kurva pengamatan uji kemasakan buah pisang hari ke-1................................. 47
Kurva pengamatan uji kemasakan buah pisang hari ke-2................................ 47
Kurva pengamatan uji kemasakan buah pisang hari ke-3................................ 48
Kurva pengamatan uji kemasakan buah pisang hari ke-4................................ 48
Kurva pengamatan uji kemasakan buah pisang hari ke-5............................... 49
Kurva pengamatan uji kemasakan buah mangga hari ke-1.............................. 49
Kurva pengamatan uji kemasakan buah mangga hari ke-2.............................. 50
Kurva pengamatan uji kemasakan buah mangga hari ke-3.............................. 50
Kurva pengamatan uji kemasakan buah mangga hari ke-4.............................. 51
Kurva pengamatan uji kemasakan buah mangga hari ke-5.............................. 51
Ratarata Kelas Jumlah Akar Coleus sp........................................................... 74
Rata-rata Kelas Panjang Akar Coleus sp.......................................................... 75
Perubahan warna Iodin pada setiap daun yang telah diberi perlakuan ........... 89
Grafik penambahan tinggi tanaman setiap minggu.........................................110
Grafik penambahan jumlah daun setiap minggu..............................................110
Grafik penambahan panjang daun setiap minggu.............................................111
Grafik penambahan lebar daun setiap minggu.................................................111

BAB 1
LAJU TRANSPIRASI
PENDAHULUAN
Transpirasi adalah proses keluarnya air dari dalam tumbuhan (dapat
berbentuk uap atau gas ke udara sekitar tumbuhan),beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap laju transpirasi, seperti kelembaban udara, paparan radiasi
sinar matahari, suhu, luas permukaan daun, iklim, serta ketersediaan air. Pada
siang hari, tumbuhan tentu bertranspirasi optimum di bandingkan dengan malam
hari, dikarenakan paparan sinar matahari yang sangat terang, mampu
meningkatkan tekanan turgos sel-sel daun tumbuhan, hingga tekanan turgor sel
punutup pada stomata, sehingga stomata cenderung terbuka di siang hari.
Tumbuhan akan berkembang secara normal dan tumbuh subur serta aktif
apabila sel-selnya tercukupi oleh air. Suatu ketika apabila pada masa
perkembangan, tumbuhan kekurangan suplai air, maka kandungan air dalam
tumbuhan menurun dan laju perkembangannya yang ditentukan oleh semua
fungsi-fungsinya tentunya akan menurun. Jika keadaan kekeringan ini
berlangsung lama maka dapat menyebabkan tumbuhan menjadi layu yang
akhirnya berujung pada kematian.
Dalam aktivitas hidupnya, sejumlah besar air dikeluarkan oleh tumbuhan
dalam bentuk uap air ke atmosfir. Pengeluaran air oleh tumbuhan dalam bentuk
uap air ini, prosesnya disebut tran-spirasi. Berdasarkan atas sarana yang dgunakan
untuk melaksanakan transpirasi tersebut dikenal istilah transpirasi stomata,
transpirasi kutikula, dan transpirasi lentisel. Sehubungan dengan transpirasi, organ
tumbuhan yang paling utama dalam melaksanakan proses ini adalah daun, karena
pada daunlah kita jumpai stomata paling banyak. Kalau kita bandingkan
transpirasi stomata ini dengan transpirasi melalui sarana lainnya, maka yang
melalui stomata paling banyak dilakukan. Transpirasi penting bagi tumbuhan,
karena berperan dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam
mineral, mengatur suhu tubuh dengan cara me-lepaskan kelebihan panas dari
tubuh, dan mengatur turgor optimum di dalam sel (Sasmitamihardja, 1996).
Pada praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat Mengukur laju transpirasi
pada dua jenis tanaman dan membandingkan laju transpirasi pada dua jenis
tumbuhan serta mengamati jumlah stomata bagian atas dan bagian bawah daun
kemudian menghitung jumlah stomata pada daun.
TINJAUAN PUSTAKA
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap
dari jaringan tumbuhan melalui stomata daun. Kemungkinan kehilangan air dari
jaringan tanaman melalui bagian-bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi,
tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang
melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam perhitungan besarnya jumlah air yang
hilang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan pada air hilang melalui
stomata (Lakitan, 2000).
Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara
relatif tidak tembus air dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata
tertutup. Dengan terbukanya stomata lebih besar, lebih banyak pula kehilangan

air, tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk masing-masing satuan
penambahan lebar stomata, yang paling utama dalam kondisi lapangan ialah
tingkat cahaya . Pada sebagian besar tanaman budidaya, cahaya menyebabkan
stomata terbuka. Pada tingkat kelembaban di dalam daun yang rendah sel-sel
pengawal kehilangan turgornya, mengakibatkan penutupan stomata (Gardner et al
1995).
Faktor-faktor tanaman yang mempengaruhi tanaman terhadap pergerakan air
dari tanah ke udara, yaitu :
- Penutupan stomata. Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata
karena kutikula secara relatif tidak tembus air dan hanya sedikit transpirasi yang
terjadi apabila stomata tertutup.
- Jumlah dan ukuran stomata.
- Jumlah daun dan lebar daun.
- Penggulungan atau pelipatan daun (Gardner et al 1991).
Membuka dan menutupnya stomata merupakan bahan penyelidikan yang
susah. Mekanisme membuka dan menutupnya stoma berdasarkan perubahan
turgor dan perubahan turgor itulah akibat perubahan osmosis dari sel-sel penutup.
Sel-sel penutup pada malamnya persenannya lebih tinggi daripada sel pagi hari.
Pada pagi hari masih ada kepadatan amilum di dalam sel-sel penutup stoma.
Pengaruh sinar matahari dapat digantikan oleh lampu dengan membangkitkan
klorofil-klorofil untuk mengadakan fotosintesis. Hal ini dapat memunculkan
adanya transpirasi (Dwidjoseputro, 1994).
Pada tanaman yang bertranspirasi bebas, air dievaporasi dari dinding sel
epidermis dan mesophyl yang lembab di dalam daun hilang ke atmosfer melalui
stomata. Karena hilangnya air, potensial air dalam apoplast daun turun ke bawah
potensial sel daun juga lebih rendah dari potensial xylem dan tanah. Hal ini
mengakibatkan penarikan cepat air dari sel daun dan merendahnya potensial sel
(Fitter dan Hay, 1999).
Faktor yang mempengaruhi laju transpirasi adalah :
Cahaya. Tumbuhan jauh lebih cepat bertranspirasi bilamana terbuka
terhadap cahaya dibandingkan dengan di dalam gelap. Hal ini terjadi karena
cahaya mendorong / merangsang tumbuhnya stomata.Suhu. Tumbuhan
bertranspirasi lebih cepat pada suhu yang tinggi. Pada suhu 30oC daun dapat
bertranspirasi tiga kali lebih cepat dibandingkan suhu 20oC.Kelembaban. Laju
transpirasi juga dipengaruhi oleh kelembaban nibsi udara sekitar tumbuhan. Laju
difusi setiap substansi dalam kedua daerah menurun.Angin. Adanya angin juga
mengakibatkan meningkatnya laju transpirasi.Air tanah. Tumbuhan tidak dapat
bertranspirasi dengan cepat jika kelembaban hilang, tidak digantikan oleh air
segar (Kimbal, 1983).
Sinar matahari, seperti dibicarakan di depan, maka sinar menyebabkan
membukanya stomata dan gelap menyebabkan menutupnya stomata. Jadi banyak
sinar berarti juga mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung
panas, maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian
menaikkan temperatur. Kenaikan temperatur sampai batas yang tertentu
menyebabkan melebarnya stomata dan dengan demikian memperbesar
transpirasi(Dwidjoseputro, 1994).
Ada dua tipe transpirasi yaitu, transpirasi kutikula adalah evaporasi air yang
terjadi secara langsung melalui kutikula epidermis dan transpirasi stomata, yang

dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui stomata. Kutikula daun secara
relatif tidak tembus air, pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula
hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daundaun dan stomata (Loveless, 1993).
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi antara lain yaitu faktorfaktor internal yang mempengaruhi mekanisme buka menutupnya stomata.
Kelembaban ada disekitar tanaman, suhu udara, suhu daun tanaman. Angin juga
dapat mempengaruhi laju transpirasi. Angin dapat memacu laju transpirasi jika
udara yang bergerak melewati permukaan daun tersebut lebih kering (Pradhan,
1997).

METODOLOGI KERJA
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Praktikum ini dilakukan di laboratorium CA BIO 1, pukul 08.00 WIB s/d
selesai.
Alat dan Bahan
Peralatan yang diperlukan pada praktikum kali ini adalah : tiga buah Gelas
ukur 10 ml ,Kaca preparat ,timbangan analitik,mikroskop,gunting,rak tabung dan
penggaris. Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah menggunakan
dua ranting tanaman yang berbeda ( Coleus, Sampang Dara , Pucuk Merah, dan
Bougenfile) Minyak kelapa, Kuteks bening, selotipe bening dan kertas kuarto.
Metode Kerja
Mengambil dua buah daun untuk dijadikan bahan pengamatan.kemudian menjiplak
daun di atas kuarto kemudian dipotong dan ditimbang. Oleskan kuteks bening pada sisi atas
dan bawah daun dan biarkan beberapa menit hingga kering.

Tempelkan selotipe bening di atas daun yang telah diberi kuteks selanjutnya dicabut
dan tempatkan selotipe tadi diatas kaca preparat. amati dengan mikroskop pada perbesaran
10 x 40 dan jumlah stomata/mm2 luas bidang pandang ( mm2 luas daun ).

Hitung luas bidang pandang 10 x 40 dengan cara sebagai berikut : letakkan


penggaris plastik diatas meja obyek. menghitung jumlah stomata dari satu sudut pandang
sama dari setiap orang pada bagian atas dan bawah. Jika diameter sudah diperoleh, maka
jari-jari bidang pandang dapat dihitung ( r = x diameter ). Lalu hitung luas bidang
pandang (10x40) dengan menggunakan rumus lingkaran yaitu L = r dan nilai = 3.14

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Setelah praktikum dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 1 Hasil Mikroskopik Stomata

kelompok
1

Jenis
tanaman
Control
Coleus
Pucuk merah
Control
Coleus
Pucuk merah

Volume air (ml)


01
301
6
5.8
6
5.8
6
5.4
6
5.2
6
5.8
6
6.0

601
5.75
5.75
5.2
4.6
5.5
5.8

Control
Coleus
Pucuk merah
Control
Coleus
Pucuk merah
Control
Coleus
Pucuk merah
Control
Coleus
Pucuk merah

6
6.4
6
5.8
6
5.6
4
6
6.0
6
5.3
6
5.4
5
6
5.6
6.3
5.2
6
5.8
6
6
5.5
6
5.2
6
5.9
Rata-rata
6.016
6.638
Tabel 2 Hasil Pengamatan Laju Transpirasi Tanaman

6.2
5.6
5.4
5.9
5.1
5.2
5.4
5.9
5.6
5.4
4.9
5.2
5.452

Pembahasan
Laju transpirasi merupakan proses kehilangan air dalam bentuk uap dari
jaringan tumbuhan melalui stomata. Pada dasarnya sama dengan proses fisika
yang terlibat dalam penguapan air dari permukaan bebas. Pada pengamatan kali
ini mahasiswa mengukur laju transpirasi dari dua jenis tumbuhan yaitu Coleus dan
pucuk merah, berdasarkan data hasil pengamatan yang dilakukan oleh kelompok
kami (kelompok 1) dapat dilihat pada tanaman coleus yang semula volume airnya
6 ml menjadi 5.2 ml, begitu pula pada tanaman pucuk merah yang semula volume
airnya 6 ml berkurang menjadi 5.5 terdapat selisih diantara 2 tanaman tersebut
dalam jumlah berkurangnya volume air.
Mengamati dari semua kelompok pada perlakuan 301 memiliki rata-rata
volume air sebanyak 6.6 ml dan pada perlakuan 601 memiliki rata-rata sebanyak
5.4 ml. luas daun mempengaruhi pergerakan uap atau gas. Berdasarkan hasil
percobaan yang dilakukan , laju transpirasi dipengaruhi oleh faktor lingkungan
berupa jumlah daun yang berdampak pada jumlah stomata , semakin banyak
jumlah daun maka jumlah stomata akan semakin banyak kondisi ini dapat
mempercepat laju transpirasi. Sirkulasi udara juga dapat mempercepat proses laju
transpirasi. Adanya intensitas cahaya yang tinggi mengakibatkan stomata
membuka lebih besar sehingga proses laju transpirasi menjadi lebih cepat, yaitu
dengan ditandai berkurangnya volume air pada tabung reaksi.

1.
2.

3.
4.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Proses transpirasi dapat berlangsung secara optimal jika faktor-faktor
pendukungya memenuhi untuk transpirasi
Faktor laju transpirasi yang terkena sinar matahari secara langsung
berbeda dengan laju transpirasi pada tanaman yang tidak terkena sinar
matahari secara langsung, meskipun jenis tanaman , jumlah daun dan
media yang digunakan sama,
semakin banyak jumlah daun dan ukuran daun maka jumlah stomata akan
semakin banyak
Banyaknya jumlah daun dapat mempercepat laju transpirasi. Sirkulasi
udara juga dapat mempercepat proses laju transpirasi. Adanya intensitas
cahaya yang tinggi mengakibatkan stomata membuka lebih besar sehingga
proses laju transpirasi menjadi lebih cepat, yaitu dengan ditandai
berkurangnya volume air.

Saran
1. Pada saat praktikum dilaksanakan tingkat pengawasan perlu ditingkatkan,
dikarenakan tabung reaksi yang telah diisi tanaman saat di jemur di
lapangan terbuka sangat rawan tertiup angin yang menyebabkan perlakuan
pada tabung reaksi tumpah.

DAFTAR PUSTAKA
Benjamin. 2010. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): Rajawali Pers.
Dwidjoseputro D. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Medan (ID) : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JIS/article/view/202. (2015 Desember 1)
Fahn Albert. 1992. Anatomi Tumbuhan Edisi ke-3. Yogyakarta (ID) : Gadjah
Mada University Press.
Goldsworthy PR, Fisher NM. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.
Yogyakarta (ID) : UGM Press.
Hidayat. 2012. Stomata. hidayatulcatraburhan.wordpress.com (2015 November
22)
https://ocw.ipb.ac.id/file.php/10/Praktikum_Biologi/TRANSPIRASI_TUMBUHA
N.pdf (2015 Desember 3)
https://ocw.mipa.uns.ac.id/file.php/10/fisiologitanaman/hubungan_antara_kerapat
an stomata.pdf (2015 Desember 3)
Loveless AR. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 1.
Jakarta (ID) :Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Salisbury FB, Ross CW. 1992. 2015. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Bandung
(ID) : ITB.

LAMPIRAN

(a)

(b)

(c)

Gambar 1. Gambar spesiemen yang digunakan. (a) Pucuk merah. (b) Coleus. (c)
Pucuk merah dan Coleus

10

BAB 2
OSMOSIS
PENDAHULUAN
Osmosis merupakan difusi air melintasi membran semipermeabel dari
daerah air lebih banyak ke daerah air yang lebih sedikit. Membran semipermeabel
harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan
gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami,
tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian
dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih
encer. Dalam sistem osmosis, dikenal larutan hipertonik (larutan yang dengan
konsentrasi terlarut yang tinggi), larutan hipotonik (larutan dengan konsentrasi
terlarut rendah) dan larutan isotonik (dua larutan yang mempunyai konsentrasi
terlarut sama). Perubahan bentuk sel terjadi jika terdapat pada larutan yang
berbeda. Sel yang terletak pada larutan isotonik, maka volumenya akan konstan.
Dalam hal ini, sel akan mendapat dan kehilangan air yang sama.
Tanaman kentang (Solanum tuberosum) merupakan salah satu jenis sayuran
yang terdapat di Indonesia. Kentang memiliki kandungan karbohidrat dan gizi
tinggi. Di Indonesia, kentang juga dapat dijadikan alternatif pangan karbohidrat
disamping beras (Gunarto, 2003).Bawang merah merupakan salah satu komoditas
sayuran dataran rendah, meskipun bukan merupakan kebutuhan pokok, tetapi
hampir selalu dibutuhkan oleh konsumen rumah tangga sebagai pelengkap bumbu
masak sehari-hari. Kegunaan lain dari bawang merah adalah sebagai obat
tradisional (sebagai kompres penurun panas, diabetes, penurun kadar gula dan
kolesterol darah, mencegah penebalan dan pengerasan pembuluh darah dan maag)
karena kandungan senyawa allin dan allisin yang bersifat bakterisida (Rukmana,
1994).Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari peristiwa osmosis yang terjadi
pada sel dan mempelajari pengaruh osmosis terhadap perubahan volume.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Osmosis
Osmosis adalah aliran air menuruni gradien konsentrasi, melintasi membran
semipermeabel. Osmosis adalah contoh dari difusi, yakni ketika molekul untuk
terdistribusi merata dalam ruang. Osmosis merubah volume sel tergantung pada
arah air mengalir melintasi membran plasma, osmosis dapat menyebabkan sel
untuk mengecilkan atau membengkak. Larutan hipotonik adalah ketika
konsentrasi keseluruhan zat terlarut lebih rendah di luar sel daripada di sitosol,
kita mengatakan bahwa sel dalam larutan hipotonik (hipo berarti rendah). Dalam
larutan hipotonik, air mengalir ke dalam sel melalui osmosis untuk mencoba
untuk menyamakan konsentrasi zat terlarut di kedua sisi membran. Ini berarti
bahwa dalam larutan hipotonik, sel-sel kita membengkak. Larutan hipertonik
adalah salah satu larutan dengan konsentrasi zat terlarut keseluruhan lebih tinggi
daripada di sitosol. Dalam larutan hipertonik, air mengalir keluar dari sel untuk
mencoba untuk meratakan konsentrasi zat terlarut di kedua sisi membran. Hal ini
membuat sel-sel menyusut atau mengerut. Larutan isotonik adalah larutan dengan
konsentrasi zat terlarut sama dengan konsentrasi dalam sitosol. Aliran osmotik air

11

masuk dan keluar dari sel adalah sama, sehingga sel tidak berkembang atau
menyusut.
Contoh Osmosis
Contoh Osomosis adalah kentang dalam air murni, itu akan membengkak
dari waktu ke waktu. Hal ini karena ada konsentrasi yang lebih tinggi dari pati dan
zat terlarut lainnya dalam sel kentang daripada di dalam air, sehingga air mengalir
ke dalam sel kentang secara osmosis. Hal yang sama terjadi jika Anda memiliki
sebatang wortel lemas atau layu. Masukkan ke dalam air untuk sementara dan itu
akan gemuk lagi. Contoh lainya adalahd ari kita yang mencoba kejam dimasa
kecil dengan menaburkan garam ke siput. Tingginya konsentrasi garam di luar
siput menyebabkan air untuk keluar dari sel-sel melalui osmosis. Sehingga akan
kekuaran air dan siput kecil pun mengerut dan mati.
Deskripsi Kentang (Solanum tuberosum)
Kentang merupakan tanaman dikotil yang bersifat semusim dan berbentuk
semak/herba. Batangnya yang berada di atas permukaan tanah ada yang berwarna
hijau, kemerah-merahan, atau ungu tua. Akan tetapi, warna batang ini juga
dipengaruhi oleh umur tanaman dan keadaan lingkungan. Pada kesuburan tanah
yang lebih baik atau lebih kering, biasanya warna batang tanaman yang lebih tua
akan lebih menyolok. Bagian bawah batangnya bisa berkayu. Sedangkan batang
tanaman muda tidak berkayu sehingga tidak terlalu kuat dan mudah roboh.
Klasifikasi dari kentang adalah kingdom plantae (tumbuhan), subkingdom
tracheobionta (tumbuhan berpembuluh), super divisi spermatophyta
(menghasilkan biji), divisi magnoliophyta (tumbuhan berbunga), kelas
magnoliopsida, sub kelas asteridae, ordo solanales, famili solanaceae,
genus
Solanum dan spesies Solanum tuberosum L.
Deskripsi Bawang Merah(Allium cepa)
Tanaman ini diduga berasal dari daerah Asia Tengah yaitu sekitar India.
Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang
bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai
mengecil dan dibagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang
berlubang didalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari
daunnya sendiri dan mencapai 30-50 cm. Bunga bawang merah termasuk bunga
sempurna yang tiap bunga terdapat benang sari dan kepala putik. Bakal buah
sebenarnya terbentuk dari 3 daun buah yang disebut carpel, yang membentuk tiga
buah ruang dan dalam tiap ruang tersebut terdapat 2 calon biji.Buah berbentuk
bulat dengan ujung tumpul. Bentuk biji agak pipih. Biji bawang merah dapat
digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif. Bawang merah
mengandung vitamin C,potassium, serat dan Acid Folic selain itu juga
mengandung kalsium, zat besi dan protein dengan kandungan yang tinggi.
Bawang merah juga mengandung zat pengatur tumbuh alami berupa hormon
auksin dan giberein. Kegunaan lain bawang merah adalah sebagai obat tradisional,
bawang merah dikenal sebagai obat karena mengandung efek antiseptik dan
senyawa alliin. Senyawa alliin oleh enzim alliinase selanjutnya diubah menjadi
asam piruvat, amonia, dan alliisin sebagai anti mikoba yang bersifat bakterisida.

12

Klasifikasi dari bawang merah adalah kingdom plantae (tumbuhan),


subkingdom tracheobionta (tumbuhan berpembuluh), super divisi spermatophyta
(menghasilkan biji), divisi magnoliophyta (tumbuhan berbunga), kelas liliopsida
(berkeping satu / monokotil), sub kelas liliidae, ordo liliales, famili liliaceae (suku
bawang-bawangan), genus Allium dan spesies Allium cepa var. aggregatum L.

13

METODOLOGI KERJA
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Praktkum ini dilakukan di laboratorium CA BIO 1 tanggal 30 Oktober 2015
pada pukul 07.00 s/d pukul 11.00.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan osmosis ini adalah pisau atau cutter,
penggaris, tisu, gelas ukur 10 ml dengan skala 0.1 ml, kaca preparat, gelas
penutup, petridish, pinset, mikroskop cahaya, gelas piala dan jam atau stopwatch.
Bahan yang digunakan pada percobaan osmosis ini adalah kentang (Solanum
tuberosum), bawang merah (Allium cepa), larutan isotonis (H2O) dan larutan
hipertonis (3% sukrosa).
Metode Kerja
a. Perubahan Volume Umbi Kentang (Solanum tuberosum).

14

b. Pengamatan Perubahan Bentuk Sel Bawang Merah (Allium cepa).

15

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Praktikum pengamatan osmosis ini memiliki hasil sebagai berikut :
Tabel 1 Data Kelas Perubahan Volume Awal dan Volume Akhir Kentang (Solanum
tuberosum).
Volume Kentang (ml)
Nomor Sampel
Volume (ml)
Awal
Akhir
1
5.00
6.06
1.06
2
5.00
5.76
0.76
3
5.08
6.04
0.96
4
5.00
5.98
0.98
5
5.00
6.10
1.10
6
5.00
6.00
1.00
Rata-rata
5.00
6.00
1.00
Tabel 2 Data Kelas Perubahan Ukuran Kentang(Solanum tuberosum).
Nomor Sampel Volume Kentang (cm3)
Volume (cm3)
Awal
Akhir
1
1.08
1.24
0.16
2
0.66
0.79
0.13
3
0.86
0.82
0
4
0.72
0.91
0.19
5
0.44
0.62
0.18
6
0.81
0.81
0.12
Rata-rata
0.76
0.87
0.13
Tabel 3 Data Kelas Gambar Mikroskopik Jaringan Bawang Merah (Allium cepa).
Kelompok Jaringan kulit bawang merah Jaringan kulit bawang merah
perlakuan gula 5%
dengan perlakuan air steril
1

16

Kelompok Jaringan kulit bawang merah Jaringan kulit bawang merah


perlakuan gula 5%
dengan perlakuan air steril
2

17

Pembahasan
Hasil yang didapat oleh kelompok 1 pada percobaan osmosis adalah
perubahan volume awal dan akhir pada kentang dengan rata rata volume awa
5ml, volume akhir 6,06ml dan volume awal potongan kentang 1.06ml. Hasil rata
rata perubahan ukuran kentang adalah volume awal 1,0764 cm 3, volume akhir
1,245 cm3 dan volume kentang 0,1562 cm3. Hasil gambar mikroskopik pada
jaringan kulit bawang merah adalah terjadi pengkerutan pada jaringan kulit
bawang merah yang diberi larutan sukrosa 5%, sedangkan yang diberi air steril
jaringan tidak berubah karena air steril merupakan larutan isotonis.
Pada pengamatan perubahan volume umbi kentang rata rata volume akhir
adalah 6,06ml, rata rata volume awal 5 ml dan rata rata volume awal potongan
adalah 1,06 ml dapat dilihat pada tabel 1. Setelah direndam dengan larutan
sukrosa 3% selama 1 jam terjadi perubahan ukurang kentang. Perubahan ukuran
kentang setelah direndam larutan sukrosa adalah volume awal 1,0764 cm3, volume
akhir 1,245 cm3, dan volume kentang 0,1562 cm3. Kentang yang direndam pada
larutan sukrosa 3% terjadi proses osmosis, kentang lebih hipertonik dari larutan
sukrosa sehingga kentang menyerap larutan sukrosa yang berada disekitar kentang
dan terjadi perubahan volume kentang.
Pada pengamatan perubahan bentuk sel jaringan kulit bawang merah didapat
gambar mikroskopik kelompok 1 pada tabel 3 dengan perbesaran 40x. Pada
perlakuan jaringan kulit bawang merah diberi larutan sukrosa 5% didapat gambar
mikroskopik dinding sel terjadi perubahan kerutan dibandingkan gambar
mikroskopik pada preparat air steril. Air steril merupakan larutan yang isotonik ,
tidak ada perubahan pada dinding sel. Pada preparat yang diberi larutan sukrosa
3%, larutan menjadi hipertonik sehingga menyerap cairan yang ada di dalam sel
yang hipertonik, oleh sebab itu terjadi pengkerutan.
Dari hasil kelompok 1 dan data kelas volume awal dan akhir kentang tidak
jauh berbeda hasilnya yaitu 1,06 ml dan 1ml. Pada perubahan volume kentang
setelah direndam larutan sukrosa 3% selama 1 jam semua kentang berubah
volumenya karena ketang lebih hipertonis dari larutan sukrosa sehingga larutan
sukrosa yang berada disekitar kentang masuk ke dalam sel kentang rata rata
sebesar 0,129 cm3 dapat dilihat pada tabel 1. Sedangkan pada hasil praktikum
jaringan kulit bawang merah yang direndam pada larutan sukrosa 5% rata rata
kelas terjadi pengkerutan sel akibat larutan sukrosa lebih hipertonis sehingga
menyerap cairan yang berada di dalam sel jaringan kulit bawang merah. Pada sel
jaringan kulit bawang merah yang direndam air steril tidak mengalami perubahan
karena air steril merupakan larutan yang isotonis sehingga cairan yang keluar
masuk pada sel sama.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pada praktikum perubahan volume kentang yang direndam larutan sukrosa
akan berubah ukuran karena kentang lebih hipertonik dari larutan sukrosa.
2. Pada praktikum pengamatan sel jaringan kulit bawang merahyang
direndam larutan sukrosa terjadi pengkerutan sel karena bawang merah
lebih hipotonik dari larutan sukrosa.

18

Saran
1. Sebaiknya larutan sukrosa pada kentang ditingkatkan konsentrasi dan lama
perendaman sukrosanya agar terlihat jelas perubahan volume kentang.
2. Pada bawang merah sebaiknya dilakukan juga perendaman dengan larutan
yang hipotonik agar bisa terlihat perbandingannya dengan larutan yang
hipertonik.

19

DAFTAR PUSTAKA
[DISTAN] Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka. 2015.
Deskripsi Bawang Merah (Allium cepa)[Internet]. [diunduh 2015 Desember
1]. Tersedia pada : http://distan.majalengkakab.go.id.
[DISTAN] Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka. 2015.
Deskripsi Kentang (Solanum tuberosum) [Internet]. [diunduh 2015
Desember 1]. Tersedia pada : http://distan.majalengkakab.go.id.
Gunarto, A. 2003. Pengaruh Penggunaan Ukuran Bibit terhadap Pertumbuhan,
Produksi dan Mutu Umbi Kentang Bibit G4 (Solanum tuberosum). Jurnal
Sains. 5:173-179.
Rukmana, R. 1994. Bawang Merah: Budidaya dan Pengelolaan Pascapanen.
Penerbit Kanisius, Yogyakarta. 72p.

20

LAMPIRAN

Gambar 1. Perubahan volume awal dan Gambar 2. Potongan kentang saat


akhir kentang
direndam larutan sukrosa

Gambar 3. Potongan kentang saat Gambar 4. Potongan kentang setelah


ditiriskan di tisu
direndam larutan sukrosa

21

22

BAB 3
TRANSPORT XYLEM
PENDAHULUAN
Tumbuhan merupakan mahluk hidup yang bagi kita tidak terlihat seperti
sebuah mahluk hidup karena ia tidak dapat bergerak. Mereka memang tidak
memiliki alat gerak seperti kaki dan tangan yang terdapat pada hewan dan
manusia, tetapi organ-organ mereka sangatlah kompleks untuk dipelajari. Ada
beberapa tumbuhan yang sudah sepenuhnya berkembang menjadi tumbuhan
lengkap yang memiliki daun, akar, batang, bunga dan buah. Ada juga tumbuhtumbuhan yang tidak memiliki beberapa organ-organ tersebut. Namun, di setiap
tumbuhan tersebut pasti ada jaringan pengangkutan terpenting yang terdiri dari
xylem dan juga floem. Berikut ini, saya akan memaparkan betapa pentingnya
mereka bagi proses kehidupan sebuah tanaman dan juga bagaimana mereka
berperan untuk mengambil air dari dalam tanah dan kemudian menyebarkannya
ke seluruh bagian tanaman agar semua organ tanaman dapat berkembang secara
maksimal.
Pertama sekali, jaringan xylem memiliki dua fungsi dalam tanaman. Fungsi
pertama adalah untuk mengangkut air dan juga mineral-mineral dari dalam tanah
ke batang dan juga daun-daun. Fungsi kedua xylem adalah untuk menyangga
tanaman itu sendiri sehingga ia tidak mudah jatuh atau roboh. Xylem sebenarnya
berbentuk kolom-kolom panjang yang bagian tengahnya kosong. Kolom
berbentuk tabung ini terdapat dari akar tanaman sampai ke daun-daun tanaman
walaupun mereka sangatlah tipis. Oleh karena itu, xylem dan floem hanya dapat
diteliti melalu mikroskop. Bagian tengah kolom ini merupakan bagian yang
berkelanjutan dan tidak pernah putus walaupun tanaman itu memiliki banyak
cabang. Untuk menguatkan xylem, di dinding kolom-kolom ini terdapat zat
bernama lignin. Tabung-tabung xylem yang kosong dan berkelanjutan ini
memudahkan tugas xylem untuk mengangkut air dan juga mineral-mineral
sehingga tidak ada dari mereka yang tersangkut pada bagian-bagian sel tertentu
(protoplasm). Selain itu, kehadiran lignin juga menguatkan tanaman agar ia tidak
mudah roboh dan dapat berdiri tegak.
Penyerapan air dari dalam tanah ke bagian atas tumbuhan memiliki arti
bahwa tanaman tersebut harus melawan gaya gravitasi bumi yang selalu
mengakibatkan benda jatuh ke bawah. Akan tetapi, tanaman berhasil melakukan
hal itu. Kuncinya ialah tanaman-tanaman ini menggunakan tekanan akar, tenaga
kapilari, dan juga tarikan transpirasi. Namun pada tanaman-tanaman yang sangat
tinggi, yang berperan paling penting adalah tarikan transpirasi. Dalam proses ini,
ketika air menguap dari sel mesofil, maka cairan dalam sel mesofil akan menjadi
semakin jenuh. Sel-sel ini akan menarik air melalu osmosis dari sel-sel yang
berada lebih dalam di daun. Sel-sel ini pada akhirnya akan menarik air yang
diperlukan dari jaringan xylem yang merupakan kolom berkelanjutan dari akar ke
daun. Oleh karena itu, air kemudian dapat terus dibawa dari akar ke daun
melawan arah gaya gravitasi, sehingga proses ini terus menerus berlanjut. Proses
penguapan air dari sel mesofil daun biasa kita sebut dengan proses transpirasi.
Oleh itu, pengambilan air dengan cara ini biasa kita sebut dengan proses tarikan
transpirasi dan selama akar terus menerus menyerap air dari dalam tanah dan
transpirasi terus terjadi, air akan terus dapat diangkut ke bagian atas sebuah

23

tanaman. Tujuan dari percobaan transport xylem adalah untuk mempelajari


transport xylem
bunga potong sedap malam dan bunga krisan untuk
memperpanjang masa hidup bunga serta fungsi dalam tanaman. Mempelajari
sistem pembuluh angkut dalam tanaman dan mengetahui pengaruh pemberian
gula pada tanaman
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem jaringan pembuluh pada tumbuhan terdiri dari dua jaringan yaitu
xilem dan floem yang berfungsi transport air dan materi organik ke seluruh bagian
tumbuhan dan melakukan transport jarak jauh antara akar dan taruk (Iriawati
2009).
Fungsi utama xylem adalah mengangkut air serta zat-zat yang terlarut
didalamnya. Floem berfungsi mengangkut zat makanan hasil fotosintesis. Pada
batang berkas xylem umumnya berasosiasi dengan floem pada satu ikatan
pembuluh. Kombinasi xylem dan floem membentuk sistem jaringan pembuluh di
seluruh tubuh tumbuhan, termasuk semua cabang batang dan akar.
Xilem, terdiri dari trakeid, trakea / pembuluh kayu, parenkim xylem, dan
serabut / serat xylem. Berdasarkan asal terbentuknya terbagi menjadi xylem
primer dan xylem sekunder. Xilem primer berasal dari prokambium sedangkan
xilem sekunder berasal dari kambium. Berdasarkan proses terbentuknya xilem
primer dapat dibedakan menjadi protoxylem dan metaxylem. Protoxilem adalah
xylem primer yang pertama kali terbentuk sedangkan metaxilem yang terbentuk
kemudian.
Floem terdiri dari unsur tapis (sel tapis dan komponen pembuluh tapis), sel
pengiring / sel pengantar, parenkim dan serabut / serat floem. Berdasarkan asal
terbentuknya terbagi menjadi floem primer dan floem sekunder. Floem primer
berasal dari prokambium sedangkan floem sekunder berasal dari kambium.
Berdasarkan proses terbentuknya floem primer terdiri dari protofloem dan
metafloem. Protofloem adalah floem primer yang pertama kali terbentuk
sedangkan metafloem terbentuk kemudian (winxp 2010).
Air diserap tanaman melalui akar bersama-sama dengan unsur-unsur hara
yang terlarut di dalamnya, kemudian diangkut ke bagian atas tanaman, terutama
daun, melalui pembuluh xilem. Pembuluh xilem pada akar, batang, dan daun
merupakan suatu sistem yang kontinu, berhubungan satu sama lain. Untuk dapat
diserap oleh tanaman, molekul-molekul air harus berada pada permukaan akar.
Dari permukaan akar ini air (bersama-sama bahan-bahan yang terlarut) diangkut
menuju pembuluh xilem. Lintasan pergerakan air dari permukaan akar menuju
pembuluh xilem ini disebut lintasan radial pergerakan air (Lakitan 2012).

24

METODOLOGI KERJA
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Percobaan Transport xylem dilaksanakan di Laboratarium CA BIO 1 pada
tanggal 22 September 2015 pukul 07.00-11.00 WIB.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain gelas plastik
dan tutup, gelas ukur dan timbangan digital serta bahan yang digunakan dalam
pratikum ini adalah bunga potong krisan, bunga sedap malam, air dan gula.
Metode Kerja

Siapkan alat dan bahan yang akan


digunakan

Timbang gula sebanyak 4 gram untuk membuat larutan


sukrosa 2% dan 10 gram untuk membuat larutan sukrosa 5%

Masukan gula kedalam gelas plastik sebanyak


200 ml air danaduk hingga rata, kemudian larutan di
tutup

Masukan potongan bunga krisan dan sedap


malam ke dalam larutan kontrol, sukrosa 2% dan
sukrosa 5%

Pengamatan dilakukan selama 1 minggu dengan


5 hari pengamatan

25

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Dari praktikum dan pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil data
seperti berikut :
Tabel 1 Tingkat Kelayuan Bunga Krisan Hari Ke-1
Hari 1
Kelompok
1

Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%

Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%

Mekar
50% 75%
27
10

100%
10

Tingkat Kelayuan
(%)
0

23

11

23

26

18

11

102

56

70

93

86

55

45

25

11

35

37

84

37

39

37

36

4.7

86

41

33

34

40

2.9

79

31

28

37

46

5.8

45

45

45

40

54

99

36

22

20

70

30

20

19

13

82

32

32

28

12

0%
160

25%
28

90

20

16

14

238

26

Tabel 2 Tingkat Kelayuan Bunga Krisan Hari Ke-2


Hari 2
Kelompok
1

Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%

Mekar
50% 75%
38
28

0%
71

25%
37

100%
43

15

21

21

62
119

46
9

48
14

35
10

46
10

107

48

44

29

104
28

49
0

51
2

37
4

38
1

27

35
85

3
42

4
36

2
31

0
34

85

39

46

41

39

81
25

43
3

34
2

40
2

36
0

34

36
98

0
36

8
34

0
35

2
20

89

35

40

22

30

80

40

37

30

25

Tingkat Kelayuan
(%)
2
4
7
0.3
2.9
1.8
15
13
11
4.3
4.7
5.9
7
3
6
-

27

Tabel 3 Tingkat Kelayuan Bunga Krisan Hari Ke-3


Hari 3
Kelompok
1

Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%

Mekar
50% 75%
47
35

0%
150

25%
53

100%
30

27

10

30

95

60

74

60

45

108

36

44

30

34

93

32

42

31

38

90

54

40

40

45

24

27

33

83

44

37

35

33

87

40

43

39

44

78

37

36

42

38

25

34

36

108

36

44

30

34

93

32

42

31

38

90

54

40

40

45

Tingkat Kelayuan
(%)
1
15
8
1.5
4.6
2.6
13
34
18
4.3
7.1
6.9
0
0
0
-

28

Tabel 4 Tingkat Kelayuan Bunga Krisan Hari Ke-4


Hari 4
Kelompok
1

Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%

Mekar
50% 75%
35
27

100%
32

Tingkat Kelayuan
(%)
2,1

16,4

45

32

48

10,5

54

26

44

31

1.91

78

52

45

32

27

86

56

42

38

39

2.9

22

10

23

11

88

33

34

38

20

4.2

83

37

38

40

13

10.4

85

35

34

47

36

7.2

25

37

21

36

35

97

54

20

44

31

78

52

45

32

27

86

56

43

38

39

0%
69

25%
36

45

46

97

29

Tabel 5 Tingkat Kelayuan Bunga Krisan Hari Ke-5


Hari 5
Kelompok
1

Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%

Mekar
50% 75%
35
27

100%
32

Tingkat Kelayuan
(%)

0%
69

25%
36

18,2

45
82

46
63

45
36

32
41

48
30

11,7
2.3

60

68

46

33

31

6.71

38
10

78
0

59
0

49
2

45
3

6.6
13

21

14

2
91

0
38

3
30

0
35

0
33

12
3.5

88

34

32

36

35

10.2

89
0

35
0

39
0

38
3

30
0

11.2
0

7
86

2
63

2
36

1
41

1
30

0
-

60

68

46

33

31

38

78

59

49

43

5,8

30

Tabel 6 Tingkat Kelayuan Bunga Sedap Malam Hari Ke-1


Hari 1
Kelompok
1

Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%

0%
30

Mekar
25% 50% 75% 100%
2
8
0
0

Tingkat kelayuan
(%)
0

29

30

39

44

44

25

35

19

37

32

9.5

38

40

6.8

120

33

34

29

29

90

42

50

30

33

90

31

55

56

22

25

14

20

31

Tabel 7 Tingkat Kelayuan Bunga Sedap Malam Hari Ke-2


Hari 2
Kelompok
1

Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%

Mekar
0% 25% 50% 75% 100%
16
14
7
6
6

Tingkat kelayuan
(%)
4

11

24

14.7

28

2.8

36

42

43

28

27

24

35

30

9.5

37

14.2

38

15.9

90

32

28

31

26

23

75

35

25

26

21

17

80

32

28

26

22

30

20

35

32

Tabel 8 Tingkat Kelayuan Bunga Sedap Malam Hari Ke-3


Hari 3
Kelompok
1

Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%

0%
29

Mekar
25% 50% 75% 100%
4
3
0
0

Tingkat kelayuan
(%)
6

28

16

31

4.7

33

40

41

2.2

24

15

27

37

33

34

29

26.8

36

35

36

34.8

221

35

32

30

25

30

219

37

30

35

22

18

222

31

33

29

28

20

33

40

41

33

Tabel 9 Tingkat Kelayuan Bunga Sedap Malam Hari Ke-4


Hari 4
Kelompok
1

Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%

0%
21

Mekar
25% 50% 75% 100%
11
9
5
4

Tingkat kelayuan
(%)
7.5

12

12

10

12

18.2

11

4.7

30

39

39

4.5

22

22

23

69

74

29

63

33

87.5

35

69.7

82

35

32

30

25

30

196

37

30

35

22

18

194

31

33

29

28

20

30

39

39

34

Tabel 10 Tingkat Kelayuan Bunga Sedap Malam Hari Ke-5


Hari 5
Kelompok
1

Perlakuan
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%
Kontrol
Sukrosa
2%
Sukrosa
5%

0%
12

Mekar
25% 50% 75% 100%
12
1
1
0

Tingkat kelayuan
(%)
10.8

19.8

18

5,2

30

2.5

38

38

6.8

10

56

21

93

76

28

95

31

97.5

34

83.3

99

40

31

38

35

188

42

56

30

33

179

31

55

56

22

30

38

38

Pembahasan
Hasil dari pratikum transport xylem, menunjukan bahwa kelompok 1 tingkat
kelayuan pada bunga krisan yang diberi larutan sukrosa 5% lebih tinggi
dibandingkan yang diberi larutan sukrosa 2% dan kontrol. Sedangkan perlakuan
kontrol dan sukrosa 5% tingkat kemekaran lebih tinggi pada 0%. Pada hari kedua
tingkat perlakuan sukrosa 5% tetap mengalami tingkat kelayuan yang tinggi yaitu
sebesar 7%. Hari ketiga, keempat dan kelima tingkat kelayuan tinggi pada
perlakuan larutan sukrosa 2% yaitu sebanyak 15%, 16,4%,18,2%, sedangkan
larutan sukrosa 5% mengalami penurunan.. Dari data yang diperoleh, menunjukan
bahwa dengan perlakuan kontrol tanaman krisan yang layu lebih sedikit.
Data dari kelompok 1 pada pengamatan bunga sedap malam dari hari kedua
sampai kelima tingkat kelayuan tinggi perlakuan sukrosa 2% yaitu pada hari
kedua sebesar 14,7% hari ketiga sebesar 16% hari keempat sebesar 18,2% dan
hari kelima sebesar 19,8%. Sedangkan pengamatan pada hari pertama dari

35

perlakuan kontrol, sukrosa 2%, dan sukrosa 5% belum mengalami tingkat


kelayuan.
Kemudian pada hasil data kelas pengamatan transport xylem yang dilakukan
pada tanaman bunga krisan dari hari pertama kelompok 4 menunjukan tingkat
kelayuan yang lebih tinggi pada perlakuan kontrol dibandingkan dengan
kelompok yang lain yaitu sebesar 4,7%. Pada perlakuan sukrosa 2% tingkat
kelayuan lebih tinggi menunjukan pada kelompok 3 yaitu sebesar 9%. Dan pada
perlakuan sukrosa 5% tingkat kelayuan lebih tinggi menunjukan pada kelompok 4
yaitu sebesar 5,8%.
Hari kedua perlakuan kontrol tingkat kelayuan lebih tinggi menunujukan
kelompok 3 yaitu sebesar 15%. Pada perlakuan sukrosa 2% dan tingkat kelayuan
tinggi menunjukan pada kelompok 3 yaitu sebesar 13% dan perlakuan sukrosa 5%
kelayuan tinggi menunjukan kelompok 4 yaitu sebesar 6%.
Hari ketiga perlakuan control tingkat kelayuan tinggi menunjukan kelompok
3 sebesar 13%, perlakuan sukrosa 2% dan 5% tingkat kelayuan tinggi menunjukan
pada kelompok 1 dan 3 yaitu sebesar 15% dan 18%. Hari keempat tingkat
kelayuan tinggi menunjuukan kelompok 3 sebesar 10%. Perlakuan sukrosa 2%
kelayuan tinggi menunujukan kelompok 1 yaitu 16,4%. Sukrosa 5% kelompok 5
sebesar 35%. Hari kelima perlakuan control,sukrosa 2%,sukrosa 5% kelayuan
tinggi menunjukan pada kelompok 3,1, dan 3 yaitu sebesar 13%, 18,2%,12%.
Kemudian pada hasil pengamatan bunga sedap malam dari hari pertama
kelompok 1,2,5 tidak ada tingkat kelayuannya pada perlakuan control,sukrosa 2%
dan sukrosa 5%. Hari kedua tingkat kelayuan tinggi pada kelompok 5 sebesar
23%. Perlakuan sukrosa 2% tingkat kelayuan tinggi kelompok 3 sebesar 24%,
sukrosa 5% kelompok 4 sebesar 15,9%.
Hari ketiga pada perlakuan control, sukrosa 2%,sukrosa5% tingkat kelayuan
tinggi pada kelompok 5,3,4 yaitu sebesar 30%,37%,34,8%. Hari keempat
perlakuan control,sukrosa 2%, sukrosa 5% tingkat kelayuan tinggi menunjukan
kelompok 4 dan 3 sebesar 63%,87,5%, dan 74%. Hari kelima tingkat kelayuan
tinggi pada perlakuan control, sukrosa 2, sukrosa 5% pada kelompok 4,4,4 yaitu
sebesar 95%,97,5%,83,3%. Hal ini terjadi karena tanaman membutuhkan air dan
mineral. Sehingga pada perlakuan kontrol bunga sedap malam tidak mudah layu
karena tranpirasi berjalan dengan lancar, sedangkan bunga sedap malam dengan
perlakuan sukrosa 2% memiliki tingkat kelayuan yang tinggi terlihat dari tabel
pada hari ke-2 sampai hari terakhir. Hal ini terjadi karena karena terhambatnya
proes transpirasi. Tingkat kelayuan tumbuhan dapat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti suhu dan kelembaban yag berpengaruh dalam transpirasi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perlakuan kontrol membuat tanaman bunga krisan dan sedap malam tetap
tumbuh segar.
Pada bunga krisan dan sedap malam mengalami tingkat kelayuan terendah
pada perlakuan control.
Tingkat kelayuan tinggi pada bunga sedap malam dibandingkan bunga
krisan.

36

Saran
Saran untuk materi transport xylem perlu di lakukan penelitian yang lebih
mendalam dan teliti supaya mengetahui kepastian dari hasil data-data yang
didapat dan juga agar lebih akurat.
Sebaiknya hasil pengamatan disimpan pada tempat yang aman agar tidak
mempengaruhi hasil pengamatan.

37

DAFTAR PUSTAKA
Lakitan Benyamin. 2012. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID) :
Rajawali Pers.
Iriawati. 2009. Jaringan Pembuluh. http://www.sith.itb.ac.id (2012 November 21])
Winxp.2010. Jaringan Pengangkut/ Jaringan Pembuluh. http://file.upi.edu [1
Desember 2014] (INTERNET)

38

LAMPIRAN

(a)

(b)

(c)

Gambar 1Bunga sedap malam hari pertama : (a) kontrol; (b) Sukrosa 2%; (c)
Sukrosa 5%.

(a)
(b)
(c)
Gambar 2Bunga krisan hari pertama : (a) kontrol; (b) Sukrosa 2%; (c) Sukrosa
5%.

39

(a)
(b)
(c)
Gambar 3 Bunga sedap malam hari kedua : (a) kontrol; (b) Sukrosa 2%; (c)
Sukrosa 5%.

(a)
(b)
(c)
Gambar 4 Bunga krisan hari kedua : (a) kontrol; (b) Sukrosa 2%; (c) Sukrosa 5%.

40

(a)
(b)
(c)
Gambar 5 Bunga sedap malam hari ketiga : (a) kontrol; (b) Sukrosa 2%; (c)
Sukrosa 5%.

(a)
(b)
(c)
Gambar 6 Bunga krisan hari kedua : (a) kontrol; (b) Sukrosa 2%; (c) Sukrosa 5%.

41

(a)
(b)
(c)
Gambar 7 Bunga sedap malam hari keempat : (a) kontrol; (b) Sukrosa 2%; (c)
Sukrosa 5%.

(a)
(b)
(c)
Gambar 8 Bunga krisan hari keempat : (a) kontrol; (b) Sukrosa 2%; (c) Sukrosa
5%.

42

(a)

(b)

(c)

Gambar 9 Bunga sedap malam hari kelima : (a) kontrol; (b) Sukrosa 2%; (c)
Sukrosa 5%.

(a)

(b)

(c)

Gambar 10 Bunga krisan hari kelima : (a) kontrol; (b) Sukrosa 2%; (c) Sukrosa
5%.

43

44

BAB 4
UJI KEMASAKAN BUAH
PENDAHULUAN
Pisang dan mangga merupakan salah satu komoditi hortikultura yang
disukai oleh penduduk Indonesia, hampir di semua daerah memiliki tanaman
pisang dan mangga dengan spesifikasi tersendiri.
Buah pisang dan mangga termasuk buah klimakterik yang ditandai dengan
meningkatnya laju respirasi pada saat buah menjadi matang, dan hal ini
berhubungan dengan meningkatnya laju produksi etilen. Pada buah klimakterik,
etilen berperan dalam perubahan fisiologis dan biokimia yang terjadi selama
pematangan (Lelievre et al., 1997; Giovannoni 2001). Pemberian etilen eksogen
pada buah klimakterik dapat mempercepat proses pematangan dan menghasilkan
buah dengan tingkat kematangan yang seragam (Kader 2002).
Etilen merupakan hormon tumbuh yang diproduksi dari hasil metabolisme
normal dalamtanaman. Etilen berperan dalam pematangan buah dan kerontokan
daun. Etilen disebut juga ethene(Winarno 2007). Senyawa etilen pada tumbuhan
ditemukan dalam fase gas, sehingga disebut jugagas etilen. Gas etilen tidak
berwarna dan mudah menguap (Yatim 2007).
Bahan pemacu pematangan yang umum digunakan oleh petani dan
pedagang pisang di pasar lokal adalah kalsium karbida, sedang pihak eksportir
umumnya menggunakan gas etilen. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
bahan yang dapat mengeluarkan gas etilen seperti etepon atau ethrel juga dapat
digunakan untuk memacu proses pematangan buah. Bahan pemacu pematangan
lainnya adalah gas asetilen yang merupakan analog dari etilen sehingga dapat
berperan sebagaimana peran etilen dalam proses pematangan buah (Chesworth et
al., 1998).
Tujuan dari penusunan laporan praktikum ini yaitu untuk mengetahui
pengaruh zat pengatur pertumbuhan ethylene pada pemasakan buah dengan
berbagai konsentrasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Manfaat Buah Pisang
Pisang diklasifikasikan kedalam famili Musaceae, genus Musa dan Ensete
serta berasal dari golongan Eumusa. Jenis pisang yang dapat dimakan termasuk
kedalam genus Musa. Pisang diduga berasal dari kawasan Asia Tenggara dengan
pusat keragamannya di wilayah Malenesia (Filipina, Malaysia, Indonesia dan
Papua Nugini) (Espino et al. 1997). Kemudian menyebar keseluruh wilayah tropik
dan sub-tropik di Asia, Amerika, Afrika dan Australia serta tempat-tempat yang
memungkinkan pisang untuk tumbuh dan berbuah.
Simmonds (1966) menyatakan bahwa pisang berasal dari kawasan Asia
Tenggara yang penyebarannya meluas hingga ke seluruh belahan dunia yang
meliputi daerah tropik dan sub-tropik. Saat ini di dunia diperkirakan terdapat 100
300 kultivar pisang yang termasuk dalam 4 grup yaitu grup AA, AAA, AAB dan
ABB. Jenis pisang yang enak dimakan yang ada saat ini adalah hasil persilangan
dari dua spesies yakni Musa acuminata (genom A) dan Musa balbisiana (genom
B). Menurut Espino et al. (1997), jenis-jenis pisang yang umumnya ditanam di

45

Indonesia yaitu pisang Mas (grup AA); pisang Ambon, pisang Ambon Lumut,
pisang Barangan, pisang Badak dan pisang Susu (grup AAA); pisang Raja dan
pisang Tanduk (grup AAB) dan pisang Batu (grup ABB).
Buah pisang kaya akan vitamin C, vitamin B6, vitamin A, thiamin,
riboflavin dan niacin.. Dalam setiap 100 gram daging pisang masak mengandung
70 gr air, 1.2 gr protein, lemak 0.3 gr lemak, 27 gr pati, 0.5 gr serat dan 400 mg
Kalium (Ashari 1995). Menurut PKBT (2007), kandungan vitamin C satu buah
pisang setara dengan 2 buah apel. Pisang kaya akan mineral Kalsium (Ca)
sehingga mengkonsumsi pisang setelah makan akan membantu menetralisir efek
negatif konsumsi garam dan monosodium glutamat (MSG) yang berlebih. Serta
mengandung kalium (K) yang berfungsi menjaga keseimbangan air tubuh,
kenormalan tekanan darah, fungsi jantung dan kerja otot.
Botani dan Manfaat Buah Mangga
Mangga merupakan tanaman buah tahunan berupa pohon yang berasal dari
negara India. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara
termasuk Malaysia dan Indonesia.
Klasifikasi botani tanaman mangga adalah sebagai berikut: Divisi
Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas
Dicotyledonae, keluarga
Anarcadiaceae, genus Mangifera, spesies Mangifera spp.
Jenis yang banyak ditanam di Indonesia Mangifera indica L. yaitu mangga
arumanis, golek, gedong, apel, manalagi dan cengkir dan Mangifera foetida yaitu
kemang dan kweni.

46

METODOLOGI KERJA
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Laboratorium CA BIO 1 pukul 07.00 sampai 11.00
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :Buah pisang
sisir (dua ulangan), buah manga, buah apel, Sprayer.
Perlakuan yang ada : Kontrol, Etilen 2cc/l, Etilen 5cc/l, Etilen dari buah matang.

47

Metode Kerja

48

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Dari percobaan uji kemasakan buah pada pisang dan mangga yang telah
dilakukan dari enam kelompok, didapat data pengamatan sebagai berikut :
Rata-rata Pengamatan Uji Kemasakan Buah pada Pisang

Gambar 1 Kurva pengamatan uji kemasakan buah hari ke-1

Gambar 2 Kurva pengamatan uji kemasakan buah hari ke-2

49

Gambar 3 Kurva pengamatan uji kemasakan buah hari ke-3

Gambar 4 Kurva pengamatan uji kemasakan buah hari ke-4

50

Gambar 5 Kurva pengamatan uji kemasakan buah hari ke-5


Pengamatan Uji Kemasakan Buah pada Mangga

Gambar 6 Kurva pengamatan uji kemasakan buah hari ke-1

51

Gambar 7 Kurva pengamatan uji kemasakan buah hari ke-2

Gambar 8 Kurva pengamatan uji kemasakan buah hari ke-3

52

Gambar 9 Kurva pengamatan uji kemasakan buah hari ke-4

Gambar 10 Kurva pengamatan uji kemasakan buah hari ke-5


Pembahasan
Dari tabel parameter penilaian pada buah pisang dan mangga selama 5 hari,
didapat rataan nilai :
Parameter rataan nilai pada buah pisang
Hari pertama, skor parameter penilaian terendah pada warna kulit terjadi
pada perlakuan etilen 5cc dengan skor 1.67. Sedangkan skor pada perlakuan
kontrol, etilen 2cc dan etilen alami adalah 2. Skor parameter tertinggi pada warna
daging buah terjadi pada perlakuan kontrol dengan skor 1.83. Sedangkan skor
pada perlakuan etilen 2cc, etilen 5cc dan etilen alami adalah 1.33. Skor parameter
tertinggi pada tingkat kekerasan buah terjadi pada perlakuan kontrol, dengan skor
1.67. Sedangkan skor terendah terjadi pada perlakuan etilen 5cc dan etilen alami

53

dengan skor 1.33. Skor parameter rasa buah tertinggi terjadi pada perlakuan
kontrol, dengan skor 1.33. Sedangkan pada perlakuan etilen 2cc, etilen 5cc dan
etilen alami skornya 0.83.
Hari kedua, skor parameter penilaian terendah pada warna kulit terjadi pada
perlakuan etilen 5cc dengan skor 2. Sedangkan skor tertinggi terjadi pada
perlakuan kontrol dan etilen alami dengan skor 2.33. Skor parameter tertinggi
pada warna daging buah terjadi pada perlakuan kontrol dengan skor 0.33.
Sedangkan skor pada perlakuan etilen 2cc, etilen 5cc dan etilen alami adalah 0.
Skor parameter tertinggi pada tingkat kekerasan buah terjadi pada perlakuan
kontrol, dengan skor 1.5. Sedangkan skor terendah terjadi pada perlakuan etilen
dengan skor 0.83. Skor parameter rasa buah tertinggi terjadi pada perlakuan
kontrol, dengan skor 0.33. Sedangkan pada perlakuan etilen 2cc, etilen 5cc dan
etilen alami skornya 0.
Hari ketiga, skor parameter penilaian terendah pada warna kulit terjadi pada
perlakuan etilen 2cc dengan skor 2.33. Sedangkan skor teringgi terjadi pada
perlakuan kontrol dan etilen alami dengan skor 2.67 . Skor parameter warna
daging skor untuk tiap perlakuan adalah 0. Skor parameter pada tingkat kekerasan
memiliki skor sama pada tiap perlakuan yaitu 1.5. Sedangkan skor parameter rasa
buah skornya 0 pada tiap perlakuan.
Hari kelima, skor parameter penilaian terendah pada warna kulit terjadi pada
perlakuan etilen alami dengan skor 3. Sedangkan skor tertinggi terdapat pada
perlakuan etilen 5cc dengan skor 3.5. Skor parameter tertinggi pada warna daging
buah terjadi pada perlakuan kontrol dan etilen 2cc dengan skor 3.33. Sedangkan
skor terendah terjadi pada perlakuan etilen 5cc dan etilen alami dengan skor 3.17.
Skor parameter tingkat kekerasan tertinggi terjadi pada perlakuan kontrol, dengan
skor 3.5. Sedangkan skor terendah terjadi pada etilen 2cc. Skor parameter
penilaian rasa buah tertinggi terjadi pada perlakuan kontrol dengan skor 3.17.
Sedangkan skor terendah terdapat pada perlakuan etilen 2cc, etilen 5cc dan etilen
alami dengan skor 2,83.
Parameter rataan nilai pada buah mangga
Hari pertama, skor parameter penilaian terendah pada warna kulit terjadi
pada perlakuan kontrol dan etilen alami dengan skor 1. Sedangkan skor tertinggi
terjadi pada perlakuan etilen 2cc dan etilen alami dengan skor 1.17. Skor
parameter tertinggi pada warna daging buah terjadi pada perlakuan kontrol dengan
skor 1.33. Sedangkan skor pada perlakuan etilen 2cc, etilen 5cc dan etilen alami
adalah 1.67. Skor parameter tertinggi pada tingkat kekerasan buah terjadi pada
perlakuan kontrol dan etilen 2cc, dengan skor 1. Sedangkan skor terendah terjadi
pada perlakuan etilen 5cc dan etilen alami dengan skor 0.83. Skor parameter rasa
buah tertinggi terjadi pada perlakuan kontrol, dengan skor 0.83. Sedangkan pada
perlakuan etilen 2cc, etilen 5cc dan etilen alami skornya 0.5.
Hari kedua, skor parameter penilaian terendah pada warna kulit terjadi pada
kontrol dengan skor 1.33. Sedangkan skor pada perlakuan etilen 2cc, etilen 5cc
dan etilen alami adalah 1.5. Skor parameter pada warna daging adalah 0 pada tiap
perlakuan. Skor parameter tertinggi pada tingkat kekerasan buah terjadi pada
perlakuan etilen 5cc dengan skor 1. Sedangkan skor terendah terjadi pada
perlakuan etilen alami dengan skor 0.5. Skor parameter rasa buah pada tiap
perlakuannya adalah 0.

54

Hari ketiga, skor parameter penilaian terendah pada warna kulit terjadi pada
perlakuan kontrol dan etilen alami dengan skor 1.33. Sedangkan tertinggi terjadi
pada perlakuan etilen 2cc dan etilen 5cc dengan skor 1.67. Skor parameter pada
warna daging buah pada tiap perlakuan skornya 0. Skor parameter tertinggi pada
tingkat kekerasan buah terjadi pada perlakuan kontrol, dengan skor 0.83.
Sedangkan skor terendah terjadi pada perlakuan etilen alami dengan skor 0.5.
Skor parameter rasa buah mendapat skor 0 pada tiap perlakuan.
Hari keempat, skor parameter penilaian terendah pada warna kulit terjadi
pada perlakuan kontrol dan etilen alami dengan skor 1.67. Sedangkan skor
tertinggi terdapat pada perlakuan etilen 2cc dengan skor 2. Skor parameter pada
warna daging buah mendapat skor 0 pada tiap perlakuan. Skor parameter tertinggi
pada tingkat kekerasan buah terjadi pada perlakuan etilen 5cc dengan skor 1.67.
Sedangkan skor terendah terjadi pada perlakuan etilen alami dengan skor 0.83.
Skor parameter rasa buah mendapat skor 0 pada tiap perlakuannya.
Hari kelima, skor parameter penilaian terendah pada warna kulit terjadi pada
perlakuan etilen alami dengan skor 1.33. Sedangkan skor tertinggi pada perlakuan
etilen 5cc dengan skor 2.33. Skor parameter tertinggi pada warna daging buah
terjadi pada perlakuan etilen 5cc dengan skor 3.67. Sedangkan skor terendah
terdapat pada perlakuan kontrol dengan skor 2.8. Skor parameter tertinggi pada
tingkat kekerasan buah terjadi pada perlakuan etilen 5cc dengan skor 3.67.
Sedangkan skor terendah terjadi pada etilen alami dengan skor 2. Skor parameter
rasa buah tertinggi terjadi pada perlakuan etilen 5cc dengan skor 2.33. Sedangkan
skor terendah terdapat pada perlakuan kontrol dan etilen alami dengan skor 1.83.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Perlakuan dengan etilen 5cc seharusnya memiliki tingkat kematangan
buah lebih cepat. Karena pada dosis tersebut etilen memiliki tingkat
fitohormon yang lebih tinggi dan dapat mempercepat waktu pemasakan
pada buah, bila dibandingkan dengan pengujian kontrol (tanpa
penggunaan etilen),penggunaan etilen 2cc atau etilen alami karena tingkat
fitohormon tersebut. Zat pengatur fitohormon tersebut adalah zat yang
aktif dalam proses pematangan buah.
Pada percobaan yang telah dilakukan, terdapat beberapa perbedaan dan
ketidak seragaman pematangan pada buah pisang maupun mangga pada
perlakuan yang telah ditentukan.
Terdapat beberapa pengamatan yang menunjukkan bahwa perlakuan
kontrol lebih cepat dalam pemasakan buah, sedangkan penggunaan etilen
5cc tingkat kemasakan buah lebih rendah atau lambat. Ini bukan berarti
pengujian tidak akurat atau keasalahan dalam pengerjaannya.kemungkinan
karena cara pengaplikasian dan proses pelaksanaan kegiatan yang kurang
tepat.
Kemungkinan lain, buah yang akan diujikan memiliki tingkat kematangan
yang kurang seragam atau belum waktunya untuk dilakukan pengujian,
atau pada waktu ketika pengaplikasian etilen pada beberapa pengujian
pengisolasian pada kotak mika kurang rapat. Sehingga etilen yang telah
disemprotkan tadi keluar melalui udara keluar dari kotak mika, dan tidak

55

berfokus pada pematangan dalam kotak mika. Sehingga pematangan


tersebut kurang maksimal.

Saran
Saran untuk pengaplikasian gas etilen, agar menutup bagian mika yang
terbuka. Meskipun itu hanyalah berupa lubang udara kecil yang dapat
menyebabkan gas etilen yang telah disemprotkan tadi keluar.
Segera masukkan buah yang telah disemprotkan etilen ke dalam mika dan
tutup rapat agar gas tersebut tidak cepat menguap ke udara luar.
Simpan bahan pengujian pada suhu yang konstan pada tiap pengujian juga
penting dilakukan, agar tidak terjadi perbedaan yang signifikan antara
pengujian satu dengan yang lainnya.

56

DAFTAR PUSTAKA
Laporan Skripsi Anggun Sambeganarko 2008, Pengaruh Aplikasi Kmno4,
Ethylene Block, Larutan CaCl2 dan CaO Terhadap Kualitas Dan Umur
Simpan Pisang (Musa Paradisiaca.L) Varietas Raja Bulu
Hotman Febrianto Siagian. Penggunaan Bahan Penyerap Etilen pada
Penyimpanan Pisang Barang Dengan Kemasakan Atmosfer Termodifikasi
Aktif, 2009.
Ali Murtadha, Elisa Julianti, Ismed Suhaidi. Pengaruh Jenis Pemacu Pematangan
Terhadap Mutu Buah Pisang Barangan (Musa Paradisiaca L.) Ilmu dan
Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.I No. 1 Th. 2012
Informatika Pertanian, Vol. 23 No.1, Juni 2014 : 35 - 46
Winarno FG, Agustinah W. 2007. Pengantar Bioteknologi. Ed.Rev. Mbrio Press.
Bogor.
Yatim W. 2007.Kamus Biologi . Obor. Jakarta.

57

LAMPIRAN

Perlakuan
Kontrol Etilen 2 cc Etilen 5 cc
1
2
2
2
2
3
3
3
3
2
2
2
Warna Kulit
4
1
1
1
5
3
3
1
6
1
1
1
Rata Rata
2
2
1.67
1
2
2
2
2
2
2
2
3
3
0
0
Warna Daging
Buah
4
2
2
2
5
0
0
0
6
2
2
2
Rata Rata
1.83
1.33
1.33
1
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
Tingkat
Kekerasan
4
1
1
1
5
1
2
1
6
2
0
0
Rata Rata
1.67
1.5
1.33
1
2
2
2
2
2
2
2
3
1
0
0
Rasa Buah
4
1
1
1
5
0
0
0
6
2
0
0
Rata Rata
1.33
0.83
0.83
Tabel 1 Pengamatan uji kemasakan buah pisang hari ke-1
Parameter

Kelompok

Etilen Alami
2
3
2
1
3
1
2
2
2
0
2
0
2
1.33
2
2
2
1
1
0
1.33
2
2
0
1
0
0
0.83

58

Perlakuan
Kontrol Etilen 2 cc Etilen 5 cc
1
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
3
Warna Kulit
4
1
1
1
5
3
3
2
6
2
0
0
Rata Rata
2.33
2.17
2
1
2
0
0
2
0
0
0
3
0
0
0
Warna Daging
Buah
4
0
0
0
5
0
0
0
6
0
0
0
Rata Rata
0.33
0
0
1
2
0
0
2
3
2
2
3
2
2
2
Tingkat Kekerasan
4
0
0
0
5
2
2
1
6
0
0
0
Rata Rata
1.5
1
0.83
1
2
0
0
2
0
0
0
3
0
0
0
Rasa Buah
4
0
0
0
5
0
0
0
6
0
0
0
Rata Rata
0.33
0
0
Tabel 2 Pengamatan uji kemasakan buah pisang hari ke-2
Parameter

Kelompok

Etilen Alami
3
3
2
1
3
2
2.33
0
0
0
0
0
0
0
0
3
2
0
3
0
1.33
0
0
0
0
0
0
0

59

Perlakuan
Kontrol Etilen 2 cc
Etilen 5 cc
1
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
4
Warna Kulit
4
1
2
2
5
3
3
3
6
3
0
0
Rata Rata
2.67
2.33
2.5
1
0
0
0
2
0
0
0
3
0
0
0
Warna Daging
Buah
4
0
0
0
5
0
0
0
6
0
0
0
Rata Rata
0
0
0
1
0
0
0
2
3
3
3
3
3
3
3
Tingkat
Kekerasan
4
0
0
0
5
3
3
3
6
0
0
0
Rata Rata
1.5
1.5
1.5
1
0
0
0
2
0
0
0
3
0
0
0
Rasa Buah
4
0
0
0
5
0
0
0
6
0
0
0
Rata Rata
0
0
0
Tabel 3 Pengamatan uji kemasakan buah pisang hari ke-3
Parameter

Kelompok

Etilen Alami
3
3
3
2
3
2
2.66
0
0
0
0
0
0
0
0
3
3
0
3
0
1.5
0
0
0
0
0
0
0

60

Perlakuan
Kontrol Etilen 2 cc Etilen 5 cc
1
3
3
3
2
3
3
3
3
3
4
4
Warna Kulit
4
2
2
2
5
3
3
4
6
4
0
0
Rata Rata
3
2.5
2.67
1
0
0
0
2
0
0
0
3
0
0
0
Warna Daging
Buah
4
0
0
0
5
0
0
0
6
0
0
0
Rata Rata
0
0
0
1
0
0
0
2
4
3
3
3
3
3
3
Tingkat Kekerasan
4
0
0
0
5
3
2
4
6
0
0
0
Rata Rata
1.67
1.33
1.67
1
0
0
0
2
0
0
0
3
0
0
0
Rasa Buah
4
0
0
0
5
0
0
0
6
2
0
0
Rata Rata
0.33
0
0
Tabel 4 Pengamatan uji kemasakan buah pisang hari ke-4
Parameter

Kelompok

Etilen Alami
3
3
3
2
3
0
2.33
0
0
0
0
0
0
0
0
4
3
0
2
0
1.5
0
0
0
0
0
0
0

61

Perlakuan
Kontrol Etilen 2 cc Etilen 5 cc
1
4
3
3
2
3
3
3
3
4
4
4
Warna Kulit
4
2
3
3
5
3
3
4
6
4
4
4
Rata Rata
3.33
3.33
3.5
1
4
3
3
2
4
4
4
3
3
3
3
Warna Daging
Buah
4
3
3
3
5
2
3
4
6
4
4
2
Rata Rata
3.33
3.33
3.17
1
3
3
3
2
4
3
4
3
3
4
4
Tingkat
Kekerasan
4
3
2
4
5
4
3
3
6
4
3
3
Rata Rata
3.5
3
3.5
1
3
3
3
2
3
3
3
3
4
3
3
Rasa Buah
4
2
2
2
5
3
3
2
6
4
3
4
Rata Rata
3.17
2.83
2.83
Tabel 5 Pengamatan uji kemasakan buah pisang hari ke-5
Parameter

Kelompok

Etilen Alami
3
3
4
2
3
3
3
3
4
3
3
4
2
3.17
3
4
4
3
4
2
3.33
3
3
3
2
3
3
2.83

62

Perlakuan
Kontrol Etilen 2 cc Etilen 5 cc
1
1
1
1
2
1
1
1
3
1
2
1
Warna Kulit
4
1
1
1
5
1
1
1
6
1
1
1
Rata Rata
1
1.17
1
1
1
1
1
2
1
1
1
3
2
0
0
Warna Daging
Buah
4
2
0
0
5
0
0
0
6
2
2
2
Rata Rata
1.33
0.67
0.67
1
1
1
1
2
1
1
1
3
1
1
1
Tingkat
Kekerasan
4
1
0
0
5
1
2
1
6
1
1
1
Rata Rata
1
1
0.83
1
1
1
1
2
1
1
1
3
1
0
0
Rasa Buah
4
1
0
0
5
0
0
0
6
1
1
1
Rata Rata
0.83
0.5
0.5
Tabel 6 Pengamatan uji kemasakan buah mangga hari ke-1
Parameter

Kelompok

Etilen Alami
1
1
2
1
1
1
1.17
1
1
0
0
0
2
0.67
1
1
1
0
1
1
0.83
1
1
0
0
0
1
0.5

63

Perlakuan
Kontrol Etilen 2 cc Etilen 5 cc
1
1
1
1
2
1
1
1
3
1
2
2
Warna Kulit
4
3
3
3
5
1
1
1
6
1
1
1
Rata Rata
1.33
1.5
1.5
1
0
0
0
2
0
0
0
3
0
0
0
Warna Daging
Buah
4
0
0
0
5
0
0
0
6
0
0
0
Rata Rata
0
0
0
1
0
0
0
2
1
1
1
3
1
3
3
Tingkat
Kekerasan
4
0
0
0
5
2
1
2
6
0
0
0
Rata Rata
0.67
0.83
1
1
0
0
0
2
0
0
0
3
0
0
0
Rasa Buah
4
0
0
0
5
0
0
0
6
0
0
0
Rata Rata
0
0
0
Tabel 7 Pengamatan uji kemasakan buah mangga hari ke-2
Parameter

Kelompok

Etilen Alami
1
1
2
3
1
1
1.5
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0.5
0
0
0
0
0
0
0

64

Perlakuan
Kontrol Etilen 2 cc
Etilen 5 cc
1
1
1
1
2
1
1
1
3
2
3
3
Warna Kulit
4
1
2
2
5
2
1
1
6
1
2
2
Rata Rata
1.33
1.67
1.67
1
0
0
0
2
0
0
0
3
0
0
0
Warna Daging
Buah
4
0
0
0
5
0
0
0
6
0
0
0
Rata Rata
0
0
0
1
0
0
0
2
1
2
2
3
2
3
3
Tingkat
Kekerasan
4
0
0
0
5
2
1
3
6
0
0
0
Rata Rata
0.83
1
1.33
1
0
0
0
2
0
0
0
3
0
0
0
Rasa Buah
4
0
0
0
5
0
0
0
6
0
0
0
Rata Rata
0
0
0
Tabel 8 Pengamatan uji kemasakan buah mangga hari ke-3
Parameter

Kelompok

Etilen Alami
1
1
2
2
1
1
1.33
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0.5
0
0
0
0
0
0
0

65

Perlakuan
Kontrol Etilen 2 cc Etilen 5 cc
1
1
1
1
2
2
2
1
3
2
3
3
Warna Kulit
4
2
2
2
5
2
2
2
6
1
2
2
Rata Rata
1.67
2
1.83
1
0
0
0
2
0
0
0
3
0
0
0
Warna Daging
Buah
4
0
0
0
5
0
0
0
6
0
0
0
Rata Rata
0
0
0
1
0
0
0
2
2
2
3
3
2
3
3
Tingkat
Kekerasan
4
0
0
0
5
3
2
4
6
0
0
0
Rata Rata
1.17
1.17
1.67
1
0
0
0
2
0
0
0
3
0
0
0
Rasa Buah
4
0
0
0
5
0
0
0
6
0
0
0
Rata Rata
0
0
0
Tabel 9 Pengamatan uji kemasakan buah mangga hari ke-4
Parameter

Kelompok

Etilen Alami
1
1
3
2
1
2
1.67
0
0
0
0
0
0
0
0
2
1
0
2
0
0.83
0
0
0
0
0
0
0

66

Perlakuan
Parameter

Kelompok

Etilen 2
Etilen 5
Kontrol cc
cc
1
1
1
1
2
2
2
2
3
2
3
4
Warna Kulit
4
2
3
3
5
2
2
2
6
1
2
2
Rata Rata
1.67
2.17
2.33
1
3
3,5
4
2
4
4
3
4
3
4
Warna Daging
Buah
4
3
3
3
5
2
4
4
6
2
3
3
Rata Rata
2.8
3.47
3.67
1
2
3
3
2
3
3
4
3
2
4
4
Tingkat
Kekerasan
4
3
2
4
5
3
3
4
6
1
3
3
Rata Rata
2.33
3
3.67
1
1
1
1
2
2
3
4
3
1
4
4
Rasa Buah
4
2
2
2
5
4
2
2
6
1
1
1
Rata Rata
1.83
2.17
2.33
Tabel 10 Pengamatan uji kemasakan buah mangga hari ke-5

Etilen
Alami
1
1
2
2
1
1
1.33
3
2
4
3
3
2
2.83
2
2
1
3
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1.83

67

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 1 Perlakuan kontrol pada buah pisang hari ke-0

Gambar 2 Perlakuan etilen alami pada buah pisang hari ke-0

Gambar 3 Perlakuan etilen 2cc pada buah pisang hari ke-0

68

Gambar 4 Perlakuan etilen 5cc pada buah pisang hari ke-0

Gambar 5 Perlakuan kontrol pada buah mangga hari ke-0

Gambar 6 Perlakuan etilen 2cc pada buah mangga hari ke-0

69

Gambar 7 Perlakuan etilen alami pada buah mangga hari ke-0

Gambar 8 Perlakuan etilen 5cc pada buah mangga hari ke-0

70

Gambar 9 Hasil kenampakan kulit buah pisang pada tiap perlakuan

Gambar 10 Hasil kenampakan daging buah pisang pada tiap perlakuan

Gambar 11 Hasil kenampakan tekstur buah pisang pada tiap perlakuan

71

Gambar 12 Hasil kenampakan kulit buah mangga pada tiap perlakuan

Gambar 13 Hasil kenampakan daging buah mangga pada tiap perlakuan

72

BAB 5
INISIASI PEMBENTUKAN AKAR
PENDAHULUAN
Zat Pengatur Tumbuh atau ZPT digunakan untuk mengendalikan dan
mendukung kelangsungan hidup tumbuhan. Unsur ZPT ini merupakan hormon
pada tumbuhan yang merupakan senyawa kimia yang diekskresi oleh suatu organ
atau jaringan yang dapat mempengaruhi organ atau jaringan lain dengan cara
khusus. Berbeda dengan yang diproduksi oleh hewan senyawa kimia pada
tumbuhan sering mempengaruhi sel-sel yang juga penghasil senyawa tersebut
disamping mempengaruhi sel lainnya. Salah satu tipe Zat Pengatur Tumbuhan
tersebut yang telah diidentifikasi yaitu auksin (Anonim, 2008).
Auksin merupakan hormon terhadap tumbuhan yang mempunyai peranan
luas terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Sifat penting auksi
adalah berdasarkan konsentrasinya, dapat merangsang dan menghambat
pertumbuhan. Auksin bersifat memacu perkembangan meristem akar adventif
sehingga sering digunakan sebagai zat perangsang tumbuh akar pada stek
tanaman. Auksin adalah zat yang di temukan pada ujung batang, akar,
pembentukan bunga yang berfungsi sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu
pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Asam indol-3 asetat (IAA)
diidentifikasi tahun 1934 sebagai senyawa alami yang menunjukkan aktivitas
auksin yang mendorong pembentukan akar adventif. IAA sintetik juga telah
terbukti mendorong pertumbuhan akar adventif. Pada era yang sama juga
ditemukan asam indol butirat (IBA) dan asam naptalen asetat (NAA) yang
mempunyai efek sama dengan IAA. Dan skarang sesungguhnya, hal itu
ditunjukkan bahwa inisiasi sel untuk mmbentuk akar tergantung dari kandungan
auksin (Anonim, 2008). Pembentukan inisiasi akar dalam batang terbukti
tergantung pada tersedianya aiksin di dalam tanaman ditambah pemacu auksin
(Rooting Co-factors) yang secara bersama-sama mengatur sintesis RNA untuk
membentuk primordia akar. Konsentrasi auksin sebaiknya digunakan dengan
konsentrasi optimum. Kenaikan konsentrasi selanjutnya akan menghambat
pembentukan akar.
Salah satu respon morfologis yang paling umum dari perlakuan auksin
adalah inisiasi akar pada batang, daun dan bagian lain pada tumbuhan. Efektivitas
auksin dalam inisiasi akar memperluas penggunaannya dalam perbanyakan
tanaman berkayu dan herba. Dalam proses inisiasi akar struktur yang dapat
diketahui adalah primordial akar yang terbentuk di dalam jaringan batang.
Sesudah inisiasi, sel-sel akar akan tumbuh memanjang dan menumbus jaringan
batang sehingga terbentuk struktur akar normal. Praktikum ini bertujuan untuk
merangsang pembentukan akar pada stek batang dan stek daun pada tanaman
Coleus sp. Dengan pemberian auksin.

TINJAUAN PUSTAKA

73

Pengertian Stek Batang


Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan
menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan
menjadi tanaman baru. Sebagai alternarif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih
ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat
dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya. Cara
perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan jika bertemu
dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan
stress lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman yang masih bertahan.
Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi
akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru yang true to
name dan true to type. Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor intern
yaitu tanaman itu sendiri dan faktor ekstern atau lingkungan. Salah satu faktor
intern yang mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang
berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh. Bahan awal perbanyakan berupa batang
tanaman. Stek batang dikelompokkan menjadi empat macam berdasarkan jenis
batang tanaman, yakni: berkayu keras, semi berkayu, lunak, dan herbaceous.
Deskripsi Coleus sp
Coleus sp memiliki nama sinonim Solenostemon scutellarioides, di
Indonesia dikenal sebagai bayam-bayaman, miana atau jawer kotok. Tanaman ini
dapat di perbanyak dengan stek batang. Daun Coleus bertekstur halus dengan
warna yang beranekaragam baik warna spesies maupun hasil persilangan.
Tanaman ini dapat tumbuh baik di area sejuk degan penyinaran penuh agar
warnanya tampil cemerlang. Coleus sp. merupakan keluarga Lamiaceae, Lamiales
Order, Kelas Magnoliopsida, Divisi Magnoliophyta, Kerajaan Plantae. Coleus
(Solenostemon) adalah genus tanaman abadi, asli ke Afrika dan Asia tropis.
Tumbuhan ini termasuk herba, semak, pohon ini sering berbentuk batang yang
berbentuk segi empat. Daun yang dimiliki berhadapan, tunggal, kadang-kadang
bercagak, atau majemuk menjari. Pinggir daun rata (integer). Tumbuhan ini
biasanya ditemukan sampai pada ketinggian 1.550 meter di atas permukaan laut.
Anggota famili ini mempunyai banyak manfaat secara ekonomi seperti sebagai
penghasil minyak atau digunakan sebagai bumbu, dan sebagai tanaman hias
seperti plectranthus atau coleus.

74

METODOLOGI KERJA
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Bertempat di laboratorium CA BIO 1 tanggal 6 Oktober 2015 pada pukul
07.00 s/d pukul 11.00.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah gelas plastik, wadah
plastik mika dan pisau atau cutter.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Rootone-f, air, arang
sekam, oasis dan tanaman Coleus sp.
Metode Kerja

75

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Tabel 1. Data Kelas Waktu Muncul Akar pada Induksi Pembentukan Akar
Tanaman Coleus sp.
Jenis
Media

Perlakuan

Tanpa
Rootone-F
Oasis
Rootone-f

Arang
sekam

Tanpa
Rootone-f
Rootone-f

Bagian
Tanaman

Waktu Muncul Akar

Pucuk

1 MST
2 MST
3 MST
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
- - - - - - - - - -

Tengah

- - - -

Bawah
Pucuk
Tengah
Bawah
Pucuk
Tengah
Bawah
Pucuk
Tengah
Bawah

Grafik 1. Ratarata Kelas Jumlah Akar Coleus sp.

76

Grafik 2. Rata-rata Kelas Panjang Akar Coleus sp.


Pembahasan
Dari data rata-rata jumlah akar dan panjang akar pada tanaman Coleus sp
pada setiap perlakuan terdapat beberapa perbedaan pertumbuhan tanaman. Pada
perlakuan oasis tanpa rootone-F, rata-rata jumlah akar pada bagian pucuk adalah
7, rata-rata jumlah akar pada bagian tengah adalah 4.3 dan rata-rata jumlah akar
pada bagian bawah adalah 5. Pada perlakuan oasis rootone-F, rata-rata jumlah
akar pada bagian pucuk adalah 9.2, rata-rata jumlah akar pada bagian tengah 6.7
dan rata-rata jumlah akar pada bagian bawah adalah 3,3cm.
Pada perlakuan arang sekam tanpa rootone-F, rata-rata jumlah akar pada
bagian pucuk adalah 16, rata-rata jumlah akar pada bagian tengah adalah 9,7 dan
rata-rata jumlah akar pada bagian bawah adalah 5,8. Pada perlakuan arang sekam
rootone-F rata-rata jumlah akar pada bagian pucuk adalah 6.3, rata-rata jumlah
akar pada bagian tengah adalah 8,3 dan rata-rata jumlah akar pada bagian bawah
adalah 11,7.
Pada perlakuan oasis tanpa rootone-F rata-rata panjang akar pada bagian
pucuk adalah 3,8cm, rata-rata panjang akar pada bagian tengah adalah 2cm dan
rata-rata panjang akar pada bagian bawah adalah 3,5cm. Pada perlakuan oasis
rootone-F rata-rata panjang akar pada bagian pucuk adalah 1,3cm, rata-rata
panjang akar pada bagian tengah adalah 1,2cm dan rata-rata panjang akar pada
bagian bawah adalah 5,8cm.
Pada perlakuan arang sekam tanpa rootone-F rata-rata panjang akar pada
bagian pucuk adalah 11,4cm, rata-rata panjang akar pada bagian tengah adalah
10,3cm dan rata-rata panjang akar pada bagian bawah adalah 5,3cm. Pada
perlakuan arang sekam rootone-F rata-rata panjang akar pada bagian pucuk adalah
3,4cm, rata-rata panjang akar pada bagian tengah adalah 8,5cm dan rata-rata
panjang akar pada bagian bawah adalah 5,4cm.

77

Waktu muncul akar pada perlakuan tanpa rootone-F dan rootone-F terjadi
serentak pada 2 MST pada ulangan 2 dan 3. Baik pada media oasis maupun arang
sekam. Pada media oasis, perlakuan tanpa rootone-F bagian pucuk tumbuh
serentak dari tanaman 1 sampai 6 pada 3 MST, sedangkan pada bagian tengah dan
bawah, tanaman 4 tidak tumbuh. Pada perlakuan menggunakan rootone-F, di
bagian pucuk dan bawah, tanaman 4 tidak tumbuh akar dan pada bagian tengah
tanaman, akar tumbuh serentak pada 3 MST.
Pada media arang sekam perlakuan tanpa rootone-F dan rootone-F
pertumbuhan akar serentak terjadi pada 2 MST, sedangkan untuk perlakuan tanpa
rootone-F akar tidak tumbuh pada tanaman 4, baik pada bagian pucuk, tengah dan
bawah tanaman. Pada bagian bawah tanaman, akar yang tidak tumbuh juga terjadi
pada tanaman ke 2. Pada perlakuan menggunakan rootone-F, akar tidak tumbuh
dibagian pucuk pada tanaman 3 dan 5 pada 3 MST, bagian tengah tanaman semua
akar tumbuh pada 3 MST, dan untuk bagian bawah tanaman akar tidak muncul
pada tanaman ke 2.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perlakuan pada tanaman Coleus sp pada media oasis, pertumbuhan akar
lebih banyak jika menggunakan rootone-F terutama pada bagian tumbuhan pada
pucuk dan tengah.
Pertumbuhan akar pada bagian bawah tanaman lebih bagus pada perlakuan
tanpa rootone-F.
Untuk perlakuan dengan menggunakan media arang sekam, pertumbuhan
akar lebih banyak pada perlakuan arang sekam tanpa rootone-F terutama pada
bagian pucuk dan tengah tanaman.
Untuk tanaman bagian bawah, pertumbuhan jumlah akar tanaman lebih
banyak pada perlakuan arang sekam rootone-F.
Panjang akar pada perlakuan oasis tanpa rootone-F hasilnya lebih bagus
pada bagian pucuk dan bagian tengah tanaman.
Pertumbuhan akar pada bagian bawah lebih bagus pada perlakuan oasis
rootone-F.
Pertumbuhan panjang akar dari hasil yang didapat, lebih bagus jika
menggunakan arang sekam tanpa rootone-F terutama ada pagian pucuk dan
tengah tanaman.
Pertumbuhan panjang akar pada bagian bawah lebih bagus pada perlakuan
arang sekam rootone-F.
Pada perlakuan yang telah dilakukan, seharusnya penggunaan rootone-F
lebih efektif dalam pertumbuhan dan pemanjangan akar.
Pertumbuhan akar pada tanaman coleus sp seharusnya lebih baik pada
penggunaan rootone-F pada dosis yang telah dianjurkan, ketimbang pada
perlakuan kontrol atau tanpa rootone-F.
Pertumbuhan jamur pada bagian ujung batang atau pada bagian batang,
juga dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman tersebut yang dapat membuatnya
mati.
Penggunaan media oasis dan arang sekam pada penggunaannya, baik
untuk pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif.
Media oasis lebih banyak menyimpan air daripada arang sekam.

78

Arang sekam lebih banyak mengandung zat hara daripada oasis.


Saran
Pada praktikum inisiasi pembentukan akar, sebaiknya penggunaan
komoditas tanaman yang berbeda dapat ditambahkan agar pengamatan dapat
memiliki perbandingan yang berbeda.
Faktor lingkungan, perawatan tanaman dan lingkngan tempat tanaman
tumbuh juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Dan keadaan tersebut
kemungkinan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan pada tanaman.
Tumbuhnya jamur pada bagian tanaman dapat menyebabkan kelayuan
bahkan kematian pada tanaman tersebut, karena itu perlu dilakukan pengendalian
kelembaban sekitar dan juga kebutuhan air bagi tanaman untuk mengurangi
tingkat kematian pada tanaman tersebut.
Perawatan yang baik juga sebagai faktor keberhasilan harus lebih
diperhatikan kembali.

79

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Peranan Zat Pengatur Tumbuh, http://mybioma.wordpress.com/.
diakses pada tanggal 27 Mei 2010
Anonim. 2008. Plant Growth Regulator. http://emirgarden.blogspot.com/. diakses
pada tanggal 27 Mei 2010
Aris Sudomo, Asep Rohandi dan Nina Mindawati, Jurnal Penelitian Hutan
Tanaman Vol. 10 No. 2, Juni 2013: 57-63.
Wattimena, G. A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor: PAU IPB.

0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 5.0 5.0 6.0 0.0 6.0 4.0
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 8.0 6.0 6.0 0.0 8.0 2.0

Tengah

Bawah

Rootone-F

Tanpa
Rootone-F

Rootone-F

0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 4.0 8.0 11.0 10.0 5.0 4.0

Pucuk

Tanpa
Rootone-F

0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 5.0 0.0 18.0 0.0 15.0
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 3.0 5.0 3.0 32.0 6.0
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 27.0 0.0 11.0 14.0 17.0 1.0

Tengah

Bawah

0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 11.0 0.0 22.0 2.0

Bawah

Pucuk

0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.0 4.0 0.0 46.0 6.0

Tengah

11.7

8.3

6.3

5.8

9.7

0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 27.0 14.0 0.0 40.0 15.0 16.0

3.3

6.7

9.2

5.0

4.3

7.0

Rataan

Pucuk

0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 4.0 6.0 7.0 1.0 0.0 2.0

Bawah

0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 11.0 7.0 15.0 3.0 3.0 1.0

Tengah

0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 7.0 12.0 22.0 9.0 0.0 5.0

Pucuk

----------------------------------------------MST------------------------------------------------

Jumlah akar

Bagian
Tanaman

Perlakuan

Tabel 1 Data Kelas Jumlah Akar Pada Induksi Pembentukan Akar Tanaman Coleus sp.

80

LAMPIRAN

0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.5 1.2 2.2 0.0 6.0 1.0
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.7 1.2 0.9 0.0 8.0 9.0

Tengah
Bawah

Rootone-F

Tanpa
Rootone-F

Rootone-F

0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.5 1.5 0.7 0.9 5.0 11.0

Pucuk

Tanpa
Rootone-F

0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 10.0 0.0 6.4 0.0 4.0
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 3.0 2.1 10.8 32.0 2.0
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 6.5 0.0 3.8 0.0 17.0 1.0

Tengah
Bawah

0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 5.0 0.0 22.0 5.0

Bawah
Pucuk

0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.5 7.2 0.0 46.0 8.0

Tengah

5.4

8.5

3.4

5.3

10.3

0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 9.2 3.3 0.0 40.0 16.0 11.4

5.8

1.2

1.3

3.5

2.0

3.8

Rataan

Pucuk

0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 9.7 1.5 0.5 0.3 0.0 22.5

Bawah

0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 1.1 0.5 0.9 3.0 1.0

Tengah

0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.6 2.3 0.6 1.1 0.0 2.5

Pucuk

----------------------------------------------MST----------------------------------------------

Jumlah akar

Bagian
Tanaman

Perlakuan

Tabel 2 Data Kelas Jumlah Akar Pada Induksi Pembentukan Akar Tanaman Coleus sp.

81

82

83

Gambar 1. Coleus sp pada arang sekam


dengan rootone-f

Gambar 2. Coleus sp pada arang sekam


tanpa rootone-f

84

Gambar 3. Coleus sp pada oasis 3 yang


kanan dengan rootone-f dan 3 yang kiri
tanpa rootone-f

Gambar 4. Coleus sp pada oasis setelah


3 MST

Gambar 5. Coleus sp dengan rootone-f


pada oasis setelah 3 MST

Gambar 6. Coleus sp pada arang sekam


tanpa rootone-f bagian tengah yang mati
saat 3MST

85

86

BAB 6
LAJU FOTOSINTESIS BERBAGAI GELOMBANG CAHAYA
PENDAHULUAN
Di dunia ini, organisme dan fungsi suatu sel hidup bergantung pada
persediaan energi yang tidak henti-hentinya dimana sumber energi tersebut
tersimpan dalam molekul-molekul organik. Tumbuhan hijau merupakan
organisme yang dapat menghasilkan suatu energi dengan jalan menangkap energi
matahari yang digunakan untuk sintesis molekul-molekul organik kaya energi dari
senyawa anorganik H2O dan CO2. Hal ini menyebabkan tumbuhan hijau memiliki
sifat autotrof dengan kebalikan dari sifat tersebut yaitu heterotrof yang dimiliki
oleh organisme yang hidupnya bergantung pada organisme autotrof sebagai
contoh yaitu hewan dan manusia.
Tumbuhan hijau dalam menghasilkan suatu energi bergantung pada proses
fotosintesis. Fotosintesis adalah proses pemanfaatan energi matahari oleh
tumbuhan hijau yang terjadi pada kloroplast. Fotosintesis merupakan aktivitas
kompleks, dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun eksternal.
Faktor internal menyangkut kondisi jaringan/organ fotosintetik, kandungan
klorofil, umur jaringan, aktivitas fisiologi yang lain seperti transpirasi, respirasi
dan adaptasi fisiologis yang lain yang saling kait mengkait. Faktor eksternal
meliputi faktor klimatik seperti suhu, kelembaban, kecepatan angin, hujan, dan
juga faktor cahaya, konsentrasi CO2, O2, kompetitor, dan organisme pathogen.
Selain itu juga faktor penyebab timbulnya stress seperti ketersediaan air, ada
polutan biosida dan zat-zat beracun lain.
Dalam fotosintesis terdapat dua reaksi yaitu reaksi terang dan reaksi gelap
(Siklus Calvin). Reaksi terang terjadi di granum,sedangkan reaksi gelap di
stroma.Dalam reaksi terang,terjadi konversi energi cahaya menjadi energi kimia
dan menghasilkan oksigen (O2).Sedangkan dalam siklus Calvin terjadi seri reaksi
siklik yang membentuk gula dari bahan dasar CO 2 dan energy (ATP dan NADPH).
Energi yang digunakan dalam siklus calvin diperoleh dari reaksi terang.
Fotosintesis digerakkan oleh energi matahari (photon). Dari keseluruhan
cahaya yang terpancar, hanya 0,5-3,5 % saja yang diserap daun untuk fotosintesis.
Cahaya matahari ditangkap daun sebagai foton. Sinar radiasi matahari mampu
diserap tanaman hanyalah cahaya tampak dengan panjang gelombang 400-700
nm. Cahaya yang diserap daun 1-5% untuk fotosintesis, 75-85% untuk
memanaskan daun dan transpirasi (Lakitan 2004). . Cahaya tampak terbagi atas
cahaya merah 610-700 nm,hijau kuning 510-600 nm,biru 410-500 nm dan violet
<400 nm. Masing-masing jenis cahaya berbeda pengaruhnya terhadap fotosintesis.
Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya yang berkerja dalam
fotosintesis. Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap cahaya
memiliki panjang gelombang tertentu. Pigmen yang berbeda menyerap cahaya
pada panjang gelombang yang berbeda.
Dalam praktikum ini, peranan jenis cahaya terhadap proses fotosintesis akan
dipelajari, dengan mengamati terbentuknya pati pada daun tanaman yang
sebelumnya disinari dengan jenis cahaya yang berbeda. Daun yang berfotosintesis
akan membentuk pati yang dapat dideteksi dengan menggunakan larutan Kalium

87

Iodida (KI). Jika daun tersebut mengandung pati, setelah ditetesi dengan KI akan
berwarna biru gelap.
TINJAUAN PUSTAKA
Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya dan sintesis yang
berarti penyusunan. Jadi fotosintesis adalah proses penyusunan dari zat organic
H2O dan CO2 menjadi senyawa organik yang kompleks yang memerlukan cahaya.
Fotosintesis hanya dapat terjadi pada tumbuhan yang mempunyai klorofil, yaitu
pigmen yang berfungsi sebagai penangkap energi cahaya matahari (Kimball,
2002).
Istilah klorofil berasal dari bahasa Yunani yaitu chloros artinya hijau dan
phyllos artinya daun. Istilah ini diperkenalkan pada tahun 1818, dan pigmen
tersebut diekstrak dari tanaman dengan menggunakan pelarut organik. Klorofil
adalah pigmen pemberi warna hijau pada tumbuhan, alga dan bakteri fotosintetik.
Pigmen ini berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan dengan menyerap dan
mengubah energi cahaya menjadi energi kimia.Klorofil mempunyai rantai fitil
yang akan berubah menjadi fitol jika terkena air dengan katalisator klorofilase.
Fitol adalah alkohol primer jenuh yang mempunyai daya afinitas yang kuat
terhadap O2 dalam proses reduksi klorofil (Muthalib, 2009).
Menurut Lakitan (2000) karbohidrat yang terbentuk pada tumbuhan dalam
bentuk pati atau amilum. Pembentukan amilum pada umumnya berlangsung
melalui proses yang sama secara berulang-ulang dengan menggunakan glukosa
dari gula nukleosida yang mirip UDPG yang disebut sebagai Adenosin Difosfat
(ADPG). Pembentukan ADPG berlangsung dalam kloroplas atau plastida lainnya
menggunakan Atp dan glukosa-1-p :
(n-glukosa) amilosa (n+1 glukosa) amilosa
ADPG ADP
Pembentukan pati terjadi melaui suatu proses yang melibatkan sumbangan
berulang unit glukosa dari gula nukleotida serupa dengan UDPG yang disebut
adenosin difosfoglukosa, ADPG. Pembentukan ADPG berlangsung dengan
menggunakan ATP dan glukosa-1-fosfat di kloroplas dan plastid. Molekul amilosa
yang sedang tumbuh dengan unit glukosa yang mempunyai gugus reaksi C-4 pada
ujungnya, bergabung dengan C-1 glukosa yang ditambahkan dari ADPG. Pati
sintetase, yang mengkatalisis reaksi tersebut diaktifkan oleh K+. Cabang pada
amilopektin antara C-6 pada rantai utama dan C-1 pada rantai cabang dibentuk
oleh berbagai isoenzim dari beberapa enzim yang secara ringkas disebut enzim
percabangan atau enzim Q. Tingkat cahaya yang tinggi dan siang hari yang
panjang, menguntungkan fotosintesis dan translokasi karbohidrat. Sehingga
menyebabkan penimbunan satu atau lebih butir pati di kloroplas dan penyimpanan
pati di amiloplas. Pembentukan pati di kloroplas diuntungkan oleh cahaya terang,
sebab enzim yang membentuk ADPG secara alosetrik diaktifkan oleh 3-PGA dan
dihambat secara alosetrik Pi (Preiss). Kandungan 3-PGA agak meningkat saat
terang sewaktu penambahan CO2 terjadi, tapi kandungan Pi agak turun karena
ditambah ADP untuk membentuk ATP selama fosforilasi fotosintesis (Salisbury &
Ross,1992).

88

Klorofil merupakan faktor utama yang mempengaruhi fotosintesis.


Fotosintesis merupakan proses perubahan senyawa anorganik (CO 2 dan H2O)
menjadi senyawa organik (karbohidrat) dan O2 dengan bantuan cahaya matahari.
Klorofil merupakan pigmen utama yang terdapat dalam kloroplas. Kloroplas
(Gambar1) adalah organel sel tanaman yang mempunyai membran luar, membran
dalam, ruang antar membran dan stroma. Permukaan membran internal yang
disebut tilakoid akan membentuk kantong pipih dan pada posisi tertentu akan
bertumpukan dengan rapi membentuk struktur yang disebut granum. Seluruh
granum yang terdapat pada kloroplas disebut grana. Tilakoid yang memanjang
dan menghubungkan granum satu dengan yang lain di dalam stroma disebut
lamela. Stroma merupakan rongga atau ruang dalam kloroplas dan berisi air
beserta garam-garam yang terlarut dalam air. Klorofil terdapat di dalam ruang
tilakoid ( Thorpe, 1984; Campbell et al., 2003).
Tanaman tingkat tinggi mempunyai dua macam klorofil yaitu klorofil a
(C55H72O5N4Mg) yang berwarna hijau tua dan klorofil b (C55H70O6N4Mg) yang
berwarna hijau muda. Klorofil a dan klorofil b paling kuat menyerap cahaya di
bagian merah (600-700 nm), dan paling sedikit menyerap cahaya hijau (500-600
nm). Perbandingan kedua macam klrofil ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan
Gambar 2. Sedangkan cahaya berwarna biru diserap oleh karotenoid. Karotenoid
membantu menyerap cahaya, sehingga spektrum cahaya matahari dapat
dimanfaatkan dengan lebih baik. Energi yang diserap oleh klorofil b dan
karotenoid diteruskan kepada klorofil a untuk digunakan dalam proses fotosintesis
fase I (reaksi terang) yang terdiri dari fotosistem I dan II, demikian pula dengan
klorofil-b. Klorofil a paling banyak terdapat pada Fotosistem II sendangkan
Klorofil b paling banyak terdapat pada Fotosistem I (Anonim 2011).

89

METODOLOGI KERJA
TEMPAT
Laboratorium CA BIO 1 dan green house Diploma IPB
ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah polibag,
pupuk kandang, arang sekam, tanah, mika plastik (merah, biru, dan bening),
kertas manila hitam, klip kertas, gelas piala 500 ml dan 200 ml, pipet tetes, pinset,
cawan petri, hot plate, benih kedelai, daun kedelai yang telah ditutup mika,
alkohol 90%, dan iodium 10%

90

CARA KERJA
a. Perlakuan sebelum dilaksanakan
percobaan laju fotosintesis.
Empat butir benih per
polibag ditanaman dengan media
arang sekam : pupuk kandang :
tanah (1 : 1 : 1) Siram dan pupuk
tanaman secara rutin

Tiga sampai emapat daun


trifoliet dipilih dan tentukan
lembar daun yang akan diberi
perlakuan dua minggu sebelum
percobaan dilaksanakan

Tiga pasang potongan


plastik mika masing-masing
berwarna biru,merah, dan bening
(tidak berwarna), serta sepasang
kertas manila hitam disiapkankan
(2.5 cm x 5.0 cm).

Potongan plastik mika dan


kertas ditempelkan atau dipasang
tiap pasangan plastik dan kertas
tersebut untuk menutupi tiap daun

Tanaman diletakkan pada


daerah yang mempunyai cahaya
penuh dan dibiarkan selama 2
minggu

b. Uji Karbohidrat
Daun yang sebelumnya
ditutupi oleh mika plasik dan manila
hitam selama 2 minggu dibawa ke
laboratorium
dengan
tidak
melepaskan perlakuan tersebut.

Masing-masing
daun
digambar di buku praktikum
dan tentukan posisi kertas dan
plastik pembungkus daun
Alkohol dididihkan dengan
cara menempatkan gelas piala ukuran
500 ml yang telah berisi air 300 ml
diatas pemanas listrik (hot plate) dan
menempatkan gelas piala uku-ran 200
ml yang telah berisi 100 ml alkohol
90%
dimasukkaan
ke-dalamnya

menggunakan hot plate.

Plastik atau kertas dilepaskan


dari masing-masing daun dan
tiap daun dimasukkan ke dalam
alkohol yang telah mendidih
untuk meluruhkan klorofil.
Daun diangkat ketika telah
berwarna putih dan diletakkan
pada cawan petri. Kemudian
ditetesi beberapa tetes larutan
iodine 10 %.

Perubahan warna daun yang menjadi


warna ungu kehitaman diamati dan
hasil pengamatan digambar.

Masingmasing daun
dibandingkan panjang
gelombang mana yang paling
efektif digunakan dalam
fotosintesis.

91

HASIL DAN PEMBAHASAN


HASIL
Gambar 1 Perubahan warna Iodin pada setiap daun yang telah diberi perlakuan :

(a)

(b)

(c)

(d)

(a) Kertas hitam; (b) Cahaya normal (Mika bening /control); (c) Cahaya biru
( Mika biru); (d) Cahaya merah ( Mika Merah)

PEMBAHASAN
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan tidak ada perubahan
warna yang terjadi pada Iodin yang ditambahkan ke permukaan daun. Pada
umumnya tidak berubahnya warna Iodin menjadi biru disebabkan oleh tidak
adanya pati yang terkumpul pada daun. Namun banyak hal yang dapat terjadi
dalam percobaan yang dapat menyebabkan warna Iodin tidak berubah menjadi
biru.
Warna Iodin yang tidak berubah menjadi biru bisa disebabkan
banyak hal. Salah satunya adalah memang tidak ada pati yang terkumpul di daun
yang bisa disebabkan fotosintesis yang tidak sempurna. Sebab lainnya adalah
daun masih mengandung klorofil sehingga menghalangi Iodin untuk bereaksi
dengan pati yang terakumulasi pada daun. Didalam percobaan yang telah
dilakukan kasus kedua (klorofil yang masih ada) menyebabkan semua Iodin yang
diteteskan ke daun tidak berubah menjadi biru.

92

Selain menunjukan ada tidaknya pati, kepekatan warna Iodin yang menjadi
biru juga dapat menunjukkan kepekatan pati yang terkandung didalam daun.
Dari pustaka yang kami ambil, kandungan pati dapat dipengaruhi oleh
fotosintesis, sedangkan kandungan fotosintesis dapat dipengaruhi oleh panjang
gelombang cahaya yang ditangkap oleh daun. Sehingga dapat diasumsikan bila
dalam percobaan ini benar dilakasanakan terutama dalam proses perontokan
klorofil dengan alcohol kepekatan warna biru yang berubah akan berbeda-beda
tergantung dari warna yang didapatkan.
Didalam perlakuan tanpa cahaya (ditutup kertasmanila hitam) seharusnya
pada perlakuan ini warna Iodin tidak berubah menjadi biru karena daun
kekurangan cahaya sehingga proses fotosintesis terganggu.
Didalam perlakuan cahaya normal/control (ditutup plastik mika benig)
seharusnya pada perlakuan ini warna Iodin akan tergantung pada panjang hari dan
keadaan tanaman itu ditanam. Bila tanaman jarang mendapat cahaya warna Iodin
tidak akan terlalu berubah menjadi biru, begitu juga sebaliknya. Perlakuan ini
akan menjadi control bagaimana keadaan asli di lapangan untuk membandingkan
perlakuan dengan cahaya lain.
Didalam perlakuan cahaya biru (ditutup plastik mika biru) seharusnya
kepekatan warna Iodin yang menjadi biru tidak lebih banyak dibanding dengan
warna merah.
Didalam perlakuan cahaya merah (ditutup plastik mika merah) seharusnya
kepekatan warna Iodin yang berubah menjadi biru adalah paling tinggi karena
warna merah (gelombang paling panjang) adalah gelombang yang paling
digunakan untuk fotosintesis
KESIMPULAN
Pada percobaan ini dapat ditarik kesimpulan sebagi berikut :
1. Tidak bisa ditarik kesimpulan dari percobaan ini karena kesalahan dalam
prosedur
2. Bila prosedur pada perlakuan ini benar dilakukan maka kemungkinan yang
paling baik adalah perlakuan dengan cahaya merah
Saran untuk praktikum ini adalah penentuan waktu yang baik.

93

DAFTAR PUSTAKA
Lakitan Benyamin. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): Raja
Grafindo Persada
Suyitno. 2006. Faktor-Faktor Fotosintesis. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/
pengabdian/suyitno-aloysius-drs-ms/faktor-faktor-fotosintesis.pdf (2015
Desember 3)
Muthalib,
A.
2009.
Kloroil
dan
Penyebaran
di
Perairan.
http://www.abdulmuthalib.co.cc/2009/06/ ( 3 Desember 2015).
Lakitan B,2000. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): Rajawali Press.
Salisbury, Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bandung (I): ITB Press.
Kimball, J.W. 2002. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): Erlangga.

94

BAB 7
NUTRISI TANAMAN
PENDAHULUAN
Pertumbuhan dan mutu tanaman sangat dipengaruhi oleh kadar nutrisi
yang tersedia dalam media tanam dan dapat diserap oleh tanaman. Beraneka
ragam unsur dapat ditemukan di dalam tubuh tumbuhan, tetapi tidak berarti bahwa
seluruh unsurunsur tersebut dibutuhkan tumbuhan untuk kelangsungan hidupnya.
Tumbuhan memerlukan sejumlah nutrisi untuk menunjang hidup dan
pertumbuhannya tetap berlangsung. Nutrisi didapatkan oleh tanaman dengan
berbagai cara mendapatkannya bisa langsung dari tanah ataupun dari berbagai
proses.
Kekurangan ataupun kelebihan nutrisi dapat dinamakan malnutrisi.
Malnutrisi menyebabkan kematian pada tumbuhan yang sebelumnya ditandai
dengan gejala-gejala tidak sehat. Malnutrisi dapat dicegah dengan cara kita
(manusia) menambahkan nutrisi yang kurang tersebut. Pertumbuhan akan
terpengaruh, menjadi tidak wajar atau abnormal.
Pertumbuhan dan mutu tanaman sangat dipengaruhi oleh kadar nutrisi
yang tersedia dalam media tanam dan dapat diserap oleh tanaman. Faktor genetik
dan faktor lingkungan merupakan faktor utama yang menentukan pertumbuhan,
perkembangan, dan produksi suatu tanaman. Salah satu faktor lingkungan tersebut
adalah unsur hara.Tanaman memerlukan unsur hara selama pertumbuhan dan
perkembangannya. Tidak tersedianya unsur hara bagi tanaman akan menyebabkan
pertumbuhannya terganggu dan menurunnya produksi. Unsur hara yang
dibutuhkan tanaman terbagi menjadi dua, yaitu unsur hara makro dan unsur hara
merupakan zat essensial bagi tanaman yang menpengaruhi pertumbuhan dan
mikro.
Unsur hara makro merupakan unsur hara essensial yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah banyak ( N, P, K, Ca, Mg, dan S). Sementara unsur hara
mikro merupakan unsur hara essensial yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah
sedikit (Fe, Mn, Cu, Zn, B, Mo, dan Cl). Tanpa kehadiran unsur hara makro dan
mikro yang cukup maka tanaman akan memperlihatkan gejala defisiensi atau
kahat dan bentuknya berubah dari biasanya atau disebut malformasi (Sutiyoso
2004).
Dengan adanya penambahan nutrisi dan unsur hara yang sesuai tanaman
mampu tumbuh dan berkembang secara optimal. Berhubungan dengan hal itu,
produksi juga akan mencapai hasil yang maksimal.
Tujuan dari praktikum Fisiologi Tanaman tentang Nutrisi Tanaman adalah
untuk mengetahui serta mempelajari pengaruh hara dari pupuk yang diberikan
terhadap pertumbuhan tanaman kangkung dalam kultur air.
TINJAUAN PUSTAKA
Nutrisi tanaman mempelajari tentang unsur hara yang diperlukan oleh
tanaman serta fungsi unsur-unsur tersebut pada kehidupan tanaman. Sebagai
sains, nutrisi tanaman berhubungan dengan fisiologi tumbuhan. Proses fisika,
kimia, fisiologi serta biokimia ini berkaitan dengan interaksi tanaman dengan
kimia medianya, dimana tahap awal adalah memperoleh unsur-unsur kimia, serta

95

distribusinya dalam tanaman. Hal ini merupakan bidang nutrisi tanaman


(Hakimah et al. 2002)
Pupuk Growmore
Growmore adalah pupuk daun lengkap dalam bentuk kristal berwarna biru,
sangat mudah larut dalam air. Dapat diserap dengan mudah oleh tanaman baik itu
melalui penyemprotan daun maupun disiram ke dalam tanah. Mengandung hara
lengkap dengan konsentrasi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.Semua produk
Growmore dianjurkan dipakai pada tanaman :
Tanaman hias, bunga potong, anggrek
Semangka, melon, jeruk, apel, mangga, durian, kopi, coklat, lada
Padi, palawija (jagung, kedele, kacang-kacangan)
Sayuran (tomat, kentang, kubis, bawang, cabe, broccoli)
Lapangan golf, tanaman hidroponik
Pembibitan tanaman perkebunan dan kehutanan.
Unsur hara
Total Nitrogen (N)
Ammoniacal Nitrogen
Nitrate Nitrogen
Urea Nitrogen
Available Phosporic Acid (P2O5)
Soluble Potash (K2O)
Calcium (Ca)
Magnesium (Mg)
Chelated Magnesium
Sulfur (S), Combined
Boron (B)
Copper (Cu)
Chelated Copper
Iron (Fe)
Chelated Iron
Manganese (Mn)
Chelated Manganese
Molybdenum (Mo)
Zinc (Zn)
Chelated Zinc

Komposisi
32.00%
2%
3%
7%
10.00%
10%
0.05%
0.10%
0.10%
0.20%
0.02%
0.05%
0.05%
0.10%
0.10%
0.05%
0.05%
0.0005%
0.05%
0.05%

Sumber: PT. Kalathan Coorporation


Formula ini terutama untuk tanaman muda agar tanaman segera menjadi
kuat dan cepat pertumbuhannya. Pada masa vegetatif tanaman membutuhkan
Nitrogen (N) dalam jumlah besar. Hal ini disebabkan pada fase tersebut
pembentukan sel-sel baru untuk tumbuh dan berkembangnya tanaman. Juga
diperlukan bagi tanaman yang saat-saat akhir kurang memerlukan unsur Phosphat
dan Kalium yang tinggi.

96

Growmore sangat baik untuk merangsang perakaran pada pembibitan, stek


(cutting) atau waktu pemindahan pembibitan ke lapangan, meningkatkan
ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit, dapat merangsang pembungaan
dan pembuahan.
Pupuk Hyponex
Unsur hara
Total Nitrogen (N)
Ammoniacal Nitrogen
Nitrate Nitrogen
Other water soluble Nitrogen
Available Phosporic Acid (P2O5)
Soluble Potash (K2O)
Trace elements :
Calcium (Ca)
Magnesium (Mg)
Sulfur (S)
Boron (B)
Copper (Cu)
Iron (Fe)
Chelated Iron
Manganese (Mn)
Molybdenum (Mo)
Zinc (Zn)

Komposisi
10.00%
6.4%
2.4%
1.0%
40.00%
15%

Klasifikasi kangkung
Klasifikasi botani tanaman kangkung berdasarkan kelas taksonominya
adalah sebagai berikut: Kangkung berasal dari divisi Sprmatophyta. Sub-divisi
kangkung ialah Angiosspermae. Kelas dicotyledone. Masuk dalam famili
Convolvulaceae dan genusnya adalah Ipomoea. Spesiesnya adalah Ipomoea
reptans Poir (Rukmana 1994).
Kangkung (I. reptans Poir) merupakan tanaman menetap yang dapat
tumbuh lebih dari satu tahun. Batang tanaman berbentuk bulat panjang, berbukubuku, banyak mengandung air (herbaceous), dan berlubang-lubang. Perakaran
tanaman kangkung berpola perakaran tunggang dan cabang akarnya menyebar
kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60-100 cm, dan melebar
secara mendatar pada radius 100-150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung
air (Ipomoea aquatica Forsk) (Rukmana 1994).
Akar
Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu
tahun. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabangcabangnya akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai

97

kedalaman 60 hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm
atau lebih, terutama pada jenis kangkung air. Akar berukuran kecil sampai sedang,
ulet kadang-kadang rapuh, berkayu atau lunak, kompak atau berongga,
percabangan akar banyak atau sedikit, bentuk kerucut atau filiformis, warna putihcoklat, kuning-coklat atau kuning kotor.
Akar I. crassicaulis berkayu, kompak, ulet, percabangan banyak, bentuk
kerucut, memanjang ke bawah, warna putih-coklat, panjang 0.15 -1.0 m, diameter
1-2.5 cm. Akar I. aquatica dan I. reptans lunak, rapuh, sedikit kompak, percabangan banyak, agak menyebar, bentuk filiformis, warna putih kekuningan. I.
aquatica panjang 15-40 cm, diameter 1-3 mm.I. reptans panjang 20-40 cm, diameter 1-4 mm. Akar I. leari berkayu, kompak, ulet, percabangan sedikit,
memanjang ke bawah, bentuk kerucut, warna kuning kotor, panjang 15-45 cm,
diameter 2-4 mm.
Batang
Berkayu atau herbaseus (banyak mengandung air), bulat, kompak atau
berongga, tumbuh menjalar, membelit, condong atau tegak. Percabangan batang
monopodial, cabang merupakan sirung pendek, arah tumbuh batang condong.
Batang bergetah atau tidak, permukaan batang licin, berambut halus atau banyak
lentisel.
Batang I. crassicaulis berkayu, bulat, kompak, permukaan batang banyak
lentisel, bergetah, tinggi batang 1.5-2.5 m, diameter 0.5-3 cm. Batang I.
aquatica dan I.reptansherbaseus, bulat berongga, permukaan batang licin,
bergetah bening hingga putih keruh, arah tumbuh menjalar, dari buku batang
keluar akar. Panjang I. aquatica 0.5-3 m, diameter 4-5 mm. I. reptans panjang 11.5 m, diameter 5-6 mm. Batang I. leari sedikit berkayu, bulat, kompak,
permukaan batang berambut, tidak bergetah, batang membelit, panjang batang 11.5 m, diameter 1-3 mm.
Daun
Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di
ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru.
Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah
atas berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda.
Untuk lengkapnya bagian-bagian daun akan dijelaskan sebagai berikut:
Tersusun alternatus/distichous, terdiri dari tangkai dan helai daun, pulvinus
tidak jelas. Tidak terdapat stipula, tunas dan bunga/infloresensi terdapat pada
ketiak daun. Daun tunggal atau soliter. Jarak antara daun bervariasi. I.crassicaulis
3,5-4 cm, I. aquatica 3-4 cm, I. reptans 3-3.25 cm, I. leari 5-8 cm.
Petiolus (Tangkai Daun). Kompak atau berongga, licin atau berambut.
Tangkai daun I. crassicaulis berongga, licin, panjang 5-7 cm, diameter 3-5 mm.
Tangkai daun I.aquatica dan I. reptans berongga, licin, I. aquatica panjang 5-6
cm, diameter 1.5-2.5 mm, I. reptans panjang 3-5 cm, diameter 1.5-2.5 mm.
Tangkai daun I. leari kompak, berambut, panjang 5-6 cm diameter 1-2 mm.

98

Lamina (helai daun). Helai daun terbanyak terletak pada 1/2 sampai 2/3
dari ujung batang, di ujung batang helai daun jarang atau kecil. Bentuk bervariasi,
memanjang atau jantung, ujung runcing, meruncing atau tumpul. Pangkal daun
berlekuk, tepi daun rata dan pertulangan menyirip atau menjari. Daun berdaging
lunak/herbaseus,permukaan licin atau berambut halus.
Warna helai atas dan bawah sama yaitu hijau, terkadang warna helai
bawah lebih muda. Helai daun I.crasssicaulis bentuk jantung, ujung runcing,
pangkal berlekuk, pertulangan daun menyirip, permukaan licin, tepi rata, ukuran
helai 5-20 x 4-14 cm. Helai daun I. aquatica bentuk memanjang, ujung tumpul,
pangkal berlekuk, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan licin, ukuran helai
5-72-5 cm.
Helai daun I. reptans bentuk memanjang, ujung runcing, pangkal berlekuk,
tepi rata, pertulangan rata, permukaan licin, ukuran helai 4-72-4 cm. Helai daun
I. leari bentuk jantung, ujung meruncing, pangkal berlekuk, tepi rata, pertulangan
daun menjari, permukaan daun berambut, ukuran helai 3-62-5 cm.

99

METODOLOGI KERJA
WAKTU DAN TEMPAT PERCOBAAN
Praktikum ini dilakukan pada tanggal 10 November 2015 dan
dilaksanakan di Kampus Diploma IPB Cilebende, Laboratorium CA BIO.
ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
Bibit kangkung
Polybag
Air
Pupuk sesuai dengan perlakuan : Growmore (32-10-10) dan Hyponex (1045-15)
CARA KERJA

100

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Tabel 1 Data Pengamatan Panjang Akar
Panjang Akar (Cm)
Perlakuan

Kontrol

I
0

II
2

III

15

16.5

12

Growmore 11.5

11

11.6

Hyponex

8.9

IV

18.3

20.0

6.3

12

17

17.5

8.5

17

19.8

19.5

9.5

6.7

19

10

11

VI

1
2
0
1
2
0
1
2
0
1
2 0
1
2
0
1
2
0
1
2
----------------------------------------------------------MST-------------------------------------------------------------------15

17

15

9.8

10

6.5

13

7.5

8.5

10.2

11

15

15

13.3

18

10

12

17.8

7.3

9.5

15

15

15

Tabel 2 Data Pengamatan Jumlah Daun


Jumlah Daun (n)
Perlakuan

Kontrol

I
0

II
2

15

16.5

12

Growmore 11.5

11

11.6

Hyponex

8.9

IV

18.3

20.0

6.3

12

17

17.5

8.5

17

19.8

19.5

9.5

6.7

19

10

11

VI

1
2
0
1
2
0
1
2
0
1
2 0
1
2
0
1
2
0
1
2
----------------------------------------------------------MST-------------------------------------------------------------------15

III

17

15

9.8

10

6.5

13

7.5

8.5

10.2

11

15

15

13.3

18

10

12

17.8

7.3

9.5

15

15

15

Tabel 3 Data Pengamatan Jumlah Akar


Jumlah Akar (n)
Perlakuan

I
0

II
1

III
1

IV
1

V
1

VI
1

1
2
0
1
2
0
1
2
0
1
2
0
1
2
0
1
2
0
1
2
----------------------------------------------------------MST--------------------------------------------------------------------

Kontrol

13

24

22

20

27

26

37

55

64

15

15

22

22

Growmore

16

11

25

30

15

67

22

23

23

30

30

Hyponex

16

16

25

39

25

58

53

56

25

29

19

20

28

28

Tabel 4 Data Pengamatan Skor Warna Daun


Skor warna daun
Perlakuan

I
0

II
1

III
1

IV
1

V
1

VI

1
2
0
1
2
0
1
2
0
1
2
0
1
2
0
1
2
0
1
2
----------------------------------------------------------MST--------------------------------------------------------------------

Kontrol

Growmore

Hyponex

Pembahasan
Tanaman dalam hidupnya memerlukan nutrisi yang sesuai untuk
pertumbuhan dan keberlangsungan hidupnya. Pada praktikum ini, nutrisi atau

101

unsur hara diberikan dengan metode kultur air. Kultur air merupakan bagian dari
metode hidroponik yaitu metode yang menggunakan air sebagai media tanam. Air
sebagai media tanam diisikan dalam wadah seperti stoples atau tabung kaca atau
wadah lain. Dengan membuat larutan hara dari jenis pupuk daun yaitu Growmore
(32-10-10) dan Hyponex (10-45-15) dilarutkan meggunakan dosis 2 gram/liter
dan dimasukan kedalam gelas plastik sebanyak 300 ml.
Praktikum dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu larutan kontrol, larutan
Growmore, dan larutan Hyponex. Pengamatan dilakukan yang dilakukan sampai 2
MST untuk mengetahui pertumbuhan masing-masing perlakuan dengan variabel
panjang tanaman (cm), jumlah daun, jumlah akar, dan skor warna daun.
Perlakuan kontrol merupakan perlakuan yang datanya dijadikan sebagai
data pembanding antara dua perlakuan uji pada praktikum ini. Panjang akar 0-2
MST mengalamai pertumbuhan kelompok I dari 15 cm menjadi 16.5 cm,
kelompok II panjang mula-mula 12 cm naik menjadi 20 cm, Kelompok III dari
6.3 cm menjadi 7,kelompok V awal 9,8 dan akhir 10.2 cm, dan kelompok VI
panjang mula-mula 11 cm bertmbah panjang 15 cm. Dari data tersebut dapat
dikatakan bahwa adanya pertumbuhan didalamnya. Rata-rata dari setiap kelompok
mengalami pertumbuhan sepanjang 2.9 cm. Namun, data kelompok IV panjang
akhir lebih pendek dari panjang awal. Pertumbuhan menurut Goldsworthy adalah
kenaikan dalam bahan tanaman, suatu proses total yang mengubah bahan mentah
secara kimia dan menambahkannya dalam tanaman. Pertumbuhan tanaman terjadi
pada tingkat mikroskopik saat sel membesar dan membelah sehingga terjadi
pengembangan bagian tanaman yang dapat terlihat (Endang D. P. 2013).
Berdasarkan data yang ada pada kelompok 4 dapat dikatakan bahwa pertumbuhan
yang terjadi tidak sesuai dengan semestinya.
Perlakuan yang diuji yaitu dengan ditambahkannya unsur hara Growmore
yang merupaan pupuk daun. Tapi, pengaplikasiannya pada praktikum ini
menggunakan metode kultur air. Pengamatan yang dilakukan dari 0-2 MST
membuktikan adanya pertumbuhan dengan bertambahpanjangnya akar kangkung.
Kelompok II mengalami perubahan panjang, dari panjang awal 12 Cm menjadi
18 Cm, berarti akar tumbuh sepanjang 5.5 Cm selama 2 MST. Kelompok III pada
1 MST mengalami kematian, sehingga tidak bisa dilihat pertumbuhan akarnya.
Kelompok V mengalami petumbuhan sepanjang 5 Cm dari panjang awal 13 Cm.
Begitu juga dengan kelompok VI, mengalami pertubuhan sepanjang 7.8 Cm dari
panjang awal 10 Cm selama 2 MST.Data dari kelompok I juga menerangkan
bahwa akar mengalami pertumbuhan, namun pada 1 MST panjang akar lebih
pendek dari 0 MST. Hal ini terjadi karena adanya kesalahan saat mengukur.
Pengukuran dilakukan oleh praktikan yang berbeda tiap minggunya, subjektivitas
dari masing-masing praktikan tentunya berbeda. Tapi pada 2 MST yang
merupakan minggu terakhir akar mengalami kenaikan menjadi 11.6 Cm yang
awalnya 11.5 Cm. Rata-rata semua kelompok pada perlakuan Growmore tanaman
mengalami pertumbuhan akar sepanjang 4.6 Cm
Hyponex merupakan perlakuan yang diberikan sebagai uji pembanding pada
perlakuan growmore. Perlakuan hyponex selama 2 MST mengalami pertumbuhan
akar pada masing-masing kelompok I-VI adalah 2.9 cm, 2.5 cm, 1 cm, 0.5 cm, 4.5
cm, dan Kelompok VI konstan. Rata-rata pertumbuhan akar yang diperoleh dari
ke enam kelompok tersebut adalah 1.9. Kelompok 1 mengalami pertumbuhan

102

diatas rata-rata ke enam kelompok yaitu 2.9 Cm. Artinya, kelompok I mengalami
pertumbuhan akar yang normal.
Ketiga perlakuan yang dilakukan yaitu kontrol, Growmore, dan Hyponex
didapatkan nilai rata-rata pertumbuhan akar dari masing-masing perlakuan.
Kontrol 2.9 cm, Growmore 4.6 cm, dan Hyponex 1.9 cm.
Tidak sedikit tanaman kangkung yang mengalami penurunan jumlah daun
selama 2 MST. Pada perlakuan kontrol, hal tersebut terjadi pada kelompok I, III,
IV, dan V. Terutama untuk kelompok I, penurunan jumlah daun terjadi karena
daun gugur dan kering. Semua daun pada tanaman kangkung kelompok I gugur
pada perlakuan kontrol. Tidak tersedianya unsur hara khusunya Fe pada
perlakuan kontrol menjadi penyebab gugurnya semua daun kangkung kelompok I.
Gejala kekurangan Fe ditandai dengan warna kuning pada daun muda,
pertumbuhan tanaman terhambat, daun berguguran mati pucuk, tulang daun yang
berwarna hijau berubah kekuningan, kemudian memutih, pertumbuhan tanaman
seolah terhenti (Anonim 2013).
Pupuk daun Hyponex lebih mampu mempertahankan jumlah daun dari
pada Growmore. Pada kelompok I, Growmore selama 2 MST jumlah daun yang
gugur 1 daun dan Hyponex kelompok I jumlah daun yang gugur 2 daun. Namun
dibandingkan dengan data kelas rata-rata hyponex lebih dapat mempertahankan
daun.
Jumlah akar dilakukan pengamatan selama 2 MST. Berdasarkan data hasil
pengamatan, perlakuan kontrol kelompok 1 jumalah awal akar 13 buah selama 2
MST jumlah bertambah menjadi 22. Sembilan akar baru muncul pada kelompok I
selama 2 MST. Jumlah akar baru yang muncul pada kelompok II, III, IV, V, dan
VI secara berurutan yaitu 6, 27, 7, 3, dan 13. Nilai tersebut didapat dari selisih
jumlah akar 2 MST dikurangi 0 MST.
Data yang didapat untuk perlakuan larutan growmore tidak akurat karena
dua tanaman kangkung kelompok III dan V sebagai percobaan mati pada 1 MST.
Hal tersebut mempengaruhi hasil rata-rata kelas. Kelompok I untuk perlakuan
Growmore jumlah akar awal 3 dan jumlah akar setelah 2 MST 11. Akar baru yang
muncul pada kelompok I sebanyak 8 akar. Kelompok IV dan VI muncul akar baru
sebanyak14 dan 7 buah akar selama 2 MST. Beberapa kelompok yang lain tidak
dapat dijadikan sebagai data yang akurat karena adanya kematian.
Skor warna daun diamati dengan pemberian angka atau nilai yang menjadi
acuan warna, 1 = Hijau tua, 2 = Hijau, 3 = Hijau kuning, 4 = Kuning. Pengamatan
dilakukan selama 2 MST.
Perlakuan kontrol kelompok satu warna daun dari 0 MST-1 MST hijau
kuning dan pada 2 MST semua daun kangkung kelompok I gugur. Rata-rata
semua kelompok untuk perlakuan kontrol selama 2 MST kondisi warna daun tetap
sama seperti kondisi 0 MST. Perlakuan Growmore membuat daun pada kelompok
I pada 2 MST lebih hijau dari kondisi 0 MST. Namun, perlakuan Growmore tidak
bisa diambil kesimpulan secara tepat karena beberapa tanaman dari kelompok III,
IV, dan V tidak muncul warna daun disebabkan kematian. Perlakuan Hyponex
terjadi perbedaan data antar masing kelompok karena bahan praktikum yang tidak
seragam. Namun secara keseluruhan warna daun secara umum dapat dikatakan
konstan dan cenderung tampak lebih hijau.
KESIMPULAN DAN SARAN

103

Nutrisi pada tanaman harus terpenuhi secara optimal dan kandungan unsur
hara media tanam mendukung tanaman untuk tumbuh dan berkembang.
Berdasarkan percobaan nutrisi tanaman dengan metode kultur air yang dilakukan
oleh tiap-tiap kelompok yang dijadikan sebagai data kelas dapat disimpulkan
bahwa:
1. Penggunaan pupuk Hyponex (10-45-15) selama 2 MST untuk kultur air
kangkung secara umum pertumbuhannya lebih baik dibandingkan pupuk
Growmore (32--10-10).
2. Tidak adanya unsur hara pada media tanam menyebabkan berbagai
defisiensi pada tanaman.
3. Pengurangan jumlah akar, jumlah daun dan panjang akar yang terjadi pada
tanaman kangkung adalah salah satu tanda yang menunjukan tanaman
kangkung mengalami malnutrisi
Saran
Memperoleh data percobaan yang valid perlu didukung dengan metodologi
kerja yang benar-benar sesuai. Data pengamatan yang diperoleh terkesan tidak
sesuai pada semestinya. Menggunakan bahan percobaan (tanaman kangkung)
yang seragam merupakan hal yang penting. Kesesuaian data mempermudah
praktikan dalam mengambil kesimpulan.

104

DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2013.Kekurangan unsur hara pada tanaman tomat. 3 Desember 2015
<http://simkomoditas.diperta.jabarprov.go.id/uploads/Kekurangan_Unsur_H
ara_pada_Tomat1_thumb.pdf>
Dwidjoseputro. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta
Endang, Dwi P. 2013. Rumput dan Legum : Sebagai Hijauan Makanan Ternak.
Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta.
Hakimah Halim, 2002. Buku Ajar Nutrisi Tanaman. Universitas Lambung
Mangkurat Fakultas Pertanian. Banjarbaru.
Juliantara, I Ketut. 2009. Hidroponik. 3 Desember 2015.
http://www.kompasiana.com/ikpj/hidroponik_54ff4169a33311d54c50f82c
Rukmana, R. 1994 . Kangkung. Kanisius. Yogyakarta.
Suratman, Priyanto, D., dan A. D. Setyawan. 2000. Analisis Keragaman Genus
Ipomoea Berdasarkan Karakter Morfologi. Surakarta. UNS.
Sutiyoso, Y. 2004. Hidroponik ala Yos. Penebar Swadaya. Jakarta.

105

LAMPIRAN
Lampiran

Panjang Akar (cm)

Grafik 1 Panjang akar perlakuan kontrol

Grafik 2 Panjang akar perlakuan Growmore

106

Grafik 3 Panjang akar perlakuan Hyponex


Jumlah Daun

Grafik 4 Jumlah daun perlakuan kontrol

Grafik 5 Jumlah daun perlakuan Growmore

107

Grafik 6 Jumlah daun perlakuan Hyponex

Jumlah akar

Grafik 7 Jumlah akar perlakuan kontrol

108

Grafik 8 Jumlah akar perlakuan Growmore

Grafik 9 Jumlah akar perlakuan Hyponex

109

Foto Hasil Pengamatan

(a)

(b)

(c)

Gambar 1Kangkung setiap perlakuan di minggu ke-nol : (a) kontrol; (b)


growmore; (c) Hyponex

(a)

(b)

(c)

Gambar 2 Kangkung setiap perlakuan di minggu ke-satu: (a) kontrol; (b)


growmore; (c) Hyponex

(a)

(b)

(c)

(a)
a

(b)
b

(c)

Gambar 3 Kangkung setiap perlakuan di minggu ke-dua: (a) kontrol; (b)


growmore; (c) Hyponex

110

BAB 8
KURVA SIGMOID
PENDAHULUAN
Pertumbuhan merupakan salah satu ciri dari makhluk hidup. Seperti
makhluk hidup lainnya, tumbuhan atau tanaman juga mengalami proses
pertumbuhan. Proses pertumbuhan yang paling sederhana dapat diamati dari
penambahan volume tubuh tumbuhan dan penambahan jumlah organ.
Pada dasarnya pertumbuhan tanaman bisa disederhanakan dalam tiga fase
berdasarkan kecepatan perubahannya. Fase pertama adalah fase logaritmik
merupakan fase dimana kecepatan pertumbuhan masih lambat dan lama lama
semakin cepat hingga fase selanjutnya yaitu fase linier dimana pertumbuhan
tanaman konstan dan memasuki fase penuaan dimana laju pertumbuhan
mengalami penurunan. Fase fase tersebut dapat diamati dan membentuk huruf S
(sigmoid).
Dengan alasan diatasn praktikum ini dilakukan. Praktikum ini bertujuan
untuk mempelajari laju tumbuh organ tanaman.
TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan adalah proses pertambahan volume yang irreversible (tidak
dapat balik) karena adanya pembelahan mitosis atau pembesaran sel; dapat pula
disebabkan keduanya. Pertumbuhan dapat di ukur dan dinyatakan secara
kuantitatif, contohnya pertumbuhan batang tanaman dapat diukur dengan busur
pertumbuhan atau auksanometer. Perkembangan adalah terspesialisasinya sel-sel
menjadi struktur dan fungsi tertentu. Perkembangan tidak dapat dinyatakan
dengan ukuran, tetapi dapat dinyatakan dengan perubahan bentuk dan tingkat
kedewasaan (Pratiwi DA et al. 2007).
Proses pertumbuhan merupakan hal yang mencirikan suatu perkembangan
bagi makhluk hidup; baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Dalam proses
pertumbuhan terjadi penambahan dan perubahan volume sel secara signifikan
seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya umur tanaman. Proses
pertumbuhan menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam bentuk
kurva/diagram pertumbuhan. Laju pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya
berubah menurut waktu. Oleh karena itu, bila laju tumbuh digambarkan dengan
suatu grafik, dengan laju tumbuh ordinat dan waktu pada absisi, maka grafik itu
merupakan suatu kurva berbentuk huruf S atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid ini
berlaku bagi tumbuhan lengkap, bagian-bagiannya ataupun sel-selnya (Latunra et
al. 2009).
Suatu hasil pengamatan pertumbuhan tanaman yang paling sering
dijumpai khususnya pada tanaman setahun adalah biomassa tanaman yang
menunjukkan pertambahan mengikuti bentuk S dengan waktu, yang dikenal
dengan model sigmoid. Biomassa tanaman mula-mula (pada awal pertumbuhan)
meningkat perlahan, kemudian cepat dan akhirnya perlahan sampai konstan
dengan pertambahan umur tanaman. Liku demikian dapat simetris, yaitu setengah
bagian pangkal sebanding dengan setengah bagian ujung jika titik belok terletak
diantara dua asimtot. Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih
tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam

111

lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi
pengaruh faktor keturunan dan lingkungan. (Tjitrosomo 1999).
Pola pertumbuhan sepanjang suatu generasi secara khas dicirikan oleh
suatu fungsi pertumbuhan yang disebut kurva sigmoid. Jangka waktunya mungkin
bervariasi kurang dari beberapa hari sampai bertahun-tahun, tergantung pada
organisme tetapi pola kumpulan sigmoid tetap merupakan ciri semua organisme,
organ, jaringan, bahkan penyusun sel. Apabila massa tumbuhan, volume, luas
daun, tinggi atau penimbunan bahan kimia digambarkan dalam kurva berbernuk S
atau kurva sigmoid. Misalnya pertumbuhan kecambah, yang pertumbuhannya
lambat dinamakan fase eksponensial, fase ini relative pendek dalam tajuk
budidaya. Selanjutnya fase linear yaitu massa yang berlangsung cukup lama dan
pertumbuhan konstan. Fase yang terakhir adalah fase senescence, yaitu fase
pematangan tumbuhan atau fase penuaan (Gardner FP 1999).
Fase pertumbuhan eksponensial juga menunjukkan sel tunggal. Fase ini
adalah fase dimana tumbuhan tumbuh secara lambat dan senderung singkat,
mengikuti nilai logaritmik dari volume tumbuhan. Pada fase linier, pertambahan
ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada waktu maksimum selama
beberapa waktu lamanya. Laju pertumbuhan ditunjukkan oleh kemiringan yang
konstan pada bagian atas kurva tinggi tanaman oleh bagian mendatar kurva laju
tumbuh dibagian bawah. Fase senescence ditunjukkan oleh laju pertumbuhan
yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua
(Salisbury FB 1995).

112

METODOLOGI KERJA
TEMPAT
Praktikum dilaksanakan di LAB CA BIO 01 Program Diploma IPB dan
Screen House Program Diploma IPB.
ALAT DAN BAHAN
Praktikum Pengamatan Kurva Sigmoid membutuhkan alat sebagai
berikut : nistar, alat tulis, dan polybag. Bahan yang dibutuh kan dari praktikum ini
adalah : Benih Jagung (Zea mays), tanah, pupuk kandang, arang sekam, urea, SP36, dam KCl.
CARA KERJA

113

HASIL DAN PEMBAHASAN


HASIL
Hasil dari praktikum ini berupa catatan pertumbuhan yang diamati dari
empat aspek, yaitu : tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, dan jumlah daun.
Hasil dari praktikum ini dapat diamati dari tabel-tabel di bawah ini :

Gambar 1 Grafik penambahan tinggi tanaman setiap satu minggu(cm)

Gambar 2 Grafik penambahan jumlah daun setiap minggu.

114

Gambar 3 Grafik penambahan panjang daun setiap minggu (cm)

Gambar 3 Grafik penambahan lebar daun setiap minggu (cm).


PEMBAHASAN
Pertumbuhan tanaman secara kumulatif dapat disederhanakan menjadi
beberapa fase. Fase-fase tersebut dibedakan berdasarkan dari kecepatan
pertambahan ukuran dan jumlah sel yang dapat diamati dari pertambahan tinggi,
volume, dan jumlah organ. Perlu diingat dan menjadi catatan dalam praktikum ini
pertambahan ukuran dan jumlah organ tidak dapat diambil sebagai kesimpulan
dari pengamatan sederhana seperti yang dilakukan, namun pengamatan ini dapat
menjadi ukuran secara sederhana dalam mengetahui laju pertumbuhan tanaman.
Aspek yang diamati dalam pengamatan ini adalah tinggi tanaman (Gambar
1), jumlah daun (gambar 2), panjang daun (gambar 3), dan lebar daun (gambar 4).

115

Kemiringan dari grafik tinggi tanaman (gambar 1) tidak memiliki banyak


perbedaan. K 1, 2,4,5 memiliki kemiringan yang hampir sama pada 1 MST hingga
4 MST ini menunjukan tanaman mengalami penambahan tinggi yang makin lama
makin cepat, diteruskan dengan K5 yang tetap pada kemiringan yang hampir sama
hingga 7 MST lalu menanjak di minggu setelahnya. Dimulai dari 5 MST hingga 6
MST K 1,2,4 menunjukkan perubahan dalam laju penambahan tinggi tanaman
kenaikan yang cukup signifikan, bisa dilihat dari kemiringan grafik yang lebih
curam dari sebelumnya menunjukan pertumbuhan tanaman yang mulanya lambat
mulai cepat dapat diami bahwa tanaman sedang dalam fase logaritmik berdasar
kenaikannya. Fase logaritmik juga dapat diamati dalam 1 MST hingga 7 MSt K 6,
dan seluruh pengamatan K 3. Fase selanjutnya yaitu fase linier dapat diamati dari
kemiringan yang sama dilihat dari K 1,2,3,4,5 4 MST hingga 7 MST dari
kemiringan yang dapat diamati cukup stabil (tidak berubah) menunjukkan
perubahan tinggi tanaman tidak begi signifikan.
Gambar 2 menunjukkan perubahan dalam jumlah daun. K 1 memili
pertambahan daun yang terus fluktuatif ini menunjukan semua pengamatan K1
tanaman dalam fase logaritmik, sedangkan K 2,3,4,5 fase logarimik berakhir pada
4 MST dimana kemiringan tidak terlalu curam.
Gambar 3 dan 4 menunjukan panjang dan lebar daun secara berurutan.
Dari gambar tersebut dapat mewakili sebbagi perubahan ukuran daun yang makin
lama makin besar. Gambar 3 menujukan perubahan laju penambahan panjang
daun pada K 1,4,5 mengalami kemiringan pada 1 MST hingga 2 MST dan
menunjukan kemiringan yang linier pada minggu setelahnya. Pada kasus k 6
kemiringan linier didapati pada 6 MST dan K 2 linier seteh 7 MST. Pada gambar 4
menunjukan kemiringan yang hampir linier.
Catatan yang perlu diambil dari pembahasan praktikum ini adalah rata-rata
minggu satu (1 MST) dari kelompok 6 (K6) adalah nol karena tanaman yang
ditanam oleh K 6 masih belum tumbuh.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari pengamatan dan pembahasan yang dilakukan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :

Grafik tidak menujukan kurva S.


Tanaman hanya menunjukan fase Logaritmik dan Linier
Alasan yang bisa dipercaya adalah taaman jagung sebagi tanaman
determinate (terbatas pertumbuhanya) belum mencapai masa
pembungaan sehingga tidak dapat menunjukan penurunan laju
pertumbuhan.

Saran untuk praktikum ditahun depan adalah penambahan waktu


pengamatan hingga masa berbunga tanaman yang diharapkan mampu menunjukan
fase penuaan.

116

DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi D.A, dkk. 2007. Biologi. Jakarta: Erlangga
Latunra. 2007. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan II. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
Tjitrosomo, G. 1999. Botani umum 2. Angkasa: Bandung
Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Universitas Indonesia Press: Jakarta.
Salisbury. F.B.1995.Perkembangan Tumbuhan dan Fisiologi Lingkungan.ITB:
Bandung

117

LAMPIRAN
Tabel 1 Tinggi tanaman jagung
Tanaman Tinggi Tanaman (cm)
1
2
3
1
5.35 30.00
44.15
2
2.74 21.24
42.38
3
1.60 7.80
11.00
4
1.26 28.29
44.86
5
6.40 29.50
46.70
6
0.00 13.50
15.76
Tabel 2 jumlah daun tanaman jagung
Tanaman Jumlah Daun (n)
1
2
3
1
1.50
4.25
6.00
2
0.94
3.75
5.69
3
2.00
4.00
5.40
4
1.26
3.79
6.21
5
1.75
4.00
6.50
6
0.00
3.13
3.72
Tabel 3 Panjang daun tanaman jagung
Tanaman Panjang Daun (cm)
1
2
3
1
3.8
26.5
37.575
2
0.85 15.03
28.75
3
2.80 11.00
18.00
4
1.26 13.89
18.98
5
4.97 13.80
22.40
6
0.00 1.73
9.90
Tabel 4 Lebar daun tanaman jagung
Tanaman Lebar Daun (cm)
1
2
3
1
1.50
1.15
2.70
2
0.76
1.46
2.91
3
1.30
1.50
1.70
4
1.26
2.10
3.33
5
1.40
1.53
1.90
6
0.00
9.60
2.06

4
84.80
66.21
17.00
71.67
62.80
25.10

5
99.24
97.35
20.30
97.17
76.50
45.41

4
7.00
7.00
6.63
6.13
6.50
6.33

5
8.00
7.08
5.70
6.88
7.25
9.66

6
113.55
113.33
30.63
114.37
87.80
80.00

6
9.00
8.13
5.05
5.83
6.50
7.00

7
119.10
113.92
49.50
110.79
103.50
88.85

8
128.27
124.83
55.57
117.84
120.10
103.50

7
11.75
8.13
6.50
6.09
6.75
7.50

8
13.50
7.96
6.30
6.25
6.75
8.25

4
49.425
73.83
29.65
35.24
33.80
15.45

5
57.6
64.44
40.83
51.47
40.85
25.30

6
61.975
75.79
45.00
62.89
51.10
56.08

4
3.75
6.20
2.00
3.08
2.50
2.56

5
4.95
5.62
2.38
3.91
3.70
3.54

6
6.00
6.93
3.75
5.50
4.60
5.16

7
68.45
80.73
59.50
65.43
59.70
61.41

7
6.40
7.36
5.05
6.05
5.80
5.74

8
72.4
85.42
53.85
64.78
66.60
72.33

8
6.90
7.73
6.30
5.43
6.40
6.63

Вам также может понравиться