Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Dermatitis statis adalah dermatitis yang terjadi akibat adanya gangguan
aliran darah vena di tungkai bawah (Marwali Harahap, 2000)1. Penyakit ini
sering menyerang pada tungkai bagian bawah karena tempat ini sering terjadi
kelainan insufisiensi vena. 5
B. PATOMEKANISME
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mekanisme timbulnya dermatitis
statis, yaitu:
1.
2.
telah
menyebabkan
banyak
peneliti
menganjurkan
Pelebaran vena atau varises, hal ini diesebabkan oleh tekanan vena
yang meningkat pada tungkai bawah. 5
2.
3.
4.
Prurity patch yang bermula dari medial tungkai bawah dan ankle
yang proggresif. Hal ini dapat berupa inflamasi akut maupun
eksaserbasi akut. Hal ini disebabkan karena pada bagian medial
tungkai bawah merupakan watersher area dari pembuluh vena yang
mempunyai perdarahan yang buruk dibanding pada bagian bawah.
Bagian ini selalu terkena dampak dari hipertensi vena. 5
5.
6.
7.
8.
D. DIAGNOSA
a. Kriteria Diagnosis
Anamnesis:
Keluhan awalnya kemerahan pada kulit dan sedikit bersisik,
setelah beberapa minggu atau bulan warna kulit menjadi cokelat
gelap, selain itu timbul penumpukkan darah dan terjadi bengkak.
Pasien juga merasakan kaki seperti diikat kencang dan terasa nyeri.5
Faktor resiko dermatitis stasis pada pasien meliputi faktor risiko
varises yang meliputi: Usia > 50 tahun, wanita multi para, obesitas,
lebih banyak berdiri, penyakit metabolik dan gangguan jantungpembuluh darah.2
b. Predileksi
Pada tungkai bawah, dimana bagian tungkai bawah adalah tempat
teresering terjadinya kelainan vena.5
c. Pemeriksaan Fisik
Pada status lokalis didapatkan gambaran UKK meliputi:
Adanya varises dengan patch hiperpigmentasi dengan
hemosiderosis disertai likenifikasi tertutup skuama tebal dan krusta
kadang disertai ulcus berbentuk melingkar pada pergelangan kaki
memberikan gambaran stocking erytrodherma sering disertai edema
dan ekomisis pada bagian distal yang memberikan gambaran inverted
champagne bottle serta didapatkannya ulserasi.
d. Pemeriksaan Penunjang
Radiologi/Doppler untuk melihat adanya perubahan (dilatasi) vena
yang dalam, trombosis atau gangguan katup. Pada pemeriksaan
histologis akan ditemukan adanya tanda-tanda inflamasi, agregasi
hemosiderin di dermis atau penebalan arteriol/venula.5
G. PENATALAKSANAAN
PENGOBATAN
Dalam pengobatan dermatitis statis dibeikan pengobatan kausatif
dan simtomatis. Pengobatan kausatif berupa penanganan pada
1. Sistemik
a)
b)
c)
2. Topikal
Terdapat beberapa prinsip umum terapi topikal:
a)
ii)
b)
3.
10
BAB III
KESIMPULAN
Dermatitis stasis adalah dermatitis sekunder yang penyebab
utamanya akibat insufiensi kronik vena dan hipertensi vena yang
sering terjadi di ekstremitas bawah (tungkai). Dermatitis Stasis lebih
banyak terjadi pada wanita usia pertengahan atau lanjut lebih dari 50
tahun , kemungkinan karena efek hormonal serta kecenderungan
terjadinya thrombosis vena dan hipertensi contohnya saat kehamilan.
Dermatitis stasis dapat didiagnosa melalui pengolahan informasi
anamnesis dan pemeriksaan fisik.. Pemeriksaan fisik didapatkan
gambaran khas berupa varises, edema, hiperpigmentasi, ulserasi,
purpura ekimosis, stocking eritroderma, dan gambaran inverted
champagne bottle serta diperkuat dengan pemeriksaan penunjang pada
tungkai bawah dengan USG doppler menjadikan diagnosis dermatitis
stasis dapat ditegakkan. Diagnosis dan tatalaksana yang tepat dapat
mengurangi komplikasi yang terjadi.
Pengobatan tidak hanya di titik beratkan kepada simtom-simtom
yang terjadi, akan tetapi pada penyebab dari dermatitis statis itu
sendiri.
Pengobatan
kortikosteroid,
anti
medika
histamin,
mentosa
dan
dengan
antibiotik
menggunakan
dan
juga
non
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi. 2008. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Balai
Penerbit FKUI. Indonesia: Jakarta
2. PERDOSKI. 2011. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit
dan Kelamin. Jakarta : Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin FKUI.
3. Fitzpatrick, T. B., Jonhson, R. A., Polano, M.K., Suurmond, D., Wolff,
K. 1992. Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology: Common
and Serious Disease Second Edition. United States of America :
Mc.Graw-Hill.
4. Daili, Emmy S. S., Menaldi, Sri L., Wisnu, Made. 2005. Penyakit
Kulit Yang Umum di Indonesia : Sebuah Panduan Bergambar. Jakarta
Pusat : PT Medical Multimedia Indonesia.
5. Rudikoff D, Steven RC, Scheinfeld N, 2014, Atopic Dermatitis and
Eczematous Disorders,United States of America : CRC Press.
6. Lyons F, Ousley Lisa, 2015, Dermatology for the Advanced Practice
Nurse, New York: LLC
7. Craft N, Lindy P, Fox, Lowell A, Goldsmith, et all., 2013, VisualDx:
Essential Adult Dermatology (VisualDx: The Modern Library of
Visual Medicine), Visual Dx
8. Jean L. Joseph L, Ronald P, 2003, Dermatology, United States of
America: Elseviers Health Service Philadelphia.
9. Davey P., 2003, At a Glance Medicine, Jakarta:Gramedia
12