Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh:
DESSY TAMARA
P. 17420113048
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2015
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN HIV & AIDS
A. Pengertian
HIV
Human Imunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis retrovirus yang termasuk
dalam family lintavirus, retrovirus memiliki kemampuan menggunakan RNA nya
dan DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama masa
inkubasi yang panjang. Seperti retrovirus lainnya HIV menginfeksi dalam proses
yang panjang (klinik laten), dan utamanya penyebab munculnya tanda dan gejala
AIDS.
HIV
menyebabkan
beberapa
kerusakan
sistem
imun
dan
menghancurkannya. Hal ini terjadi dengan menggunakan DNA dari CD4+ dan
limfosit
untuk
mereplikasikan
diri.
Dalam
proses
itu,
virus
tersebut
immunodeficiency
virus (HIV)
adalah
penyebab acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS). Virus ini terdiri dari dua grup, yaitu HIV-1
dan HIV-2. Kedua tipe HIV ini bisa menyebabkan AIDS, tetapi HIV-1 yang paling
banyak ditemukan di seluruh dunia, dan HIV-2 banyak ditemukan di Afrika Barat.
Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae. Genom
virus ini adalah RNA, yang mereplikasi dengan menggunakan enzim reverse
transcriptase untuk menginfeksi sel mamalia (Finch, Moss, Jeffries dan Anderson,
2007 ).
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang
salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah
putih tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau
penanda yang berada di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4
dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit
yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia.
Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 14001500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada
orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun
(bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol) (KPA, 2007).
2
tubuh terlalu lemah untuk melawan infeksi, di mana infeksi HIV pada tahap lanjut
(AVERT, 2011).
B. Etiologi
Penyebab AIDS adalah infeksi oleh HIV. Virus ini diketahui sebagai
Human T Cell Lymphatropic Virus (HTLV) atau The Lymphadenophaty
Associated Virus (LAV) yang ditemukan oleh Luc Montaigner (1983) dan Robert
gallo (1984). Tetapi pada tahun 1985 kedua virus tersebut dinyatakan sama oleh
Committee Taxonomy International dan disebut HIV (Human Imunodeficiency
Virus).
Tahun 1994 diketahui ada 2 jenis virus yang menyebabkan AIDS :
o Otak
Sejak hamil
Resiko terinfeksi :
D. Patofisiologi
HIV tergolong ke dalam kelompok virus yang dikenal sebagai retrovirus
yang menunjukkan bahwa virus tersebut membawa materi genetiknya dalam asam
ribonukleat (RNA) dan bukan dalam asam deoksiribonukleat (DNA). Virion HIV
(partikel virus yang lengkap yang dibungkus oleh selubung pelindung)
mengandung RNA dalam inti berbentuk peluru yang terpancung dimana p24
5
E. Pathways
Hub. Seks
Kontak langsung
Ibu Hamil
VOA
HIV (+)
Pencegahan + Perawatan
Kurang Informasi
HIV
Penolakan Masyarakat
Menyerang sel-sel
Limfosit T4 HDR
Gangguan Isolasi
Sosial
Monosit, Makrofag, Retina
Kurang Pengetahuan
Status Imun
7
Demam, Batuk
Asimtomatis
PEL
Imun
Hiperaktivitas
Keringat malam,
Penyakit Lain
Sel limfosit B
Mual, muntah
Neurologis
Inf Sekunder
Kanker
Mielopati
Inf Virus
Sarkoma
kaposi
Perubahan Nutrisi
Neuropati
Inf Parasit
Peny SSP
Mikrobekterm
Limfoma
Hiperplasia
Pada Usus
Nyeri
kompleks
Resti tertular penyakit lain/
Resti Infeksi
Diare
Perubahan
Proses pikir
A. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis AIDS menyebar luas dan pada dasarnya mengenai setiap
sistem organ. Tanda gejala secara klinis pada penderita AIDS sulit untuk
diidentifikasi. Hal ini disebabkan karena simptomasi yang ditujukan pada
8
umumnya adalah bermula dari gejala-gejala umum yang lazim didapati pada
berbagai penderita penyakit lain, namun secara umum tanda dan gejala yang dapat
diamati antara lain:
1. Rasa lelah dan lesu yang berkepanjangan
2. Berat badan menurun secara drastis lebih dari 10% tanpa alasan yang jelas
dalam 1 bulan.
3. Demam yang sering dan berkeringat diwaktu malam
4. Diare terus menerus dan kurang nafsu makan
5. Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
6. Pembengkakan leher dan lipatan paha
7. Radang paru-paru
8. Kanker kulit
9. Sakit kepala
10. Sakit tenggorokan dengan faringitis
11. Eritema
F. Evaluasi Diagnostik
1) Tes Antibodi HIV
Kalau seseorang terinfeksi oleh virus HIV, system imunnya akan
bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody
umumnya terbentuk dalam waktu 3-12 minggu setelah terkena infeksi, kendati
pembentukan antibody ini dapat memerlukan waktu sampai hingga 14 bulan;
kenyataan ini menjelaskan mengapa seseorang dapat terinfeksi tetapi pada
mulanya tidak memperlihatkan hasil tes yang positif.
Sayangnya, antibody untuk HIV tidak efektif dan tidak dapat
menghentikan perkembangan infeksi HIV. Kemampuan untuk mendeteksi
antibody HIV dalam darah telah memungkinkan pemeriksaan skrinning
produk darah dan memudahkan evaluasi diagnostic pada pasien-pasien
terinfeksi HIV. Pada tahun 1985, Food And Drug Administration atau FDA
mengeluarkan lisensi untuk uji kadar antibody HIV bagi semua pendonoran
darah dan plasma.
Ada tiga buah tes untuk memastikan adanya antibody terhadap HIV dan
membantu mendiagnosis infeksi HIV. Tes enzyme-linked immunosorbent
assay atau ELISA mengidentifikasikan antibody yang secara spesifik ditujukan
9
kepada virus HIV. Tes ELISA tidak menegakkan diagnosis penyakit AIDS
tetapi lebih menunjukkan bahwa seseorang pernah terkena atau terinfeksi oleh
virus HIV. Orang yang darahnya mengandung antibody untuk HIV disebut
sebagai orang yang seropositif. Pemeriksaan western blot assay merupakan tes
lainnya yang dapat mengenali antibody HIV dan digunakan untuk memastikan
seropositivitas seperti yang teridentifikasi lewat prosedur ELISA. Indirect
immunofluorescence assay atau IFA kini sedang digunakan oleh sebagian
dokter sebagai pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan
seropositivitas. Tes lainnya, radioimmunoprecipitation assay atau RIPA, lebih
mendeteksi protein HIV ketimbang antibody.
2) Pelacakan HIV
Kultur sel mononuclear darah perifer untuk HIV-1; positif kalau dua
kali uji kadar/ assay secara berturut-turut mendeteksi enzim reverse
transcriptase atau antigen p24 dengan kadar yang meningkat
3) Status imun
Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan mencakup pengenalan factor resiko yang
potensial, termasuk praktik seksual yang beresiko dan penggunaan obat bius
IV. Diantaranya :
a) Status nutrisi dinilai dengan menanyakan riwayat diet dan mengenali
factor-faktor yang dapat mengganggu asupan oral seperti anoreksia,
mual, vomitus, nyeri oral atau kesulitan menelan. Disamping itu,
kemampuan pasien untuk membeli dan mempersiapkan makanan harus
dinilai.
Penimbangan,
berat
badan,
pengukuran
antopometri,
Pemeriksaan
kultur
luka
dapat
dimintakan
untuk
penyakit
harus
dievaluasi.
Disamping
itu,
tingkat
12
Kaji terhadap diare : sering, feses encer, nyeri atau kram abdomen,
volume feses cair dan faktor pemberat dan penghilang
13
Hindari merokok
Pertahankan
masukan
cairan
sedikitnya
kecuali
dikontraindikasikan.
b)
c)
Intervensi :
interaksi
dengan
orang
lain,
bermusuhan,
16
yang
sesuai
dan
faktor-faktor
yang
membantu
mempertahankan kesehatan
17
DAFTAR PUSTAKA
18