Вы находитесь на странице: 1из 40

SATUAN KERJA KHUSUS PELAKSANA

KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI


(SKK MIGAS)

PANDUAN UMUM

TENTANG

PELAKSANAAN OPERASI SURVEI


MINYAK DAN GAS BUMI
(PUPOS- MIGAS)

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 1 dari 38

DAFTAR ISI
DEFINISI

....................................................................................................................... 3

BAB I

PENDAHULUAN ......................................................................................... 6

I.1

LATAR BELAKANG ................................................................................... 6

I.1

MAKSUD DAN TUJUAN............................................................................ 6

I.3

RUANG LINGKUP ...................................................................................... 7

I.4

KEBIJAKAN K2LL ...................................................................................... 7

BAB II

DASAR DAN REFERENSI HUKUM PANDUAN OPERASI SURVEI .... 8

II.1

DASAR HUKUM ......................................................................................... 8

II.2

REFERENSI HUKUM .................................................................................. 8

BAB III

KETENTUAN UMUM OPERASI SURVEI .............................................. 10

III.1

KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA (KKKS) ............................ 10

III.2

KONTRAKTOR PELAKSANA ................................................................. 10

III.3

KETEKNIKAN ........................................................................................... 10

III.4

OPERASI SURVEI ..................................................................................... 11

III.4.1

PRA KEGIATAN SURVEI ........................................................................ 11

III.4.2

KEGIATAN SURVEI ................................................................................. 12

III.4.3

PASCA KEGIATAN SURVEI ................................................................... 12

III.5

MANAJEMEN PROYEK SURVEI............................................................ 13

III.5.1

PERSYARATAN MANAJER PROYEK ................................................... 14

III.5.2

PERSYARATAN QUALITY CONTROL REPRESENTATIVE/COMPANY


REPRESENTATIVE/FIELD SUPERVISOR ................................................ 14

III.5.3

PERSYARATAN QUALITY CONTROL .................................................... 14

III.5.4

PERSYARATAN PARTY CHIEF ATAU TEAM LEADER (DARI


KONTRAKTOR PELAKSANA) ................................................................ 14

III.5.5

TENAGA AHLI SURVEI SEISMIK .......................................................... 15

BAB IV

PANDUAN OPERASI ................................................................................ 16

IV.1.

PANDUAN OPERASI SURVEI SEISMIK DARAT ................................. 16

IV.1.1

PERSYARATAN SURVEI SEISMIK DARAT ......................................... 16

IV.1.2

TAHAPAN OPERASI SURVEI SEISMIK DARAT ................................. 17

IV.1.2.1

PRAKEGIATAN SURVEI SEISMIK DARAT ......................................... 17

IV.1.2.2.

KEGIATAN SURVEI SEISMIK DARAT ................................................. 17

IV.1.2.3

PASCA KEGIATAN SURVEI SEISMIK DARAT ................................... 26

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 2 dari 38

IV.2.

PANDUAN OPERASI SURVEI SEISMIK LAUT .................................... 27

IV.2.1

PERSYARATAN SURVEI SEISMIK LAUT ............................................ 27

IV.2.2

TAHAPAN OPERASI SURVEI SEISMIK LAUT .................................... 28

IV.2.2.1

PRA KEGIATAN SURVEI SEISMIK LAUT ............................................ 28

IV.2.2.2.

KEGIATAN SURVEI SEISMIK LAUT .................................................... 30

IV.2.2.3

PASCA KEGIATAN SURVEI SEISMIK LAUT ...................................... 31

IV.3

PANDUAN OPERASI SURVEI SEISMIK TRANSISI ............................ 32

IV.3.1

PERSYARATAN SURVEI SEISMIK TRANSISI..................................... 32

IV.3.2

TAHAPAN OPERASI SURVEI SEISMIK TRANSISI ............................. 32

IV.3.2.1

PRA KEGIATAN SURVEI SEISMIK TRANSISI .................................... 32

IV.3.2.2.

KEGIATAN SURVEI SEISMIK TRANSISI ............................................. 32

IV.3.2.3

PASCA KEGIATAN SURVEI SEISMIK TRANSISI ............................... 34

IV.4.

PANDUAN OPERASI SURVEI NONSEISMIK ....................................... 34

IV.4.1

PERSYARATAN SURVEI NONSEISMIK ............................................... 34

IV.4.2

TAHAPAN OPERASI SURVEI NONSEISMIK ....................................... 35

IV.4.2.1

PRA KEGIATAN SURVEI NONSEISMIK ............................................... 35

IV.4.2.2

KEGIATAN SURVEI NONSEISMIK ....................................................... 35

IV.4.2.3

PASCA KEGIATAN SURVEI NONSEISMIK ......................................... 37

BAB V

PENUTUP ................................................................................................... 38

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 3 dari 38

DEFINISI
Survei adalah kegiatan lapangan yang meliputi pengumpulan, analisis, dan
penyajian data yang berhubungan dengan informasi kondisi geologi untuk
memperkirakan letak dan potensi sumber daya minyak dan gas bumi.
Seismik adalah kegiatan survei yang memanfaatkan sifat perambatan dan pantulan
gelombang elastik.
Seismik adalah kegiatan survei yang memanfaatkan sifat perambatan dan pantulan
gelombang elastik.
Survei seismik 2D adalah survei seismik yang sumber getar/shot point dan
penerima/receiver dalam satu garis lintasan survei.
Survei seismik 3D adalah survei seismik yang sumber getar/shot point dan
penerima/receiver dalam garis lintasan survei yang berbeda (orthogonal dan lainlain).
Survei non-seismik adalah survei geologi dan geofisika selain survei seismik.
Survei geologi lapangan adalah survei non-seismik yang mengidentifikasi dan
pemetaan objek dan informasi geologi di lapangan.
Survei gravitasi adalah survei non-seismik yang mengidentifikasi anomali gaya
berat.
Survei geomagnet adalah survei non-seismik yang mengidentifikasi anomali medan
magnet.
Survei geolistrik adalah survei non-seismik yang mengidentifikasi anomali medan
elektrik.
Survei pasif seismik adalah survei non-seismik yang mengidentifikasi anomali mikro
seismik.
Survei elektromagnetik adalah survei non-seismik yang mengidentifikasi anomali
gelombang elektromagnetik.
Survei Geotechnical Site adalah survei non-seismik yang mengidentifikasi kekuatan
daya dukung lapisan tanah hingga kedalaman tertentu untuk keperluan pekerjaan
selanjutnya.
Survei Geophysical Site adalah survei non-seismik yang mengidentifikasi bawah
permukaan laut, permukaan dasar laut, dan bawah permukaan dasar laut untuk
mengidentifikasi hazard/bahaya untuk keperluan pekerjaan selanjutnya.

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 4 dari 38

Survei lainnya adalah survei kebumian untuk peningkatan cadangan minyak dan gas
yang belum tercantum di dalam definisi tersebut diatas.
Sumber getar adalah alat yang berfungsi untuk menimbulkan gelombang. Survei
seismik darat menggunakan dynamit, vibroseis, airgun, dan lain-lain. Sedangkan
survei seismik laut dan transisi menggunakan airgun.
Shot point adalah posisi atau lokasi sumber getar/energi/source.
Trace/Penerima sumber getar adalah alat yang berfungsi untuk merekam
gelombang yang dipantulkan oleh objek geologi bawah permukaan, Untuk survei
seismik darat menggunakan geophone sedangkan untuk survei seismik laut dan
transisi menggunakan hydrophone.
Receiver adalah posisi atau lokasi sumber getar.
Topografi adalah salah satu tahapan pekerjaan survei seismik darat dan transisi
(area darat) untuk mempersiapkan lintasan survei seismik dengan menempatkan
koordinat shot point dan receiver di lapangan.
Pemboran dangkal/shot hole drilling adalah salah satu tahapan pekerjaan survei
seismik darat dan transisi (area darat) untuk membuat lubang yang akan diisi oleh
sumber getar (source).
Preloading/Pengisian bahan peledak adalah salah satu tahapan pekerjaan survei
seismik darat dan transisi (area darat) untuk memasukkan sumber getar yang telah
dirangkai dengan detonator ke dalam lubang dan menutup kembali lubang.
Field processing adalah salah satu tahapan pekerjaan survei untuk melakukan
analisa awal data yang diperoleh dari kegiatan perekaman sebagai quality
assurance data seismik yang dihasilkan.
Trace interval adalah Jarak antara tiap trace.
Point interval adalah jarak antara satu SP dengan SP yang lainnya.
Far Offset adalah jarak antara sumber seismik dengan trace terjauh.
Near Offset adalah jarak antara sumber seismik dengan trace terdekat.
Record length adalah lamanya merekam gelombang seismik.
Fold coverage adalah jumlah atau seringnya suatu titik di bawah permukaan
terekam oleh geophone di permukaan.
Datum geodetic atau sistem geodetic adalah sistem koordinat dan menjadi acuan
refrensi untuk suatu objek dimuka bumi.

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 5 dari 38

Misfire adalah data seismik yang terekam tidak memenuhi kriteria minimum dapat
disebabkan oleh gangguan alat perekam, kualitas sumber getar, dan kesalahan
prosedur.

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 6 dari 38

BAB I
PENDAHULUAN
I.1

LATAR BELAKANG

Dalam usaha eksplorasi minyak dan gas bumi, kegiatan operasi survei adalah salah
satu jenis kegiatan utama yang memerlukan perencanaan yang matang, koordinasi,
pengawasan yang baik, efektif, dan efisien.
SKK Migas memandang perlu untuk menerbitkan panduan umum tidak hanya untuk
operasi seismik namun juga untuk kegiatan operasi survei nonseismik sehingga
PUPOS menjadi Panduan Umum Pelaksanaan Operasi Survei.
Keberadaan PUPOS diharapkan dapat mewujudkan pelaksanaan operasi survei
yang selalu berpanduan kepada Good Engineering Practices dan mengikuti
ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Petunjuk Panduan Umum Pelaksanaan Operasi Survei (PUPOS) diperlukan,
karena:
a.
b.
c.
d.

Merupakan tahap awal dari kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas.


Menggunakan teknologi tinggi.
Melibatkan banyak tenaga kerja.
Daerah operasi berpindah-pindah, lingkungan dan kondisi yang bervariasi serta
berinteraksi langsung dengan masyarakat.
e. Mencakup berbagai jenis pekerjaan yang berbeda dan saling berkaitan.
f. Memerlukan biaya dan beresiko tinggi.
Secara umum, materi Panduan Umum Pelaksanaan Operasi Survei adalah, sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.

Pendahuluan.
Dasar Hukum Panduan Operasi.
Ketentuan Umum Operasi Survei.
Panduan Operasi.
Penutup.

I.1

MAKSUD DAN TUJUAN

A.

MAKSUD

Sebagai panduan kegiatan operasional survei dalam mendukung perencanaan,


pengorganisasian, pengelolaan dan pengawasan serta pelaporan yang sistematis,
efektif, dan efisien.

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

B.

Hal 7 dari 38

TUJUAN

Agar kegiatan operasional survei dapat berjalan lancar, tepat waktu, efektif dan
efisien, mendapatkan kualitas data terbaik, memenuhi kaidah K3LL (Kesehatan &
Keselamatan Kerja serta Lindungan Lingkungan), dapat diaudit (auditable), terukur
(accountable), dan diterima (acceptable).

I.3

RUANG LINGKUP

Panduan ini meliputi prosedur persiapan, pelaksanaan, dan pasca kegiatan operasi
survei di darat, laut, dan transisi dari setiap unit kerja yang terdiri dari:
1. Pengawasan dan pengendalian manajemen operasi Kontraktor Kontrak Kerja
Sama (KKKS) pada kegiatan survei secara efektif dan efisien.
2. Pengawasan terhadap penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA) dan
pendayagunaan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berkaitan dengan kegiatan
operasi survei.
3. Koordinasi, pemeriksaan, dan rekomendasi teknis terhadap peralatan, personil,
dan kegiatan operasional survei.
4. Pekerjaan teknis yang lebih rinci tetap mengacu pada Standard Operating
Procedure (SOP) dari masing-masing KKKS yang berpanduan kepada Good
Engineering Practices.

I.4

KEBIJAKAN K2LL

KKKS dalam melaksanakan setiap kegiatan operasi survei wajib memperhatikan


aspek Keselamatan Kerja, Lindungan, dan Lingkungan (K2LL) sesuai peraturan dan
perundangan yang berlaku.

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 8 dari 38

BAB II
DASAR DAN REFERENSI HUKUM PANDUAN OPERASI SURVEI
II.1

DASAR HUKUM

1. Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.


2. Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
55 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 35
Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
3. Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
4. Peraturan Menteri ESDM No. 9 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Satuan Kerja Khusus Pelaksaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
5. Production Sharing Contract.

II.2
1.
2.
3.
4.
5.

REFERENSI HUKUM

Undang-Undang No.12 Th 1951 tentang Darurat.:


Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
Undang-Undang No.12 Th 1951 tentang Darurat.
Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2010 tentang Biaya Operasi yang dapat
dikembalikan dan perlakuan Pajak penghasilan di bidang usaha hulu minyak dan
gas bumi.
6. Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2011 tentang perubahan atas peraturan
pemerintah No. 20 tahun 2010 tentang Angkutan Di Perairan.
7. Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2012 tentang Pengalihan Pelaksanaan Tugas
dan Fungsi Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
8. Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2013, Pasal 2, menyatakan bahwa
Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
9. Keputusan Presiden No.86 Tahun 1994 tentang bahan peledak.
10. Keputusan Presiden RI No. 5 TH 1988 tentang Pengadaan Bahan Peledak.
11. Peraturan Menteri ESDM No. 8 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Satuan Kerja Khusus Pelaksaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
12. Peraturan Menteri ESDM No. 037 tahun 2006 tentang tata cara pengajuan
rencana impor dan penyelesaian barang yang dipergunakan untuk operasi
kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi.
13. Keputusan Menteri ESDM No. 1603 K/40/MEM/2003 tentang Panduan
Pencadangan Wilayah Pertambangan.
14. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. KEP.251/MEN/V/2007
tentang Penetapan standar kompetensi Kerja nasional Indonesia sektor industri
minyak dan gas bumi serta panas bumi sub sektor industri minyak dan gas bumi
hulu bidang eksplorasi sub bidang penyelidikan seismik.

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 9 dari 38

15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.
16. Keputusan menteri pertahanan RI No. Kep/09/M/VI/2003 tanggal 30 Juni 2003
mengenai Pengamanan Survei dan pemetaan wilayah nasional.
17. Petunjuk pelaksanaan menteri pertahanan No. JUKLAK/01/VI/2004 tanggal 30
Juni 2004 tentang pengamanan Survei dan pemetaan wilayah nasional.
18. Perkap Kapolri No.2 tahun 2008 tanggal 29 April 2008 tentang pengawasan,
pengendalian dan pengamanan bahan peledak komersial.
19. MoU Kapolri dan Kepala SKK MIGAS tentang obvitnas dan handak.
20. Surat Keputusan Bersama Panglima Angkatan Laut dan Dirjen Migas No
5401.40 371/DD/MIGAS/1967 tanggal 19 Nopember 1967 tentang
pengangkatan perwira laut sebagai perwira pengawas dan perwira koordinator
serta tugas-tugasnya.
21. SNI 13-6912-2002 tentang Operasi Seismik yang aman di Indonesia
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
22. SNI 13-6911-2002 tentang Penanganan Bahan Peledak yang aman di Indonesia
23. PTK yang berlaku pada internal SKK Migas.
24. Surat Kadiv. Eksternal No. 7832/BPD4000/2004-SO tanggal 2 Desember 2004
tentang pelimpahan pengurusan formalitas izin bahan peledak ke Perwakilan
SKK MIGAS.
25. Surat Keputusan Direktorat Teknik Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Kementerian
Pertambangan
dan
Energi
Republik
Indonesia
No.
3754/DMT/Migas/1984 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja pada instalasi
pemboran, tangki terapung, barge dan sejenisnya.

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 10 dari 38

BAB III
KETENTUAN UMUM OPERASI SURVEI

Ketentuan umum operasi survei mencakup dasar ketentuan yang harus dipenuhi
oleh KKKS guna tercapainya obyektif/tujuan operasi survei yang dilaksanakan.

III.1

KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA (KKKS)

1. Mengacu kepada kontrak kerja sama bahwa KKKS harus mempunyai


kemampuan finansial, kemampuan teknis, dan tenaga ahli untuk melaksanakan
eksekusi AFE (Authorization For Expenditure) yang menjadi lingkup kerja survei
dan yang telah mendapatkan persetujuan dari SKK Migas.
2. Proses pengadaan memenuhi ketentuan yang disyaratkan di PTK-007 rev 03
SKK Migas.
3. Memenuhi ketentuan perizinan yang disyaratkan.
4. Mengikuti standard K3LL yang berlaku di Industri minyak dan gas.
5. Kepala Teknik Tambang bertanggung jawab terhadap setiap pelaksanaan
kegiatan operasi survei.

III.2

KONTRAKTOR PELAKSANA

1. Mempunyai kemampuan finansial, kemampuan teknis, peralatan, teknologi, dan


tenaga ahli.
2. Kontraktor Pelaksana telah terdaftar di Direktorat Jenderal Minyak dan Gas
Bumi (SKT MIGAS).
3. Mengikuti standard K3LL yang berlaku di Industri Migas.
4. Memenuhi ketentuan perizinan yang disyaratkan.
5. Sertifikasi keahlian personel: Shooter, Seismik Drilling, Topografi/Surveior, dan
lain-lain, sesuai ketentuan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi.
6. Memenuhi persyaratan TKDN sesuai dengan PTK-007 rev3 SKK Migas.

III.3

KETEKNIKAN

1. Kegiatan pelaksanaan survei dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan


teknis dan biaya dari SKK Migas berupa AFE.
2. Referensi Datum Geodesi yang digunakan adalah World Geodetic System/WGS
1984 dan Proyeksi Universal Transverse Mercator/UTM (Permen ESDM No.
1603 K/40/MEM/2003). Apabila suatu daerah eksplorasi memiliki sistem datum
yang berbeda diwajibkan bagi KKKS untuk menghasilkan juga referensi datum
dengan WGS 1984.

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

III.4
III.4.1

Hal 11 dari 38

OPERASI SURVEI
PRA KEGIATAN SURVEI

Tahapan kegiatan:
1. Berkewajiban melakukan survei pendahuluan sebelum operasi dilakukan,
meliputi aspek sosio-ekonomi, hazard, security, litologi, morfologi, cuaca,
batimetri, arus laut, lalu lintas jalur pelayaran, dan sebagainya. Tujuan survei
pendahuluan ini untuk melakukan pemetaan potensi hambatan dan upaya
penanggulangannya serta memastikan pelaksanaan survei sesuai dengan
rencana dan kondisi realitas di lapangan sehingga resiko kegagalan operasi
dapat diperkecil.
2. Apabila area survei memasuki kawasan hutan, maka segera melakukan
pengurusan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan/IPPKH.
3. Koordinasi dengan Bagian Humas SKK Migas/Perwakilan SKK Migas yang tidak
terbatas pada perizinan, strategi kehumasan, sosialisasi, dan kegiatan lain yang
terkait dengan rencana pelaksanaan kegiatan survei.
4. Sosialisasi rencana pelaksanaan survei kepada pemerintah daerah, instansi
terkait, dan masyarakat. Sosialisasi pada masyarakat melibatkan instansi terkait
dan perwakilan tokoh masyarakat. Materi sosialisasi berupa informasi dan
penjelasan program kerja, rencana waktu pelaksanaan survei, pengenalan
teknis mengenai operasi survei, memberikan informasi mengenai manfaat dari
survei seismik yang telah dilakukan, dan mekanisme pelaporan jika ada
gangguan dari pihak masyarakat mengenai operasi seismik yang dilakukan dan
contoh perhitungan kompensasi berdasarkan aturan yang berlaku.
5. Untuk daerah survei yang berpotensi mempunyai gangguan kemanan yang
cukup tinggi, KKKS berkoordinasi dengan Kelompok Kerja Sekuriti SKK Migas
dan Kelompok Kerja Formalitas SKK Migas untuk penempatan tenaga
pengamanan tambahan dari Kepolisian maupun TNI.
6. Dua (2) minggu sebelum melakukan kegiatan survei, KKKS menyampaikan:
a. Surat pemberitahuan mulai survei kepada Divisi Survei dan Pemboran SKK
Migas dengan tembusan kepada Divisi Eksplorasi SKK Migas beserta
dokumen persyaratan sesuai dengan jenis kegiatan surveinya. Lampiran
dokumen persyaratan pelaksanaan survei dalam bentuk soft file.
b. Asisstance Requisition Sheet/ARS pemeriksaan kesiapan operasional
(peralatan survei, kapal survei dan peralatan pendukung lainnya) kepada
Divisi Penunjang Operasi SKK Migas dengan tembusan kepada Divisi
Survei dan Pemboran SKK Migas.
7. Persiapan teknis operasional kegiatan survei, antara lain:
a. Membentuk project management team untuk melakukan kegiatan survei.
b. Mengeluarkan Surat Perintah Kerja kepada pelaksana kegiatan survei.
c. Inspeksi peralatan dan memastikan bahwa alat yang akan digunakan sesuai
dengan kebutuhan.
8. Memastikan seluruh perizinan yang dibutuhkan telah dipenuhi dan dokumen
yang dikirim ke SKK Migas dalam rangka pemberitahuan mulai survei telah
lengkap sesuai dengan persyaratan sesuai dengan jenis survei.

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 12 dari 38

9. Verifikasi aturan kompensasi atas kegiatan survei yang akan digunakan sebagai
acuan di dalam sosialisasi dan kegiatan kompensasi. Jika belum ada, segera
berkoordinasi dengan Humas SKK Migas/Perwakilan SKK Migas.
10. Bab 4 akan membahas tahapan selanjutnya sesuai dengan jenis survei.

III.4.2

KEGIATAN SURVEI

Tahapan kegiatan:
1. Melakukan koordinasi dengan pelaksana kegiatan survei (Kick of Meeting) untuk
mengimplementasikan kontrak yang telah disepakati bersama, meliputi antara
lain jadwal kegiatan, spesifikasi peralatan, tenaga kerja, K3LL, dan lain-lain.
2. Berkewajiban melakukan pengawasan kemajuan hasil survei, kualitas data, dan
K3LL, kendala, Non Productive Time/NPT. Data tersebut dilaporkan secara
harian kepada Divisi Survei dan Pemboran SKK Migas dengan tembusan
kepada Divisi Eksplorasi SKK Migas/Divisi Eksploitasi SKK Migas.
3. Melakukan evaluasi seluruh hasil pekerjaan dibandingkan dengan program
survei sesuai dengan tahapan pekerjaannya dengan mempertimbangkan aspek
K3LL. Rekomendasi hasil pengawasan QC dilaporkan secara harian dan
berjenjang dari QC kepada QC Representative, dan dari QC Representative
kepada manager proyek.
4. Perubahan disain parameter, lintasan, luas area, dan lokasiselama operasi
berlangsung harus disampaikan ke Divisi Eksplorasi SKK Migas/Divisi
Eksploitasi SKK Migas untuk mendapatkan persetujuan dan ditembuskan ke
Divisi Survei dan Pemboran SKK Migas.
5. Untuk mengurangi terjadinya permasalahan sosial, sebelum pelaksanaan survei
KKKS agar memperhatikan kondisi sosial dan budaya masyarakat disekitar area
kegiatan survei, melakukan sosialisasi, melakukan koordinasi dengan seluruh
stakeholder.
6. Melakukan pendataan untuk kegiatan kompensasi akibat kegiatan survei.
7. Melakukan penyimpanan data dengan memenuhi kriteria kelembaban, dan
temperatur ruangan penyimpan disesuaikan dengan spesifikasi media
penyimpanan data, aman dari kriminalitas, dan data main dan back up disimpan
di tempat yang terpisah.
8. Pengiriman data rekaman dari lapangan ke processing center atau kantor pusat
dilakukan secara terpisah dan bertahap antara data main dan back up, diantar
oleh petugas khusus yang mendapat otorisasi dari QC Representative dan Party
Chief, serta tidak boleh menggunakan jasa pengiriman umum. (penggunaan
jasa pengiriman umum diperkenankan apabila ada kontrak atau perjanjian
khusus dengan KKKS atau kontraktor survei seismik).
9. Bab-4 akan membahas tahapan selanjutnya sesuai dengan jenis surveinya.

III.4.3 PASCA KEGIATAN SURVEI


1. Melakukan kegiatan pembayaran kompensasi sesuai dengan aturan yang
berlaku, diantaranya Surat Keputusan Kepala Daerah setempat, Peraturan

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 13 dari 38

Daerah setempat, Hasil kesepakatan disetujui oleh Pemda Tingkat II


(Walikota/Bupati), Peraturan yang dikeluarkan oleh institusi setempat.
Pembayaran kompensasi dilakukan secara langsung kepada penerima dan
disaksikan oleh instansi terkait dan perwakilan tokoh masyarakat. Jika penerima
berhalangan, maka diwakilkan dengan menyerahkan surat kuasa yang
dilegalisasi oleh instansi terkait dan perwakilan tokoh masyarakat.

2.

3.
4.

5.

6.

7.

8.

Apabila tidak ada kesepakatan dalam proses pembayaran kompensasi, maka


pekerjaan kegiatan survei seismik dapat ditangguhkan sementara sambil
menunggu koordinasi dan negosiasi dengan pihak-pihak terkait. Apabila tidak
tercapai kesepakatan dalam jangka waktu maksimal 15 (lima belas) hari kerja,
KKKS dapat membatalkan pekerjaan setelah mendapat persetujuan dari SKK
Migas.
Melakukan reklamasi mengacu kepada Standard Nasional Indonesia (SNI) No.
13-6912-2002 dan dokumen UKL/UPL.
Reklamasi pada kegiatan survei nonseismik disesuaikan dengan kondisi
lapangan.
Demobilisasi personil dan peralatan secara bertahap sesuai dengan
penyelesaian tahapan pekerjaan.
Melakukan koordinasi dengan Bagian Humas SKK Migas/Perwakilan
SKK Migas sehubungan dengan pemberitahuan kegiatan survei yang telah
selesai kepada Pemda setempat maupun instansi terkait.
KKKS menyerahkan laporan akhir pekerjaan kepada Divisi Survei dan
Pemboran SKK Migas dengan tembusan kepada Divisi Eksplorasi SKK Migas
berupa soft file. Laporan Teknis minimum berisi data akuisisi survei, gambaran
umum survei, peta lintasan survei, tata waktu survei, parameter survei, aspek
operasional survei, kualitas data, K3LL, penggunaan tenaga kerja dan
organisasi proyek, Productive dan Non Productive Time/NPT, anggaran sesuai
dengan penjelasan penggunaan anggaran di dalam AFE, perubahan lingkup
kerja dan anggaran dan lain-lain.
KKKS menyampaikan dokumen pengajuan Persetujuan Penyelesaian
Pekerjaan (P3) untuk kegiatan akuisisi survei kepada Divisi Survei dan
Pemboran SKK Migas, sebagai dasar untuk Evaluasi AFE close out dari Divisi
Pemeriksaan Biaya Operasi (PBO) SKK Migas.
Menyerahkan data kepada Menteri paling lambat 3 (tiga) bulan sejak
berakhirnya kegiatan survei melalui SKK Migas sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 Pasal 20.
Bab 4 akan membahas tahapan selanjutnya sesuai dengan jenis survei.

III.5

MANAJEMEN PROYEK SURVEI

Project Management Team pelaksanaan kegiatan operasi survei minimal terdiri dari
Manajer
Proyek,
Quality
Control
Representative
(QC)/Company
Representative/Field Supervisor, Quality Control, dan dibantu oleh Pengawas dari
Kontraktor Pelaksana (Party Chief atau Team Leader).

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 14 dari 38

III.5.1 PERSYARATAN MANAJER PROYEK


1. Berlatar pendidikan minimal S1 terutama Bidang Geofisika/Geologi, dan
Perminyakan dengan pengalaman kerja minimal 10 tahun.
2. Pernah menjadi pengawas di lapangan, menguasai teknis survei yang
dikerjakan, memahami aspek finansial, aspek scheduling dan quality control.
3. Mempunyai kemampuan manajerial yang baik, berkomunikasi, negosiasi,
problem solving, mampu melakukan koordinasi dengan Team dan Masyarakat.
4. Memahami peraturan dan perundangan yang berlaku yang berkaitan dengan
kegiatan survei.
5. Diutamakan warga negara Indonesia.

III.5.2 PERSYARATAN QUALITY CONTROL


REPRESENTATIVE/COMPANY REPRESENTATIVE/FIELD SUPERVISOR
1. Berlatar pendidikan minimal S1 terutama Bidang Geofisika/Geologi, dan
Perminyakan dengan pengalaman kerja minimal 5 tahun.
2. Pernah menjadi pengawas di lapangan, menguasai teknis survei yang
dikerjakan, memahami aspek finansial, aspek scheduling dan quality control.
3. Mempunyai kemampuan manajerial yang baik, berkomunikasi, negosiasi,
problem solving, mampu melakukan koordinasi dengan Team dan Masyarakat.
4. Memahami peraturan dan perundangan yang berlaku yang berkaitan dengan
kegiatan survei.
5. Diutamakan warga negara Indonesia.

III.5.3 PERSYARATAN QUALITY CONTROL


1. Berlatar pendidikan minimal S1 terutama Bidang Geofisika/Geologi, dan
Perminyakan dengan pengalaman kerja minimal 1 tahun.
2. Menguasai teknis survei yang dikerjakan, aspek scheduling dan quality control.
3. Mempunyai kemampuan manajerial yang baik, berkomunikasi, negosiasi,
problem solving, mampu melakukan koordinasi dengan Team dan Masyarakat.
4. Memahami peraturan dan perundangan yang berlaku yang berkaitan dengan
kegiatan survei.
5. Diutamakan warga negara Indonesia.

III.5.4 PERSYARATAN PARTY CHIEF ATAU TEAM LEADER (DARI


KONTRAKTOR PELAKSANA)
1. Berlatar pendidikan minimal S1 terutama Bidang Geofisika/Geologi, dan
Perminyakan dengan pengalaman kerja minimal 5 tahun.
2. Menguasai teknis survei yang dikerjakan, memahami aspek finansial, aspek
scheduling dan quality control.

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 15 dari 38

3. Mempunyai kemampuan manajerial yang baik, berkomunikasi, negosiasi,


problem solving, mampu melakukan koordinasi dengan Team dan Masyarakat.
4. Memahami peraturan dan perundangan yang berlaku yang berkaitan dengan
kegiatan survei.
5. Diutamakan warga negara Indonesia.

III.5.5 TENAGA AHLI SURVEI SEISMIK


Syarat personel ahli mengacu pada (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia)
SKNI Penyelidikan Seismik sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia No. KEP.251/MEN/V/2007.

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 16 dari 38

BAB IV
PANDUAN OPERASI

IV.1. PANDUAN OPERASI SURVEI SEISMIK DARAT


Pelaksanaan survei seismik darat melibatkan beberapa bagian yang bekerja secara
dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Bagian-bagian yang terlibat
antara lain: Topografi, Seismologist, Processing, Recording, dan Field Quality
Control (QC) dan bagian pendukung lainnya.

IV.1.1 PERSYARATAN SURVEI SEISMIK DARAT


Dokumen persyaratan sebelum survei seismik darat:
Tabel 4.1. Persyaratan Survei Seismik Darat
NO
MATERI
INSTANSI TERKAIT
1
WP&B & AFE program survei
Divisi Pengendalian Program dan
Anggaran SKK Migas
2
Pelaksana Kegiatan Survei
KKKS
(Kontraktor)
3
UKL/UPL & Izin Lingkungan
BLHD/Kementerian Lingkungan Hidup
Divisi Penunjang Operasi SKK Migas
4

Izin memasuki open area


(jika lintasan survei melewati
open area)
Izin memasuki wilayah KKKS
lain (jika lintasan survei
melewati wilayah KKKS lain)
Izin Prinsip Kegiatan Survei

Ditjen Migas
Divisi Eksplorasi SKK Migas
KKKS yang dilewati
Divisi Eksplorasi SKK Migas
PEMDA setempat
SKK Migas Perwakilan

Izin memasuki instansi lain


(area latihan perang, ranjau,
dll)

Instansi terkait
Kelompok Kerja Formalitas/Kelompok
Kerja Sekuriti/SKK Migas Perwakilan

Security Clearance

Kementerian Pertahanan
Kelompok Kerja Sekuriti SKK Migas

Izin Kehutanan

Kementerian Kehutanan
Kelompok Kerja Formalitas SKK Migas

10

Izin Bahan Peledak.

POLRI

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

11

12

13

Sertifikasi untuk keahlian


survei seismik spesifik
seperti Ahli Ukur Topografi,
Juru Bor, Ahli Tembak, Juru
Rekam, HSE
Project
Plan/Project
Summary,
MoM
Teknis
Persetujuan Survei, dan
Scope of Work
Sosialisasi
kepada
Masyarakat

Hal 17 dari 38

SKK Migas Perwakilan SKK


Migas/Divisi Pengelolaan Rantai
Suplai SKK Migas (Khusus Alih Guna
Aset)

Pusdiklat Migas Cepu


Instansi Lain

Divisi Eksplorasi SKK Migas

PEMDA setempat
SKK Migas Perwakilan

IV.1.2 TAHAPAN OPERASI SURVEI SEISMIK DARAT


IV.1.2.1

PRAKEGIATAN SURVEI SEISMIK DARAT

Memenuhi tahapan kegiatan pada butir III.4.1 dengan tambahan kegiatan sebagai
berikut :
1. Berkoordinasi dengan instansi terkait yang berfungsi sebagai saksi di dalam
pendataan tanaman produktif, seperti personil dari Dinas Kehutanan dan Dinas
Pertanian.
2. Mengirimkan ARS kepada Kelompok Kerja Sekuriti SKK Migas untuk
penempatan Security/Liason Officer pada kegiatan survei.
3. Sosialisasi kepada masyarakat terdampak paling lambat dilakukan 3 (tiga) hari
sebelum pelaksanaan survei di lahan tersebut.
4. Inspeksi peralatan survei serta memastikan bahwa alat yang akan digunakan
sesuai dengan kebutuhan dan standar manufaktur (Apabila tidak
memungkinkan sebelum kick of meeting, maka dilakukan paling lambat sebelum
parameter tes).

IV.1.2.2.

KEGIATAN SURVEI SEISMIK DARAT

Memenuhi tahapan kegiatan pada butir III.4.2 dengan tambahan kegiatan sebagai
berikut :

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 18 dari 38

1. TAHAP TOPOGRAPHY
Kegiatan Topografi meliputi kegiatan survei lokasi untuk akses jalan dan obyek lain,
pengukuran Titik Kontrol (Bench Mark), pengukuran dan penempatan patok sumber
getar/shot point (SP) dan penerima/trace (TR), pembuatan rintisan (clearing),
tangga-tangga (steps) dan titian (bridging), serta pembuatan peta.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap topography, sebagai berikut:
A. SURVEI LOKASI UNTUK AKSES JALAN DAN LAIN-LAIN
Untuk memperlancar kegiatan, informasi mengenai kondisi lapangan area survei
seismik sangat diperlukan. Informasi jalan diperlukan untuk mobilisasi crew dan
peralatan menuju lokasi kerja. Kegiatan ini juga mendetailkan informasi yang telah di
dapat pada saat survei pendahuluan/scouting.
B. PENGUKURAN TITIK KONTROL (BENCH MARK)
Pembuatan titik kontrol dilakukan dengan mendistribusikan Bench Mark GPS (BM
GPS) pada seluruh area. BM GPS dipasang pada area survei sesuai dengan
distribusi maksimum tiap 5 km atau pada ujung lintasan survei. Titik BM yang telah
diketahui digunakan untuk menentukan koordinat-koordinat lain yang belum
diketahui, misalnya koordinat shot point atau koordinat receiver.
Kegiatan yang dilakukan adalah:
-

Melakukan kalibrasi peralatan.


Pembuatan jaring GPS.
Orientasi lokasi rencana penempatan BM GPS di lapangan.
Pengamatan GPS ditentukan dengan ketentuan:
a. Mempunyai ruang pandang ke langit yang bebas ke segala arah (minimum
15o) Jauh dari sumber-sumber gangguan, seperti jalur pipa, instalasi listrik,
antena radio/pemancar, lalu lalang kendaraan bermotor.
b. Kondisi struktur tanah stabil.
c. Lokasi mudah dicapai.
d. Dapat mengamati jumlah satelit yang cukup (nilai GDOP kecil).
e. Lokasi jauh dari gangguan manusia, binatang maupun alam terlebih
dahulumelakukan uji zero base line GPS.
Melakukan pemasangan patok BM GPS, dengan ketentuan:
a. Dilengkapi nama BM, Tahun Pembuatan, dan ditulis SKK Migas Nama
KKKS, Milik Negara, Dilarang Merusak.
b. Bahan dan bentuk disesuaikan dengan kondisi masyarakat sekitar, agar tidak
mudah dirusak.
c. Cat harus terpelihara rapi dan bersih.
KKKS yang mempunyai lokal koordinat, menyertakan datum shift parameters dari
referensi datum lokal ke referensi datum WGS 1984 agar memudahkan konversi
datum di kemudian hari.

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )
-

Hal 19 dari 38

Pengukuran GPS selalu diikat dengan titik dari Badan Informasi Geospasial/BIG
untuk mengikatkan titik koordinat secara global, sehingga dapat dikorelasikan
dengan titik koordinat peta yang lain.

C. PENGUKURAN PATOK SHOT POINT (SP) DAN TRACE (TR)


Pengukuran lintasan seismik yang meliputi pengukuran SP dan TR dilakukan
dengan menggunakan peralatan total station. Posisi koordinat SP dan TR sangat
penting sekali diperhatikan, karena hal ini menyangkut dengan kualitas data yang
akan dihasilkan. Bagian Topografi melakukan pengeplotan/pematokan koordinatkoordinat SP dan TR teoritik yang telah didisain.
Kegiatan yang dilakukan adalah:
-

Pengukuran dilakukan dengan metode Stake out Coordinate, yaitu dengan


pemasangan patok SP dan TR sebagai representasi koordinat teoritik di
lapangan.
Melakukan perhitungan topografi dengan spesifikasi ketelitian dan ketentuan
sebagai bahwa datum vertikal menggunakan Titik Tinggi Geodesi (TTG),
Bakosurtanal, dan Ketinggian Trianggulasi.
Patok bambu SP dan TR mempunyai ketentuan :
a. Pemasangan patok tertancap kuat dan tampak di permukaan sepanjang
100 cm, lebar 5 cm.
b. Memberi warna sepanjang 30 cm dari ujung atas dan nomor patok dengan
cat yang mudah dikenal dan tidak mudah luntur.
c. Memasang pita berwarna yang berbeda antara patok SP dan patok TR.
d. Membuat patok atau penandaan khusus yang mudah terlihat untuk setiap
lintasan yang berpotongan dengan jalan raya
Sistem penamaan patok dengan ketentuan:
a. Survei 2D agar mencakup nama perusahaan, tahun survei, dan nomor
lintasan. Contoh: JG15XXXX, JG = nama perusahaan, 15 = tahun survei,
XXXX = nomor lintasan
b. Survei seismik 3D agar mencakup nama perusahaan, tipe lintasan (SL/RL),
tahun survei, nomor lintasan. Contoh: JGSL15XXXX, JG = nama perusahaan,
SL = Source Line, 15 = tahun survei, XXXX = nomor lintasan.
c. Penomoran patok titik tembak dan titik penerima dimulai dari selatan dan
barat, ditulis dengan cat berwarna yang berbeda antara patok SP dan TR.
Pengukuran offset/kompensasi SP atau TR dilakukan jika lokasi semula tidak
memungkinkan untuk dibor atau dipasang titik penerima disebabkan kendala
permukaan, seperti adanya bangunan. Offset dilakukan dengan ketentuan:
a. Simulasi agar dilakukan setiap ada perubahan/penambahan data baru hasil
pengukuran sebelum dilakukan pekerjaan tahap berikutnya dengan
mempergunakan perangkat lunak sesuai kebutuhan.
b. Pemasangan patok untuk titik offset, agar dilengkapi dengan petunjuk offset
yang jelas.
c. Pengukuran dan penggambaran sketsa kondisi lingkungan lintasan seismik

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )
-

Hal 20 dari 38

Apabila terjadi kesalahan pengukuran, kerusakan, dan kesalahan penomoran


patok pada saat:
a. Sebelum dilakukan kegiatan perekaman, maka direvisi dengan menggunakan
GPS dan total station (tergantung kondisi lapangan).
b. Setelah perekaman data, direvisi dengan revisi koordinat.
Pembuatan sketsa lintasan yang berisi informasi permukaan seperti tumbuhan,
perumahan atau instalasi lainnya sebagai data untuk tahapan kegiatan
selanjutnya.

D. PEMBUATAN RINTISAN,TANGGA-TANGGA, DAN TITIAN


Rintisan dibuat untuk mempermudah dan memperlancar operasional kegiatan survei
ketika menemukan lokasi yang tidak bisa dilewati seperti irigasi, parit, sungai atau
rawa, sehingga mengefektifkan waktu dan kerja kegiatan selanjutnya.
Kegiatan yang dilakukan adalah:
-

Membuat rintisan jalan dengan lebar kurang lebih 2 (dua) meter.


Penebangan obyek rintisan diupayakan selektif pada tanaman dan belukar yang
tidak mempunyai nilai ekonomis. Dalam hal rintisan pada tanaman ekonomis
yang tidak dapat dihindari seperti coklat, padi, karet, sagu, kelapa sawit, dan lainlain, maka dipertimbangkan nilai ganti rugi kepada masyarakat.

Tangga-tangga atau step dipergunakan apabila elevasi dipertimbangkan secara


K3LL tidak dapat dilintasi oleh crew dan peralatan sampai dengan tahapan kegiatan
survei terakhir. Tangga-tangga adalah sejenis tangga terbuat dari bambu/kayu atau
tangga tanah lengkap dengan pegangan tangan pada setiap lereng daerah survei
yang dilewati lintasan (lihat Gambar 4.1).

Gambar 4.1. Standard Minimal Tangga-Tangga

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 21 dari 38

SKETSA TITIAN
(BRIDGING)

Gambar 4.2. Standard Minimal Titian


Titian atau bridging adalah sejenis titian dari bambu/kayu yang dipasang pada setiap
daerah survei yang memiliki alur sempit, daerah rawa, tambak, daerah berair, dan
lain sebagainya yang tidak memenuhi persyaratan K3LL (lihat gambar 4.2).
Kegiatan yang dilakukan pada tangga-tangga dan titian adalah:
-

Melakukan estimasi kebutuhan jembatan.


Membuat kontruksi kayu dengan ketentuan:
a. Kayu yang digunakan adalah kayu yang telah mendapat status legal dari
instansi setempat.
b. Kuat menahan beban orang dan peralatan
c. Tahan hingga kegiatan survei selesai

E. PEMBUATAN PETA
Hasil akhir dari pekerjaan topografi adalah peta dan daftar koordinat lintasan survei
seismik. Peta dibuat setelah perhitungan koreksi dilakukan dengan skala 1 : 50.000
atau lebih detail.
2. TAHAP SHOT HOLE DRILLING/PEMBORAN LUBANG TEMBAK
Survei seismik darat di Indonesia pada umumnya menggunakan bahan peledak
sebagai sumber getar yang ditempatkan di dalam lubang. Kedalaman lubang
ditentukan oleh parameter tes atau uji percobaan yang dilakukan sebelumnya. Pada

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 22 dari 38

umumnya kedalaman lubang bervariasi antara 20-30 m dikarenakan kondisi lapisan


lapuk yang cukup tebal di Indonesia.
Pada survei seismik darat dan transisi, KKKS harus mendapatkan persetujuan dari
Divisi Eksplorasi SKK Migas terkait desain dan jadwal tes parameter sebelum
pelaksanaan kegiatan shot hole drilling.
Kegiatan yang dilakukan adalah:
-

Mobilisasi crew dan peralatan melalui lintasan atau akses terdekat yang telah
yang dipersiapkan pada kegiatan topography.
Mencari patok SP yang akan di bor, yaitu pada lokasi yang telah ditentukan atau
dipindah/offset dikarenakan adanya objek permukaan. Untuk pemindahan lokasi
titik tembak melebihi dua (2) kali jarak antar SP harus melalui simulasi perubahan
parameter.
Lokasi SP harus memperhatikan instalasi bawah tanah (pipa, infrastruktur, dll)
dan jarak aman.
Lokasi SP yang terletak di sungai/perairan dangkal atau rawa harus
memperhatikan K3LL.
Lakukan
perangkaian
mesin
pemboran.
Pemilihan
peralatan
bor
(flushing/rotary/compressor) disesuaikan dengan kondisi litologi.
Tempatkan mudpump pada lokasi yang aman dan jarak yang optimal serta
disambungkan dengan selang air menuju titik SP.
Pembuatan penampung lumpur/mud pit pemboran.
Menggunakan lumpur khusus atau zat kimia tertentu untuk kondisi litologi
khusus.

3. TAHAP PRELOADING/PENGISIAN BAHAN PELEDAK


Pengisian bahan peledak (preloading) dilakukan segera setelah pemboran selesai,
dengan tujuan untuk menghindari efek pendangkalan dan runtuhan di dalam lubang.
Pengisian sumber getar dilakukan oleh loader crew yang dipimpin oleh
seorang shooter yang memiliki surat izin yang masih berlaku dari Pusdiklat Migas
Cepu atau instansi lain.
Kegiatan yang dilakukan adalah:
-

Distribusi sumber getar dari gudang bahan peledak ke setiap lokasi lubang bor
dengan pengamanan sesuai prosedur yang berlaku.
Memeriksa kedalaman lubang bor.
Uji sumber getar sebanyak 3 (tiga) kali yaitu, setelah dirangkai, setelah
dimasukkan ke dalam lubang namun belum dilakukan penimbunan, dan setelah
dilakukan penimbunan.
Merangkai sumber getar.
Memasukkan sumber getar ke dalam lubang bor dengan rangkaian pelengkap
(speedy loader, loading point, anchor, ikatan masking tape, plastic ring, dan tali
rafia).

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )
-

Hal 23 dari 38

Ujung kabel detonator diikat ke plastik ring disimpan sesuai situasi dan kondisi
lingkungan untuk keamanan.
Jika proses pengisian mengalami hambatan kedalaman/stuck sehingga tidak
mencapai target minimum yang direkomendasikan di dalam parameter tes
maupun sumber getar rusak, maka dilakukan penggaraman atau sesuai prosedur
yang berlaku. Dan segera melakukan pemboran lubang pengganti.
Tutup lubang yang telah diiisi oleh sumber getar dan mud pit seperti kondisi
sebelum di bor.
Membuat laporan harian penggunaan sumber getar sesuai dengan format yang
berlaku.

Gambar 4.3. Desain Lubang Bor Handak

Di daerah dengan formasi batuan yang sulit ditembus seperti gravel, boulder,
konglomerat, breksi volkanik dan sebagainya sehingga menyebabkan kedalaman
lubang bor secara optimal sangat sulit dicapai, untuk menjaga kualitas perekaman
data serta efektivitas dan efisiensi maka KKKS agar melakukan lubang pattern
dangkal sebagai alternatif dengan tetap memperhatikan aspek K3LL.
4. TAHAP PEREKAMAN DATA
Setelah kegiatan preloading selesai dalam beberapa lintasan seismik 2D atau luas
area tertentu untuk area seismik 3D, kegiatan perekaman dapat dimulai dengan
mempertimbangkan bahwa kegiatan perekaman mempunyai jumlah SP yang cukup

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 24 dari 38

sehingga tidak terkejar oleh kegiatan sebelumnya. Hal ini penting guna menghindari
standby kegiatan operasi.
Kegiatan yang dilakukan adalah:
-

Pengecekan seluruh peralatan perekaman, baik kualitas dan kuantitas agar


sesuai dengan standar kelayakan untuk digunakan di dalam kegiatan
perekaman.
Khusus untuk alat penerima/geophone :
a. Ikat parameter sesuai dengan parameter survei.
b. Pemasangan receiver dalam posisi tegak dengan bantuan alat penekan.
c. Pada permukaan tanah/litologi yang keras, misalnya, batu gamping atau
kerikil keras menggunakan alat bor khusus atau yang sejenisnya sehingga
terpasang dengan baik dan stabil.
Pembuatan program perekaman dalam bentuk SPS file.
Melakukan pemasangan peralatan perekaman data di lapangan sesuai dengan
parameter survei.
Aktivasi sumber getar, dilakukan dengan:
a. Membuka lubang bor yang telah diisi sumber getar dan menyambungkan
kabel detonator dengan firing line dan blaster.
b. Melakukan uji sumber getar oleh shooter.
c. Meledakkan sumber getar.
Monitoring noise dengan cara field noise record yaitu merekam ambient noise
dengan rentang waktu tertentu yang dianggap mewakili secara umum kondisi
pada saat perekaman data.
Melakukan kegiatan untuk menekan tingkat noise serendah mungkin pada saat
perekaman.
Rotasi peralatan rekaman sesuai dengan sekuen program recording.
Data rekaman mengikuti ketentuan sebagai berikut :
a. Polaritas gelombang yang digunakan adalah Normal Polarity Society
Exploration Geophysics (SEG).
b. Format data rekaman dalam bentuk SEG-D.
c. Perekaman data dilakukan dua (2) kali, yaitu main dan back up.
d. Pengiriman media perekam dari recording center ke field processing center
dilakukan segera setelah kegiatan harian perekaman data selesai dan
terpisah antara main dan back up.
e. Proses perekaman dapat dihentikan jika ditemukan hal-hal yang secara teknis
akan mengurangi kualitas rekaman, misalnya, noise yang disebabkan oleh
aktivitas manusia, peralatan rekaman maupun oleh sebab lain.
f. Pengisian ulang/reload dilakukan apabila terdapat misfire. Beberapa istilah
misfire yaitu cap only/sumber getar tidak meledak namun detonator meledak,
dead cap/detonator mati dan sumber getar tidak meledak, weak shot/energi
lemah dibandingkan rekaman disekitarnya, line cut/kabel terputus saat
perekaman data sehingga panjang rekaman tidak sesuai parameter, parity
error/instrument problem, no CTB/no confirmation time break, reverse
polarity/polaritas terbalik, bad/No Up Hole/uphole jelek atau tidak ada (pada

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 25 dari 38

monitor record atau blaster), dead trace/trace mati, noise trace/terdapat noise
pada trace.
g. Pengisian ulang/reload juga dapat disebabkan oleh loss wire/kabel
detonator tidak ditemukan atau putus, loss hole/lubang sumber getar tidak
ditemukan.
h. Mencatat seluruh resume aktivitas kegiatan rekaman di dalam observer
report.
i. Ekstraksi SPS File (RPS, SPS, dan XPS).
Pada saat kegiatan perekaman dimulai maka kegiatan survei disebut memasuki
tahap basic party, tahapan sebelumnya disebut tahapan advanced party.
5. TAHAP PENGOLAHAN/PROCESSING DATA LAPANGAN
Pengolahan data di lapangan merupakan pekerjaan untuk kendali mutu terhadap
data (QC).
Kegiatan yang dilakukan adalah :
-

Evaluasi dan analisa observer report. Data yang harus diperhatikan diantaranya
koordinat SP dan TR, elevasi, nilai up hole time, kedalaman SP, jumlah SP,
jumlah dan konfigurasi TR setiap rekaman, dan keterangan lainnya.
Evaluasi dan analisa SPS File (RPS, SPS, dan XPS) yang dihasilkan oleh LABO.
Data yang harus diperhatikan diantaranya koordinat SP dan TR, elevasi, nilai up
hole time, kedalaman SP, jumlah SP, jumlah dan konfigurasi TR setiap rekaman,
dan dan keterangan lainnya.
Salin data dari media lapangan (tape, hard disk, dan lain-lain) ke media
pengolahan data.
Pengolahan data minimal meliputi re-format, geometry check, trace editing,
correction statics, amplitude recovery, deconvolution, velocity analysis, brute
stack. Beberapa survei hingga melakukan migrasi dan final stack.

6. TAHAP PENGAWASAN PEKERJAAN/QUALITY CONTROL (QC)


Beberapa tugas QC berdasarkan tahapan kegiatan:
-

Kegiatan Topography
a. Evaluasi akses dan hasil scouting.
b. Evaluasi kemajuan pekerjaan dan hasil pengukuran BM GPS dan jaringan
dengan mempertimbangkan toleransi kesalahan maksimal pengukuran.
c. Evaluasi kemajuan dan hasil pengukuran SP dan TR dengan
mempertimbangkan toleransi kesalahan maksimal pengukuran.
d. Rekomendasi offset pada patok SP dan TR yang dekat dengan objek
permukaan.
e. Evaluasi hasil pekerjaan rintisan, tangga-tangga, dan titian.
Kegiatan shot hole drilling

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 26 dari 38

a. Evaluasi kemajuan pekerjaan dan hasil kegiatan shot hole drilling.


b. Evaluasi pemindahan posisi SP berupa offset atau kompensasi terhadap jarak
aman terhadap objek permukaan.
c. Evaluasi reklamasi mudpit dan perhitungan kompensasi kerusakan tanaman
dan objek lain akibat kegiatan shot hole drilling.
d. Evaluasi Standard Operating Procedure/SOP kegiatan shot hole drilling
apabila secara statistik hasil perekaman data banyak ditemukan misfire.
e. Evaluasi usulan penggunaan pattern hole sebagai alternative lubang normal
apabila menemui liologi gravel atau boulder.
Kegiatan preloading
a. Evaluasi kemajuan pekerjaan dan hasil kegiatan preloading.
b. Evaluasi pemasangan sumber getar.
c. Evaluasi reklamasi lubang SP dan mud pit.
d. Membuat laporan harian penggunaan sumber getar sesuai dengan format
yang berlaku.
Kegiatan recording
a. Evaluasi ikat parameter receiver apabila menggunakan geophone.
b. Evaluasi pemasangan peralatan perekaman data di lapangan sesuai dengan
parameter survei.
c. Evaluasi kemajuan pekerjaan dan hasil kegiatan recording dengan
mempertimbangkan toleransi kehadiran noise pada data.
d. Evaluasi kegiatan menekan tingkat noise.
e. Evaluasi rotasi peralatan rekaman sesuai dengan sekuen program recording.
f. Evaluasi misfire, redrill, dan reload lubang SP untuk mendapatkan hasil
perekaman data yang optimal.
Kegiatan processing
a. Evaluasi kemajuan pekerjaan dan hasil kegiatan processing sesuai dengan
tahapan pekerjaan.
b. Rekomendasi perubahan parameter processing agar kualitas data meningkat.

IV.1.2.3

PASCA KEGIATAN SURVEI SEISMIK DARAT

Memenuhi tahapan kegiatan pada butir III.4.3 dengan tambahan kegiatan sebagai
berikut :
1.

Pembayaran dan ganti rugi, dengan tahapan :


PENDATAAN
Pendataan pemilik lahan dilakukan setelah kegiatan topografi, yang dituangkan
dalam berita acara dan diketahui oleh instansi terkait
Pendataan kerusakan yang diakibatkan sepanjang lintasan SP dan TR dilakukan
setelah pekerjaan recording.
Pendataan kerusakan pada titik lokasi SP dilakukan setelah pekerjaan shot hole
drilling.

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 27 dari 38

PEMBAYARAN

2.

Diupayakan setelah kegiatan recording selesai di setiap lintasan survei seismik 2D


dan area tertentu di lintasan survei seismik 3D.

IV.2. PANDUAN OPERASI SURVEI SEISMIK LAUT


Pelaksanaan survei seismik laut melibatkan beberapa bagian yang bekerja secara
dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Bagian-bagian yang terlibat
antara lain: Navigasi, Seismologist, Processing, Recording, dan Field Quality Control
(QC) dan bagian pendukung lainnya.

IV.2.1 PERSYARATAN SURVEI SEISMIK LAUT


Dokumen persyaratan sebelum survei seismik laut:
Tabel 4.2. Persyaratan Survei Seismik Laut
NO
MATERI
OTORITAS
1
WP&B & AFE program survei
Divisi Pengendalian Program dan
Anggaran SKK Migas
2
Pelaksana Kegiatan Survei
KKKS
(Kontraktor)
3
UKL/UPL & Izin Lingkungan
BLHD/Kementerian Lingkungan Hidup
Divisi Penunjang Operasi SKK Migas
Izin memasuki open area (jika
lintasan survei melewati open
area)
Izin memasuki wilayah KKKS
lain (jika lintasan survei
melewati wilayah KKKS lain)
Izin Prinsip Kegiatan Survei

Ditjen Migas
Divisi Eksplorasi SKK Migas

Izin memasuki instansi lain


(area latihan perang, ranjau,
dll)

Instansi terkait
Kelompok Kerja Formalitas/ Kelompok
Kerja Sekuriti/SKK Migas Perwakilan

Security clearance

IPKA (Izin Penggunaan Kapal


Asing)

Kementerian Pertahanan c.q Kelompok


Kerja Sekuriti SKK Migas
Dirjen Perhubungan Laut
Divisi Penunjang Operasi SKK Migas

10

Dinas
Kelautan
dan
Perikanan/Kementerian
Kelautan
dan
Perikanan

KKKS yang dilewati


Divisi Eksplorasi SKK Migas
PEMDA setempat
SKK Migas Perwakilan

Peraturan Daerah Setempat


Kelompok Kerja Formalitas/SKK Migas

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )
sesuai ketentuan
11

12

13
14

Hal 28 dari 38

Perwakilan

Sertifikasi personel (Sertifikat


HSE; medis, huet, sea
survival dan sertifikat keahlian
sesuai SKNI Migas)
Project
Plan/Project
Summary,
MoM
Teknis
Persetujuan
Survei,
dan
Scope of Work
Sosialisasi
kepada
Masyarakat

PEMDA setempat
SKK Migas Perwakilan

Izin pemakaian Helideck

Dirjen Perhubungan Udara


Divisi Penunjang Operasi SKK Migas

Pusdiklat Migas Cepu


Instansi Lain

Divisi Eksplorasi SKK Migas

IV.2.2 TAHAPAN OPERASI SURVEI SEISMIK LAUT


IV.2.2.1

PRA KEGIATAN SURVEI SEISMIK LAUT

Memenuhi tahapan kegiatan pada butir III.4.1 dengan tambahan kegiatan sebagai
berikut :
1. Berkoordinasi dengan instansi terkait yang berfungsi sebagai saksi di dalam
pendataan rumpon dan alat tangkap lainnya, seperti personil dari Dinas
Kelautan dan Perikanan (DKP).
2. Mengirimkan ARS kepada Kelompok Kerja Sekuriti SKK Migas untuk
penempatan Liason Officer dan atau Marine Officer pada kegiatan survei.
3. Sosialisasi kegiatan kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan
mengenai batas wilayah laut (UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah).
4. Sosialisasi kegiatan kepada instansi terkait dan komunitas nelayan. Sosialisasi
ini paling lambat dilakukan 3 (tiga) hari sebelum pelaksanaan survei di area
komunitas nelayan tersebut.
5. Melakukan survei bathymetry dan identifikasi alat tangkap ikan. Survei ini
menggunakan peralatan echo sounder untuk penentuan posisi dan pemetaan
daerah dangkal yang akurat. Untuk daerah dengan indikasi awal terdapat
shallow spot depth yang membahayakan kapal dan peralatan survei (gun dan
streamer) maka diperlukan survei detail sebelum pelaksanaan survei seismik
dengan menggunakan multi beam echosounder. Disamping multi beam
echosounder, penggunaan side-scan sonar sangat disarankan, khususnya
untuk daerah dengan kedalaman laut kurang dari 30 m.
6. Pemakaian side-scan sonar juga disarankan untuk kapal pengawal (chase
vessel) pada daerah yang diidentifikasikan banyak terdapat rumpon di bawah
permukaan laut.

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 29 dari 38

7. Pendataan detail informasi alat tangkap ikan yang ditemukan di area survei
selama kegiatan survei bathymetry seperti tipe alat tangkap nelayan/fishing
device (misalnya rumpon, jaring, julu-julu, dan sebagainya), pelabelan (tagging
system), posisi (Lintang dan Bujur), foto rumpon, waktu Identifikasi, kedalaman
air, kondisi alat tangkap nelayan (rumpon baru, rumpon lama, dan sebagainya).
8. Inspeksi kapal dan peralatan survei serta memastikan bahwa alat yang akan
digunakan sesuai dengan kebutuhan dan standar manufaktur, dengan tidak
terbatas pada :
a. Streamer
- Diutamakan solid atau gel karena lebih ramah lingkungan.
- Stabil dan mempunyai response yang sama terhadap perubahan
kecepatan kapal.
- Mampu digunakan pada towing speed 4,0 - 5,5 knots
- Jarak antar depth controller tidak melebihi spesifikasi yang telah
ditetapkan (300 meter).
- Adanya cadangan/spare selama proyek berlangsung (25 % dari total
panjang).
- Bad traces dan ambient streamer noise tidak melebihi standar spesifikasi.
- Jumlah depth transducer dan kompas harus sesuai dengan standar
spesifikasi.
- Batas toleransi rata-rata kesalahan kedalaman tidak lebih dari 1 (satu)
meter.
b. Gun
- Dapat menunjukkan adanya standard deviasi dari timing errors setiap gun.
Dalam setiap array gun harus dilengkapi dengan positioning system.
- Data logger harus tersedia untuk mengetahui performance electrical dan
mekanikal.
- Beberapa kesalahan gun yang menyebabkan data tidak dapat diterima
yaitu tidak adanya kesalahan sinkronisasi, misfire, tidak berfungsinya
source controller, drop out specification, kedalaman energy source tidak
dapat diverifikasi karena kerusakan pada depth readings sensor, tidak
dapat mencapai minimum air pressure yang telah ditetapkan, air leak,
source timing melebihi spesifikasi yang telah ditetapkan, crossfeed,
geometry energy source telah berubah dari yang telah ditetapkan,
inkonsistensi near field signature yang mengakibatkan distorsi pada
estimasi far field signature, separasi source sub-array tidak memenuhi
spesifikasi yang telah ditetapkan.
- Sinkronisai antara +/- 1.0 dan +/- 1.5 mili second wajib direkam.
- Puncak pressure kurang dari 90% dari total volume full array (disesuaikan
dengan spesifikasi drop out)
- Bubble ration kurang dari 90% dari total nilai full array (disesuaikan
dengan spesifikasi drop out)
9. Melakukan verifikasi datum/geodetic reference berupa datum horizontal dan
datum vertical (mean sea level/MSL).
10. Disarankan untuk menggunakan Marine Mamals Observer/MMO pada daerha
survei yang telah teridentifikasi terdapat mamalia di area survei.

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

IV.2.2.2.

Hal 30 dari 38

KEGIATAN SURVEI SEISMIK LAUT

Memenuhi tahapan kegiatan pada butir III.4.2 dengan tambahan kegiatan sebagai
berikut :
1. TAHAP NAVIGASI
Untuk keamanan data selama survei, kapal survei seismik diwajibkan menggunakan
minimum 2 independent DGPS system, yaitusistem utama dan sebagai sistem back
up. Data navigasi diantaranya seperti data lokasi SP dan kapal, peta cakupan survei,
peta dan data bathymetry. Data didalam format P1/90 atau format P2/94.
Tahapan kegiatan:
- Mendapatkan minimum empat (4) satelit GPS.
- Mencegah hilangnya data dari RDGPS dan koreksi diferensial DGPS lebih dari 20
second atau nilai yang telah ditentukan.
- Melakukan kegiatan processing data navigasi berupa :
a. Melakukan import dan edit header data (format data, konfigurasi file,
perubahan gun sequences, shot Numbers jumping, dan lain-lain).
b. Data Pre-processing (spike rejection gates dan noise suppression filters).
c. Networks adjustments pada survei seismik 3D
d. Data analysis (inline misclosure, rotasi streamer, separasi streamer, mean
vessel sources offset, mean vessel streamer head offset, seismik offset,
sources yang dipakai, network variance factor, degrees of freedomdan lainlain).
2. TAHAP RECORDING
Kegiatan yang dilakukan adalah:
- Segera setelah kapal berada dekat atau di area survei, kapal survei melakukan
uji/test terhadap streamer, source, dan semua alat perekaman data sesuai
dengan standard pengujian di industri seismik (buble test, first break/P1 offset
check, miss ties check antara seismik dan navigasi data, dan sebagainya untuk
memastikan bahwa semua alat berfungsi sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan.
- Hasil recording pada lintasan pertama, harus di QC sehingga dipastikan bahwa
semua set up dan konfigurasi telah sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan.
- Segera setelah selesai recording, dilakukan analisis, sehingga dapat dipastikan
penyebab dan lokasiapabila ditemui kualitas data yang tidak sesuai dengan
spesifikasi.
- Mengidentifikasi dan mengantisipasi faktor yang mempengaruhi kualitas data
seperti kondisi alam (swell/current noise), kondisi kapal (ship noise), kondisi
system/alat (bad channels, airleaks, gun failure dan lain-lain).
- Data rekaman mengikuti ketentuan sebagai berikut :

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 31 dari 38

a. Polaritas gelombang yang digunakan adalah Normal Polarity Society


Exploration Geophysics (SEG).
b. Format data rekaman dalam bentuk SEG-D.
c. Perekaman data dilakukan dua (2) kali, yaitu main dan backup.
d. Proses perekaman dapat dihentikan jika ditemukan hal-hal yang secara teknis
akan mengurangi kualitas rekaman, misalnya, noise yang disebabkan oleh
aktivitas nelayan, peralatan rekaman maupun oleh sebab lain.
Melakukan penamaan sesuai yang mencakup nama survei/AA, nomor
lintasan/XXXX, tipe lintasan survei/B (primary, infill, dan reshoot), nomor pass/Y,
dan sequence/SS. Penamaan tersebut seperti AAXXXXBYSS.
Melakukan labeling terhadap media penyimpanan data yang mencakup nama
survei, nomor sequence, nama KKKS, tanggal pengambilan data, nama lintasan
survei, file range, shot point range, dan status file (Misalnya NTBP/Not to be
processed).Penomoran pita/tape rekaman data seismik dan data navigasi (P190)
harus mengikuti sequence dari urutan lintasan yang disurvei.

3. TAHAP PENGAWASAN PEKERJAAN/QUALITY CONTROL (QC)


Beberapa tugas QC berdasarkan tahapan kegiatan :
a. Evaluasi kemajuan pekerjaan dan hasil kegiatan recording dengan
mempertimbangkan toleransi kehadiran noise pada data (seperti spike,
external noise, bad traces, dan lain-lain), inspeksi secara visual untuk data
near trace single channel.
b. Evaluasi peralatan navigasi dan standar deviasi toleransi hasil pengukuran,
akustik network (konfigurasi, statistic on node covariances, node shot points
intervals, observation residual, network variance factor, degrees of freedom,
dan lain-lain).
c. Evaluasi instrument perekaman data untuk mengidentifikasi adanya
kesalahan yang ditimbulkan oleh peralatan (seperti misfires, autofires,
extraction count errors, parity errors, streamer depths,dan lain-lain),
kemampuan peralatan untuk memenuhi parameter survei (seperti record
length, shot interval, dan lain-lain).
d. Evaluasi instrument sumber getar/gununtuk memonitor performance dan
spesifikasi gun seperti kedalaman, tekanan, volume, dan lain-lain.
e. Evaluasi instrument receiver/streamer untuk performance dan spesifikasi
streamer seperti kedalaman, panjang, dan lain-lain serta untuk mendeteksi,
jika terjadi spike, air leak, dan lain-lain.
f. Evaluasi kondisi kapal (kecepatan kapal, dan lain-lain) dan peralatan survei
penunjang.

IV.2.2.3

PASCA KEGIATAN SURVEI SEISMIK LAUT

Memenuhi tahapan kegiatan pada butir III.4.3 dengan tambahan kegiatan sebagai
berikut :
Pembayaran dan ganti rugi, dengan tahapan :

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 32 dari 38

1. PENDATAAN
-

Pendataan jumlah nelayan, pemilik kapal/perahu, dan volume aktivitas nelayan,


lokasi rumpon/keramba/jaring di lokasi survei. Pendataan ini disarankan
bersamaan dengan kegiatan UKL/UPL dan pada saat survei pendahuluan
(Scouting Survei.)
Alat tangkap yang menghalangi jalur lintasan survei seismik diidentifikasi dan
dipindahkan ke darat untuk proses verifikasi akhir dengan pemilik. Pendataan ini
dilaksanakan sebelum dan selama kegiatan survei seismik berlangsung.

2. PEMBAYARAN
Diupayakan setelah kegiatan recording selesai di setiap lintasan survei seismik 2D
dan area tertentu di lintasan survei seismik 3D.

IV.3 PANDUAN OPERASI SURVEI SEISMIK TRANSISI


Panduan Umum Pelaksanaan Operasi Seismik di zona transisi agar menyesuaikan
dengan kondisi area survei dengan asumsi yaitu zona darat mengikuti Panduan
Umum Pelaksanaan Operasi Seismik Darat dan zona laut mengikuti Panduan
Umum Pelaksanaan Operasi Seismik Laut.

IV.3.1 PERSYARATAN SURVEI SEISMIK TRANSISI


Dokumen persyaratan sebelum survei seismik transisi pada zona darat mengikuti
Panduan Umum Pelaksanaan Operasi Seismik Darat dan zona laut mengikuti
Panduan Umum Pelaksanaan Operasi Seismik Laut.

IV.3.2 TAHAPAN OPERASI SURVEI SEISMIK TRANSISI


IV.3.2.1

PRA KEGIATAN SURVEI SEISMIK TRANSISI

Memenuhi tahapan kegiatan zona darat mengikuti Panduan Umum Pelaksanaan


Operasi Seismik Darat dan zona laut mengikuti Panduan Umum Pelaksanaan
Operasi Seismik Laut dengan tambahan kegiatan yaitu :
-

Melakukan pengamatan pasang surut air laut.


menentukan zona batas penggunaan receiver dan sumber getar zona darat dan
zona transisi melalui scouting detail data pasang surut dan data bathymetry.

IV.3.2.2.

KEGIATAN SURVEI SEISMIK TRANSISI

Memenuhi tahapan kegiatan pada zona darat mengikuti Panduan Umum


Pelaksanaan Operasi Seismik Darat dan zona laut mengikuti Panduan Umum
Pelaksanaan Operasi Seismik Laut dengan tambahan kegiatan sebagai berikut :

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 33 dari 38

1. TAHAP NAVIGASI DAN TOPOGRAPHY


-

Pada lokasi posisi SP dan TR yang tidak dimungkinkan dipasang patok karena
faktor ketinggian air laut maksimum (pasang), maka diperlukan alternatif tanda
posisi SP berupa pita, pelampung, dan pemberat agar posisi pelampung tidak
bergeser.
Lokasi SP dan TR secara periodik dilakukan pengecekan agar posisi SP dan TR
masih dalam posisi batas toleransi. Jika telah bergeser maka, digeser pada
posisi seharusnya.
Apabila menggunakan Ocean Bottom Cable/OBC, maka pengecekan posisi
OBC dilakukan secara periodik. Jika telah bergeser maka, OBC digeser pada
posisi seharusnya. Kegiatan mengecek ini dinamakan pinging dikarenakan
menggunakan alat yang dinamakan pinger.

2. TAHAP SHOT HOLE DRILLING/PEMBORAN LUBANG TEMBAK


-

Pembagian zona untuk menentukan jenis sumber getar.


Pada zona darat, maka mengikuti ketentuan Panduan Umum Pelaksanaan
Operasi Seismik Darat, pada zona air dengan kedalaman hingga + 15 meter
maka menggunakan jack up rig atau katamaran untuk membuat lubang yang
akan diiisi oleh sumber getar, untuk kedalaman air > + 15 meter maka
digunakan air gun.
Menggunakan selubung pada lubang agar tidak tertutup oleh pasir.
Jika menggunakan dynamit sebagai sumber getar, maka ujung kabel sumber
getar diikat dengan pelampung dan patok sebagai penanda posisi.

3. TAHAP RECORDING
-

Pembagian zona untuk menentukan jenis receiver.


Pada zona darat, maka mengikuti ketentuan Panduan Umum Pelaksanaan
Operasi Seismik Darat, pada zona air dengan kedalaman hingga + 3 meter
maka menggunakan hydrophone, untuk kedalaman air > + 3 meter maka
menggunakan OBC, dan untuk kedalaman air > + 15 meter menggunakan
streamer.

4. TAHAP PENGOLAHAN/PROCESSING DATA LAPANGAN


-

Lakukan response matching dari data hasil rekaman zona darat dan zona air.

5. TAHAP PENGAWASAN PEKERJAAN/QUALITY CONTROL (QC)


-

Evaluasi data pembagian zona untuk pemilihan jenis peralatan untuk


mendapatkan posisi SP dan TR, memilih sumber getar, dan penentuan jenis
peralatan receiver.
Evaluasi data hasil penggabungan antara zona darat dan zona air.

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

IV.3.2.3

Hal 34 dari 38

PASCA KEGIATAN SURVEI SEISMIK TRANSISI

Memenuhi tahapan kegiatan pada zona darat mengikuti Panduan Umum


Pelaksanaan Operasi Seismik Darat dan zona laut mengikuti Panduan Umum
Pelaksanaan Operasi Seismik Laut.

IV.4. PANDUAN OPERASI SURVEI NONSEISMIK


IV.4.1 PERSYARATAN SURVEI NONSEISMIK
Dokumen persyaratan sebelum survei non-seismik :
Tabel 4.3. Persyaratan Survei Non-seismik
NO
MATERI
OTORITAS
1
WP&B & AFE program survei
Divisi Pengendalian Program dan
Anggaran SKK Migas
2
Pelaksana
Kegiatan
Survei
KKKS
(Kontraktor)
3
Izin memasuki open area (jika
Ditjen Migas
lintasan survei melewati open
Divisi Eksplorasi SKK Migas
area)
4
Izin memasuki wilayah KKKS
KKKS yang dilewati
lain
(jika
lintasan
survei
Divisi Eksplorasi SKK Migas
melewati wilayah KKKS lain)
5
Izin Prinsip Kegiatan Survei
PEMDA setempat
SKK Migas Perwakilan
Izin memasuki instansi lain (area
latihan perang, ranjau, dll)

Security clearance

IPKA (Izin Penggunaan Kapal


Asing)

Kementerian Pertahanan c.q


Kelompok Kerja Sekuriti SKK Migas
Dirjen Perhubungan Laut
Divisi Penunjang Operasi SKK
Migas

Sertifikasi personel (Sertifikat


HSE; medis, huet, sea survival
dan sertifikat keahlian sesuai
SKNI Migas)
Project Plan/Project Summary,
MoM Teknis Persetujuan Survei,
dan Scope of Work
Sosialisasi kepada Masyarakat

10

11

Instansi terkait
Kelompok Kerja Formalitas/
Kelompok Kerja Sekuriti/SKK
Migas Perwakilan

Ditjen Migas
Instansi Lain

Divisi Eksplorasi SKK Migas

PEMDA setempat

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 35 dari 38

SKK Migas Perwakilan

IV.4.2 TAHAPAN OPERASI SURVEI NONSEISMIK


Survei nonseismik dapat dibagi menjadi survei geologi lapangan, gravitasi,
geomagnet, geolistrik, pasif seismik, elektromagnetik, Geoteknikal dan Geofisikal
Site, dan survei geologi dan geofisika lainnya.

IV.4.2.1

PRA KEGIATAN SURVEI NONSEISMIK

Memenuhi tahapan kegiatan pada butir III.4.1.

IV.4.2.2

KEGIATAN SURVEI NONSEISMIK

Memenuhi tahapan kegiatan pada butir III.4.2. dengan tambahan kegiatan sebagai
berikut:
1.

Survei Geologi Lapangan

Identifikasi lokasi singkapan.


Pengambilan contoh singkapan dan deskripsi batuan (strike, dip, mineralogi,
dan lain-lain).
Overlaying antara peta dasar, peta tematik lainnya, peta geologi sebelumnya,
data sekunder & hasil reconnaissance, peta geomorfologi/aliran sungai, dan
tentukan perkiraan titik-titik pengamatan, delineasi daerah prioritas, dan
membuat perkiraan-perkiraan lokasi sampling, stop site, measured section
(MS), pemetaan metode kompas & langkah.

2. Survei Gravitasi
- Pengikatan dengan titik referensi sekunder dan titik ikat base survei
- Pengikatan (referensi) terhadap titik yang telah diketahui nilai gravitasinya
sebagai titik ikat gravitasi.
- Pengukuran titik ikat base survei (Base Station, yaitu merupakan titik di Base
Station dimana pengukuran harian dimulai dan diakhiri) sebagai koreksi
pengukuran harian. Base station ditempatkan pada kondisi permukaan tanah
yang stabil dan tidak mudah terpengaruh oleh kondisi lingkungan sekitar.
- Pengukuran dimulai dari base station dan kembali ke base station pada saat
pengukuran selesai (sore hari).
- Pengukuran lapangan meliputi bacaan gravimeter, elevasi, waktu pengukuran
dan sketch lokasi pengukuran.
- Melakukan pengolahan data dan interpretasi data.
- Overlaying antara peta dasar hasil pengukuran dan peta tematik lainnya.

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 36 dari 38

3. Survei Geomagnet
-

Sinkronisasi alat pengukuran harian dan pengukuran data lapangan. Personil


yang terlibat di dalam survei diminimalkan untukmembawa benda mengandung
logam.
Pengukuran variasi magnetik harian sebagai koreksi.
Pengukuran lapangan meliputi bacaan magnetometer, elevasi, waktu
pengukuran dan sketch lokasi pengukuran.
Hindari pengukuran pada daerah yang dekat dengan benda logam berukuran
besar seperti mobil, jembatan, dan lain-lain.
Melakukan pengolahan data dan interpretasi data.
Overlaying antara peta dasar hasil pengukuran dan peta tematik lainnya.

4. Survei Geolistrik
-

Pengukuran lapangan meliputi bacaan signal, elevasi, waktu pengukuran dan


sketch lokasi pengukuran.
Harus dipastikan lokasi sekitar elektroda tidak berada di dekat sumber air
(Danau, rawa, dan aliran air lainnya) sehingga mengurangi resiko sengatan
listrik.
Melakukan pengolahan data dan interpretasi data.
Overlaying antara peta dasar hasil pengukuran dan peta tematik lainnya.

5. Survei Pasif Seismik


-

Pengukuran lapangan meliputi bacaan signal, elevasi, waktu pengukuran dan


sketch lokasi pengukuran.
Hindari pengukuran pada daerah yang dekat dengan sumber noise seperti
pabrik, jalan, dan lain-lain), morfologi ekstrem (seperti curam dan terjal), dan lainlain.
Melakukan pengolahan data dan interpretasi data.
Overlaying antara peta dasar hasil pengukuran dan peta tematik lainnya.

6. Survei Elektromagnetik
-

Sinkronisasi alat pengukuran harian (bila dipergunakan remote/base) dan


pengukuran data lapangan.
Pengukuran lapangan meliputi bacaan signal, elevasi, waktu pengukuran dan
sketch lokasi pengukuran.
Hindari pengukuran pada daerah yang dekat dengan benda logam berukuran
besar (seperti mobil, jembatan, dan lain-lain), morfologi ekstrem (seperti curam
dan terjal), dan lain-lain.
Melakukan pengolahan data dan interpretasi data.
Overlaying antara peta dasar hasil pengukuran dan peta tematik lainnya.

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 37 dari 38

7. Survei Geoteknikal dan Geofisikal


-

Secara umum lintasan dan titik survei mengacu pada persetujuan program
Utama seperti penentuan lokasi titik pemboran, jalur pipa, dan lain-lain.
Pengukuran lapangan meliputi bacaan signal baik dari alat single beam
echosounder, multi beam echosounder, magnetometer, side scan sonar, dan
lainnya.
Melakukan pengolahan data dan interpretasi data.
Overlaying antara peta dasar hasil pengukuran dan peta tematik lainnya.

8. Survei Lainnya
Survei lain didiskusikan dengan Divisi Survei dan Pemboran SKK Migas.

IV.4.2.3

PASCA KEGIATAN SURVEI NONSEISMIK

Memenuhi tahapan kegiatan pada butir III.4.3.

PANDUAN UMUM PELAKSANAAN OPERASI


SURVEI
( PUPOS )

Hal 38 dari 38

BAB V
PENUTUP
Panduan Umum Pelaksanaan Operasi Seismik (PUPOS) di lingkungan Kegiatan
Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi ini mulai berlaku pada tanggal ditandatangani,
dan dapat ditinjau kembali untuk disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan
serta apabila ada hal-hal yang belum cukup diatur dalam panduan ini akan
ditetapkan kemudian.
Dalam pelaksanaan kegiatan survei tidak mengikuti kaidah umum tersebut serta
tidak mengikuti ketentuan Undang-undang Negara Republik Indonesia,
Pemerintah Indonesia, dan turunannya serta tidak mengikuti ketentuan teknik
industri hulu migas (good engineering practices) maka akan dapat berpotensi
tidak dapat dibebankan ke dalam biaya operasional yang telah dikeluarkan.

Вам также может понравиться