Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PANDUAN UMUM
TENTANG
Hal 1 dari 38
DAFTAR ISI
DEFINISI
....................................................................................................................... 3
BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................................... 6
I.1
I.1
I.3
I.4
BAB II
II.1
II.2
BAB III
III.1
III.2
III.3
KETEKNIKAN ........................................................................................... 10
III.4
III.4.1
III.4.2
III.4.3
III.5
III.5.1
III.5.2
III.5.3
III.5.4
III.5.5
BAB IV
IV.1.
IV.1.1
IV.1.2
IV.1.2.1
IV.1.2.2.
IV.1.2.3
Hal 2 dari 38
IV.2.
IV.2.1
IV.2.2
IV.2.2.1
IV.2.2.2.
IV.2.2.3
IV.3
IV.3.1
IV.3.2
IV.3.2.1
IV.3.2.2.
IV.3.2.3
IV.4.
IV.4.1
IV.4.2
IV.4.2.1
IV.4.2.2
IV.4.2.3
BAB V
PENUTUP ................................................................................................... 38
Hal 3 dari 38
DEFINISI
Survei adalah kegiatan lapangan yang meliputi pengumpulan, analisis, dan
penyajian data yang berhubungan dengan informasi kondisi geologi untuk
memperkirakan letak dan potensi sumber daya minyak dan gas bumi.
Seismik adalah kegiatan survei yang memanfaatkan sifat perambatan dan pantulan
gelombang elastik.
Seismik adalah kegiatan survei yang memanfaatkan sifat perambatan dan pantulan
gelombang elastik.
Survei seismik 2D adalah survei seismik yang sumber getar/shot point dan
penerima/receiver dalam satu garis lintasan survei.
Survei seismik 3D adalah survei seismik yang sumber getar/shot point dan
penerima/receiver dalam garis lintasan survei yang berbeda (orthogonal dan lainlain).
Survei non-seismik adalah survei geologi dan geofisika selain survei seismik.
Survei geologi lapangan adalah survei non-seismik yang mengidentifikasi dan
pemetaan objek dan informasi geologi di lapangan.
Survei gravitasi adalah survei non-seismik yang mengidentifikasi anomali gaya
berat.
Survei geomagnet adalah survei non-seismik yang mengidentifikasi anomali medan
magnet.
Survei geolistrik adalah survei non-seismik yang mengidentifikasi anomali medan
elektrik.
Survei pasif seismik adalah survei non-seismik yang mengidentifikasi anomali mikro
seismik.
Survei elektromagnetik adalah survei non-seismik yang mengidentifikasi anomali
gelombang elektromagnetik.
Survei Geotechnical Site adalah survei non-seismik yang mengidentifikasi kekuatan
daya dukung lapisan tanah hingga kedalaman tertentu untuk keperluan pekerjaan
selanjutnya.
Survei Geophysical Site adalah survei non-seismik yang mengidentifikasi bawah
permukaan laut, permukaan dasar laut, dan bawah permukaan dasar laut untuk
mengidentifikasi hazard/bahaya untuk keperluan pekerjaan selanjutnya.
Hal 4 dari 38
Survei lainnya adalah survei kebumian untuk peningkatan cadangan minyak dan gas
yang belum tercantum di dalam definisi tersebut diatas.
Sumber getar adalah alat yang berfungsi untuk menimbulkan gelombang. Survei
seismik darat menggunakan dynamit, vibroseis, airgun, dan lain-lain. Sedangkan
survei seismik laut dan transisi menggunakan airgun.
Shot point adalah posisi atau lokasi sumber getar/energi/source.
Trace/Penerima sumber getar adalah alat yang berfungsi untuk merekam
gelombang yang dipantulkan oleh objek geologi bawah permukaan, Untuk survei
seismik darat menggunakan geophone sedangkan untuk survei seismik laut dan
transisi menggunakan hydrophone.
Receiver adalah posisi atau lokasi sumber getar.
Topografi adalah salah satu tahapan pekerjaan survei seismik darat dan transisi
(area darat) untuk mempersiapkan lintasan survei seismik dengan menempatkan
koordinat shot point dan receiver di lapangan.
Pemboran dangkal/shot hole drilling adalah salah satu tahapan pekerjaan survei
seismik darat dan transisi (area darat) untuk membuat lubang yang akan diisi oleh
sumber getar (source).
Preloading/Pengisian bahan peledak adalah salah satu tahapan pekerjaan survei
seismik darat dan transisi (area darat) untuk memasukkan sumber getar yang telah
dirangkai dengan detonator ke dalam lubang dan menutup kembali lubang.
Field processing adalah salah satu tahapan pekerjaan survei untuk melakukan
analisa awal data yang diperoleh dari kegiatan perekaman sebagai quality
assurance data seismik yang dihasilkan.
Trace interval adalah Jarak antara tiap trace.
Point interval adalah jarak antara satu SP dengan SP yang lainnya.
Far Offset adalah jarak antara sumber seismik dengan trace terjauh.
Near Offset adalah jarak antara sumber seismik dengan trace terdekat.
Record length adalah lamanya merekam gelombang seismik.
Fold coverage adalah jumlah atau seringnya suatu titik di bawah permukaan
terekam oleh geophone di permukaan.
Datum geodetic atau sistem geodetic adalah sistem koordinat dan menjadi acuan
refrensi untuk suatu objek dimuka bumi.
Hal 5 dari 38
Misfire adalah data seismik yang terekam tidak memenuhi kriteria minimum dapat
disebabkan oleh gangguan alat perekam, kualitas sumber getar, dan kesalahan
prosedur.
Hal 6 dari 38
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
LATAR BELAKANG
Dalam usaha eksplorasi minyak dan gas bumi, kegiatan operasi survei adalah salah
satu jenis kegiatan utama yang memerlukan perencanaan yang matang, koordinasi,
pengawasan yang baik, efektif, dan efisien.
SKK Migas memandang perlu untuk menerbitkan panduan umum tidak hanya untuk
operasi seismik namun juga untuk kegiatan operasi survei nonseismik sehingga
PUPOS menjadi Panduan Umum Pelaksanaan Operasi Survei.
Keberadaan PUPOS diharapkan dapat mewujudkan pelaksanaan operasi survei
yang selalu berpanduan kepada Good Engineering Practices dan mengikuti
ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Petunjuk Panduan Umum Pelaksanaan Operasi Survei (PUPOS) diperlukan,
karena:
a.
b.
c.
d.
Pendahuluan.
Dasar Hukum Panduan Operasi.
Ketentuan Umum Operasi Survei.
Panduan Operasi.
Penutup.
I.1
A.
MAKSUD
B.
Hal 7 dari 38
TUJUAN
Agar kegiatan operasional survei dapat berjalan lancar, tepat waktu, efektif dan
efisien, mendapatkan kualitas data terbaik, memenuhi kaidah K3LL (Kesehatan &
Keselamatan Kerja serta Lindungan Lingkungan), dapat diaudit (auditable), terukur
(accountable), dan diterima (acceptable).
I.3
RUANG LINGKUP
Panduan ini meliputi prosedur persiapan, pelaksanaan, dan pasca kegiatan operasi
survei di darat, laut, dan transisi dari setiap unit kerja yang terdiri dari:
1. Pengawasan dan pengendalian manajemen operasi Kontraktor Kontrak Kerja
Sama (KKKS) pada kegiatan survei secara efektif dan efisien.
2. Pengawasan terhadap penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA) dan
pendayagunaan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berkaitan dengan kegiatan
operasi survei.
3. Koordinasi, pemeriksaan, dan rekomendasi teknis terhadap peralatan, personil,
dan kegiatan operasional survei.
4. Pekerjaan teknis yang lebih rinci tetap mengacu pada Standard Operating
Procedure (SOP) dari masing-masing KKKS yang berpanduan kepada Good
Engineering Practices.
I.4
KEBIJAKAN K2LL
Hal 8 dari 38
BAB II
DASAR DAN REFERENSI HUKUM PANDUAN OPERASI SURVEI
II.1
DASAR HUKUM
II.2
1.
2.
3.
4.
5.
REFERENSI HUKUM
Hal 9 dari 38
15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.
16. Keputusan menteri pertahanan RI No. Kep/09/M/VI/2003 tanggal 30 Juni 2003
mengenai Pengamanan Survei dan pemetaan wilayah nasional.
17. Petunjuk pelaksanaan menteri pertahanan No. JUKLAK/01/VI/2004 tanggal 30
Juni 2004 tentang pengamanan Survei dan pemetaan wilayah nasional.
18. Perkap Kapolri No.2 tahun 2008 tanggal 29 April 2008 tentang pengawasan,
pengendalian dan pengamanan bahan peledak komersial.
19. MoU Kapolri dan Kepala SKK MIGAS tentang obvitnas dan handak.
20. Surat Keputusan Bersama Panglima Angkatan Laut dan Dirjen Migas No
5401.40 371/DD/MIGAS/1967 tanggal 19 Nopember 1967 tentang
pengangkatan perwira laut sebagai perwira pengawas dan perwira koordinator
serta tugas-tugasnya.
21. SNI 13-6912-2002 tentang Operasi Seismik yang aman di Indonesia
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
22. SNI 13-6911-2002 tentang Penanganan Bahan Peledak yang aman di Indonesia
23. PTK yang berlaku pada internal SKK Migas.
24. Surat Kadiv. Eksternal No. 7832/BPD4000/2004-SO tanggal 2 Desember 2004
tentang pelimpahan pengurusan formalitas izin bahan peledak ke Perwakilan
SKK MIGAS.
25. Surat Keputusan Direktorat Teknik Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Kementerian
Pertambangan
dan
Energi
Republik
Indonesia
No.
3754/DMT/Migas/1984 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja pada instalasi
pemboran, tangki terapung, barge dan sejenisnya.
Hal 10 dari 38
BAB III
KETENTUAN UMUM OPERASI SURVEI
Ketentuan umum operasi survei mencakup dasar ketentuan yang harus dipenuhi
oleh KKKS guna tercapainya obyektif/tujuan operasi survei yang dilaksanakan.
III.1
III.2
KONTRAKTOR PELAKSANA
III.3
KETEKNIKAN
III.4
III.4.1
Hal 11 dari 38
OPERASI SURVEI
PRA KEGIATAN SURVEI
Tahapan kegiatan:
1. Berkewajiban melakukan survei pendahuluan sebelum operasi dilakukan,
meliputi aspek sosio-ekonomi, hazard, security, litologi, morfologi, cuaca,
batimetri, arus laut, lalu lintas jalur pelayaran, dan sebagainya. Tujuan survei
pendahuluan ini untuk melakukan pemetaan potensi hambatan dan upaya
penanggulangannya serta memastikan pelaksanaan survei sesuai dengan
rencana dan kondisi realitas di lapangan sehingga resiko kegagalan operasi
dapat diperkecil.
2. Apabila area survei memasuki kawasan hutan, maka segera melakukan
pengurusan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan/IPPKH.
3. Koordinasi dengan Bagian Humas SKK Migas/Perwakilan SKK Migas yang tidak
terbatas pada perizinan, strategi kehumasan, sosialisasi, dan kegiatan lain yang
terkait dengan rencana pelaksanaan kegiatan survei.
4. Sosialisasi rencana pelaksanaan survei kepada pemerintah daerah, instansi
terkait, dan masyarakat. Sosialisasi pada masyarakat melibatkan instansi terkait
dan perwakilan tokoh masyarakat. Materi sosialisasi berupa informasi dan
penjelasan program kerja, rencana waktu pelaksanaan survei, pengenalan
teknis mengenai operasi survei, memberikan informasi mengenai manfaat dari
survei seismik yang telah dilakukan, dan mekanisme pelaporan jika ada
gangguan dari pihak masyarakat mengenai operasi seismik yang dilakukan dan
contoh perhitungan kompensasi berdasarkan aturan yang berlaku.
5. Untuk daerah survei yang berpotensi mempunyai gangguan kemanan yang
cukup tinggi, KKKS berkoordinasi dengan Kelompok Kerja Sekuriti SKK Migas
dan Kelompok Kerja Formalitas SKK Migas untuk penempatan tenaga
pengamanan tambahan dari Kepolisian maupun TNI.
6. Dua (2) minggu sebelum melakukan kegiatan survei, KKKS menyampaikan:
a. Surat pemberitahuan mulai survei kepada Divisi Survei dan Pemboran SKK
Migas dengan tembusan kepada Divisi Eksplorasi SKK Migas beserta
dokumen persyaratan sesuai dengan jenis kegiatan surveinya. Lampiran
dokumen persyaratan pelaksanaan survei dalam bentuk soft file.
b. Asisstance Requisition Sheet/ARS pemeriksaan kesiapan operasional
(peralatan survei, kapal survei dan peralatan pendukung lainnya) kepada
Divisi Penunjang Operasi SKK Migas dengan tembusan kepada Divisi
Survei dan Pemboran SKK Migas.
7. Persiapan teknis operasional kegiatan survei, antara lain:
a. Membentuk project management team untuk melakukan kegiatan survei.
b. Mengeluarkan Surat Perintah Kerja kepada pelaksana kegiatan survei.
c. Inspeksi peralatan dan memastikan bahwa alat yang akan digunakan sesuai
dengan kebutuhan.
8. Memastikan seluruh perizinan yang dibutuhkan telah dipenuhi dan dokumen
yang dikirim ke SKK Migas dalam rangka pemberitahuan mulai survei telah
lengkap sesuai dengan persyaratan sesuai dengan jenis survei.
Hal 12 dari 38
9. Verifikasi aturan kompensasi atas kegiatan survei yang akan digunakan sebagai
acuan di dalam sosialisasi dan kegiatan kompensasi. Jika belum ada, segera
berkoordinasi dengan Humas SKK Migas/Perwakilan SKK Migas.
10. Bab 4 akan membahas tahapan selanjutnya sesuai dengan jenis survei.
III.4.2
KEGIATAN SURVEI
Tahapan kegiatan:
1. Melakukan koordinasi dengan pelaksana kegiatan survei (Kick of Meeting) untuk
mengimplementasikan kontrak yang telah disepakati bersama, meliputi antara
lain jadwal kegiatan, spesifikasi peralatan, tenaga kerja, K3LL, dan lain-lain.
2. Berkewajiban melakukan pengawasan kemajuan hasil survei, kualitas data, dan
K3LL, kendala, Non Productive Time/NPT. Data tersebut dilaporkan secara
harian kepada Divisi Survei dan Pemboran SKK Migas dengan tembusan
kepada Divisi Eksplorasi SKK Migas/Divisi Eksploitasi SKK Migas.
3. Melakukan evaluasi seluruh hasil pekerjaan dibandingkan dengan program
survei sesuai dengan tahapan pekerjaannya dengan mempertimbangkan aspek
K3LL. Rekomendasi hasil pengawasan QC dilaporkan secara harian dan
berjenjang dari QC kepada QC Representative, dan dari QC Representative
kepada manager proyek.
4. Perubahan disain parameter, lintasan, luas area, dan lokasiselama operasi
berlangsung harus disampaikan ke Divisi Eksplorasi SKK Migas/Divisi
Eksploitasi SKK Migas untuk mendapatkan persetujuan dan ditembuskan ke
Divisi Survei dan Pemboran SKK Migas.
5. Untuk mengurangi terjadinya permasalahan sosial, sebelum pelaksanaan survei
KKKS agar memperhatikan kondisi sosial dan budaya masyarakat disekitar area
kegiatan survei, melakukan sosialisasi, melakukan koordinasi dengan seluruh
stakeholder.
6. Melakukan pendataan untuk kegiatan kompensasi akibat kegiatan survei.
7. Melakukan penyimpanan data dengan memenuhi kriteria kelembaban, dan
temperatur ruangan penyimpan disesuaikan dengan spesifikasi media
penyimpanan data, aman dari kriminalitas, dan data main dan back up disimpan
di tempat yang terpisah.
8. Pengiriman data rekaman dari lapangan ke processing center atau kantor pusat
dilakukan secara terpisah dan bertahap antara data main dan back up, diantar
oleh petugas khusus yang mendapat otorisasi dari QC Representative dan Party
Chief, serta tidak boleh menggunakan jasa pengiriman umum. (penggunaan
jasa pengiriman umum diperkenankan apabila ada kontrak atau perjanjian
khusus dengan KKKS atau kontraktor survei seismik).
9. Bab-4 akan membahas tahapan selanjutnya sesuai dengan jenis surveinya.
Hal 13 dari 38
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
III.5
Project Management Team pelaksanaan kegiatan operasi survei minimal terdiri dari
Manajer
Proyek,
Quality
Control
Representative
(QC)/Company
Representative/Field Supervisor, Quality Control, dan dibantu oleh Pengawas dari
Kontraktor Pelaksana (Party Chief atau Team Leader).
Hal 14 dari 38
Hal 15 dari 38
Hal 16 dari 38
BAB IV
PANDUAN OPERASI
Ditjen Migas
Divisi Eksplorasi SKK Migas
KKKS yang dilewati
Divisi Eksplorasi SKK Migas
PEMDA setempat
SKK Migas Perwakilan
Instansi terkait
Kelompok Kerja Formalitas/Kelompok
Kerja Sekuriti/SKK Migas Perwakilan
Security Clearance
Kementerian Pertahanan
Kelompok Kerja Sekuriti SKK Migas
Izin Kehutanan
Kementerian Kehutanan
Kelompok Kerja Formalitas SKK Migas
10
POLRI
11
12
13
Hal 17 dari 38
PEMDA setempat
SKK Migas Perwakilan
Memenuhi tahapan kegiatan pada butir III.4.1 dengan tambahan kegiatan sebagai
berikut :
1. Berkoordinasi dengan instansi terkait yang berfungsi sebagai saksi di dalam
pendataan tanaman produktif, seperti personil dari Dinas Kehutanan dan Dinas
Pertanian.
2. Mengirimkan ARS kepada Kelompok Kerja Sekuriti SKK Migas untuk
penempatan Security/Liason Officer pada kegiatan survei.
3. Sosialisasi kepada masyarakat terdampak paling lambat dilakukan 3 (tiga) hari
sebelum pelaksanaan survei di lahan tersebut.
4. Inspeksi peralatan survei serta memastikan bahwa alat yang akan digunakan
sesuai dengan kebutuhan dan standar manufaktur (Apabila tidak
memungkinkan sebelum kick of meeting, maka dilakukan paling lambat sebelum
parameter tes).
IV.1.2.2.
Memenuhi tahapan kegiatan pada butir III.4.2 dengan tambahan kegiatan sebagai
berikut :
Hal 18 dari 38
1. TAHAP TOPOGRAPHY
Kegiatan Topografi meliputi kegiatan survei lokasi untuk akses jalan dan obyek lain,
pengukuran Titik Kontrol (Bench Mark), pengukuran dan penempatan patok sumber
getar/shot point (SP) dan penerima/trace (TR), pembuatan rintisan (clearing),
tangga-tangga (steps) dan titian (bridging), serta pembuatan peta.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap topography, sebagai berikut:
A. SURVEI LOKASI UNTUK AKSES JALAN DAN LAIN-LAIN
Untuk memperlancar kegiatan, informasi mengenai kondisi lapangan area survei
seismik sangat diperlukan. Informasi jalan diperlukan untuk mobilisasi crew dan
peralatan menuju lokasi kerja. Kegiatan ini juga mendetailkan informasi yang telah di
dapat pada saat survei pendahuluan/scouting.
B. PENGUKURAN TITIK KONTROL (BENCH MARK)
Pembuatan titik kontrol dilakukan dengan mendistribusikan Bench Mark GPS (BM
GPS) pada seluruh area. BM GPS dipasang pada area survei sesuai dengan
distribusi maksimum tiap 5 km atau pada ujung lintasan survei. Titik BM yang telah
diketahui digunakan untuk menentukan koordinat-koordinat lain yang belum
diketahui, misalnya koordinat shot point atau koordinat receiver.
Kegiatan yang dilakukan adalah:
-
Hal 19 dari 38
Pengukuran GPS selalu diikat dengan titik dari Badan Informasi Geospasial/BIG
untuk mengikatkan titik koordinat secara global, sehingga dapat dikorelasikan
dengan titik koordinat peta yang lain.
Hal 20 dari 38
Hal 21 dari 38
SKETSA TITIAN
(BRIDGING)
E. PEMBUATAN PETA
Hasil akhir dari pekerjaan topografi adalah peta dan daftar koordinat lintasan survei
seismik. Peta dibuat setelah perhitungan koreksi dilakukan dengan skala 1 : 50.000
atau lebih detail.
2. TAHAP SHOT HOLE DRILLING/PEMBORAN LUBANG TEMBAK
Survei seismik darat di Indonesia pada umumnya menggunakan bahan peledak
sebagai sumber getar yang ditempatkan di dalam lubang. Kedalaman lubang
ditentukan oleh parameter tes atau uji percobaan yang dilakukan sebelumnya. Pada
Hal 22 dari 38
Mobilisasi crew dan peralatan melalui lintasan atau akses terdekat yang telah
yang dipersiapkan pada kegiatan topography.
Mencari patok SP yang akan di bor, yaitu pada lokasi yang telah ditentukan atau
dipindah/offset dikarenakan adanya objek permukaan. Untuk pemindahan lokasi
titik tembak melebihi dua (2) kali jarak antar SP harus melalui simulasi perubahan
parameter.
Lokasi SP harus memperhatikan instalasi bawah tanah (pipa, infrastruktur, dll)
dan jarak aman.
Lokasi SP yang terletak di sungai/perairan dangkal atau rawa harus
memperhatikan K3LL.
Lakukan
perangkaian
mesin
pemboran.
Pemilihan
peralatan
bor
(flushing/rotary/compressor) disesuaikan dengan kondisi litologi.
Tempatkan mudpump pada lokasi yang aman dan jarak yang optimal serta
disambungkan dengan selang air menuju titik SP.
Pembuatan penampung lumpur/mud pit pemboran.
Menggunakan lumpur khusus atau zat kimia tertentu untuk kondisi litologi
khusus.
Distribusi sumber getar dari gudang bahan peledak ke setiap lokasi lubang bor
dengan pengamanan sesuai prosedur yang berlaku.
Memeriksa kedalaman lubang bor.
Uji sumber getar sebanyak 3 (tiga) kali yaitu, setelah dirangkai, setelah
dimasukkan ke dalam lubang namun belum dilakukan penimbunan, dan setelah
dilakukan penimbunan.
Merangkai sumber getar.
Memasukkan sumber getar ke dalam lubang bor dengan rangkaian pelengkap
(speedy loader, loading point, anchor, ikatan masking tape, plastic ring, dan tali
rafia).
Hal 23 dari 38
Ujung kabel detonator diikat ke plastik ring disimpan sesuai situasi dan kondisi
lingkungan untuk keamanan.
Jika proses pengisian mengalami hambatan kedalaman/stuck sehingga tidak
mencapai target minimum yang direkomendasikan di dalam parameter tes
maupun sumber getar rusak, maka dilakukan penggaraman atau sesuai prosedur
yang berlaku. Dan segera melakukan pemboran lubang pengganti.
Tutup lubang yang telah diiisi oleh sumber getar dan mud pit seperti kondisi
sebelum di bor.
Membuat laporan harian penggunaan sumber getar sesuai dengan format yang
berlaku.
Di daerah dengan formasi batuan yang sulit ditembus seperti gravel, boulder,
konglomerat, breksi volkanik dan sebagainya sehingga menyebabkan kedalaman
lubang bor secara optimal sangat sulit dicapai, untuk menjaga kualitas perekaman
data serta efektivitas dan efisiensi maka KKKS agar melakukan lubang pattern
dangkal sebagai alternatif dengan tetap memperhatikan aspek K3LL.
4. TAHAP PEREKAMAN DATA
Setelah kegiatan preloading selesai dalam beberapa lintasan seismik 2D atau luas
area tertentu untuk area seismik 3D, kegiatan perekaman dapat dimulai dengan
mempertimbangkan bahwa kegiatan perekaman mempunyai jumlah SP yang cukup
Hal 24 dari 38
sehingga tidak terkejar oleh kegiatan sebelumnya. Hal ini penting guna menghindari
standby kegiatan operasi.
Kegiatan yang dilakukan adalah:
-
Hal 25 dari 38
monitor record atau blaster), dead trace/trace mati, noise trace/terdapat noise
pada trace.
g. Pengisian ulang/reload juga dapat disebabkan oleh loss wire/kabel
detonator tidak ditemukan atau putus, loss hole/lubang sumber getar tidak
ditemukan.
h. Mencatat seluruh resume aktivitas kegiatan rekaman di dalam observer
report.
i. Ekstraksi SPS File (RPS, SPS, dan XPS).
Pada saat kegiatan perekaman dimulai maka kegiatan survei disebut memasuki
tahap basic party, tahapan sebelumnya disebut tahapan advanced party.
5. TAHAP PENGOLAHAN/PROCESSING DATA LAPANGAN
Pengolahan data di lapangan merupakan pekerjaan untuk kendali mutu terhadap
data (QC).
Kegiatan yang dilakukan adalah :
-
Evaluasi dan analisa observer report. Data yang harus diperhatikan diantaranya
koordinat SP dan TR, elevasi, nilai up hole time, kedalaman SP, jumlah SP,
jumlah dan konfigurasi TR setiap rekaman, dan keterangan lainnya.
Evaluasi dan analisa SPS File (RPS, SPS, dan XPS) yang dihasilkan oleh LABO.
Data yang harus diperhatikan diantaranya koordinat SP dan TR, elevasi, nilai up
hole time, kedalaman SP, jumlah SP, jumlah dan konfigurasi TR setiap rekaman,
dan dan keterangan lainnya.
Salin data dari media lapangan (tape, hard disk, dan lain-lain) ke media
pengolahan data.
Pengolahan data minimal meliputi re-format, geometry check, trace editing,
correction statics, amplitude recovery, deconvolution, velocity analysis, brute
stack. Beberapa survei hingga melakukan migrasi dan final stack.
Kegiatan Topography
a. Evaluasi akses dan hasil scouting.
b. Evaluasi kemajuan pekerjaan dan hasil pengukuran BM GPS dan jaringan
dengan mempertimbangkan toleransi kesalahan maksimal pengukuran.
c. Evaluasi kemajuan dan hasil pengukuran SP dan TR dengan
mempertimbangkan toleransi kesalahan maksimal pengukuran.
d. Rekomendasi offset pada patok SP dan TR yang dekat dengan objek
permukaan.
e. Evaluasi hasil pekerjaan rintisan, tangga-tangga, dan titian.
Kegiatan shot hole drilling
Hal 26 dari 38
IV.1.2.3
Memenuhi tahapan kegiatan pada butir III.4.3 dengan tambahan kegiatan sebagai
berikut :
1.
Hal 27 dari 38
PEMBAYARAN
2.
Ditjen Migas
Divisi Eksplorasi SKK Migas
Instansi terkait
Kelompok Kerja Formalitas/ Kelompok
Kerja Sekuriti/SKK Migas Perwakilan
Security clearance
10
Dinas
Kelautan
dan
Perikanan/Kementerian
Kelautan
dan
Perikanan
12
13
14
Hal 28 dari 38
Perwakilan
PEMDA setempat
SKK Migas Perwakilan
Memenuhi tahapan kegiatan pada butir III.4.1 dengan tambahan kegiatan sebagai
berikut :
1. Berkoordinasi dengan instansi terkait yang berfungsi sebagai saksi di dalam
pendataan rumpon dan alat tangkap lainnya, seperti personil dari Dinas
Kelautan dan Perikanan (DKP).
2. Mengirimkan ARS kepada Kelompok Kerja Sekuriti SKK Migas untuk
penempatan Liason Officer dan atau Marine Officer pada kegiatan survei.
3. Sosialisasi kegiatan kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan
mengenai batas wilayah laut (UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah).
4. Sosialisasi kegiatan kepada instansi terkait dan komunitas nelayan. Sosialisasi
ini paling lambat dilakukan 3 (tiga) hari sebelum pelaksanaan survei di area
komunitas nelayan tersebut.
5. Melakukan survei bathymetry dan identifikasi alat tangkap ikan. Survei ini
menggunakan peralatan echo sounder untuk penentuan posisi dan pemetaan
daerah dangkal yang akurat. Untuk daerah dengan indikasi awal terdapat
shallow spot depth yang membahayakan kapal dan peralatan survei (gun dan
streamer) maka diperlukan survei detail sebelum pelaksanaan survei seismik
dengan menggunakan multi beam echosounder. Disamping multi beam
echosounder, penggunaan side-scan sonar sangat disarankan, khususnya
untuk daerah dengan kedalaman laut kurang dari 30 m.
6. Pemakaian side-scan sonar juga disarankan untuk kapal pengawal (chase
vessel) pada daerah yang diidentifikasikan banyak terdapat rumpon di bawah
permukaan laut.
Hal 29 dari 38
7. Pendataan detail informasi alat tangkap ikan yang ditemukan di area survei
selama kegiatan survei bathymetry seperti tipe alat tangkap nelayan/fishing
device (misalnya rumpon, jaring, julu-julu, dan sebagainya), pelabelan (tagging
system), posisi (Lintang dan Bujur), foto rumpon, waktu Identifikasi, kedalaman
air, kondisi alat tangkap nelayan (rumpon baru, rumpon lama, dan sebagainya).
8. Inspeksi kapal dan peralatan survei serta memastikan bahwa alat yang akan
digunakan sesuai dengan kebutuhan dan standar manufaktur, dengan tidak
terbatas pada :
a. Streamer
- Diutamakan solid atau gel karena lebih ramah lingkungan.
- Stabil dan mempunyai response yang sama terhadap perubahan
kecepatan kapal.
- Mampu digunakan pada towing speed 4,0 - 5,5 knots
- Jarak antar depth controller tidak melebihi spesifikasi yang telah
ditetapkan (300 meter).
- Adanya cadangan/spare selama proyek berlangsung (25 % dari total
panjang).
- Bad traces dan ambient streamer noise tidak melebihi standar spesifikasi.
- Jumlah depth transducer dan kompas harus sesuai dengan standar
spesifikasi.
- Batas toleransi rata-rata kesalahan kedalaman tidak lebih dari 1 (satu)
meter.
b. Gun
- Dapat menunjukkan adanya standard deviasi dari timing errors setiap gun.
Dalam setiap array gun harus dilengkapi dengan positioning system.
- Data logger harus tersedia untuk mengetahui performance electrical dan
mekanikal.
- Beberapa kesalahan gun yang menyebabkan data tidak dapat diterima
yaitu tidak adanya kesalahan sinkronisasi, misfire, tidak berfungsinya
source controller, drop out specification, kedalaman energy source tidak
dapat diverifikasi karena kerusakan pada depth readings sensor, tidak
dapat mencapai minimum air pressure yang telah ditetapkan, air leak,
source timing melebihi spesifikasi yang telah ditetapkan, crossfeed,
geometry energy source telah berubah dari yang telah ditetapkan,
inkonsistensi near field signature yang mengakibatkan distorsi pada
estimasi far field signature, separasi source sub-array tidak memenuhi
spesifikasi yang telah ditetapkan.
- Sinkronisai antara +/- 1.0 dan +/- 1.5 mili second wajib direkam.
- Puncak pressure kurang dari 90% dari total volume full array (disesuaikan
dengan spesifikasi drop out)
- Bubble ration kurang dari 90% dari total nilai full array (disesuaikan
dengan spesifikasi drop out)
9. Melakukan verifikasi datum/geodetic reference berupa datum horizontal dan
datum vertical (mean sea level/MSL).
10. Disarankan untuk menggunakan Marine Mamals Observer/MMO pada daerha
survei yang telah teridentifikasi terdapat mamalia di area survei.
IV.2.2.2.
Hal 30 dari 38
Memenuhi tahapan kegiatan pada butir III.4.2 dengan tambahan kegiatan sebagai
berikut :
1. TAHAP NAVIGASI
Untuk keamanan data selama survei, kapal survei seismik diwajibkan menggunakan
minimum 2 independent DGPS system, yaitusistem utama dan sebagai sistem back
up. Data navigasi diantaranya seperti data lokasi SP dan kapal, peta cakupan survei,
peta dan data bathymetry. Data didalam format P1/90 atau format P2/94.
Tahapan kegiatan:
- Mendapatkan minimum empat (4) satelit GPS.
- Mencegah hilangnya data dari RDGPS dan koreksi diferensial DGPS lebih dari 20
second atau nilai yang telah ditentukan.
- Melakukan kegiatan processing data navigasi berupa :
a. Melakukan import dan edit header data (format data, konfigurasi file,
perubahan gun sequences, shot Numbers jumping, dan lain-lain).
b. Data Pre-processing (spike rejection gates dan noise suppression filters).
c. Networks adjustments pada survei seismik 3D
d. Data analysis (inline misclosure, rotasi streamer, separasi streamer, mean
vessel sources offset, mean vessel streamer head offset, seismik offset,
sources yang dipakai, network variance factor, degrees of freedomdan lainlain).
2. TAHAP RECORDING
Kegiatan yang dilakukan adalah:
- Segera setelah kapal berada dekat atau di area survei, kapal survei melakukan
uji/test terhadap streamer, source, dan semua alat perekaman data sesuai
dengan standard pengujian di industri seismik (buble test, first break/P1 offset
check, miss ties check antara seismik dan navigasi data, dan sebagainya untuk
memastikan bahwa semua alat berfungsi sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan.
- Hasil recording pada lintasan pertama, harus di QC sehingga dipastikan bahwa
semua set up dan konfigurasi telah sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan.
- Segera setelah selesai recording, dilakukan analisis, sehingga dapat dipastikan
penyebab dan lokasiapabila ditemui kualitas data yang tidak sesuai dengan
spesifikasi.
- Mengidentifikasi dan mengantisipasi faktor yang mempengaruhi kualitas data
seperti kondisi alam (swell/current noise), kondisi kapal (ship noise), kondisi
system/alat (bad channels, airleaks, gun failure dan lain-lain).
- Data rekaman mengikuti ketentuan sebagai berikut :
Hal 31 dari 38
IV.2.2.3
Memenuhi tahapan kegiatan pada butir III.4.3 dengan tambahan kegiatan sebagai
berikut :
Pembayaran dan ganti rugi, dengan tahapan :
Hal 32 dari 38
1. PENDATAAN
-
2. PEMBAYARAN
Diupayakan setelah kegiatan recording selesai di setiap lintasan survei seismik 2D
dan area tertentu di lintasan survei seismik 3D.
IV.3.2.2.
Hal 33 dari 38
Pada lokasi posisi SP dan TR yang tidak dimungkinkan dipasang patok karena
faktor ketinggian air laut maksimum (pasang), maka diperlukan alternatif tanda
posisi SP berupa pita, pelampung, dan pemberat agar posisi pelampung tidak
bergeser.
Lokasi SP dan TR secara periodik dilakukan pengecekan agar posisi SP dan TR
masih dalam posisi batas toleransi. Jika telah bergeser maka, digeser pada
posisi seharusnya.
Apabila menggunakan Ocean Bottom Cable/OBC, maka pengecekan posisi
OBC dilakukan secara periodik. Jika telah bergeser maka, OBC digeser pada
posisi seharusnya. Kegiatan mengecek ini dinamakan pinging dikarenakan
menggunakan alat yang dinamakan pinger.
3. TAHAP RECORDING
-
Lakukan response matching dari data hasil rekaman zona darat dan zona air.
IV.3.2.3
Hal 34 dari 38
Security clearance
10
11
Instansi terkait
Kelompok Kerja Formalitas/
Kelompok Kerja Sekuriti/SKK
Migas Perwakilan
Ditjen Migas
Instansi Lain
PEMDA setempat
Hal 35 dari 38
IV.4.2.1
IV.4.2.2
Memenuhi tahapan kegiatan pada butir III.4.2. dengan tambahan kegiatan sebagai
berikut:
1.
2. Survei Gravitasi
- Pengikatan dengan titik referensi sekunder dan titik ikat base survei
- Pengikatan (referensi) terhadap titik yang telah diketahui nilai gravitasinya
sebagai titik ikat gravitasi.
- Pengukuran titik ikat base survei (Base Station, yaitu merupakan titik di Base
Station dimana pengukuran harian dimulai dan diakhiri) sebagai koreksi
pengukuran harian. Base station ditempatkan pada kondisi permukaan tanah
yang stabil dan tidak mudah terpengaruh oleh kondisi lingkungan sekitar.
- Pengukuran dimulai dari base station dan kembali ke base station pada saat
pengukuran selesai (sore hari).
- Pengukuran lapangan meliputi bacaan gravimeter, elevasi, waktu pengukuran
dan sketch lokasi pengukuran.
- Melakukan pengolahan data dan interpretasi data.
- Overlaying antara peta dasar hasil pengukuran dan peta tematik lainnya.
Hal 36 dari 38
3. Survei Geomagnet
-
4. Survei Geolistrik
-
6. Survei Elektromagnetik
-
Hal 37 dari 38
Secara umum lintasan dan titik survei mengacu pada persetujuan program
Utama seperti penentuan lokasi titik pemboran, jalur pipa, dan lain-lain.
Pengukuran lapangan meliputi bacaan signal baik dari alat single beam
echosounder, multi beam echosounder, magnetometer, side scan sonar, dan
lainnya.
Melakukan pengolahan data dan interpretasi data.
Overlaying antara peta dasar hasil pengukuran dan peta tematik lainnya.
8. Survei Lainnya
Survei lain didiskusikan dengan Divisi Survei dan Pemboran SKK Migas.
IV.4.2.3
Hal 38 dari 38
BAB V
PENUTUP
Panduan Umum Pelaksanaan Operasi Seismik (PUPOS) di lingkungan Kegiatan
Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi ini mulai berlaku pada tanggal ditandatangani,
dan dapat ditinjau kembali untuk disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan
serta apabila ada hal-hal yang belum cukup diatur dalam panduan ini akan
ditetapkan kemudian.
Dalam pelaksanaan kegiatan survei tidak mengikuti kaidah umum tersebut serta
tidak mengikuti ketentuan Undang-undang Negara Republik Indonesia,
Pemerintah Indonesia, dan turunannya serta tidak mengikuti ketentuan teknik
industri hulu migas (good engineering practices) maka akan dapat berpotensi
tidak dapat dibebankan ke dalam biaya operasional yang telah dikeluarkan.