Вы находитесь на странице: 1из 31

BAB 1

1. PERKEMBANGAN TEORI EKONOMI MIKRO MAKRO


a.Teori Ekonomi Mikro Sebagai Teori Ekonomi Klasik
Gejala Gejala ekonomi seperti kenaikan harga barang dan pengangguran menunjukan
adanya gangguan keseimbangan sistem ekonomi.karenanya masalah ekonomi akan teratasi
jika ekonomi dikembalikan kepada kondisi keseimbangan.Lebih lanjut Adam Smith
menyatakan bahwa seperti alam semesta yang berjalan serba teratur , sistem ekonomi pun
akan mampu memulihkan dirinya sendiri (self adjustment) ,karena ada kekuatan pengatur
yang disebut sebagai tangan gaib tersebut adalah mekanisme pasar , yaitu mekanisme alokasi
sumber daya ekonomi berlandaskan interaksi kekuataan permintaan dan penawaran. Adam
Smith sangat percaya bahwa mekanisme pasar akan menjadi alat alokasi sumber daya yang
efisien , jika pemerintah tidak ikut campur dalam perekonomian.
Supply Creates it's own demand ...."dalam bukunya: A Treatise on political Economy
(1803). Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa barang dan jasa yang di produksi pasti
terserap oleh permintaan sampai tercapai keseimbangan pasar . Kaum klasik berpendapat
bahwa dalam perekonomian tidak akan timbul masalah kekurangan permintaan agregat ;
semua barang yang di hasilkan oleh perekonomian pasti akan dibeli oleh masyarakat.
Substansi hukum Say adalah memperkuat keyakinan bahwa pasar mampu menjadi alat
alokasi sumber daya yang efisien lewat proses pertukaran (exchange economics). Seorang
ekonomi Inggris bernama John Maynard Keynes (1883-1946),para ekonomi yang percaya
terhadap keampuan mekanisme pasar di kelompokan sebagai ekonom Klasik (classical
economists).Sedangkan teori ekonominya dikenal sebagai Teori Ekonomi Klasik (Classical
Economics Theory).Untuk lebih memperdalam pengertian teori Ekonomi Klasik (Teori
Klasik),ada dua asumsi penting yang harus di tambahkan . Asumsi pertama adalah proses
penyesuaian lewat mekanisme pasar dapat tercapai seketika itu juga.Asumsi kedua adalah
fungsi uang semata mata sebagai alat transaksi alat transaksi (medium of exchange).
Asumsi Asumsi Klasik mempunyai konsekuensi bahwa proses pertukaran adalah satu
satunya cara untuk saling berintraksi. Akibatnya fokus pembahasan klasik adalah analisis
prilaku individu (produsen dan konsumen) dalam angka mencapai keseimbangan. Ekonomi
klasik juga di kenal sebagai ilmu ekonomi yang sangat menekankan sisi penawaran
(supplysideeconomics).
b.Revolusi Keynes : Lahirnya Teori Ekonomi Makro
Sebelum Terjadinya kelesuan perekonomian dunia tahun 1929-1933 yang dikenal
sebagai Depresi Besar (Great Depressio)ilmu ekonomi tidak mengenal dikotomi Mikro
Makro.Fokus pembahasan ilmu ekonomi pada masa sebelum pembahasan besar adalah
perilaku individu dalam rangka mencapai keseimbangan.
Sayangnya depresi besar (great depression) membuyarkan keyakinan terhadap hipotesis
Ekonomi Klasik.Sebab,depresi besar terjadi dalam jangka waktu yang lama (1929-1933) dan
menimbulkan masalah masalah besar.Keynes menyampaikan dua hal pokok . Yang pertama

adalah kritik ilmiah terhadap kebenaran hipotesis klasik tentang keampuhan mekanisme pasar
yang dipercayai sejak zaman Adam Smith. Menurut Keynes kelemahan teori klasik adalah
lemahnya asumsi tentang pasar yang dianggap terlalu idealis (utopian) dan terlalu
ditekankannya masalah ekonomi pada sisi penawaran. Kedua pokok pikiran keynes tersebut
diatas membawa beberapa pembaruan radikal daklam ilmu ekonomi.Yang pertama,mulai di
perhatikannya dimensi global atau agreget (makro) dalam analisis ilmu ekonomi.

2.Fokus Pembahasan Ilmu Ekonomi Makro


Dalam ilmu ekonomi makro fokus analisisnya adalah perilaku individu seperti
perusahaan (produsen) tenaga kerja dan konsumen dalam konteks yang lebih terbatas
(industri) sementara dalam ekonomi makro fokus pembahasannya adalah bagaimana perilaku
para agen ekonomi dalam konteks agregat (keseluruhan)
a.Masalah Inflasi
Inflansi adalah kenaikan hrga bersifat umum dan terus menerus. Inflansi
menunjukan infesiensi perekonomian secara keseluruhan.
b. Masalah Pertumbuhan Ekonomi
Ekonomi yang bertumbuh adalah ekonomi yang titik keseimbangan antara
permintaan agregat (jumlah permintaan total) terhadap barang dan jasa dalam suatu
perokonomian selama periode tertentu) dan penawaran agregatnya (jumlah produksi total
barang dan jasa dalam suatu perekonomian selama periode tertentu) makin baim dibanding
periode sebelumnya.
c.Masalah Pengangguran
Yang dimaksud dengan pengangguran adalah angkatan kerja (orang yang mencari
kerja) tetapi tidak mendapatkan pekerjaan (seperti yang diinginkan).
d.Interaksi Dengan Perekonomian Dunia
Dewasa ini tidak ada satu negar pun yang berdiri sendiri dalam upaya lebih
menyejahtrakan rakyatnya.Karena itulah kerja sama ekonomi internasional terutama
perdagangan negara , harus dilakukan.
e. Siklus Ekonomi
Dalam Kenyataannya output agregat tidak tumbuh mengikuti pola garis
lurus,melainkan mengalami naik turun secara teratur. Gerakan naik turun output agregat ini
disebut siklus perekonomian atau siklus bisnis (business cycle).

3. Peranan Perintah
Kebijakan moneter adalah kebijakan mengarahkan perekonomian makromke kondisin
yang lebih baik(diinginkan) dengan cara mengubah ubah uang jumlah uang beredar.

4. Aliran-aliran Pemikiran Dalam Teori Ekonomi Makro

a.aliran klasik
Menurut Keynes,Teori Ekonomi Klasik merupakan akumulasi pengetahuan dari
sejenak Adam Smith sampai A.C Pigou (1877-1959)
1) Pandangan Aliran Klasik tentang pasar
Menurut aliran klasik keseimbangan perekonomian berpondasikan pada keseimbangan
individu (konsumen produsen) . Pasar merupakan alat lokasi sumberdaya yang efisien ,
selama struktur pasar adalah persaingan sempurna informasi sempurna dan simestris , tidak
ada barang publik yang memunculkan eksternalitas ,input dan output yang di perdagangkan
masing masing bersifat homogen.
2) Pandangan Keynesian tentang utang
Keynes mewariskan pandangan yang revolusioner tentang uang menurutnya uang bukan
hanya sekedar alat transaksi (medium of exchange) , tetapi juga sebagai penyimpan nilai
(store of value).Fungsi penyimpan nilai inilah yang memungkinkan uang digunakan sebagai
alat memperoleh keuntungan melalui tindakan spekulasi.

5. Memahami Model Ekonomi Makro


a.Model Klasik versus Keynesian
Akan munculnya ekonomi makro adalah keretik keynes terhadap klasik, di mana
substansi kritikan keynes terhadap klasik kritik keynes yang pertama adalah
kekurangyakinannya terhadap keampuhan mekanisme pasar jika tidak di campur tangani
pemerintah.
b.Model Tiga Pasar
Model model ekonomi makro,baik klasik maupun keynesian,di bangun berdasarkan
asumsi bahwa perekonomian terdiri atas tiga pasar, yaitu pasar tenaga kerja , pasar barang
dan jasa, serta pasar uang ( pasar finansial) .
c.Model Kesimbangan dan Ketidakseimbangan
Model keseimbangan adalah model analisisnya berdasarkan asumsi perekonomian akan
senantiasa mencapai keseimbangan.
d.Model Statis, Statis komperatif ,dan Dinamis
Model statis adalah model ekonomi makro yang mengabaikan dimensi waktu.Analisis
ekonomi (keseimbangan atau ketidakseimbangannya )dilakukan pada suatu keadaan tertentu.
e.Model Ekonomi Tertutup dan Terbuka
Model ekonomi tertutup (closed ecconomy model) adalah model ekonomi yang
mengasumsikan bahwa perekonomian tidak melakukan transaksi dengan perekonomian
lain /dunia(rest of the world)sebaiknya model ekonomi terbuka (open economy
model)mengasumsikan bahwa perekonomian melakukan transaksi dengan perekonomian
lain/dunia.

BAB 2

Salah satu indikator telah terjadinya alokasi yang afisien secara makro
adalah nilai ouput nasional yang dihasilkan sebuah perekonomian pada suatu periode
tertentu. Sebab, besarnya output nasional dapat menunjukan beberapa hal penting
dalam sebuah perkonomian.
Yang pertama, besarnya output nasional merupakan gamabaran awal tentang
seberapa efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian (tenaga kerja, barang
modal, uang, dan kemampuan kewirausahaan) digunakan untuk memproduksi barang
dan jasa. Secara umum, makin besar pendapatan nasional suatu negara, semakin baik
efisiensi alokasi sumber daya ekonominya.
Yang kedua, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang
produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara . alat ukur yang disepakati
tentang tingkat kemakmuran adalah output nasional per kapita. Nilai output perkapita
diperoleh dengan cara membagi besarnya output nasional dengan jumlah penduduk
pada tahun yang bersangkutan.
Yang ketiga, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang
masalah-masalah struktural (mendasar) yang dihadapi suatu perekonomian. Istilah
yang paling sering dipakai untuk pendapatan nasional adalah Produk Domestik Bruto
(PDB) atau Gross Domestic Product (GDP). Istilah tersebut merujuk pada
pengertian :
nilai barang dan jasa akhir berdasarkan harga pasar, yang diproduksi oleh
sebuah perekonomian dalam satu periode (kurun waktu) dengan menggunakan
faktor-faktor produksi yang berada (berlokasi) dalam perekonomian tersebut.
the total market value of all final goods and services produced within a
given period, by factors of productions located within a country. (Case and Fair,
1996).
Tercakup dalam difinisi di atas adalah :

1. Produk dan jasa akhir, dalam pengertian barang dan jasa yang dihitung dalam
PDB adalah barang dan jasa yang digunakan pemakai terakhir (untuk
konsumsi).
2. Harga pasar, yang menunjukkan bahwa nilai output nasional tersebut dihitung
berdasarkan tingkat harga yang berlaku pada periode yang bersangkutan.
3. Faktor-faktor produksi yang berlokasi di negara yang bersangkutan, dalam arit
perhitungan PDB tidak mempertimbangkan asal faktor produksi (milik
perekonomian atau milik asing) yang digunakan dalam menghasilkan output.
1.

Siklus Aliran Pendapatan (Cilcular Flow) dan Interaksi Antarpasar

a. Siklus Aliran Pendapatan (Circular Flow)

Model Cilcural Flow membagi perekonomian menjadi empat sektor :

1. Sektor Rumah Tangga (Households Sector), yang terdiri atas sekumpulan


individu yang dianggap homogen dan identik.
2. Sektor Perusahaan (firms sector), yang terdiri atas sekumpulan perusahaan yang
memproduksi barang dan jasa.
3. Sektor Pemerintah (Government Sector), yang memiliki kewenangan politik
untuk mengatur kegiatan masyarakat dan perusahaan.
4. Sektor Luar Negeri (Foreign Sector), yaitu sektor perekonomian dunia, di mana
perekonomian melakukan transaksi ekspor-impor.

1) Sektor Rumah Tangga


Sektor rumah tangga memiliki faktor-faktor produksi yang dibutuhkan
untuk proses produksi barang dan jasa privat (sektor perusahaan) maupun
barang dan jasa publik (sektor pemerintah).
2) Sektor Perusahaan
Aliran pengeluaran sektor rumah tangga (garis 4) merupakan aliran
pendapatan sektor perusahaan.
3) Sektor Pemerintah
Fungsi utama pemerintah adalah menyediakan barang publik (public
goods provisian).
4) Sektor Luar Negeri
Sektor rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah merupakan
perekonomian domestik. Ekspor merupakan aliran pendapatan dari sektor luar
negeri ke perekonomian domestik. Sedangkan impor merupakan aliran
pengeluaran dan perekonomian domestik ke sektor luar negeri.
a. Tiga Pasar Utama (Three Basic Markets)
Untuk analisi ekonomi makro, pasar-pasar yang begitu banyak
dikelompokkan menjadi tiga pasar utama (three basic markets):
1) Pasar Barang dan Jasa (Goods and Services Market)
2) Pasar Tenaga Kerja (Labour Market)
3) Pasar Uang dan Modal (Money and Capital Market)
1)Pasar Barang dan Jasa

Pasar barang dan jasa adalah pertemuan antara permintaan dan


penawaran barang dan jasa.
2) Pasar Tenaga Kerjan
Pasar tenaga kerja adalah interaksi antara permintaan dan penawaran
tenaga kerja. Dalam perekonomian tertutup, penawaran tenaga kerja berasal
dari sektor rumah tangga.
3) Pasar Uang dan Modal
pasar uang adalah interaksi antara permintaan uang dengan penawaran
uang yang diperjualbelikan dalam pasar uang bukanlah fisik uang, melainkan
hak penggunaan uang.
Jika hak penggunaan uang yang diperjualbelikan adalah setahun atau
kurang, maka pasar tersebut masuk kategori pasar uang (money market). Jika
hak penggunaan uang yang diperjualbelikan lebih dari setahun, pasar tersebut
adalah pasar modal (capital market).
2.
Metode Penghitungan Pendapatan Nasional
Ada tiga cara penghitungan pendapatan nasional, yaitu :

a. Metode Output (Output Approach) atau Metode Produksi


Menurut metode ini, PDB adalah total output (produksi) yang dihasilkan
oleh suatu perekonomian. Cara penghitungan dalam praktik adalah dengan membagibagi perekonomian menjadi beberapa sektor produksi (industrial origin). Yang
dimkasud nilai tambah adalah selisih antara nilai output dengan nilai input antar.
NT = NO NI
Di mana:
NT = nilai tambah
NO = nilai output
NI = nilai input antara
Dari persamaan (2.1) sebenarnya dapat dikatakan bahwa proses produksi
merupakan proses menciptakan atau meningkatkan nilai tambah. Aktivitas produksi
yang baik adalah aktivitas yang menghasilkan NT > 0. Dengan demikian besarnya
PDB adalah :

n
PDB = NT
i=1

di mana:
i = sektor produksi ke 1, 2, 3, ... , n
b. Metode Pendapatan (Income Approach)
Metode pendapatan memandang nilai output diperekonomian sebagai
nilai total balas jasa atas faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi.
Hubungan antara tingkat output dengan faktor-faktor produksi yang digunakan
digambarkan dalam fungsi produksi sederhana dibawah ini:
Q f (L,K,U,E)
di mana:
Q = output
L = tenaga kerja
K = barang modal
U = uang/finansial
E = kemampuan entrepreneur atau kewirausahaan
Balas jasa untuk tenaga kerja adalah upah atau gaji. Untuk barang modal
adalah pendapatan sewa. Untuk pemilik uang/aset finansial adalah pendapatan bunga.
Sedangkan untuk pengusaha adalah keuntungan. Total balas jasa atas seluruh faktor
produksi disebut Pendapatan Nasional (PN).
PN = w + i + r +
di mana:
w = upah/gaji (wages/salary)
i = pendapatan bunga (interest)
r = pendapatan sewa (rent)
= keuntungan (profil)
c. Metode Pengeluaran (expenditure Approach)
Menurut metode ini ad beberapa jenis pengeluaran agregat dalam
suatu perekonomian:
1) Konsumsi Rumah Tangga (Household Consumption)
2) Konsumsi Pemerintah (Government Consumption)
3) Pengeluaran Investasi (Investment Expenditure)
4) Ekspor Neto (Net Eksport)
1)

Konsumsi Rumah Tangga (Household Consumption)

Pengeluaran sektor rumah tangga dipakai untuk konsumsi akhir, baik


barang dan jasa yang habis pakai dalam tempo setahun atau kurang (durable
goods) maupun barang yang dapat dipakai lebih dari setahun/barang tahan lama
(non-durable goods).
2) Konsumsi Pemerintah (Government Consumption)
Yang masuk dalam perhitungan konsumsi pemerintah adalah
pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk membeli barang
dan jasa akhir (government expenditure).
3) Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (Invesment Expenditure)
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) merupakan
pengeluaran sektor dunia usaha. Pengeluaran ini dilakukan untuk memelihara
dan memperbaiki kemampuan menciptakan/meningkatkan nilai tambah.

4) Ekspor Neto (Net Eksport)


Yang dimaksud dengan ekspor bersih adalah selisih antara nilai ekspor
dengan impor. Perhitungan ekspor neto dilakukan bila perkonomian melakukan
transaksi dengan perekonomian lain (dunia).
Nilai PDB berdasarkan metode pengeluaran adalah nilai total lima
jenis pengeluaran tersebut:
PDB = C + G + I + (X-M)
Di mana:
C = konsumsi rumah tangga
G = konsumsi/pengeluaran pemerintah
I = PMTDB
X = ekspor
M = impor
3.
Beberapa Pengertian Dasar tentang Perhitungan Agregatif
a. Produk Domestik Bruto (Gross Dometic Product)
Produk Domestik Bruto (PDB) menghitung hasil produksi suatu
perekonomian tanpa memperhatikan siapa pemilik faktor produksi tersebut.
b. Produk Nasional Bruto (Gross National Product)

Jika pendapatan faktor-faktor produksi luar negeri yang ada dalam


perekonomian dinotasikan sebagai PFLN sedangkan pendapatan faktor-faktor
produksi perekonomian yang ada di dalam negeri dinotasikan sebagai PFDN;
maka.
PNB = PDB PFLN + PFDN
Selisih antara PFLN dengan PFDN adalah pendapatan faktor produksi
neto (PFPN) atau net factor income from abroad. Dengan demikian dapat juga
dikatakan:
PNB = PDB + PFPN
Jika PFPN bernilai negatif, artinya pembayaran terhadap pendapatan
faktor-faktor produksi luar negeri lebih besar daripada penerimaan atas balas
jasa faktor produksi domestik yang digunakan oleh perekonomian luar negeri.

c. Produk Nasional Neto (Net National Product)


Untuk memproduksi barang dan jasa dibutuhkan barang modal (capital
goods). Inilah sebabnya sektor perusahaan (dunia usaha) harus melakukan
investasi. Tujuan investasi tersebut adalah mengganti barang modal yang sudah
aus (usang) dan menambah stok barang modal yang sudah ada. Untuk
memperoleh gambaran output yang lebih akurat, maka PNB harus dikurangi
depresiasi. Angka yang dihasilkan merupakan Produk Nasional Neto (PNN).
PNN = PNB Depresiasi
d. Pendapatan Nasional (National Income)
Ketika membahas output nasional dengan metode pendapatan, telah
dikatakan bahwa Pendapatan Nasional (PN) merupakan balas jasa atas seluruh
faktor produksi yang digunakan. Subsidi harus ditambahkan karena merupakan
balas jasa atas faktor produksi, tetapi tidak masuk dalam perhitungan PNN.
PN = PNN PTL + S
e. Pendapatan Personal (Personal Income)
Pendapatan Personal (PP) adalah bagian pendapatan nasional yang
merupakan hak individu-individu dalam perekonomian, sebagai balas jasa
keikutsertaan mereka dalam proses produksi. Pendapatan Personal bukan saja

diterima karena balas jasa atas kesediaan bekerja (upah,gaji) atau pendapatan
nonupah yang diperoleh dari sektor perusahaan, tetapi juga pendapatan bunga
yang diterima dari pemerintah dan konsumen (PIGK) atau personal interst
income received from government and consumers dan pendapatan nonbalas jasa
(PNBJ) atau transfer payment to persons.
PP = PN LTB PAS + PIGK + PNBJ
f. Pendapatan Personal Disposabel (Disposable Personal Income)
Yang dimaksud dengan pendapatan personal disposabel (PPD) adalah
pendapatan personal yang dapat dipakai oleh individu, baik untuk membiayai
konsumsinya maupun untuk ditabung.
Dari Produk Domestik Bruto sampai ke Pendapatan Personal Disposabel
dapat diringkaskan sebagai berikut:
C + G + I + ( X M ) = Produk Domestik Bruto (PDB)

Ditambah

: Pendapatan Faktor Produksi Domestik yang ada di luar

negeri
Dikurang

: Pembayaran faktor produksi luar negeri yang ada di

Dikurang
Dikurang
Ditambah
Dikurang
Dikurang
Ditambah
Ditambah
Dikurang

dalam negeri
=
Produk Nasional Bruto (PNB)
: Penyusutan
=
Produk Nasional Neto (PNN)
: pajak tidak langsung
: subsidi
=
Pendapatan Nasional (PN)
: Laba ditahan
: Pembayaran Asuransi Sosial
: Pendapatan Bunga Personal dari Pemerintah dan
Konsumen
: Penerimaan Bukan Balas Saja
=
Pendapatan Personal
: Pajak Pendapatan Personal
=
Pendapatan Personal Disposabel

4.
PDB Harga Berlaku dan Harga Konstan

Nilai PDBsuatu periode tertentu sebenarnya merupakan hasil perkalian


antara harga barang yang diproduksi dengan jumlah barang yang dihasilkan PDB
2007 adalah hasil perkalian antara harga barang tahun 2007 dengan jumlah barang
yang diproduksi tahun 2007. Dengan demikian nilai PDB 2002 berdasarkan harga
konstan 1999 adalah:
PDB2007 = Q2007 x P2006
= 1.000 x Rp. 80.00 = Rp. 80.000,00
Secara umum hubungan antara PDB riil dengan PDB nominal dapat
dinyatakan dalam bentuk persamaan di bawah ini.
PDB riil = PDB nominal / Deflator
Di mana:
Deflator = (Harga tahun t : Harga tahun t -1) x 100%
Dalam kasus di atas, nilai deflator = (Rp120.00 : Rp80.00 x 100% = 150 %. Dengan
demikian PDB riil = Rp120.000,00 : 150% = Rp80.000,00
Manfaat dari perhitungan PDB harga konstan, selain dengan segera dapat
mengetahui apakah perekonomian mengalami pertumbuhan atau tidak, juga dapat
menghitung perubahan harga (inflasi).
Inflasi =

( Deflator tahun t Deflator tahunt1)


x 100
( Deflator tahunt1)

Dalam kasus di atas,


Inflasi =

( Deflator 2007 Deflator 2006)


x 100
( Deflator 2006)

5. Manfaat dan Keterbatasan Perhitungan PDB


a. Perhitungan PDB dan Analisis Kemakmuran
Perhitungan PDB akan memberikan gambaran ringkas tentang tingkat
kemakmuran suatu negara, dengan cara membaginya dengan jumlah penduduk.
Kelemahan dari pendekatan di atas adalah tidak terlalu memerhatikan aspek distribusi

pendapatan. Akibatnya angka PDB per kapita kurang memberikan gambaran yang
lebih rincitentang kondisi kemakmuran suatu negara.
Faktor utama pemicu gajala di atas adalah masalah distribusi pendapatan
walaupun distribusi pendapatan di Amerika Serikat relatif baik, tetapi belum
sempurna untuk membuat seluruh penduduknya menjadi makmur.
b. Perhitungan PDB dan Masalah Kesejahteraan Sosial
Perhitungan PDB maupun PDB per kapita juga dapat digunakan untuk
menganalisis tingkat kesejahteraan sosial suatu masyarakat.
Masalah

mendasar

dalam

perhitungan

PDB

adalah

tidak

diperhatikannya dimensi nonmaterial. Sebab PDB hanya menghitung output yang


dianggap memenuhi kebutuhan fisik/materi yang dapat diukur dengan nilai uang.
c. PDB Per Kapita dan Masalah Produktivitas
Sampai batas-batas tertentu, angka PDB per kapita dapat mencerminkan
tingkat produktivitas suatu negara. Untuk memperoleh perbandingan produktivitas
antarnegara, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
1) Jumlah dan komposisi penduduk: bila jumlah penduduk makin besar,
sedangkan komposisinya sebagian besar adalah penduduk usia kerja (15-64
tahun)

dan

berpendidikan

tinggi

(SLA)

maka

tingkat

output

dan

produktivitasnya dan makin baik.


2) Jumlah dan struktur kesempatan kerja: jumlah kesempatan kerja yang makin
besar memperbanyak penduduk usia kerja yang dapat terlibat dalam proses
produksi.
3) Faktor-faktor nonekonomi: etika kerja, tata nilai, faktor kebudayaan dan sejarah
perkembangan.
d. Perhitungan PDB dan

Kegiatan-Kegiatan

Ekonomi Tak Tercatat

(Underground Economy)
angka statistik PDB indonesia yang dilaporkan oleh Badan Pusat
Statistik hanya mencatat kegiatan-kegiatan ekonomi formal.

Di negara-negara berkembang,

keterbatasan kemampuan pencatatan

lebih disebabkan oleh kelemahan administratif dan struktur kegiatan ekonomi masih
didominasi oleh kegiatan pertanian dan informal.
6. Distribusi Pendapatan (Income Distribution)
a. Kurva Lorenz (The Lorenz Curve)
sumber

vertikal adalah persentase output nasional atau pendapatan

nasional. Angka-angkanya akumulatif. Sumbu horizontal menggambarkan persentase


jumlah keluarga. Sumbu horizontal membagi distribusi jumlah keluarga menjadi lima
kelompok, masing-masing 20% kelompok keluarga paling miskin, sampai dengan
20% keluarga paling kaya. Angka-angka sumbu horizontal juga akumulatif.
b. Koefisien Gini (Gini Coeflclent)
Koefisien Gini merupakan alat ukur ketidakadilan distribusi pendapatan
(inequality income distributio) dengan menghitung luas kurva lorenz. Makin buruk
distribusi pendapatan, angka koefisien Gini makin besar.
Cara penghitungannya sebagai berikut :
Koefisien Gini =
luas bidangC
luas segitiga ODB

Adapun patokan nilai Koefisien Gini sebagai berikut :


Lebih kecil dari 0,3

: tingkat ketimpangan rendah

Antara 0,3 0,5

: tingkat ketimpangan moderat (sedang)

Lebih tinggi dari 0,5 : tingkat ketimpangan tinggi

c. Kriteria Bank Dunia


Kriteria yang dipergunakan oleh Bank Dunia tersebut adalah:
1) Apabila kelompok 20% penduduk termiskin memperoleh pendapatan lebih
kecil dari 12% dari keseluruhan pendapatan nasional, maka dikatakan bahwa
negara yang bersangkutan berada dalam tingkat ketimpangan yang tinggi dalam
distribusi pendapatan.
2) Apabila kelompok 20% penduduk termiskin pendapatannya anatara 12% 16% dari keseluruhan pendapatan nasional, maka dikatakan bahwa terjadi
tingkat ketimpangan sedang (moderat) dalam distribusi pendapatannya.
3) Apabila kelompok 20% penduduk termiskin pendapatannya lebih dari 16% dari
keseluruhan pendapatan nasional, maka dikatakan bahwaa tingkat ketimpangan
yang terjadi rendah.
7. Distribusi Kekayaan (Wealth Distribution)
Di negara kapitalis maju, alternatif individu untuk menyimpan kekayaan
sangat beragam. Mereka dapat membeli saham, abligasi, menyimpan dalam bentuk deposito
dan aset-aset finansial lainnya. Selain aset finansial, mereka juga dapat membeli real estat.
Tujuan pemupukan aset adalah peningkatan pendapatan total di masa mendatang.

BAB 13
Kebijakan moneter
1. Definisi dan pengertian
Yang dimaksud dengan kebijakan moneter adalah upaya mengedalikan atau
mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang dinginkan dengan mengatur
jumlah beredar. Yang di maksud dengan kondisi lebih baik adalah meningkatnya
output keseimbangan dan atau terpeliharanya stabilitas harga (inflasi terkontrol).
2. Instrumen Kebijakan Moneter
Ada tiga instrument utama yang digunakan untuk mengatur jumlah uang beredar :
operasi pasar terbuka (open market operation), fasilitas diskonto (discount rate),
dan rasio cadangan wajib (reserve requirement ratio). Diluar tiga instrumen

tersebut (yang merupakan kebijakan moneter bersifat kuantitatif), pemerintah


dapat melakukan imbauan moral (moral persuasion)
a. Operasi pasar terbuka (open market operation)
Yang di maksud dengan operasi pasar terbuka adalah pemerintah
mengendalikan jumlah uang beredar dengan cara menjual atau membeli suratsurat berharga milik pemerintah (government securities).
b. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Yang dimaksud dengan tingkat bunga diskonto adalah tingkat bunga yang
ditetapkan pemerintah atas bank-bank umum yang meminjam ke bank sentral.
Dalam kondisi tertentu, bank-bank mengalami kekurangan uang sehingga
mereka harus meminjam kepada bank sentral. Kebutuhan ini dapat
dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mengurangi atau menambah jumlah
uang yang beredar.
c. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Penetapan rasio cadangan wajib juga dapat mengubah jumlah uang beredar,
jika rasio cadangan wajib diperbesar, maka kemampuan bank memberikan
kredit akan lebih kecil dibanding sebelumnya. Misalnya, jika rasio cadangan
wajib mulanya hanya 10% maka untuk setiap unit deposito yang diterima,
perbankan dapat mengalirkan pinjaman sebesar 90% dari deposito yang
diterima perbankan. Dengan demikian angka multiplie uang dari sistem
perbankan adalah 10.
d. Imbauan Moral (Moral Persuasion)
Dengan imbauan moral, otoritas moneter mencoba mengarahkan atau
mengendalikan jumlah uang beredar. Misalnya, Gubernur bank Indonesia
dapat member saran agar perbankan berhati-hati dengan kreditnya atau

membatasi keinginannya meminjam uang dari bank sentral (berhati-hati


menggunakan fasilitas diskonto).
3. Kebijakan Moneter dan Keseimbangan Ekonomi : Analisis IS-LM
Kebijakan moneter dikatakan efektif jika mampu mengendalikan tingkat output
dan atau harga. Untuk mengevaluasi efektifitas kebijakan moneter, peralatan
analisis yang paling sederhana namun komprehensif adalah kurva IS-LM
a. Pengaruh kebijakan moneter terhadap keseimbangan pasar uang-modal
Pengaturan jumlah uang beredar dapat mempengaruhi kondisi keseimbangan
pasar uang-modal. Diagram 13.1 memberikan gambaran apa yang terjadi
terhadap keseimbangan pasar uang-modal bila jumlah uang beredar ditambah.
Diagram 13.1 menunjukan kurva LM0 yang diturunkan dari M s0 seadainya
pemerintah menambah jumlah uang beredar menjadi tingkat Ms1 pada diagram
13.1.a, maka untuk membuat pasar, uang-modal berada dalam keseimbangan
pada tingkat Y0. Tingkat bunga harus diturunkan dari R1 ke R3 demikian juga
bila ingin membuat pasar uang-modal berada dalam kondisi keseimbangan
pada tingkat Y1, tingkat bunga juga harus diturunkan dari r2 ke r4 dalam
diagram 13.1.b hal itu terlihat dari pergeseran titik keseimbangan (dari F1 ke
F3 dan dari F2 ke F4), sehingga kurva LM bergeser ke kanan [dari LM0 ke LM1]
Diagram 13.1
Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap
Keseimbangan Pasar Uang Modal

M2

M0

M1

Fx
F2

b. Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Keseimbang Ekonomi

Pergeseran kurva LM karena pengaruh perubahan jumlah uang beredar yang


dilakukan pemerintah akan memengaruhi keseimbangan ekonomi, karena
mengubah titik potong kurva IS-LM yang berarti mengubah titik
keseimbangan ekonomi.
Diagram 13.2 berikut ini menunjukkan kondisi keseimbangan awal terjadi
pada tingkat pendapat Y0 dan tingkat bunga ro. Jika pemerintah menambah
jumlah yang beredar, kurva LM bergeser ke kanan (dari LM o ke LM1),
sehingga titik keseimbangan juga bergeser dari E0 ke Er pada titik
keseimbangan yang baru (E1), output keseimbangan adalah l*1 yang lebih
besar daripada Y*0, sedangkan tingkat bunga adalah r1 yang lebih rendah dari
r0. Dengan kata lain, kebijakan moneter eskpansif dalam konteks Diagram
13.2 telah berhasil memaju pertumbuhan ekonomi dan menurunkan tingkat
bunga. Dalam perekonomian pasar, kenaikan tingkat bunga mengidikasikan
telah terjadinya kelebihan permintaan investasi. Akibatnya dapat dilihat dari
dua sisi:
1) Sisi Output
Kenaikan tingkat bunga akan menyebabkan ada beberapa rencana
investasi yang dibatalkan, sebagai akibatnya pertambahan kapasitas
produksi menjadi lebih kecil.
2) Sisi Biaya
Kenaikan tingkat bunga akan menaikkan biaya produksi dikarenakan
naiknya biaya modal.
Dari kedua hal diatas, akibatnya kenaikan tingkat bunga akan memicu
terjadinya inflasi.

Bila pemerintah mengurangi jumlah uang beredar, yang terjadi adalah


sebaliknya bergesernya kurva LM ke kiri (dari LM 0 ke LM2)
menyebabkan titik keseimbangan bergeser ke E2. Pada saat itu output
keseimbangan adalah Y2 yang lebih kecil daripada Y0 sedangkan
tingkat bunga naik (r0 ke r2), yang berarti telah terjadi inflasi
4. Efektifitas Kebijakan Moneter
Apa yang digambarkan dalam Diagram 13.2 hanyalah salah satu dari berbagai
kemungkinan yang terjadi. Secara grafis hasil dari kebijakan moneter pemerintah
sangat ditentukan oleh kondisi pasar barang-jasa dan pasar uang-modal, yang
digambarkan oleh sudut kemiringan kurva IS dan kurva LM.
a. Sudut Kemiringan Kurva IS
Diagram 13.3 merupakan himpunan kurva IS yang menggambarkan beberapa
kondisi pasar barang-jasa.

Kurva IS1 lurus sejajar dengan sumbu vertikal. Kurva IS yang seperti ini
terjadi karena permintaan investasi tidak sensitive terhadap perubahaan
tingkat bunga (kurva I tegak lurus). Sebaliknya kurva IS2 terbentuk kurva I
yang mendaftar sejajar dengan sumbu horizontal. Artinya kurva investasi
elastis sempurna. Sedangkan kurva IS3 terbentuk dari kurva investasi yang
bersudut negatif, dalam arti I / r 0.
b. Sudut Kemiringan Kurva LM
Diagram 13.4.a menunjukkan beberapa kurva LM yang menggambarkan
beberapa kondisi pasar uang-modal.
Kurva LM1 bebentuk tegak lurus sejajar sumbu vertikal. Kurva ini diturunkan
dari kurva permintaan uang untuk spekulasi (Msp) yang tegak lurus.
Kurva LM3 adalah kebalikan dari kurva LM1. Karena kurva LM3 diturunkan
dari kurva permintaan uang untuk spekulasi (Msp), maka kurva ini datar dan
sejajar dengan sumbu horizontal. Artinya, permintaan uang untuk spekulasi
sangat sensitif (sensitive sempurna terhadap perubahan tingkat bunga).
Diagram 13.4
Sudut Kemiringan
Kurva LM dan maknanya

Kurva LM2 adalah kurva LM yang telah anda kenal, yang berbentuk dari
kurva permintaan uang untuk spekulasi yang bersudut negatif. (Msp/r 0)
c. Berbagai Kemungkinan Hasil Kebijakan Moneter
Evaluasi terhadap efektifitas kebijakan moneter dapat dilakukan dengan
melihat titik potong kurva-kurva IS dan LM karena kurva IS dan LM masingmasing memiliki minimal tiga kondisi. Maka minimal ada sembilan
kombinasi titik potong kurva IS-LM. Dari Sembilan kombinasi tersebut, dua
diantaranya tidak terdefinisikan. Yang pertama adalah titik potong antara
kurva IS mendatar (IS2) dengan kurva LM mendatar (LM3). Yang kedua
adalah titik potong antara kurva IS tegak lurus IS1 dengan kurva LM tegak
lurus LM1.
Diagram 13.5
Efektifitas Kebijakan Moneter

Diagram 13.5.a dan 13.5.b kondisinya adalah kurva LM vertikal. Diagram


13.5.a menunjukan jika kurva IS datar kebijakan moneter sangat efektif, sebab

sangat dapat menambah atau mengurangi output keseimbangan tanpa


menggangu tingkat harga diagram 13.5.b menunjukan jika kurva IS
mempunyai slope negatif, kebijakan moneter ekspansif akan menaikkan
output keseimbangan, sementara tingkat harga turun. Sebaliknya dengan
kebijakan kontraktif, karena output keseimbangan turun, sementara tingkat
bunga meninggi.
Pada diagram 13.5.c dan 13.5.d kurva LM adalah mendatar artinya berada
dalam perangkap likiuditas. Dalam kondisi seperti ini kebijakan moneter sama
sekali tidak efektif, sebab tidak mempunyai kemampuan memengaruhi output
dan tingkat bunga.
Tabel 13.1
Efektifitas Kebijakan Moneter Terhadap Output
Dan tingkat harga (Bunga)
Kurva IS Datar Elastis
sempurna

Kurva LM Elastis
Sem[urna (Internal
Keynes)

Tidak Terdefinisikan

Kurva IS Ineslastis
sempurna

Moneter Ekspansif
atau Kontraktif tidak
efektif, Y dan tingkat
bunga tetap

Kurva IS Negatif

Moneter Ekspansif
atau Kontraktif
tidak efektif, Y dan
tingkat bunga tetap

1.Moneter Ekspansif Y
1.Moneter
naik tingkat bunga
Ekspansif: Y
Kurva LM
tetap
turun, tingkat
2.Moneter Kontraktif Y
Inelastis
bunga turun
Tidak Terdefinisikan
turun, tingkat bunga
2.Moneter
Sempurna
tetap
Kontraktif: Y
(Interval Klasik)
turun, tingkat
bunga naik
Kurva LM
1.Moneter Ekspansif Y 1.Moneter Ekspansif 1.Moneter
Positif (Interval
naik, tingkat bunga
Y tetap, tingkat
Ekspansif Y
Antara)
tetap
bunga turun
naik, tingkat
2.Moneter Kontraktif: 2.Moneter Kontraktif
bunga turun
Y turun, tingkat
Y tetap, tingkat
2.Moncter

bunga naik
bunga tetap

BAB 14

Kontraktif Y
turun, tingkat
bunga naik

KEBIJAKAN FISIKAL

1.Definisi dan pengertian


Kebijakan fisikan adalah kebijakan ekonomi yang di gunakan pemerintah untuk
mengelola/mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau diinginkan
dengan cara mengubah-ubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Jadi,
kebijakan fisikal mempunyai tujuan yang sama persis dengan kebjakan moneter.
Perbedaan nya terletak pada instrumen kebijakannya.
a.pajak
tujuannya adalah untuk memperdalam pemahaman tentang kebijakan fisikal dan
pengaruhnya terhadap keseimbangan perekenomian, sebab, berada dengan
pengeluaran pemerintah (G) yang dapat di asumsikan otomatis,maka pajak tidaklah
demikian besarnya. Pajak yang di terima pemerintah di pengaruhi oleh tingkat
pendapatan, sebaliknya pajak dapat memengaruhi pola laku produksi atau
konsumsi.
Dari definisinya pajak yang nilainya positif akan menyebabkan pendapatan riil makin
rendah atau harga barang makin mahal. Tetapi jika nilainya negatif (subsidi), pajak
akan meningkatkan pendapatan riil atau menyebabkan harga output atau input
menjadi lebih murah
1) klasifikasi pajak
a. pajak objektif
pajak objektif ialah pajak yang di kenakan berdasarkan aktivitas ekonomi para wajib
pajak.
b. pajak subjektif
pajak subjektif ialah pajak yang di pungut dengan melihat kemampuan wajib pajak
biasanya bila kemampuan wajib pajak makin besar.
c. pajak langsung
pajak langsung ialah pajak yang beban pajaknya tidak dapat digeser kepada wajib
pajak yang lain .pembayar pajak langsung adalah pembayar pajak terakhir.
d. pajak tidak langsung
pajak tidak langsung ialah pajak yang beban pajaknya dapat digeserkan pada wajib
pajak yang lain.
2) tarif pajak
a. pajak nominal

pajak nominal adalah pajak yang pengenaanya berdasar sejumlah nilai nominal
tertentu.

b. pajak persentase
pada pajak persentase, beban pajaknya di tetapkan berdasarkan persentase
tertentu dari dasar pengenaan pajak. Notasi untuk pajak persentase adalah t (huruf
kecil). Pajak presentase dapat dibedakan menjadi pajak proporsional,progresif dan
regresif.
Pajak proposional,tarif persentasenya tetap. Misalnya pajak penghasilan dikatakan
proposional bila berapapun besarnya penghasilan, tarif pajaknya tetap 20%.
Pajak progresif, tarifnya makin tinggi bila dasar pengenaan pajaknya makin tinggi.
Pajak penghasilan dikatakan progresif bila tarifnya makin tinggi, pada saat
pendapatan meningkat.
Pajak regresif, adalah kebalikan dari pajak progresif, tarif pajak justru makin rendah
pada saat penghasilan meningkat.
2. pengaruh pajak terhadap pendapatan dan konsumsi
a.pajak nominal
pajak nominal pertama kali memengaruhi pendapatan disposibel. Jika pendapatan
adalah Y dan pajak nominal adalah T, maka pendapatan disposibel.
Yd = Y-T
Fungsi konsumsi menurut model keynes adalah:
C = Co + bYd
= Co + b(Y-T)
= Co + bY-bT
= Co + bT-bY
Dari persamaan diatas bahwa pajak nominal tidak mengubah nilai MPC.
Artinya pajak nominal tidak mengubah sensitivitas konsumsi akibat
perubahan pendapatan. Yang berubah adalah konsumsi otonomus,
dimana pajak nominal menyebabkan konsumsi oton-omis menjadi lebih
kecil sebesar bT.
b. Pajak proporsional
jika pajak penghasilan yang dikenakan adalah proporsional (t), maka
pendapatan disposabel menjadi :
Yd = Y- :Y = Y(l-t)
Akibatnya fungsi konsumsi berubah menjadi :
C = Co + bYd = Co + b(Y(l-t)l
= Co + bY- btY = Co + (b-bt)Y

Ternyata pajak proporsional menyebabkan MPC menjadi (b-bt) atau lebih kecil
sebesar bt, sedangkan konsumsi otonomis tetap.
3. Pengaruh pajak terhadap keseimbangan ekonomi
Karena kebijakan fisikal bertujuan mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih
baik, maka dampaknya terhadap keseimbangan ekonomi harus di pahami. Salah
satu cara paling mudah melihatnya adalah dengan melihat pengaruh pajak terhadap
output keseimbangan
Kasus 14.3
Contoh kuantitatif asumsi yang di gunakan adalah perekonomian tertutup dan pajak
nominal. Fungsi konsumsi c = 100 + 0,8Yd dan investasi bersifat otonomus, 1=150.
Jika pengeluaran pemerintah, G= 250,maka kondisi keseimbang ekonomi adalah:
Y
= C+1+G
= 100 +0,8Yd +150 +250
= 500 + 0,8Y
0,2Y = 500
Y
= 2.500
Bila ada pajak penghasilan nominal sebesar 100, maka Yd =Y 100, sehingga fungsi
konsumsi C = 100 +0,8Yd =100 +0,8(Y-100)=20 + 0,8Y. Dengan demikian
peneluaran agregat menjadi AE =C+1+G= 20+0,8+150+250=420+0,8Y
Output keseimbangan
Y
= AE=C +1+G
=420 +0,8Y
0,2Y = 420
Y
= 2.100
Ternyata adanya pajak nominal sebesar 100 telah menyebabkan output
keseimbangan berkurang sebesar 2.500- 2.100=400
Y
= C+I+G
= Co + bY+I+ G = Co+ Io+ Go+ bY
= Ao + bY

4. Politik anggaran
Politik anggaran dapat di bedakan enjadi anggaran tidak berimbang dan anggaran
berimbang. Hasil yang di capai dari kebijakan fisikal merupakan intraksi
(resultan)dari dampak pajak dan pengeluaran pemerintah terhadap output
keseimbangan.
a.Anggaran Defisit (deficit budget)

anggaran defisit adalah anggaran yang memang direncanakan untuk defisit, sebab
pengeluaran pemerintah direncanakan lebih besar dari penerimaan pemerintah.
Politik anggaran defisit biasanya ditempuh bila pemerintah ingin menstimulir
pertumbuhan ekonomi. Hal ini umumnya dilakukan bila perekonomian berada dalam
kondisi resensi. Engan asumsi kondisi awal awal anggaran pemerintah adalah
anggaran berimbang (G=T)

Sehingga total pengaruhnya (karena

dan

) adalah :

Karena penyebutnya sama,yaitu (1-b), maka pengaruhnya dapat ditulis sebagai:

( 1b )

Y =
G bT
+

(1b)
G
bT
=
(1b)
(1b)
Karena penyebutnya sama,yaitu(1-b), maka pengaruhnya dapat ditulis sebagai:

Jadi bila politik anggarannya adalah anggaran defisit, maka pengaruhnya terhadap
pertambahan pendapatan lebih besar di banding besarnya defisit pengeluaran yang
direncanakan.
b. Anggaran surplus(surplus budget)
kebalikan dari anggaran defisit dalam anggaran surplus pemerintah merencanakan
penerimaan lebih besar dari pengeluaran atau dapat juga di katakan pemerintah
menempuh politik anggaran surplus bila C < T, dimana G dan T
0. Karena itu juga, politik anggaran surplus dilakukan bila perekonomian
sedang dalam tahap ekspansi dan terus memanas. Melalui anggaran surplus

pemerintah mengerem pengeluarannya untuk menurunkan tekanan permintaan atau


mengurangi daya beli dengan menaikan pajak.
c. Anggaran berimbang (balanced budget)
Anggaran dikatakan menempuh politik anggaran berimbang bila pengeluaran di
rencanakan akan sama dengan penerimaan.

5. Efektivitas kebijakan fisikal


Kebijakan fisikal dikatakan efektif bila mampu mengubah tingkat bunga(r)
dan atau output sesuai dengan yang diinginkan pemerintah. Pengaruh
kebijakan terhadap output keseimbangan, pertama-tama terjadi melalui
pengaruhnya terhadap keseimbangan pasar barang dan jasa.

a.Dampak kebijakan fisikal terhadap keseimbangan


pasar barang-jasa
Dampak kebijakan fisikal terhadap keseimbangan pasar barang dan jasa
telah dijelaskan secara matematis dalam agian sebelumnya. Diagram
grafis tentang pengaruh kebijakan fisikalterhadap output keseimbangan.

Dalam diagram diatas terlihat bahwa kondisi keseimbangan awal tercapai


pada saat tingkat bunga adalah ro dan output keseimbangan adalah Y. Ternyata
penambahan pengeluaran pemerintah telah menyebabkan naiknya pengeluaran
agregat. Naiknya pengeluaran agregat menyebabkan keinginan sektor swasta
melakukan investasi semakin besar
c. slope kurva IS DAN LM
secara grafis slope LM akan memengaruhi efektivitas kebijakan fisikal:
Efektifitas Kebijakan Fisikal

Bila slope LM tegak lurus (interval klasik), perekonomian berada dalam kondisi
seperti yang diasumsikan klasik, yaitu kesempatan kerja penuh dan uang bersifat
netral. Dalam kondisi seperti ini, kebijakan fisikal tidak efektif sempurna. Misalnya
kebijakan fisikal ekspansif hanya menaikan tingkat bunga (inflasi)

Apendiks
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia
Anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) adalah kebijakan fisikal dalam
kontek pembangunan indonesia. APBN dilaksanakan berdasarkan kepercayaan
bahwa sektor ekonomi pemerintah sangat dibutuhkan untuk pelksanaan trilogi
pembangunan pertumbuhan , pemerataan dan stabilisasi. Trilogi pembangunan ini
merupakan realisasi dari teori tentang tiga fungsi fisikal: alokasi barang publik,
distribusi pendapatan dan stabilisasi perekonomian.
Struktur Dasar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
penerimaan
pengeluaran

A
1
2
3

Penerimaan dalam negeri


Penerimaan migas
Penerimaan pajak
penerimaan bukan pajak

C
1
2
3
4
5

Pengeluaran Rutin
Belanja pegawai
Belanja barang
Subsidi daerah otonom
Bunga dan cicilan utang
lain-lain

B Penerimaan pembangunan
D Pengeluaran pembangunan
1 Penerimaan program
1 Pengeluaran pembangunan
2 Bantuan Proyek
2 Pembiayaan Rupiah
Pengeluaran pembangunan adalah pengeluaran pengeluaran yang bukan saja
ditunjukan untuk meningkatkan kapasitas pemerintah, tetapi juga perekonomian dan
kesejahteraan rakyat .
1 . APBN PJP 1
Politik anggaran selama PJP 1 adalah anggaran berimbang , dengnamenjaga
disiplin dan menjaminkestabilan.
APBN dikatakan fungsional dilihat dari besarnya pengeluaran pembangunan yang
harus selalu sama dengan kemampuan pendanaan , tidak semua ahli setuju bahwa
APBN adalah berimbang. Kelompok ini berpendapat bahwa APBN indonesia
merupakan anggaran defisit karena adanya komponen penerimaan pembangunan.
Karena APBN indonesia adalah anggaran berimbang semu.
2 . APBN 1994/95-1997/98
Periode1994/95-1997/98 adalah masa peralihan era ordebaru (orba)ke orde
Reformasi. Selama periode ini total nilai akumulasi APBN adalah Rp. 390 triliun,
suatu peningkatan yang luar biasa, sebab ini APBN empat tahun terakhir permintaan
orba setara dengan 80% APBN 25 Tahun pertama. Pertumbuhan APBN periode ini
20% per tahun, sementara pertumbuhan ekonomi sekitar 6% per tahun. Dengan
demikian ampai akhir pemerintahanya orba tetap menggunakan APBN sebagai
salah satu motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi.
3 . APBN Orde Reformasi
Jatuhnya pemerintah soeharto, Mei 1998, merupakan akhir pemerintah ore baru dan
dimulainya pemerintah orde reformasi. Tetapi pemerintah resmi hasil reformasi
dianggap dimulai dari pemerintah dibawah pimpinan Abdurrahman Wahid. Di bawah
pemerintahnya dilakukan perubahan penting terhadap APBN yaitu :
1. Diubahnya periode anggaran menjadi Januari-Desember
2. Diubahnya struktur APBN dari dua lajur menjadi satu lajur
APBN ini pemerintah harus bisa mengambil langkah-langkah yang dapat
memperkuat landasan bagi iklim usaha yang menggairahkan investasi. Guna

mencapai sasaran tersebut, penyusunan APBN dilakukan dengan menitikberatkan


pada hal-hal berikut :
1. Mengendalikan dan menurunkan secara bertahap defisit APBN menuju
APBN yang seimbang
2. Melanjutkan upaya penurunan jumlah utang publik dan rasionya terhadap
PDB guna meringankan beban utang pemerintah secara cepat dalam jangka
menengah.
3. Meningkatkan penerimaan pajak secara progresif yang adil dan jujur,
mengurangi subsidi,menghemat anggaran belanja negara, serta
meningkatkan disiplin anggaran.
4. Memantapkan proses desentralisasi dengan tetap mengupayakan pemetaan
kemampuan keuangan antar daerah yang sesuai dengan asas keadilan dan
sepadan dengan besarnya kewenangan yang diserahkan pemerintah pusat
denga daerah.

Вам также может понравиться