Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
adalah kritik ilmiah terhadap kebenaran hipotesis klasik tentang keampuhan mekanisme pasar
yang dipercayai sejak zaman Adam Smith. Menurut Keynes kelemahan teori klasik adalah
lemahnya asumsi tentang pasar yang dianggap terlalu idealis (utopian) dan terlalu
ditekankannya masalah ekonomi pada sisi penawaran. Kedua pokok pikiran keynes tersebut
diatas membawa beberapa pembaruan radikal daklam ilmu ekonomi.Yang pertama,mulai di
perhatikannya dimensi global atau agreget (makro) dalam analisis ilmu ekonomi.
3. Peranan Perintah
Kebijakan moneter adalah kebijakan mengarahkan perekonomian makromke kondisin
yang lebih baik(diinginkan) dengan cara mengubah ubah uang jumlah uang beredar.
a.aliran klasik
Menurut Keynes,Teori Ekonomi Klasik merupakan akumulasi pengetahuan dari
sejenak Adam Smith sampai A.C Pigou (1877-1959)
1) Pandangan Aliran Klasik tentang pasar
Menurut aliran klasik keseimbangan perekonomian berpondasikan pada keseimbangan
individu (konsumen produsen) . Pasar merupakan alat lokasi sumberdaya yang efisien ,
selama struktur pasar adalah persaingan sempurna informasi sempurna dan simestris , tidak
ada barang publik yang memunculkan eksternalitas ,input dan output yang di perdagangkan
masing masing bersifat homogen.
2) Pandangan Keynesian tentang utang
Keynes mewariskan pandangan yang revolusioner tentang uang menurutnya uang bukan
hanya sekedar alat transaksi (medium of exchange) , tetapi juga sebagai penyimpan nilai
(store of value).Fungsi penyimpan nilai inilah yang memungkinkan uang digunakan sebagai
alat memperoleh keuntungan melalui tindakan spekulasi.
BAB 2
Salah satu indikator telah terjadinya alokasi yang afisien secara makro
adalah nilai ouput nasional yang dihasilkan sebuah perekonomian pada suatu periode
tertentu. Sebab, besarnya output nasional dapat menunjukan beberapa hal penting
dalam sebuah perkonomian.
Yang pertama, besarnya output nasional merupakan gamabaran awal tentang
seberapa efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian (tenaga kerja, barang
modal, uang, dan kemampuan kewirausahaan) digunakan untuk memproduksi barang
dan jasa. Secara umum, makin besar pendapatan nasional suatu negara, semakin baik
efisiensi alokasi sumber daya ekonominya.
Yang kedua, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang
produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara . alat ukur yang disepakati
tentang tingkat kemakmuran adalah output nasional per kapita. Nilai output perkapita
diperoleh dengan cara membagi besarnya output nasional dengan jumlah penduduk
pada tahun yang bersangkutan.
Yang ketiga, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang
masalah-masalah struktural (mendasar) yang dihadapi suatu perekonomian. Istilah
yang paling sering dipakai untuk pendapatan nasional adalah Produk Domestik Bruto
(PDB) atau Gross Domestic Product (GDP). Istilah tersebut merujuk pada
pengertian :
nilai barang dan jasa akhir berdasarkan harga pasar, yang diproduksi oleh
sebuah perekonomian dalam satu periode (kurun waktu) dengan menggunakan
faktor-faktor produksi yang berada (berlokasi) dalam perekonomian tersebut.
the total market value of all final goods and services produced within a
given period, by factors of productions located within a country. (Case and Fair,
1996).
Tercakup dalam difinisi di atas adalah :
1. Produk dan jasa akhir, dalam pengertian barang dan jasa yang dihitung dalam
PDB adalah barang dan jasa yang digunakan pemakai terakhir (untuk
konsumsi).
2. Harga pasar, yang menunjukkan bahwa nilai output nasional tersebut dihitung
berdasarkan tingkat harga yang berlaku pada periode yang bersangkutan.
3. Faktor-faktor produksi yang berlokasi di negara yang bersangkutan, dalam arit
perhitungan PDB tidak mempertimbangkan asal faktor produksi (milik
perekonomian atau milik asing) yang digunakan dalam menghasilkan output.
1.
n
PDB = NT
i=1
di mana:
i = sektor produksi ke 1, 2, 3, ... , n
b. Metode Pendapatan (Income Approach)
Metode pendapatan memandang nilai output diperekonomian sebagai
nilai total balas jasa atas faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi.
Hubungan antara tingkat output dengan faktor-faktor produksi yang digunakan
digambarkan dalam fungsi produksi sederhana dibawah ini:
Q f (L,K,U,E)
di mana:
Q = output
L = tenaga kerja
K = barang modal
U = uang/finansial
E = kemampuan entrepreneur atau kewirausahaan
Balas jasa untuk tenaga kerja adalah upah atau gaji. Untuk barang modal
adalah pendapatan sewa. Untuk pemilik uang/aset finansial adalah pendapatan bunga.
Sedangkan untuk pengusaha adalah keuntungan. Total balas jasa atas seluruh faktor
produksi disebut Pendapatan Nasional (PN).
PN = w + i + r +
di mana:
w = upah/gaji (wages/salary)
i = pendapatan bunga (interest)
r = pendapatan sewa (rent)
= keuntungan (profil)
c. Metode Pengeluaran (expenditure Approach)
Menurut metode ini ad beberapa jenis pengeluaran agregat dalam
suatu perekonomian:
1) Konsumsi Rumah Tangga (Household Consumption)
2) Konsumsi Pemerintah (Government Consumption)
3) Pengeluaran Investasi (Investment Expenditure)
4) Ekspor Neto (Net Eksport)
1)
diterima karena balas jasa atas kesediaan bekerja (upah,gaji) atau pendapatan
nonupah yang diperoleh dari sektor perusahaan, tetapi juga pendapatan bunga
yang diterima dari pemerintah dan konsumen (PIGK) atau personal interst
income received from government and consumers dan pendapatan nonbalas jasa
(PNBJ) atau transfer payment to persons.
PP = PN LTB PAS + PIGK + PNBJ
f. Pendapatan Personal Disposabel (Disposable Personal Income)
Yang dimaksud dengan pendapatan personal disposabel (PPD) adalah
pendapatan personal yang dapat dipakai oleh individu, baik untuk membiayai
konsumsinya maupun untuk ditabung.
Dari Produk Domestik Bruto sampai ke Pendapatan Personal Disposabel
dapat diringkaskan sebagai berikut:
C + G + I + ( X M ) = Produk Domestik Bruto (PDB)
Ditambah
negeri
Dikurang
Dikurang
Dikurang
Ditambah
Dikurang
Dikurang
Ditambah
Ditambah
Dikurang
dalam negeri
=
Produk Nasional Bruto (PNB)
: Penyusutan
=
Produk Nasional Neto (PNN)
: pajak tidak langsung
: subsidi
=
Pendapatan Nasional (PN)
: Laba ditahan
: Pembayaran Asuransi Sosial
: Pendapatan Bunga Personal dari Pemerintah dan
Konsumen
: Penerimaan Bukan Balas Saja
=
Pendapatan Personal
: Pajak Pendapatan Personal
=
Pendapatan Personal Disposabel
4.
PDB Harga Berlaku dan Harga Konstan
pendapatan. Akibatnya angka PDB per kapita kurang memberikan gambaran yang
lebih rincitentang kondisi kemakmuran suatu negara.
Faktor utama pemicu gajala di atas adalah masalah distribusi pendapatan
walaupun distribusi pendapatan di Amerika Serikat relatif baik, tetapi belum
sempurna untuk membuat seluruh penduduknya menjadi makmur.
b. Perhitungan PDB dan Masalah Kesejahteraan Sosial
Perhitungan PDB maupun PDB per kapita juga dapat digunakan untuk
menganalisis tingkat kesejahteraan sosial suatu masyarakat.
Masalah
mendasar
dalam
perhitungan
PDB
adalah
tidak
dan
berpendidikan
tinggi
(SLA)
maka
tingkat
output
dan
Kegiatan-Kegiatan
(Underground Economy)
angka statistik PDB indonesia yang dilaporkan oleh Badan Pusat
Statistik hanya mencatat kegiatan-kegiatan ekonomi formal.
Di negara-negara berkembang,
lebih disebabkan oleh kelemahan administratif dan struktur kegiatan ekonomi masih
didominasi oleh kegiatan pertanian dan informal.
6. Distribusi Pendapatan (Income Distribution)
a. Kurva Lorenz (The Lorenz Curve)
sumber
BAB 13
Kebijakan moneter
1. Definisi dan pengertian
Yang dimaksud dengan kebijakan moneter adalah upaya mengedalikan atau
mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang dinginkan dengan mengatur
jumlah beredar. Yang di maksud dengan kondisi lebih baik adalah meningkatnya
output keseimbangan dan atau terpeliharanya stabilitas harga (inflasi terkontrol).
2. Instrumen Kebijakan Moneter
Ada tiga instrument utama yang digunakan untuk mengatur jumlah uang beredar :
operasi pasar terbuka (open market operation), fasilitas diskonto (discount rate),
dan rasio cadangan wajib (reserve requirement ratio). Diluar tiga instrumen
M2
M0
M1
Fx
F2
Kurva IS1 lurus sejajar dengan sumbu vertikal. Kurva IS yang seperti ini
terjadi karena permintaan investasi tidak sensitive terhadap perubahaan
tingkat bunga (kurva I tegak lurus). Sebaliknya kurva IS2 terbentuk kurva I
yang mendaftar sejajar dengan sumbu horizontal. Artinya kurva investasi
elastis sempurna. Sedangkan kurva IS3 terbentuk dari kurva investasi yang
bersudut negatif, dalam arti I / r 0.
b. Sudut Kemiringan Kurva LM
Diagram 13.4.a menunjukkan beberapa kurva LM yang menggambarkan
beberapa kondisi pasar uang-modal.
Kurva LM1 bebentuk tegak lurus sejajar sumbu vertikal. Kurva ini diturunkan
dari kurva permintaan uang untuk spekulasi (Msp) yang tegak lurus.
Kurva LM3 adalah kebalikan dari kurva LM1. Karena kurva LM3 diturunkan
dari kurva permintaan uang untuk spekulasi (Msp), maka kurva ini datar dan
sejajar dengan sumbu horizontal. Artinya, permintaan uang untuk spekulasi
sangat sensitif (sensitive sempurna terhadap perubahan tingkat bunga).
Diagram 13.4
Sudut Kemiringan
Kurva LM dan maknanya
Kurva LM2 adalah kurva LM yang telah anda kenal, yang berbentuk dari
kurva permintaan uang untuk spekulasi yang bersudut negatif. (Msp/r 0)
c. Berbagai Kemungkinan Hasil Kebijakan Moneter
Evaluasi terhadap efektifitas kebijakan moneter dapat dilakukan dengan
melihat titik potong kurva-kurva IS dan LM karena kurva IS dan LM masingmasing memiliki minimal tiga kondisi. Maka minimal ada sembilan
kombinasi titik potong kurva IS-LM. Dari Sembilan kombinasi tersebut, dua
diantaranya tidak terdefinisikan. Yang pertama adalah titik potong antara
kurva IS mendatar (IS2) dengan kurva LM mendatar (LM3). Yang kedua
adalah titik potong antara kurva IS tegak lurus IS1 dengan kurva LM tegak
lurus LM1.
Diagram 13.5
Efektifitas Kebijakan Moneter
Kurva LM Elastis
Sem[urna (Internal
Keynes)
Tidak Terdefinisikan
Kurva IS Ineslastis
sempurna
Moneter Ekspansif
atau Kontraktif tidak
efektif, Y dan tingkat
bunga tetap
Kurva IS Negatif
Moneter Ekspansif
atau Kontraktif
tidak efektif, Y dan
tingkat bunga tetap
1.Moneter Ekspansif Y
1.Moneter
naik tingkat bunga
Ekspansif: Y
Kurva LM
tetap
turun, tingkat
2.Moneter Kontraktif Y
Inelastis
bunga turun
Tidak Terdefinisikan
turun, tingkat bunga
2.Moneter
Sempurna
tetap
Kontraktif: Y
(Interval Klasik)
turun, tingkat
bunga naik
Kurva LM
1.Moneter Ekspansif Y 1.Moneter Ekspansif 1.Moneter
Positif (Interval
naik, tingkat bunga
Y tetap, tingkat
Ekspansif Y
Antara)
tetap
bunga turun
naik, tingkat
2.Moneter Kontraktif: 2.Moneter Kontraktif
bunga turun
Y turun, tingkat
Y tetap, tingkat
2.Moncter
bunga naik
bunga tetap
BAB 14
Kontraktif Y
turun, tingkat
bunga naik
KEBIJAKAN FISIKAL
pajak nominal adalah pajak yang pengenaanya berdasar sejumlah nilai nominal
tertentu.
b. pajak persentase
pada pajak persentase, beban pajaknya di tetapkan berdasarkan persentase
tertentu dari dasar pengenaan pajak. Notasi untuk pajak persentase adalah t (huruf
kecil). Pajak presentase dapat dibedakan menjadi pajak proporsional,progresif dan
regresif.
Pajak proposional,tarif persentasenya tetap. Misalnya pajak penghasilan dikatakan
proposional bila berapapun besarnya penghasilan, tarif pajaknya tetap 20%.
Pajak progresif, tarifnya makin tinggi bila dasar pengenaan pajaknya makin tinggi.
Pajak penghasilan dikatakan progresif bila tarifnya makin tinggi, pada saat
pendapatan meningkat.
Pajak regresif, adalah kebalikan dari pajak progresif, tarif pajak justru makin rendah
pada saat penghasilan meningkat.
2. pengaruh pajak terhadap pendapatan dan konsumsi
a.pajak nominal
pajak nominal pertama kali memengaruhi pendapatan disposibel. Jika pendapatan
adalah Y dan pajak nominal adalah T, maka pendapatan disposibel.
Yd = Y-T
Fungsi konsumsi menurut model keynes adalah:
C = Co + bYd
= Co + b(Y-T)
= Co + bY-bT
= Co + bT-bY
Dari persamaan diatas bahwa pajak nominal tidak mengubah nilai MPC.
Artinya pajak nominal tidak mengubah sensitivitas konsumsi akibat
perubahan pendapatan. Yang berubah adalah konsumsi otonomus,
dimana pajak nominal menyebabkan konsumsi oton-omis menjadi lebih
kecil sebesar bT.
b. Pajak proporsional
jika pajak penghasilan yang dikenakan adalah proporsional (t), maka
pendapatan disposabel menjadi :
Yd = Y- :Y = Y(l-t)
Akibatnya fungsi konsumsi berubah menjadi :
C = Co + bYd = Co + b(Y(l-t)l
= Co + bY- btY = Co + (b-bt)Y
Ternyata pajak proporsional menyebabkan MPC menjadi (b-bt) atau lebih kecil
sebesar bt, sedangkan konsumsi otonomis tetap.
3. Pengaruh pajak terhadap keseimbangan ekonomi
Karena kebijakan fisikal bertujuan mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih
baik, maka dampaknya terhadap keseimbangan ekonomi harus di pahami. Salah
satu cara paling mudah melihatnya adalah dengan melihat pengaruh pajak terhadap
output keseimbangan
Kasus 14.3
Contoh kuantitatif asumsi yang di gunakan adalah perekonomian tertutup dan pajak
nominal. Fungsi konsumsi c = 100 + 0,8Yd dan investasi bersifat otonomus, 1=150.
Jika pengeluaran pemerintah, G= 250,maka kondisi keseimbang ekonomi adalah:
Y
= C+1+G
= 100 +0,8Yd +150 +250
= 500 + 0,8Y
0,2Y = 500
Y
= 2.500
Bila ada pajak penghasilan nominal sebesar 100, maka Yd =Y 100, sehingga fungsi
konsumsi C = 100 +0,8Yd =100 +0,8(Y-100)=20 + 0,8Y. Dengan demikian
peneluaran agregat menjadi AE =C+1+G= 20+0,8+150+250=420+0,8Y
Output keseimbangan
Y
= AE=C +1+G
=420 +0,8Y
0,2Y = 420
Y
= 2.100
Ternyata adanya pajak nominal sebesar 100 telah menyebabkan output
keseimbangan berkurang sebesar 2.500- 2.100=400
Y
= C+I+G
= Co + bY+I+ G = Co+ Io+ Go+ bY
= Ao + bY
4. Politik anggaran
Politik anggaran dapat di bedakan enjadi anggaran tidak berimbang dan anggaran
berimbang. Hasil yang di capai dari kebijakan fisikal merupakan intraksi
(resultan)dari dampak pajak dan pengeluaran pemerintah terhadap output
keseimbangan.
a.Anggaran Defisit (deficit budget)
anggaran defisit adalah anggaran yang memang direncanakan untuk defisit, sebab
pengeluaran pemerintah direncanakan lebih besar dari penerimaan pemerintah.
Politik anggaran defisit biasanya ditempuh bila pemerintah ingin menstimulir
pertumbuhan ekonomi. Hal ini umumnya dilakukan bila perekonomian berada dalam
kondisi resensi. Engan asumsi kondisi awal awal anggaran pemerintah adalah
anggaran berimbang (G=T)
dan
) adalah :
( 1b )
Y =
G bT
+
(1b)
G
bT
=
(1b)
(1b)
Karena penyebutnya sama,yaitu(1-b), maka pengaruhnya dapat ditulis sebagai:
Jadi bila politik anggarannya adalah anggaran defisit, maka pengaruhnya terhadap
pertambahan pendapatan lebih besar di banding besarnya defisit pengeluaran yang
direncanakan.
b. Anggaran surplus(surplus budget)
kebalikan dari anggaran defisit dalam anggaran surplus pemerintah merencanakan
penerimaan lebih besar dari pengeluaran atau dapat juga di katakan pemerintah
menempuh politik anggaran surplus bila C < T, dimana G dan T
0. Karena itu juga, politik anggaran surplus dilakukan bila perekonomian
sedang dalam tahap ekspansi dan terus memanas. Melalui anggaran surplus
Bila slope LM tegak lurus (interval klasik), perekonomian berada dalam kondisi
seperti yang diasumsikan klasik, yaitu kesempatan kerja penuh dan uang bersifat
netral. Dalam kondisi seperti ini, kebijakan fisikal tidak efektif sempurna. Misalnya
kebijakan fisikal ekspansif hanya menaikan tingkat bunga (inflasi)
Apendiks
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia
Anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) adalah kebijakan fisikal dalam
kontek pembangunan indonesia. APBN dilaksanakan berdasarkan kepercayaan
bahwa sektor ekonomi pemerintah sangat dibutuhkan untuk pelksanaan trilogi
pembangunan pertumbuhan , pemerataan dan stabilisasi. Trilogi pembangunan ini
merupakan realisasi dari teori tentang tiga fungsi fisikal: alokasi barang publik,
distribusi pendapatan dan stabilisasi perekonomian.
Struktur Dasar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
penerimaan
pengeluaran
A
1
2
3
C
1
2
3
4
5
Pengeluaran Rutin
Belanja pegawai
Belanja barang
Subsidi daerah otonom
Bunga dan cicilan utang
lain-lain
B Penerimaan pembangunan
D Pengeluaran pembangunan
1 Penerimaan program
1 Pengeluaran pembangunan
2 Bantuan Proyek
2 Pembiayaan Rupiah
Pengeluaran pembangunan adalah pengeluaran pengeluaran yang bukan saja
ditunjukan untuk meningkatkan kapasitas pemerintah, tetapi juga perekonomian dan
kesejahteraan rakyat .
1 . APBN PJP 1
Politik anggaran selama PJP 1 adalah anggaran berimbang , dengnamenjaga
disiplin dan menjaminkestabilan.
APBN dikatakan fungsional dilihat dari besarnya pengeluaran pembangunan yang
harus selalu sama dengan kemampuan pendanaan , tidak semua ahli setuju bahwa
APBN adalah berimbang. Kelompok ini berpendapat bahwa APBN indonesia
merupakan anggaran defisit karena adanya komponen penerimaan pembangunan.
Karena APBN indonesia adalah anggaran berimbang semu.
2 . APBN 1994/95-1997/98
Periode1994/95-1997/98 adalah masa peralihan era ordebaru (orba)ke orde
Reformasi. Selama periode ini total nilai akumulasi APBN adalah Rp. 390 triliun,
suatu peningkatan yang luar biasa, sebab ini APBN empat tahun terakhir permintaan
orba setara dengan 80% APBN 25 Tahun pertama. Pertumbuhan APBN periode ini
20% per tahun, sementara pertumbuhan ekonomi sekitar 6% per tahun. Dengan
demikian ampai akhir pemerintahanya orba tetap menggunakan APBN sebagai
salah satu motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi.
3 . APBN Orde Reformasi
Jatuhnya pemerintah soeharto, Mei 1998, merupakan akhir pemerintah ore baru dan
dimulainya pemerintah orde reformasi. Tetapi pemerintah resmi hasil reformasi
dianggap dimulai dari pemerintah dibawah pimpinan Abdurrahman Wahid. Di bawah
pemerintahnya dilakukan perubahan penting terhadap APBN yaitu :
1. Diubahnya periode anggaran menjadi Januari-Desember
2. Diubahnya struktur APBN dari dua lajur menjadi satu lajur
APBN ini pemerintah harus bisa mengambil langkah-langkah yang dapat
memperkuat landasan bagi iklim usaha yang menggairahkan investasi. Guna