Вы находитесь на странице: 1из 4

Berbicara di Radio & Televisi

Berbicara bukan hanya melepaskan kata menjadi kalimat tapi membuat kalimat yang
diucapkan dimengerti oleh audience kata per kata
Berbicara adalah salah satu kebiasaan yang kita lakukan, dari kecil sampai dengan saat ini.
Dari bangun tidur sampai sebelum tidur bahkan saat tidur terkadang kita berbicara. Namun
semua keberanian yang melekat dalam diri kita terkadang bisa tidak berarti atau tidak berani
ketika saat bersamaan kita dihadapkan dengan Microfone atau kamera dengan tata cahaya
yang menyorot ke arah kita.
Apa yang salah dengan kita? Barangkali ini yang menjadi pertanyaan lanjutan. Diri kita yang
tadinya punya keberanian, diri kita yang sebelumnya punya rasa percaya diri yang besar tibatiba redup manakala kita dihadapkan dengan microfone atau kamera. Saatnya bagi kita untuk
merasakan bahwa microfone atau kamera adalah teman dan juga sarana untuk kita bisa
mengekspresikan potensi yang ada dalam diri kita tanpa takut dan ragu. Saatnya bagi kita
untuk tampil dan siap, saat ini atau kesempatan itu tidak akan datang untuk kedua kalinya.
Pelaku di Bidang Radio dan Televisi
Melalui acara-acara yang ditampilkan di Televisi dan Radio kita banyak mengenal penyiarpenyiar dengan kemampuan berbicara dan membawakan acara yang Handal. Nama-nama
besar seperti Koes Hendratmo, Farhan, Ida Arimurti, Inneke Koesherawatie, Mutia Kasim
dan masih banyak lagi merupakan personal yang besar karena kiprahnya baik di radio
maupun televisi.
Dari tokoh-tokoh yang muncul beragam nama kita mengenal dengan suara yang khas, seperti
Ida Arimurti, Anita Rahman, Virgie Baker, Tina Zakaria, Ralph Tampubolon dan lain-lain.
Hal ini juga dimiliki oleh penyiar lainnya baik di Radio dan Televisi yang mengatur struktur
bahasanya, tutur kata, permainan intonasi yang cantik ketika membawakan acara mereka
masing-masing.
Seiring dengan berkembangnya zaman, maka Televisi dan Radio berkembang pesat juga
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat akan sarana hiburan dan pendidikan. Saat ini kita
bisa melihat lebih dari satu channel televisi bahkan untuk TV Lokal pun banyak
bermunculan, dari yang namanya TV Swasta sampai dengan TV Komunitas. Radio juga tidak
ketinggalan, dikarenakan semakin mudahnya ijin dan tersedianya kanal untuk frekuensi maka
Radio juga banyak bermunculan.
Persaingan Media
Tahun 2007, industri media telah menimbulkan hiruk pikuk visualisasi dan audio bagi ruang
pandang dan ruang dengar kita. Kini, kita bisa menikmati tayangan televisi 24 jam nonstop
melalui televisi berlangganan seperti Kabelvison, Indovision, Astro dengan variasi acara yang
beragam. Bayangkan dengan kondisi seperti ini berapa banyak pembawa acara radio dan
televisi yang dibutuhkan? Kalau beberapa tahun yang lalu saat masih jamannya TVRI merajai
Televisi nasional dan RRI merajai Radio nasional, maka kita dapat menghapal nama
pembawa acara dan acaranya. Namun saat ini sulit untuk menghapal karena begitu
banyaknya acara dan pembawa acara serta siaran Televisi maupun Radio.
Berbicara di Radio
Membawa acara di Radio tidak lebih mudah dari pada membawakan acara televisi. Di Radio,
penguasanya benar-benar anda sendiri. Radio adalah Sarana Imajinasi (theater of mind).
Bayangkan anda harus mampu seolah olah bercakap-cakap dengan banyak orang padahal
realitasnya Anda hanya sendiri didalam ruangan, kalaupuan ada yang menemani mungkin
hanya operator. Dibeberapa stasiun radio yang canggih seperti sekarang ini bahkan seorang

penyiar harus mampu bertindak sendiri, sebagai penyiar, operator dan music director dan juga
sebagai teknisi.
Menurut Charles Bonar Sirait dalam The Power of Public Speaking, Radio lebih merupakan
alat komunikasi dua arah. Jadi walaupun sedang siaran seorang diri, seorang penyiar harus
memiliki visualisasi seolah-olah disekelilingnya ada para sahabatnya dan temannya, padahal
dia seorang diri.
Penyiar radio harus mampu membangun suasana yang menghibur. Pendengar radio dalam
mobil, di jalan, dikantor, dan dirumah umumnya tidak perduli apa yang terjadi pada diri
penyiar. Yang penting mereka harus terhibur. Kebutuhan akan berita telah diciptakan oleh
industri ini. Saat ini orang mendengarkan radio disamping untuk mendapatkan hiburan juga
mendapatkan berita, bahkan terkadang berita juga sudah merupakan suatu hiburan saat ini.
Penyiar dituntut juga untuk dapat memberikan informasi tetapi bukan memaksakan informasi
atau menggurui. Idealnya seorang penyiar menghindari penggunaan kata Anda tapi Kita.
Karena kata Anda berkesan menggurui, namun kata Kita berkesan berbagi informasi dan juga
termasuk penyiarnya sekalian.
Radio adalah Penyiar, penyiar adalah radio. Mereka bagai amplop dan perangko yang
memang diciptakan untuk tidak dapat dipisahkan. Public Speaking untuk Radio berbeda
dengan Televisi. Berbicara di Radio perlu untuk dijiwai dan memiliki empati yang sangat
besar terhadap penggemar. Kita terkadang merasakan telah lama kenal, walaupun baru saja
berkenalan via udara. Namun mereka seperti sudah mengenal anda bertahun-tahun. Itulah
Radio! Anda harus berada sedekat mungkin walupun kenyataannya jarak dan waktu
memisahkan anda dengan audiens.
Bahasa Radio
Bahasa Anda di Radio sangat dipengaruhi oleh riset anda atas kriteria para pendengar anda.
Mampukah anda memvisualisasikan para pendengar anda dengan bayangan imajiner Anda,
mampukah anda membayangkan pendengar anda itu individu yang seperti apa? Apakah
mereka masih muda atau sudah senior? Atau justru pendengar akan mendengarkan radio
seorang diri atau malah mendengarkan radio bersama-sama kelompoknya. Pembicara di
Radio juga dikenal rajin mencari informasi akan latar belakang pendidikan para
pendengarnya untuk semakin memperdekat jarak
Kalau pendengar radio hanya mampu mendengar 14% isi pembicaraan, atau informasi yang
disampaikan melalui radio, itu artinya penyiar radio yang benar harus mampu berbicara
ringkas, jelas dan padat (tidak bertele-tele atau straight to the point).
Lalu bagaimana cara melatih bicara di radio? Pendekatan yang sangat sederhana adalah:
Mulai menulis (re-writing), yaitu menuliskan semua hal yang ingin anda sampaikan dalam
bahasa yang mudah, hindari kata-kata yang sulit. Make it simple!
Sebelum siaran usahakan melatih diri dengan membaca tanpa melihat tulisan atau ad-lib;
melakukan percakapan tanpa melihat pada tulisan.
Sebelum siaran, berkompromi dan beradaptasilah dengan semua materi pendukung siaran,
seperti ruang siaran radio, mixer, komputer, mikrofone, tempat duduk, blocking atau posisi
duduk yang nyaman, crew, dan produser.
Berbicara di Radio memerlukan keterampilan yang tinggi: aksentuasi, intonasi dan artikulasi
dalam nada yang jelas. Dibagian lain yang harus dimiliki oleh penyiar adalah kemampuan
menulis informasi dan mengubahnya dalam bahasa tutur menulisnya dalam kalimat narasi,
fokus pada masalah, tidak bertele-tele, ringkas, singkat dan mudah dimengerti, membuat
berbicara di radio menjadi lebih dimengerti dan bermakna bagi para pendengar.

Berbicara di Televisi
Sadar atau tidak bahwa Televisi saat ini sudah menjadi kebutuhan hidup. Terkadang orang
bisa berjam-jam berada didepan tivi. Televisi pulalah yang menjadi media paling berpengaruh
saat ini untuk menumbuhkan karakter berbicara bagi Bangsa Indonesia. Mungkin pengelola
televisi tidak pernah membayangkan dampak televisi. Namun, melalui televisilah orang bisa
mencermati bahwa ragam dan teknik orang berbicara semakin mendapatkan tempat.
Berbicara atau menjadi presenter Televisi memerlukan persyaratan, CBS dalam The Power of
Public Speaking menjabarkan diantaranya adalah:
1.
Persiapan
Fisik
Jika pendengar radio selalu berekspektasi pembicaranya sehat, pemirsa televisi justru lebih
detail dan kritis dalam memberikan penilaian. Kita semua tahu bahwa televisi dapat
menampilkan hampir seluruh aspek kondisi pembicara melalui sinyal audio visual yang
tertayang pada layar kaca televisi. Jadi kalau pembicara ditelevisi sakit, namun dia
memaksakan diri untuk tampil, para pemirsa dengan cepat mengetahui bahwa pembicara ini
sedang sakit. Untuk itu pembicara di televisi harus selalu menjaga kesehatannya agar
penampilan fisiknya bugar ketika tampil.
2.
Persiapan
Busana
Busana tidak kalah pentingnya dengan penampilan fisik, karena pencitraan pembicara di
televisi diwakili oleh busana yang disandangnya. Busana yang dikenakan di televisi, jika
anda menyediakan sendiri ada baiknya dikonsultasikan dahulu dengan tim anda atau minimal
produser acara. Salah kostum akan mempengaruhi citra Anda.
3.
Persiapan
membaca
Rundown
&
Script
Memiliki rundown yang sama dengan seluruh tim sangat menentukan kesuksesan anda bicara
di televisi. Dengan memiliki rundown, pembicara publik diharapkan mampu
menvisualisasikan tujuan dan arah acara serta mengetahui dengan cepat sedang berada di
bagian mana dari shooting. Script yang lengkap umumnya memuat semua informasi. Jika
anda menyederhanakannya menjadi pointer, itu merupakan langkah yang baik.
4.
Persiapan
membaca
istilah
asing
Siapkan catatan untuk istilah asing, tuliskan bagaimana melafalkannya. Selain itu arti istilah
itu juga perlu menjadi catatan anda karena tidak mungkin anda akan menerjemahkannya pada
saat acara sedang berlangsung.
5.
Mata,
Suara
dan
Tubuh
adalah
aset
utama
Berbeda dengan membawakan acara di radio yang menggunakan pendekatan emosional
suara, ditelevisi pemirsa berkomunikasi dengan body languagenya, mata dan suara. Ketiga
hal ini harus anda gunakan semaksimal mungkin agar kita mendapatkan atensi dari pemirsa.
6.
Blocking
Tubuh
dengan
Kamera
Televisi
Yang dimaksudkan dengan blocking adalah mencoba penempatan lokasi shoot. Kegiatan
ini umumnya dilakukan pada saat latihan sebelum shooting dimulai. Presenter di televisi
diminta untuk melakukan uji coba posisi berdiri atau duduk yang nyaman bukan hanya untuk
kepentingan kamera, namun juga untuk dirinya sendiri.
Dengan makin canggihnya teknologi kamera, dan jumlahnya yang lebih dari satu, blocking
sangat diperlukan, karena setiap kamera memerlukan set-up teknis yang berbeda berdasarkan
banyak hal seperti posisi berdiri pembicara, tata hias wajah, tata cahaya lampu dan suasana
panggung atau studio set.
7.
Berbicara
dari
Hati
dan
Tetap
menghormati
Hak
Orang
Lain
Pembicara yang baik tidak sepantasnya melakukan intimidasi dalam menjalankan
kekritisannya dalam membawakan acara tau berbicara dengan narasumber. Menudingkan

jari telunjuk atau apa saja yang merupakan simbolisasi dari menyuruh, menghakimi dan
menekan sangat dilarang dalam etika berbicara di televisi.
Penutup
Yang saya takutkan saat berbicara didepan umum adalah jika saya ceroboh dan salah
menyebut nama dan jabatan (Mohamad Farhan-Pembawa acara Televisi dan Penyiar Radio)
Ketakutan diatas adalah wajar apabila kita tidak mempersiapkan dengan matang penampilan
kita baik di radio maupun televisi. Sekarang anda bukan tidak punya apa-apa, namun saat ini
anda sudah punya keinginan dan keberanian yang ditopang dengan ilmu yang anda dapatkan.
Sekarang saatnya anda untuk tampil dan menjadi yang terbaik, karena yakinlah bahwa
pemirsa dan pendengar dirumah dan dimana saja mereka mendengar dan melihat anda,
tentunya menginginkan anda tampil baik dan maksimal dan mereka menginginkan terhibur
dengan penampilan anda.
Selamat berjuang dan untuk menjadi presenter Televisi dan Radio, siapa takut!!!
References:
Charles Bonar Sirait, The Power of Public Speaking, 2007, Gramedia, Jakarta
Larry King, Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Kapan Saja, Dimana Saja, 1998, Gramedia,
Jakarta
Rhenald Kasali, Sukses Melakukan Presentasi, 2004, Gramedia, Jakarta
http://www.e-psikologi.com/pengembangan/100303.htm

Вам также может понравиться